Jumat, 02 Mei 2008

8. LUTHER DI HADAPAN MAHKAMAH

seorang kaisar baru, Charles V, naik takhta di Jerman. Dan dengan segera utusan Roma menyampaikan ucapan selamat mereka, dan mengajak kaisar itu untuk menggunakan kuasanya melawan Refor­masi. Sebaliknya, penguasa Saxon, kepada siapa Kaisar Charles V ber­hutang budi untuk mahkotanya, memohon kepadanya agar jangan meng­ambil tindakan terhadap Luther sebelum ia memberikan waktu kepada Luther untuk didengar. Dengan demikian kaisar berada pada posisi yang sulit dan membingungkan. Para pengikut paus akan merasa puas kalau saja raja memerintahkan menjatuhkan hukuman mati bagi Luther. Penguasa Saxon telah dengan tegas menyatakan bahwa "baik kepada sri baginda kaisar maupun kepada seseorang lain telah ditunjukkan bahwa tulisan­-tulisan Luther belum bisa dibantah," oleh sebab itu ia meminta, "agar Dr. Luther diberi surat jalan jaminan keselamatan agar ia bisa menghadap pengadilan yang terdiri dari kaum terpelajar, orang-orang saleh dan para hakim yang adil." D’Aubigne, b. 6, psl. 11.

Perhatian semua pihak sekarang tertuju kepada Mahkamah negara Jerman yang akan bersidang di Worms, segera sesudah penobatan Charles menjadi kaisar. Ada masalah-masalah politik dan kepentingan yang harus dipertimbangkan oleh konsili nasional ini. Untuk pertama kalinya para pangeran Jerman bertemu dengan rajanya yang masih muda di Mahkamah perunding­an. Dari seluruh pelosok negeri telah berdatangan para pemuka agama dan pemerintahan. Para penguasa, para bangsawan yang berkuasa yang bangga atas hak-hak warisan mereka, para rohaniwan yang bangga dengan menya­dari kedudukan mereka yang tinggi dan berkuasa, para kesatria dengan pembawa senjatanya, dan para duta besar negara-negara asing dan negeri-negeri yang jauh, semuanya berkumpul di Worms. Namun, yang menjadi masalah yang menarik perhatian yang terbesar di Mahkamah itu ialah masalah Pembaru dari Saxon itu.

Sebelumnya Kaisar Charles telah menunjuk penguasa Saxon untuk mem­bawa Luther bersamanya ke Mahkamah, dengan jaminan perlindungan, dan menjanjikan akan mengadakan diskusi bebas dengan orang-orang yang berkompeten dalam masalah-masalah yang diperdebatkan. Luther sudah rindu untuk menghadap kaisar. Kesehatannya pada waktu ini sangat memburuk namun ia menulis kepada penguasa Saxon, "Kalau saya tidak bisa pergi dalam keadaan sehat ke Worms, saya akan diusung ke sana dalam keadaan sakit seperti sekarang ini. Oleh karena jika kaisar memanggil saya, saya tidak menyangsikan bahwa panggilan itu adalah panggilan Allah sendiri. Jika mereka menginginkan membuat keributan terhadap saya, dan sangat besar kemungkinannya (karena bukan atas. perintah mereka saya disuruh menghadap), saya akan menyerahkan masalah itu ke tangan Tuhan. Dia masih tetap hidup dan memerintah, yang telah memelihara tiga orang pemuda di dalam dapur api yang bernyala-nyala. Jikalau Dia tidak menye­lamatkan saya, hidup saya kurang berarti. Marilah kita cegah Injil itu jatuh kepada hinaan orang jahat, dan marilah kita tumpahkan darah kita demi Injil itu, agar mereka yang takut akan firman itu memperoleh kemenangan. Bukanlah hakku untuk menentukan apakah kehidupan saya atau kematian saya menyebabkan keselamatan semua orang .... Yang mulia bisa mengharapkan segala sesuatu dari saya ... kecuali melarikan diri dan mundur keyakinan saya. Saya tidak bisa melarikan diri, dan demikian ­juga menarik kembali ajaran-ajaran saya." Ibid, b. 7, psl. 1.


Pada waktu berita tersiar di Worms bahwa Luther akan menghadap Mahkamah, terjadilah kegemparan umum. Aleander, utusan paus, kepada siapa kasus ini secara khusus dipercayakan, terkejut dan marah. Ia melihat bahwa akibat semua ini akan membahayakan kepentingan kepausan. Pe­nyelidikan Mahkamah terhadap sesuatu kasus yang telah diputuskan paus dengan hukuman mati akan mendatangkan penghinaan kepada kekuasaan dan kedaulatan paus. Lebih jauh, ia juga khawatir, bahwa kemahiran berbi­cara dan kemampuan berargumentasi Luther akan dapat mengalihkan para pangeran dari kepentingan dan ketaatannya kepada paus. Oleh sebab itu ia mengajukan protes keras kepada Charles mengenai rencana menghadirkan Luther di Worms. Kira-kira pada waktu itu surat keputusan pengucilan Luther telah dikeluarkan. Dan ini, ditambah dengan kehadiran utusan paus itu, mendesak kaisar untuk menerima protes tersebut. Ia menulis surat kepada penguasa Saxon, bahwa jika Luther tidak mau menarik kembali ajaran-ajarannya, ia harus tetap tinggal di Wittenberg.

Belum lagi puas dengan kemenangan ini, Aleander bekerja keras dengan segala kemampuan dan kekuasaan untuk mewujudkan hukuman bagi Luther. Dengan kegigihannya ia mendesak perhatian para pangeran, pejabat-pejabat tinggi gereja, dan anggota-anggota Mahkamah yang lain agar menuduh Pembaru itu dengan tuduhan "penghasutan, pemberontakan, tidak hormat kepada Tuhan, dan penghujatan." Akan tetapi kekerasan dan nafsu yang ditunjukkan oleh utusan paus itu menunjukkan dengan jelas roh yang menggerakkannya. "Ia digerakkan oleh kebencian dan rasa balas dendam," kata orang-orang, "bukannya oleh kesungguh-sungguhan dan kesalehan."­ Ibid. Mayoritas peserta Mahkamah itu cenderung mendukung masalah Luther itu lebih dari sebelumnya.

Dengan melipatgandakan upaya, Aleander mendesak kaisar agar melak­sanakan keputusan paus. Tetapi, sesuai dengan hukum yang berlaku di Jerman, hal ini tidak bisa dilakukan tanpa persetujuan para pangeran. Oleh karena akhirnya kaisar kalah atas desakan utusan kepausan, ia menyuruh utusan kepausan itu membawa kasus itu ke Mahkamah. "Hari itu adalah hari kesombongan bagi duta paus. Mahkamah itu sungguh besar, tetapi masalah lebih besar lagi. Aleander membela kepentingan Roma, . . . ibu suri dan induk semua gereja." "Ia mempu­nyai karunia berbicara dan pada waktu yang sama ia diagungkan. Allah menyuruh agar Roma hadir dan membela diri dengan ahli pidatonya yang terbaik di hadapan pengadilan yang termulia, sebelum ia dinyatakan bersa­lah."-Wyllie;, b. 6, psl. 4. Dengan ragu-ragu, mereka yang memihak kepa­da Pembaru, menunggu akibat dari pidato Aleander. Penguasa Saxon tidak hadir, tetapi atas perintahnya beberapa orang penasihatnya mencatat amanat utusan paus itu.
Dengan segala kemampuan pengetahuan dan kemahiran berbicara, Aleander berusaha melenyapkan kebenaran. Tuduhan demi tuduhan dilontarkan kepada Luther sebagai musuh gereja dan negara, musuh orang yang masih hidup maupun yang sudah mati, musuh para alim ulama maupun orang awam, anggota-anggota konsili maupun orang-orang Kristen biasa. Ia mengatakan, "Oleh karena kesalahan Luther seratus ribu orang bidat" hams dibakar.

Sebagai kesimpulan ia berusaha mencela pengikut-pengikut iman yang diperbarui, "Apalah semua pengikut Luther itu? Mereka adalah sekelom­pok guru-guru biadab, imam-imam bejat, biarawan-biarawan tak bermoral, pengacara-pengacara dungu, dan bangsawan-bangsawan hina ; rakyat biasa yang telah ditipu dan disesatkan. Betapa lebih tinggi kelompok Katolik dari mereka dalam jumlah, kemampuan dan kuasa! Dekrit suara bulat dari Mahkamah yang mulia ini akan memberi kejelasan bagi orang sederhana, mengamarkan yang kurang hati-hati, meneguhkan hati yang bimbang dan memberikan kekuatan pada yang lemah." D'Aubigne, b. 7, psl. 3.

Dengan senjata yang sama penganjur-penganjur kebenaran diserang pada sepanjang zaman. Argumen-argumen serupa masih terus dihadapkan ke­pada mereka yang berani mengatakan ajaran firman Tuhan yang langsung dan jelas itu untuk melawan kesalahan yang sudah ditetapkan. "Siapa-si­apakah pengkhotbah doktrin-doktrin baru ini?" "Mereka tidak terpelajar, jumlahnya sedikit, dan terdiri dari golongan orang-orang miskin. Namun mereka mengatakan mem­punyai kebenaran, dan menjadi umat pilihan Allah. Mereka itu bodoh dan ditipu. Betapa gereja kita lebih unggul dalam jumlah dan pengaruh! Betapa banyak orang besar dan terpelajar ada di antara kita! Betapa banyak kuasa ada di pihak kita! "Inilah argumentasi-argumentasi yang sangat berpenga ruh atas dunia ini. Tetapi argumentasi itu tidak lebih berpengaruh sekarang daripada waktu zamannya Pembaru itu. Pembaruan tidak berakhir bersama Luther, sebagaimana banyak orang mengira. Pembaruan itu akan diteruskan sampai penutupan sejarah dunia. Luther mempunyai tugas besar mereflek­sikan terang itu kepada orang lain yang telah diizinkan Allah bersinar kepa­danya. Namun, ia belum menerima semua terang yang akan diberikan ke­pada dunia ini. Sejak waktu itu sampai sekarang terang yang baru bersinar terus atas Alkitab, dan kebenaran-kebenaran baru terus dibukakan.

Amanat utusan paus itu memberikan kesan mendalam bagi Mahkamah. Luther yang mempunyai kebenaran yang jelas dan meyakinkan dari firman Allah tidak hadir untuk mengalahkan jagonya kepausan itu. Tak ada usaha yang dilakukan untuk mempertahankan Pembaru itu. Ada gejala-gejala ke­cenderungan umum bukan saja mempersalahkan Luther dan doktrin-doktrin yang diajarkannya, tetapi jika mungkin, menumpas semua bidat. Roma menikmati kesempatan yang paling menyenangkan untuk mempertahan­kan kepentingannya. Semua yang bisa ia katakan untuk membuktikan ke­benarannya sendiri sudah ia katakan: Akan tetapi kemenangan nyata itu adalah pertanda kekalahan. Sejak waktu itu perbedaan antara kebenaran dan kesalahan akan terlihat lebih jelas, sementara keduanya melakukan perang terbuka. Sejak waktu itu kedudukan Roma tidak lagi seaman sebe­lumnya.

Meskipun sebagian besar anggota Mahkamah tidak keberatan kepada pembalasan Roma, tetapi banyak dari antara mereka melihat dan menyesal­kan kemerosotan moral yang terjadi di dalam gereja, dan menginginkan suatu pemberantasan penyalahgunaan yang diderita oleh orang-orang Jerman yang diakibatkan oleh korupsi dan ketamakan hirarki. Utusan paus telah menyajikan peraturan kepausan dengan sangat terang. Sekarang Tuhan menggerakkan hati seorang anggota Mahkamah untuk memberikan gam­baran yang benar akibat dari kelaliman kepausan. Duke George berdiri de­ngan teguh di hadapan musyawarah dan dengan sangat tepat memaparkan penipuan-penipuan dan kemurkaan kepausan dan akibat-akibatnya yang mengerikan. Sebagai penutup ia mengatakan, "Inilah beberapa penyalahgu­naan yang diteriakkan terhadap Roma. Semua perasaan malu telah dikesam­pingkan, dan tujuan mereka satu-satunya ialah .... uang, uang, uang ... sehingga para pengkhotbah yang seharusnya mengajarkan kebenaran tidak mengucapkan apa-apa selain kepalsuan. Dan kepalsuan ini bukan saja dite­rima, tetapi diberi penghargaan, sebab semakin besar kebohongan, sema­kin besar keuntungannya. Dari mata air yang kotor inilah mengalir air yang cemar. Kebejatan membukakan tangannya kepada ketamakan dan kesera­kahan akan harta .... Oh, skandal para ulamalah yang menjebloskan banyak jiwa-jiwa yang malang ke dalam hukuman yang kekal. Suatu pem­baruan umum harus dilakukan."-Ibid, b. 7, ch. 4.

Penyelewengan kepausan yang hebat tidak bisa disampaikan Luther sen­diri. Dan fakta bahwa pembicara adalah musuh utama Pembaru, akan mem­berikan pengaruh yang lebih besar kepada kata-katanya.
Seandainya mata para peserta musyawarah terbuka, mereka akan meli­hat para malaikat Allah berada di tengah-tengah mereka memancarkan si­nar-sinar terang menerangi kegelapan kesalahan dan kepalsuan, dan mem­buka pikiran dan hati mereka untuk menerima kebenaran. Adalah kuasa kebenaran dan akal budi Allah yang menguasai bahkan lawan-lawan Pem­baruan, dan dengan demikian menyediakan jalan bagi pekerjaan besar yang akan dicapai. Martin Luther tidak hadir di Mahkamah itu, tetapi suara Se­seorang yang lebih besar dari Luther telah diperdengarkan di situ.

Mahkamah segera membentuk sebuah komite untuk menyusun satu daf­tar penindasan kepausan yang begitu membebani kehidupan orang Jerman. Daftar yang berisi seratus satu malam penindasan ini diserahkan kepada kaisar, dengan permohonan agar segera mengambil tindakan untuk mem­perbaiki penyalahgunaan itu. "Betapa banyaknya jiwa orang Kristen yang hilang," kata para pemohon, "betapa banyaknya perampasan, pemerasan yang dilakukan oleh skandal yang mengelilingi dunia Kekristenan! Adalah kewajiban kita untuk mencegah bangsa kita dari kehancuran dan kehinaan. Untuk alasan inilah kami memohon dengan kerendahan hati tetapi dengan sangat agar kaisar memerintahkan pembaruan umum dan bertauggung ja­wab mengenai pelaksanaannya."-Ibid.

Sekarang konsili menghendaki kehadiran Pembaru itu di hadapan mere­ka. Walaupun Aleander memohon, memprotes, dan mengancam, akhirnya kaisar menyetujuinya dan Luther diperintahkan untuk hadir di depan Mahkamah. Bersama-sama dengan surat perintah itu dikeluarkan juga su­rat jaminan keselamatan, untuk menjaminnya kembali ke tempat yang aman.

Surat-surat ini dibawa ke Wittenberg oleh seorang pengawal yang ditugaskan untuk membawanya ke Worms.
Sahabat-sahabat Luther takut dan cemas. Mengetahui prasangka buruk dan rasa permusuhan mereka terhadap Luther, sahabat-sahabat Luther khawatir kalau-kalau surat jaminan keselamatan itu sendiri tidak dihargai. Dan mereka meminta agar jangan membahayakan hidup Luther. Luther menjawab, "Para pengikut kepausan tidak menginginkan kedatangan saya ke Worms. Yang mereka inginkan ialah hukuman dan kematian saya. Ti­dak ada masalah. Janganlah berdoa untuk saya, tetapi berdoalah untuk firman Tuhan .... Kristus akan memberikan Roh-Nya kepada saya untuk menga­lahkan pelayan-pelayan kepalsuan itu. Saya tidak mengacuhkan mereka selama hidupku, dan aku akan bergembira karena mengalahkan mereka oleh kematianku. Mereka sekarang sibuk di Worms untuk memaksa saya menarik kembali ajaran-ajaran saya. Dan inilah penarikan kembali perkataan saya: saya sudah katakan sebelumnya bahwa paus adalah wakil Kristus, dan se­karang saya menyatakan bahwa dia, adalah lawan Tuhan kita, dan rasul Setan." Ibid, b. 7, psl. 6.

Luther tidak mengadakan perjalanan berbahaya itu sendirian. Selain pe­suruh kerajaan, tiga orang sahabatnya yang paling karib memastikan untuk menyertai dia. Melanchthon sungguh-sungguh ingin pergi bersamanya. Hatinya begitu terjalin dengan hati Luther, dan ia rindu untuk mengikutinya, kalau perlu, ke dalam penjara atau kepada kematian. Tetapi permohonannya ditolak. Seandainya Luther harus binasa, maka harapan Pembaruan harus terpusat kepada teman sekerjanya yang masih muda ini. Luther berkata pada waktu berpisah dari Melanchthon, "Jikalau seandainya saya tidak kem­bali, dan musuh-musuh saya membunuh saya, teruskanlah mengajar dan berdiri teguh dalam kebenaran. Bekerjalah sebagai penggantiku .... Jika­lau engkau bertahan hidup terus, maka kematianku tidak berakibat apa-­apa." Ibid, psl. 7. Para mahasiswa dan rakyat banyak yang menyaksikan keberangkatan Luther sangat terharu. Orang banyak yang hatinya telah dijamah oleh kabar Injil, mengucapkan selamat jalan dengan menangis. Demikianlah Pembaru itu bersama teman-temannya berangkat dari Wittenberg.

Sepanjang perjalanan, mereka melihat bahwa pikiran orang-orang diganggu oleh firasat buruk. Di beberapa kota tidak ada penghormatan yang diberikan kepada mereka. Pada waktu mereka berhenti untuk beristirahat pada malam hari, seorang imam yang ramah menyatakan kekhawatirannya dengan menunjukkan kepada Luther gambar seorang pembaru bangsa Italia yang telah mengalami mati syahid. Hari berikutnya mereka mengetahui bahwa tulisan-tulisan Luther telah diharamkan dan dilarang di Worms. Para pesuruh kekaisaran telah mengumumkan dekrit kaisar, dan mengimbau orang-orang untuk membawa karya-karya Luther yang dilarang itu kepada pengadilan. Pengawal, khawatir akan keselamatan Luther pada konsili itu, dan berpikir mungkin keputusan Luther mulai goyah, bertanya kalau-kalau ia masih ingin terus pergi. Luther menjawab, "Meskipun dilarang di setiap kota, saya akan jalan terus." Ibid, psl. 7.
Di Erfurt, Luther disambut dengan honmat. Ia dikelilingi oleh banyak orang pada waktu ia melewati jalan jalan kota yang dulu sering ditelusurinya dengan membawa kantong sebagai peminta-minta. Ia mengunjungi kamar biara yang pernah ditempatinya, sambil merenungkan perjuangan yang melaluinya sinar terang yang sekarang membanjiri Jerman telah dicurahkan kepada jiwanya. Ia diminta untuk berkhotbah. Hal ini sebenarnya telah dilarang baginya, tetapi pengawalnya mengizinkannya, dengan demikian maka biarawan yang pernah bekerja keras di biara itu sekarang naik mimbar.

Kepada perkumpulan yang pernuh sesak itu ia mngucapkan perkataan Kristus, "Damai sejahtera bagi kamu." "Para ahli filsafat, para doktor dan penulis," katanya, "telah berupaya mengajarkan kepada manusia cara untuk memperoleh hidup yang kekal, dan mereka itu tidak berhasil. Seka­rang saya memberitahukan kepadamu, . . . bahwa Allah telah membang­kitkan seorang Manusia dari kematian, Tuhan kita Yesus Kristus, agar Dia membinasakan kematian, membasmi dosa sampai ke akar-akarnya, dan menutup pintu neraka. Inilah pekerjaan keselamatan, . . . Kristus telah memenangkannya! Inilah berita sukacita. Dan kita diselamatkan oleh usa­ba-Nya, dan bukan oleh usaha kita.. . . Tuhan kita Yesus Kristus berkata, ‘Damai sejahtera bagi kamu. Lihatlah tangan-Ku.' Sebenarnya yang Ia katakan ialah, “Lihatlah, hai manusia! Adalah Aku, Aku sendiri satu-satunya, yang telah menghapuskan dosamu dan yang telah menebus engkau. Dan sekarang engkau beroleh kedamaian, kata Tuhan."-Ibid, b. 7, ch. 7.
Ia melanjutkan, menunjukkan bahwa iman yang benar akan dinyatakan melalui kehidupan yang kudus. "Oleh karena Allah telah menyelamatkan kita, marilah kita mengatur pekerjaan kita sedemikian rupa agar berkenan kepa­da-Nya. Apakah engkau kaya? Biarlah kekayaanmu digunakan untuk ke­perluan orang-orang miskin. Apakah engkau miskin? Biarlah pelayananmu berkenan kepada orang kaya. Jikalau usahamu hanya berguna bagimu saja, maka pelayanan yang kamu sangka diberikan kepada Allah adalah dusta."­Ibid.

Orang-orang mendengar dengan terpesona. Roti hidup telah dibagi-bagi­kan kepada jiwa-jiwa yang lapar itu. Kristus ditinggikan di hadapan mere­ka mengatasi para paus, para utusan paus, para kaisar dan raja-raja. Luther tidak menyinggung kedudukannya yang penuh bahaya. Ia tidak berupaya membuat dirinya pusat perhatian atau simpati. Ia tidak memikirkan dirinya oleh karena Kristus. Ia berlindung dibelakang Orang dari Golgota itu, dan memikirkan hanya untuk menyatakan Yesus sebagai Penebus orang-orang berdosa.

Sementara Pembaru meneruskan perjalanannya, di mana-mana ia disam­but dengan perhatian besar. Orang-orang berkerumun mengelilinginya, dan suara-suara bersahabat mengamarkannya mengenai maksud para pengikut Roma. "Mereka akan membakarmu," kata beberapa orang, "dan mem­perabukan tubuhmu seperti yang mereka lakukan pada John Huss." Luther menjawab, "Walaupun mereka menyalakan api sepanjang jalan dari Worms ke Wittenberg, dan nyala api itu sampai ke langit, saya akan menjalaninya dalam nama Tuhan. Saya akan tampil di hadapan mereka. Saya akan ma­suk ke dalam rahang raksasa ini dan mematahkan gigi-giginya, sambil mengakui Tuhan Yesus Kristus." Ibid.
Kabar semakin mendekatnya ia kekota Worms menimbulkan kegemparan. Sahabat-sahabatnya takut mengenai keselamatannya. Musuh-mu­suhnya takut keberhasilan mereka terganggu. Upaya keras dilakukan untuk mencegahnya memasuki kota. Atas dorongan para pengikut paus, ia telah diajak ke sebuah kastel seorang ksatria yang ramah, di mana dinyatakan bahwa semua masalah atau kesulitan dapat diatur secara bersahabat. Saha­bat-sahabatnya berusaha menunjukkan ketakutan mereka dengan menje­laskan bahaya-bahaya yang mengancamnya. Tetapi semua usaha mereka gagal. Luther tanpa goyah, mengatakan, "Sekali pun ada Setan di Worms sebanyak genteng yang di atas rumah-rumah, saya tetap akan mema­sukinya." Ibid.

Sementara ia memasuki kota Worms, orang banyak berkerumun di pintu gerbang kota untuk menyambut dia. Begitu besar penyambutan itu, bahkan kaisar sendiri pun belum pernah disambut seperti itu. Kegembiraan pada waktu itu begitu meluap-leap. Dan dari tengah-tengah orang banyak itu terdengar suara nyaring bemada sedih yang berulang-ulang meneriakkan nada ratapan penguburan, sebagai amaran kepada Luther mengenai nasib yang menantinya. "Allah akan menjadi pelindungku," katanya, sementara ia turun dari keretanya.

Para pengikut paus sebelumnya tidak percaya kalau Luther berani untuk tampil di Worms, sehingga kedatangannya membuat mereka dipenuhi ketakutan. Kaisar dengan segera meminta para penasihatnya untuk mem­pertimbangkan apa yang harus dilakukan. Salah seorang imam, pengikut paus yang keras, menyatakan, "Sudah lama kita diminta pendapat menge­nai masalah ini. Biarlah yang mulia melenyapkan orang ini dengan segera. Bukankah Kaisar Sigismund yang menyebabkan John Huss mati dibakar? Kita tidak berkewajiban untuk memberi atau mematuhi surat jaminan ke­selamatan seorang bidat." "Tidak," kata kaisar, "kita harus mengingat janji kita." Ibid, b. 7, ch. 8. Itulah sebabnya diputuskan bahwa Pembaru itu ,'harus didengar.

Seluruh penduduk kota itu ingin melihat orang luar biasa ini, dan banyaklah pengunjung yang memenuhi penginapan-pengipan. Luther belum sembuh benar dari penyakitnya. Ia sangat letih oleh karena perjalanan yang mema­kan waktu dua minggu penuh. Ia harus siap menghadapi kejadian-kejadian penting hari esok, dan ia memerlukan istirahat dan ketenangan. Akan tetapi begitu banyak orang yang rindu menemui dia, sehingga ia hanya sempat beristirahat beberapa jam saja. Para bangsawan, ksatria, imam dan penduduk kota berkerumun mengelilingi dia. Di antara mereka banyak bangsawan yang begitu keras memohon kepada kaisar suatu pembaruan terhadap penyalah­gunaan dan penyelewengan gereja, dan yang, seperti kata Luther, "telah dibebaskan oleh Injil yang saya beritakan."-Martyn, "Life and Times of Luther," hlm. 393.

Musuh-musuh dan sahabat-sahabatnya datang untuk melihat biarawan pemberani itu. Ia menerima mereka dengan ketenangan yang tak tergoyahkan, menjawab semua pertanyaan dengan berwibawa dan bijaksana. Pembawaannya kukuh dan berani. Ekspresi wajahnya menun­jukkan kebaikan hatinya, bahkan kesuka-citaannya, meskipun pucat, kurus. dan ditandai oleh keraa keras dan penyakit. Keseriusan dan kesungguh-­sungguhan kata-katanya yang mendalam memberinya kuasa yang bahkan musuh-musuhnya pun tak mampu menahan seluruhnya. Baik kawan-kawan maupun lawan-lawannya sama-sama takjub. Sebagian yakin bahwa pe­ngaruh Ilahi menolongnya, sementara yang lain menyatakan, seperti pernyataan orang Farisi mengenai Kristus, "Ia dipengaruhi Setan."

Pada hari berikutnya, Luther dipanggil untuk menghadiri Mahkamah. Seorang pejabat kekaisaran ditunjuk untuk membawanya ke ruang peme­riksaan. Setiap jalan telah dipenuhi penonton yang ingin melihat biarawan yang berani menentang kekuasaan paus ini.

Sementara ia hampir memasuki tempat ia menghadap para hakim, seorang jenderal tua, pahlawan dari banyak peperangan, berkata dengan ramah ke­padanya, "Biarawan yang malang, biarawan yang malang, engkau akan berdiri lebih agung dari saya atau dari para kapten lain yang pernah meme­nangkan peperangan yang paling sengit sekalipun. Akan tetapi jika engkau merasa yakin perjuanganmu itu benar, majulah terus dalam nama Tuhan, dan janganlah takut sesuatu pun. Allah tidak akan melupakanmu." Ibid.

Akhirnya Luther berdiri di hadapan konsili. Kaisar duduk di hadapan takhtanya. Ia dikelilingi oleh orang-orang yang terkenal dan terhormat di kekaisaran itu. Belum pernah seseorang menghadap sidang yang lebih me­ngagumkan daripada ini di atas mana Martin Luther akan memberikan ja­waban-jawaban mengenai imannya. "Pemunculan Luther di majelis ini se­benarnya adalah suatu pertanda kemenangannya atas kepausan. Paus telah menghukum orang ini, tetapi sekarang ia berdiri di depan pengadilan, yang oleh tindakan ini, menempatkan diri di atas paus. Paus telah memutuskan pengucilannya dan melarang masyarakat berhubungan dengan dia. Namun ia telah dipanggil dengan bahasayang terhormat, dan diterima menghadap sidang yang paling mulia di dunia ini. Paus telah menghukumnya dengan hukuman berdiam diri selamanya. Tetapi sekarang ia akan berbicara dihadapan ribuan orang pendengar yang datang dari berbagai tempat jauh dari dunia Kekristenan. Suatu revolusi besar telah dimulai oleh peran Luther. ` Roma telah merosot dari takhtanya, dan kemerosotan itu disebabkan oleh suara seorang biarawan." Ibid, b. 7, ch. 8.

Di hadapan sidang yang berkuasa dan bergengsi itu, Pembaru, kelahiran orang kebanyakan itu, tampaknya kagum dan malu. Beberapa orang dari para pangeran mengamati emosinya dan mendekatinya. Salah seorang berbisik kepadanya, "Janganlah takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi yang tidak dapat membunuh jiwa." Yang lain berkata, "Bila­mana engkau dibawa berhadapan dengan para gubernur dan raja-raja oleh karena Aku, Roh Bapamu akan memberitahukan kepadamu apa yang akan engkau katakan." Demikianlah kata-kata Kristus telah digunakan oleh orang­-orang besar dunia untuk menguatkan hambaNya pada saat pencobaan.

Luther dibawa pada posisi tepat di hadapan takhta kaisar. Keheningan menyelimuti seluruh sidang. Kemudian pejabat kekaisaran bangkit, dan menunjuk kepada koleksi tulisan-tulisan Luther dan menyuruh Luther men­jawab dua pertanyaan,-apakah dia mengakui buku-buku itu sebagai tulisan­-tulisannya, dan apakah ia bermaksud untuk menarik kembali buah pikiran yang telah diajukannya di dalam tulisan-tulisan tersebut. Sementara judul buku-buku itu dibacakan, Luther memberi pengakuan bahwa buku-buku itu adalah tulisannya sebagai jawaban kepada pertanyaan yang pertama. "Mengenai pertanyaan kedua," katanya, "berhubung pertanyaan itu me­nyangkut iman dan keselamatan jiwa-jiwa, dan di mana firman Allah, harta termahal dan terbesar di surga maupun di dunia terlibat, saya akan dianggap bertindak tidak bijaksana kalau saya menjawabnya tidak dengan sungguh-­sungguh. Mungkin saya menguatkan kurang dari yang dituntut keadaan, atau lebih dari yang diperlukan oleh kebenaran, dengan demikian berdosa kepada perkataan Kristus ini, “Tetapi barang siapa menyangkal Aku di de­pan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di surga.' (Matius 10:33). Untuk ini aku memohon kepada Yang Mulia, de­ngan segala kerendahan, untuk memberikan waktu kepadaku, agar aku da­pat menjawabnya tanpa melanggar firman Allah."Ibid.

Dalam mengajukan permohonan ini Luther bertindak dengan bijaksana. Sikapnya meyakinkan sidang bahwa ia tidak bertindak secara bernafsu atau gegabah. Ketenangan dan penguasaan diri yang demikian itu, menambah kekuatan kepadanya. Sikap seperti itu tidak diharapkan dari seorang yang tegas dan tak mengenal kompromi. Sikap ini menyanggupkannya selanjut­nya memberinya jawaban dengan bijaksana, tegas, berakal budi dan berwibawa, sehingga mengejutkan dan mengecewakan musuh-musuhnya, dan menempelak kekurangajaran dan kesombongan mereka.

Hari berikutnya ia harus menghadap kembali untuk memberikan ja­wabannya yang terakhir. Untuk sementara hatinya remuk pada waktu ia merenungkan kekuatan-kekuatan yang bersatu melawan kebenaran. Imannya goyah, ketakutan dan kegentaran menimpanya, dan kengerian me­nyelimutinya. Bahaya berlipat ganda di hadapannya. Musuh-musuhnya tam­paknya akan menang, dan kuasa kegelapan merajalela. Awan menutupinya, dan tampaknya memisahkan dirinya dari Allah. Ia sangat rindu jaminan kepastian bahwa Allah yang mahakuasa akan menyertainya. Dalam penderitaan jiwanya, ia tersungkur ke tanah dan mencurahkan jeritan hatinya yang hancur, yang tak seorang pun mengerti dengan sesungguhnya selain, Allah.

"O, Allah yang kekal dan mahakuasa," ia memohon, "betapa mengerikan dunia ini! Lihatlah, ia membuka mulutnya untuk menelan aku, dan tolonglah aku yang kurang percaya ini .... Jikalau hanya pada kuasa dunia ini aku menaruh harap, berarti segalanya sudah selesai .... Saatku sudah tiba, hukumanku sudah diumumkan .... O, Allah-ku, tolonglah aku melawan semua kebijaksanaan dunia ini. Tolonglah Tuhan, . . . Engkau sendiri; karena ini bukan pekerjaanku, tetapi pekerjaan-Mu. Tidak ada urusanku di sini, tidak ada yang diperdebatkan dengan pembesar-pembesar" dunia ini .... Tetapi ini adalah urusan-Mu, . . . urusan kebenaran dan kekekalan. O, Tuhan, tolonglah aku! Allah yang setia dan yang tidak berubah,' aku tidak bisa menaruh harap kepada seorang manusia pun .... Segala yang dari manusia tidak ada kepastian. Segala yang datang dari manusia adalah kegagalan .... Engkau telah memilih aku untuk pekerjaan ini ...
Berdirilah disampingku demi Anak-Mu yang kekasih, Yesus Kristus, yang menjadi pertahananku, perisaiku dan bentengku yang kuat." Ibid.

Allah, Pemelihara yang maha bijaksana, telah mengizinkan Luther me­nyadari bahaya yang mengancamnya, agar ia tidak menaruh harap kepadg kekuatannya sendiri dan takabur masuk ke dalam bahaya. Namun bukag ketakutan penderitaan diri sendiri, ketakutan penyiksaan atau kematian yang tampaknya segera akan terjadi, yang meresahkannya. Ia menemui kemelut dan ia merasa tidak sanggup menghadapinya. Olen karena kelemahannya kebenaran mungkin akan menderita kerugian. Ia bergumul dengan Allah bukan untuk keselamatannya, tetapi demi kemenangan Injil. Seperti Israel, yang pada malam itu bergumul sendirian di tepi sungai, demikianlah pen­deritaan dan pergumulan jiwanya. Seperti Israel, ia menang di pihak Allah. Di dalam ketidak berdayaannya, imannya berpegang teguh kepada Kristus, Penyelamat perkasa itu. Ia dikuatkan dengan jaminan bahwa ia tidak akan tampil sendirian di hadapan konsili. Kedamaian kembali memenuhi jiwanya, dan ia bersukacita oleh karena diizinkan untuk meninggikan firman Allah di hadapan penguasa-penguasa bangsa itu.

Dengan pikirannya tetap tertuju kepada Allah, Luther mempersiapkan diri menghadapi perjuangan yang menghadangnya. Ia memikirkan renca­na jawaban yang akan diberikannya. Ia memeriksa tulisan-tulisannya, dan mengambil bukti-bukti dari Alkitab untuk mempertahankan posisinya. Kemudian, ia meletakkan tangan kirinya di atas Alkitab yang terbuka di depannya, ia mengangkat tangan kanannya ke atas, dan berjanji "tetap setia kepada Injil, dan mengakui imannya dengan bebas, walaupun harus memeteraikan kesaksiannya dengan darahnya sendiri." Ibid.

Ketika sekali lagi ia dituntun ke hadapan Mahkamah, tidak tampak rasa takut atau malu di wajahnya. Dengan tenang, penuh kedamaian, namun dengan berani dan penuh wibawa, ia berdiri sebagai saksi Allah di antara orang-orang besar dunia. Sekarang pejabat kekaisaran menuntut keputusan Luther, apakah ia ingin menarik kembali ajaran-ajarannya. Luther membe­rikan jawaban dengan nada yang lembut dan merendah tanpa kekekasan atau emosi. Sikapnya malu-malu dan penuh hormat, namun ia menunjuk­kan rasa percaya diri dan sukacita, yang membuat hadirin kagum.

"Kaisar yang agung, para pangeran yang mulia, dan tuan-tuan yang budiman," kata Luther, "pada hari ini saya berdiri di hadapan hadirin sesuai dengan perintah yang diberikan kepada saya kemarin. Dan oleh rahmat Allah saya memohon yang agung dan yang mulia untuk mendengarkan pembelaan saya terhadap satu hal yang saya yakin tepat dan benar. Jikalau oleh karena kelalaian saya harus melanggar kebiasaan dan tatatertib peng­adilan, saya mohon diampuni, karena saya tidak dibesarkan di istana raja­-raja, tetapi di biara terpencil." Ibid.

Kemudian melanjutkan kepada pertanyaan, ia mengatakan bahwa karya­karyanya yang sudah diterbitkan itu tidak sama sifatnya. Dalam sebagian ia membahas mengenai iman dan perbuatan-perbuatan baik, dan musuh-mu­suhnya sendiri menyatakan bahwa karya-karya itu bukan saja tak berbaha­ya, tetapi bahkan sangat berguna. Menarik kembali karya-karya ini berarti mempersalahkan kebenaran yang diakui semua pihak.

Kelompok yang kedua dari tulisan-tulisannya mengungkapkan kebejatan moral dan penyelewengan kepausan. Menarik kembali karya-karya ini akan memper­kuat kekejaman Roma, dan membuka pintu lebih lebar lagi terhadap keja­hatan yang lebih banyak dan lebih besar. Dalam kelompok ketiga buku­-bukunya, ia menyerang idividu-individu yang telah mempertahankan kejahatan-kejahatan yang sedang merajalela. Megenai ini Luther mengakui bahwa ia telah bertindak lebih keras. Ia tidak menyatakan dirinya bebas dari kesa­lahan. Untuk buku-buku ini pun ia tidak mau menariknya kembali karena dengan berbuat demikian akan memberi semangat kepada musuh-musuh kebenaran, dan mereka akan mengambil kesempatan untuk menghancur­kan umat Allah dengan kekejaman yang lebih besar.

"Namun, saya adalah manusia biasa, bukan Allah," ia meneruskan, "Oleh sebab itu saga akan mempertahankan diri seperti yang dilakukan Kristus “Jikalau saya berkata jahat, tunjukkanlah kejahatan itu'. . . . Oleh rahmat Allah, saya memohon kepadamu Kaisar Yang Agung, dan kepadamu para Pangeran yang mulia, dan kepada semua orang dari berbagai tingkatan un­tuk membuktikan dari tulisan-tulisan para nabi dan para rasul bahwa saya telah bersalah. Dan segera setelah saya diyakinkan mengenai hal ini saya akan menarik kembali semua yang salah itu. Dan sayalah orang yang perta­ma mengambil buku-buku itu dan melemparkannya ke dalam api untuk dibakar.

"Apa yang baru saja saya katakan menunjukkan dengan jelas, saya ha­rap, bahwa saya telah mempertimbangkannya dengan masak-masak dan memperhitungkan bahaya yang mengancam saya. Tetapi saya jauh dari rasa takut, saya bersukacita bahwa Injil itu sekarang, seperti pada zaman dahulu, penyebab kesusahan dan perselisihan. Inilah sifat dan tujuan firman Allah. “Aku datang bukan membawa damai ke atas bumi, tetapi Aku datang membawa pedang,” kata Yesus Kristus. Nasihat-nasihat Allah adalah ajaib dan mengerikan. Berhati-hatilah, jangan menginjak-injak firman Allah yang kudus dengan dalih memadamkan perselisihan, dan dengan demikian mendatangkan bahaya besar dan mengerikan bagi dirimu, malapetaka sekarang dan kehancuran kekal.... Saya dapat mengutip banyak contoh dari firman Allah. Saya dapat berbicara tentang Firaun-firaun, raja-raja Babel, dan tentang raja-raja Israel, yang upaya-upayanya hanya mendatangkan kebinasaan mereka sendiri karena mereka tidak meminta nasihat. Kelihat­annya mereka paling bijaksana untuk memperkuat kekuasaannya. Allah memindahkan gunung-gunung, dan mereka tidak mengetahui hal itu."­Ibid.

Luther berbicara dalam bahasa Jerman. Sekarang ia diminta untuk meng­ulangi kata-katanya itu dalam bahasa Latin. Meskipun ia sudah letih de­ngan pidatonya yang sebelumnya, ia menuruti dan menyampaikan pidatonya sekali lagi jelas dan bersemangat. Pemeliharaan Allah menuntunnya ke dalam masalah itu. Pikiran para pangeran telah dibutakan oleh kesalahan dan ketakhyulan sehingga pada penyajian pertama mereka tidak melihat kekuatan dan pemikiran Luther. Tetapi dengan pengulangan ini membuat mereka dapat melihat dengan jelas semua hal yang disampaikan.

Mereka yang dengan degilnya menutup mata kepada terang, dan bertekad untuk tidak diyakinkan oleh kebenaran, telah dibuat marah oleh kuasa kata­-kata Luther. Setelah ia selesai berbicara, jurubicara Mahkamah berkata dengan marah, "Engkau tidak menjawab pertanyaan yapg diajukan kepa­damu .... Engkau diharuskan memberi jawaban yang jelas dan tepat.. . . Mau atau tidak mau menarik kembali ajaran-ajaranmu?"

Pembaru itu menjawab, "Oleh karena Yang Agung dan Yang Mulia me­minta dari saya jawaban yang jelas, sederhana dan tepat, maka saya akan menjawab begini: Saya tidak dapat menyerahkan imanku baik kepada paus atau kepada konsili ini, sebab sudah jelas seperti terangnya siang bahwa mereka sering bersalah dan bertentangan satu sama lain. Kecuali saya diyakinkan oleh kesaksian Alkitab atau oleh pemikiran yang paling terang, kecuali saya terbujuk oleh kalimat-kalimat yang saya kutip, dan kecuali mereka yang membuat hati nurani saya terikat oleh firman Allah, saya ti­dak dapat dan tidak akan menarik kembali ajaran-ajaran saya, karena tidak baik bagi seorang Kristen berbicara melawan hati nuraninya. Di sini saya berdiri, saya tidak dapat berbuat yang lain. Kiranya Tuhan Allah menolong saya. Amin."

Begitulah orang benar ini berdiri di atas alasan yang teguh, firman Allah.
Terang surga menyinari wajahnya. Kebesarannya dan kesuciannya, keda­maian dan sukacita hatinya, telah dinyatakan kepada semua orang semen­tara ia bersaksi melawan kuasa kesalahan, dan menyaksikan keunggulan; iman yang mengalahkan dunia.

Untuk sementara seluruh hadirin terdiam dalam kekaguman. Dalam jawaban Luther yang pertama, ia berbicara dengan nada rendah dan dengan rasa honnat, seolah-olah menyerah. Para pengikut Romanisme menganggap ini suatu tanda bahwa keberanian Luther mulai pudar. Mereka menganggap permohonan penundaan semata-mata hanya pendahuluan kepada penarikannya kembali ajaran-ajarannya. Kaisar Charles sendiri setelah memperhatikan, setengah memandang rendah tubuh biarawan yang sudah merosot, pakaiannya yang sederhana, dan kesederhanaan pidatonya, telah menyatakan, "Biarawan ini tidak akan pernah membuat saya menjadi bidat".

­Keberanian dan keteguhan yang ditunjukkannya sekarang, serta kuasa dan terangnya pemikirannya, membuat semua pihak terkagum-kagum. Kaisar," oleh karena kekagumannya, berseru, "Biarawan ini berbicara dengan hati yang berani dan dengan semangat-yang tidak tergoyahkan." Banyak pangeran Jerman memandang wakil bangsa mereka ini dengan bangga dan gembira.

Para pengikut Roma telah dikalahkan. Kepentingan mereka tampaknya sangat suram. Mereka berusaha untuk mempertahankan kekuasaan mereka, bukan dengan merujuk kepada Alkitab, tetapi dengan menggunakan ancaman-ancaman, argumentasi Roma yang tidak pernah gagal. Juru bicara Mahkamah berkata, "Jikalau engkau tidak menarik kembali ajaran-ajaranmu, maka kaisar dan pemerintah negara bagian di seluruh kekaisaran akan merundingkan tindakan apa yang akan dijalankan terhadap seorang bidat yang tidak bisa lagi diperbaiki ini. "Sahabat-sahabat Luther, yang dengan kesukaan besar mendengarkan pembelaannya, gemetar mendengar kata-kata ini. Tetapi Dr. Luther sendiri berkata dengan tenang, "Kiranya Allah penolongku, karena tidak ada yang dapat saya tarik kembali."

Ia disuruh meninggalkan Mahkamah, sementara para pangeran berkonsultasi bersama. Terasa bahwa kemelut besar akan datang. Penolakan terus-menerus Luther untuk menyerah dapat berpengaruh kepada sejarah gereja selama berabad-abad. Diputuskan untuk memberikan kesempatan sekali lagi kepadanya untuk menarik kembali ajaran-ajarannya.

Untuk yang terakhir sekali ia dihadapkan kepersidangan. Sekali lagi pertanyaan diajukan, apakah ia mau menarik kembali ajaran-ajarannya. "Saya tidak mempunyai jawaban yang lain," katanya, "selain daripada yang sudah saya katakan." Terbukti bahwa ia tidak bisa dipengaruhi, baik dengan janji-janji maupun dengan ancaman untuk menyerah kepada kekuasaan Roma.

Para pemimpin kepausan merasa kecewa. Kuasa mereka, yang telah mem­buat raja-raja dan para bangsawan gemetar, dipandang rendah oleh seorang biarawan yang sederhana. Mereka ingin membuat dia merasakan kemarahan mereka dengan cara menyiksanya. Akan tetapi Luther, yang menya­dari bahaya, telah berbicara kepada semua orang dengan keagungan dan ketenangan seorang Kristen. Kata-katanya tidak mengandung kesombongan, emosi dan kesalahpahaman. Ia tidak lagi memperdulikan dirinya sendiri, dan pembesar-pembesar di sekelilingnya, dan hanya merasa bahwa ia ber­ada di hadirat Seorang yang mutlak, yang lebih tinggi dari paus, para pejabat tinggi gereja, raja-raja dan para kaisar. Kristus telah berbicara melalui ke­saksian Luther dengan kuasa dan keagungan, sehingga pada waktu itu meng­ilhami dengan kekaguman dan keheranan baik kawan maupun lawan. Roh Allah telah hadir di dalam konsili, untuk mempengaruhi hati para pemim­pin kekaisaran. Beberapa orang dari para pangeran dengan tegas mengakui kebenaran perjuangan Luther. Banyak yang diyakinkan mengenai kebe­naran, tetapi bagi sebagian orang kesan itu tidak bertahan lama. Ada kelompok lain, yang pada waktu itu tidak menunjukkan keyakinan mere­ka; tetapi setelah menyelidiki sendiri Alkitab menjadi pendukung Pemba­ruan yang tak mengenal takut dikemudian hari.

Penguasa Saxon Frederick telah lama mengharapkan kehadiran Luther di hadapan Mahkamah. Dan dengan emosi yang mendalam ia mendengar­kan pidato Luther. Dengan gembira dan bangga ia menyaksikan keberanian, keteguhan hati, ketenangan dan rasa percaya diri Dr. Luther, dan tekadnya untuk berdiri lebih teguh lagi dalam mempertahankan diri. Ia memban­dingkan kedua pihak yang bertikai, dan melihat bahwa kebijaksanaan paus, raja-raja dan pejabat-pejabat tinggi gereja tidak ada artinya dibandingkan dengan kuasa kebenaran. Kekuasaan kepausan telah menderita suatu kekalahan, yang akan dirasakan diantara semua bangsa dan pada segala zaman.

Ketika pejabat tinggi gereja menyadari akibat yang ditimbulkan oleh pidato Luther, ia menjadi takut seperti belum pernah sebelumnya, mengenai keamanan kekuasaan Romawi, dan memutuskan akan mengambil segala tindakan yang di bawah kekuasaannya untuk melenyapkan Pembaru itu. Dengan kemahirannya berbicara dan ketrampilan diplomatiknya yang menonjol, ia mengemukakan kepada kaisar yang masih muda itu betapa bo­dohnya dan berbahayanya mengorbankan persahabatan dan dukungan ke­kuasaan Roma, hanya demi seorang biarawan yang tidak berarti.

Kata-katanya bukan tanpa akibat. Sehari sesudah Luther memberikan jawabannya, Charles mengirim pesan untuk disampaikan kepada Mahka­mah, yang mengumumkan keputusannya untuk menjalankan kebijakan pendahulunya untuk mempertahankan dan melindungi agama Katolik. Oleh karena Luther telah menolak menarik kembali ajaran-ajarannya, dan meng­akui kesalahannya, maka tindakan yang paling keras akan dilakukan terha­dap Luther dan terhadap ajarannya yang menyimpang. "Seorang biarawan yang sesat oleh kebodohannya, telah bangkit melawan iman dunia Kristen. Untuk mempertahankan kesesatan seperti itu, berarti saya akan mengorban­kan kerajaan saya, harta saya, sahabat-sahabat saya, darah saya, jiwa saya dan hidup saya. Saya mau menyingkirkan Luther yang mulia, dan melarang­nya melakukan kekacauan yang sekecil apa pun di antara rakyat. Kemudi­an saya akan melawan dia dan pengikut-pengikutnya sebagai orang-orang bidat yang degil, oleh mengucilkan, mengasingkan dan apa saja yang di­perkirakan dapat menghancurkan mereka. Saya mengimbau para anggota penguasa kerajaan untuk berlaku sebagai orang-orang Kristen yang se­tia." Ibid, b. 7, ch. 9. Namun demikian, kaisar mengatakan bahwa surat jaminan keselamatan Luther harus dihormati, dan sebelum tindakan terhadapnya di laksanakan, ia harus diizinkan kembali ke rumahnya dengan selamat.

Timbul dua pemikiran yang bertentangan di antara anggota-anggota Mahkamah. Para utusan dan wakil-wakil paus menuntut surat jaminan ke­selamatan itu diabaikan saja. Mereka katakan, "Sungai Rhine harus mene­rima abunya, sebagaimana telah menerima abu jenazah John Huss seabad yang lalu."-Ibid. Tetapi para pangeran Jerman, walaupun mereka adalah pengikut kepausan dan mengaku memusuhi Luther, memprotes pelanggaran iman umum, sebagai suatu noda pada kehormatan bangsa. Mereka menunjuk kepada malapetaka yang timbul sesudah kematian Huss,dan menyatakan bahwa mereka tidak berani mempersalahkan Jerman dan kaisar mereka yang masih muda, jika kejahatan yang ngeri seperti itu terulang kembali:

Charles sendiri, dalam menanggapi protes itu, berkata, "Walaupun ke­hormatan dan iman harus dilenyapkan dari seluruh muka bumi ini, mereka seharusnya mendapatkan perlindungan di dalam hati para pangeran."­Ibid. Charles lebih jauh dibujuk oleh musuh Luther yang keras agar mem­perlakukan Pembaru itu seperti yang dilakukan Sigismund kepada Huss, menyerahkannya kepada kemurahan hati gereja. Tetapi setelah mengenang peristiwa pada waktu Huss, di hadapan pengadilan, menunjuk kepada ran­tainya dan mengingatkan raja akan janji imannya, Charles V. menyatakan, "Saya tidak suka dipermalukan seperti Sigismund"-"History of the Council of Constance, " Jld.1, hlm. 422.

Namun demikian, Charles dengan sengaja menolak kebenaran yang di­sampaikan oleh Luther. "Saya dengan teguh berketetapan untuk mengikuti teladan leluhur saya," tulis raja. Ia telah memutuskan bahwa ia tidak akan menyimpang dari kebiasaan walaupun dalam jalan kebenaran. Ia akan me­ninggikan kepausan dengan segala kejahatannya oleh karena ayahnya berbuat demikian. Dengan demikian ia mengambil pendirian, menolak menerima setiap terang yang melebihi apa yang para leluhurnya sudah teri­ma atau melaksanakan sesuatu tugas yang mereka tidak laksanakan.

Sekarang ini ada banyak orang yang bergantung kepada adat kebiasaan dan tradisi para leluhurnya. Bilamana Allah mengirimkan kepada mereka terang tambahan, mereka menolaknya, karena tidak diberikan sebelumnya kepada leluhurnya, sehingga mereka tidak mau menerimanya. Kita tidak ditempatkan di tempat leluhur kita. Sebagai akibatnya tugas-tugas dan tang­gung jawab kita tidak sama dengan mereka. Kita tidak akan berkenan ke­pada Allah kalau kita mencari teladan leluhur untuk menentukan tugas, gantinya kita menyelidiki sendiri firman kebenaran itu. Tanggung jawab kita lebih besar daripada nenek moyang kita. Kita bertanggung jawab atas terang yang mereka terima, dan yang diturunkan kepada kita sebagai warisan bagi kita. Dan kita juga bertanggung jawab atas terang tambahan yang se­karang bersinar atas kita dari firman Allah.

Kristus berkata kepada orang Yahudi yang tidak percaya, "Sekiranya aku tidak datang dan tidak berkata-kata kepada mereka, mereka tentu tidak ber­dosa. Tetapi sekarang mereka tidak mempunyai dalih bagi dosa mereka" (Yohanes 15:22). Kuasa Ilahi yang sama telah berbicara melalui Luther kepada kaisar dan para pangeran Jerman. Dan sementara terang bersinar dari firman Allah, Roh-Nya membujuk para hadirin untuk yang terakhir kalinya. Seperti Pilatus berabad-abad yang lalu, membiarkan kesombongan dan popularitas menutup hatinya terhadap Penebus dunia; seperti Felix yang berkata kepada utusan kebenaran, "Cukuplah dahulu dan pergilah seka­rang; apabila ada kesempatan baik, aku akan menyuruh memanggil eng­kau;" dan seperti Agrippa yang sombong mengakui, "Hampir-hampir saja kau yakinkan aku menjadi orang Kristen," (Kisah 24:25; 26:28), namun mereka berpaling dari pekabaran surgawi itu, demikianlah Charles V., yang me­nyerah kepada ketentuan kesombongan dan kebijakan duniawi, sehingga memutuskan menolak terang kebenaran.

Desas-desus mengenai tindakan terhadap Luther telah tersebar luas, me­nyebabkan kegemparan besar diseluruh kota itu. Pembaharu itu telah mem­punyai banyak sahabat, yang bertekad untuk tidak mengorbankannya, ka­rena mereka mengetahui kekejaman yang akan dilakukan oleh Roma kepa­da semua orang yang berani mengungkapkan kekejamannya. Ratusan kaum bangsawan bersumpah untuk melindunginya. Tidak sedikit yang secara terbuka mencela pengumuman kerajaan sebagai tanda kelemahan, menye­rah kepada kekuasaan Roma. Di gerbang-gerbang rumah dan di tempat-­tempat umum, ditempelkan kertas pengumuman. Sebagian mengutuk dan sebagian lagi membela Luther. Salah satu kertas pengumuman itu telah dituliskan dengan kata-kata orang bijak, "Wahai engkau tanah, kalau rajamu seorang kanak-kanak .." (Pengkhotbah 10:16). Semangat dukungan populer kepada Luther diseluruh Jerman meyakinkan baik kaisar maupun Mahka­mah, bahwa setiap tindakan yang tidak adil kepada Luther akan membaha­yakan perdamaian di seluruh kekaisaran, dan bahkan stabilitas takhta.

Frederick dari Saxon tetap tenang namun mengamati keadaan, menyem­bunyikan dengan hati-hati perasaannya terhadap Pembaru. Sementara pada waktu yang sama ia menjaga dirinya tanpa mengenal lelah, memperhati­kan gerak geriknya dan gerak gerik musuh-musuhnya. Tetapi banyak juga yang tidak berupaya menyembunyikan rasa simpatinya kepada Luther. Ia dikunjungi oleh para pangeran, kaum bangsawan, orang-orang terkemuka, baik awam maupun para ulama. "Kamar doktor yang sempit," tulis Spalatin, “tidak dapat menampung semua pengunjung yang datang.” Martyn, Jld. 1, hlm 404. Orang-orang memandang kepadanya seolah-olah ia lebih dari sekadar manusia. Bahkan orang-orang yang tidak percaya kepada ajaran­-ajarannya pun mengagumi integritasnya yang tinggi, yang membuatnya berani mati daripada melanggar hati nuraninya.

Upaya yang sungguh-sungguh dilakukan untuk memperoleh persetujuan Luther untuk berkompromi dengan Roma. Kaum bangsawan dan para pa­ngeran menyampaikan kepadanya bahwa jika ia tetap pada pendiriannya menentang gereja dan konsili, ia akan dilenyapkan dari kekaisaran, dan ia tidak akan mempunyai perlindungan lagi. Luther memberi jawaban kepa­da usaha ini, "Injil Kristus tidak dapat dikhotbahkan tanpa perlawanan.. . . Kalau begitu mengapa rasa takut atau cemas akan bahaya memisahkan saya dari Tuhan saya dan dari firman-Nya, yang adalah kebenaran satu­-satunya? Tidak. Lebih baik saya serahkan tubuh saya, darah saya dan hi­dup saya." D'Aubigne, b. 7, ch. 10.
Sekali lagi ia didesak agar menyerah kepada pengadilan kaisar, dan ke­mudian tidak ada lagi yang perlu ditakutkan. "Aku setuju," jawabnya, "de­ngan segenap hatiku, agar kaisar, para pangeran dan bahkan orang Kristen yang paling hina, harus memeriksa dan menimbang karya-karyaku, tetapi dengan satu syarat, bahwa mereka membuat firman Allah sebagai ukuran. Manusia tidak bisa berbuat lain selain menurutinya. Janganlah bertindak kejam terhadap hati nuraniku yang terikat dan terantai kepada Alkitab."­Ibid.

Kepada imbauan lain ia berkata, "Aku setuju melepaskan surat jaminan keselamatan saya. Saya menempatkan diri saya dan hidup saya ditangan kaisar, tetapi firman Allah ... sekali lagi tidak!" Ibid. Ia mengatakan kesediaannya menyerah kepada keputusan konsili umum, tetapi hanya de­ngan syarat bahwa konsili diminta memutuskan sesuai dengan Alkitab. Selanjutnya ia menambahkan, "Dalam urusan apa firman Allah dan iman setiap orang Kristen disamakan dengan paus dalam menghakimi meskipun didukung oleh sejuta konsili."- Martyn, jld. I, hlm 410. Akhirnya baik kawan maupun lawan yakin bahwa upaya-upaya selanjutnya untuk perdamaian tidak akan ada gunanya.
Kalau saja Pembaru itu menyerah dalam satu hal saja, Setan bersama pengikut-pengikutnya akan memperoleh kemenangan. Tetapi keteguhannya yang tak tergoyahkan itu, menjadi sarana pembebasan gereja untuk memu­lai era baru yang labih baik. Pengaruh orang yang satu ini, yang berani ber­pikir dan bertindak bagi dirinya dalam masalah-masalah agama, telah mem­pengaruhi gereja dan dunia, bukan saja pada zamannya, tetapi juga pada semua generasi yang akan datang. Keteguhannya dan kesetiaannya akan menguatkan semua orang yang akan melalui pengalaman yang serupa pada akhir zaman. Kuasa dan kebesaran Allah mengatasi pemikiran manusia dan mengatasi kekuasaan besar Setan.

Luther segera diperintahkan oleh kaisar untuk kembali ke kampung halamannya. Dan dia tahu bahwa perintah ini akan segera disusul oleh penghukumannya. Awan gelap yang menakutkan membayangi jalannya. Tetapi sementara ia meninggalkan kota Worms, hatinya dipenuhi sukacita dan pujian. "Iblis sendiri," katanya, "mengawal benteng paus; tetapi Kris­tus telah menerobosnya, dan Setan terpaksa mengakui bahwa Tuhan lebih berkuasa daripadanya." D’Aubigne, b. 7, ch. 11.
Setelah keberangkatannya, ia masih ingin agar ketetapan pendiriannya jangan ditanggap salah sebagai suatu pemberontakan. Ia menulis kepada kaisar. "Allah yang menyelidiki segala hati, adalah saksi saya," katanya, "bahwa saya siap sedia dengan sungguh-sungguh mematuhi yang mulia, dalam kehormatan atau tidak, dalam kehidupan atau kematian, dan tanpa kecuali dalam firman Allah, yang olehnya manusia hidup. Dalam semua liku-liku permasalahan hidup masa kini, ketetapan saya tidak tergoyahkan, oleh karena di sini kalah atau menang tidak mempengaruhi keselamatan. Akan tetapi kalau dikaitkan dengan kekekalan, Allah tidak mau manusia menyerah kepada manusia. Oleh karena penyerahan seperti itu dalam masalah kerohanian adalah perbaktian yang sebenarnya, maka kita berbakti hanya kepada Allah saja." Ibid.

Dalam perjalanannya pulang dari Worms, sambutan terhadap Luther le­bih semarak dibandingkan dengan pada waktu ia pergi. Para ulama yang ramah dan baik hati menyambut biarawan yang dikucilkan itu, dan pejabat­-pejabat pemerintah menghormati orang yang telah dikutuk oleh kaisar. Ia diminta untuk berkhotbah, dan walaupun ada larangan kekaisaran, ia sekali lagi naik ke mimbar. "Saya tidak pernah berjanji kepada diri saya untuk merantai firman Allah, dan tidak akan saya lakukan," katanya.-Martyn, Jld. I, hlm. 420.

Tidak berapa lama setelah ia meninggalkan Worms, para pengikut kepausan mendesak kaisar untuk mengeluarkan satu dekrit melawan Luther. Dalam dekrit itu Luther dicela sebagai "Setan sendiri dalam bentuk manusia dan berpakaian jubah biarawan." D’Aubigne, b. 7, ch. 11. Diperintahkan agar segera setelah surat jaminan keselamatan habis masa berlakunya, di­ambil langkah-langkah untuk menghentikan kegiatannya. Semua orang dilarang untuk menyembunyikannya, memberinya makanan atau minum­an, atau membantunya atau bersekongkol dengannya dengan kata-kata atau tindakan, di muka umum atau secara pribadi. Ia harus ditangkap di mana saja memungkinkan, dan menyerahkannya kepada penguasa. Pengikut-­pengikutnya juga akan dipenjarakan, dan harta mereka disita. Tulisan-tulis­annya akan dimusnahkan, dan akhirnya, semua yang berani bertindak ber­tentangan dengan dekrit ini akan menerima hukuman yang lama. Pengua­sa Saxon, dan para pangeran yang bersahabat dengan Luther, telah me­ninggalkan kota Worms segera setelah Luther meninggalan Worms, dan dekrit kaisar itu mendapat sanksi dari Mahkamah. Sekarang para pengikut Romawi kegirangan karena merasa menang. Mereka menganggap nasib Pembaruan telah ditutup termeterai.
Allah telah menyediakan jalan kelepasan bagi hamba-Nya pada saat genting seperti ini. Mata yang terus waspada, yang tidak pernah tertidur, mengawasi gerak gerik Luther. Dan hati yang benar dan agung telah me­mutuskan untuk menyelamatkannya. Sudah jelas bahwa Roma tidak akan puas kalau Luther belum mati. Hanya dengan menyembunyikannya nya­wanya dapat diselamatkan dari mulut singa. Allah memberikan kebijaksa­naan kepada Frederick dari Saxon untuk membuat suatu rencana penyela­matan terhadap sang Pembaru itu. Dengan kerjasama saha­bat-sahabat sejati, rencana penguasa Saxon ini dapat dijalankan , dan Luther dapat disembunyikan dengan baik dari sahabat-sahabat dan musuh-mu­suhnya. Dalam perjalanan pulang ia ditangkap dan dipisahkan dari pengikut­-pengikutnya, dan dengan segera dibawa melalui hutan ke kastil Wartburg, suatu benteng terpencil di pegunungan. Baik penangkapannya maupun penyembunyiannya dilakukan secara misterius sehingga Frederick sendiri pun untuk beberapa waktu lamanya, tidak tahu kalau-kalau rencana itu su­dah dijalankan. Ketidaak-tahuan ini bukanlah secara kebetulan. Selama Frederick tidak tahu di mana Luther berada, selama itu pula ia tidak bisa menyatakannya, ia merasa puas bahwa Pembaruan itu aman.
Musim bunga, musim panas dan musim gugur pun berlalu dan musim dingin pun tiba, dan Luther pun masih tetap sebagai tawanan. Aleander dan pengikut-pengikutnya bergembira karena terang Injil itu seolah-olah akan padam. Tetapi sebaliknya, Pembaru itu sedang mengisi minyak lampu­nya dan perbendaharaan kebenaran, agar sinarnya memancar lebih terang.

Dalam pengamanan Wartburg, untuk sementara, Luther merasa gembira krena terbebas dari kekacauan dan panasnya peperangan. Tetapi ia tidak merasa puas berlama-lama berdiam diri dan beristirahat. Karena sudah biasa dengan kehidupan yang aktif dan pertentangan yang keras, ia tidak tahan tetap tanpa kegiatan. Selama hari-hari hidup menyendiri itu, gereja bangkit di hadapannya sehingga ia berseru dalam keputus-asaan. "Aduh! Tak seorang pun pada hari terakhir murka-Nya, yang dapat berdiri bagaikan tembok di hadapan Tuhan, dan menyelamatkan Israel!" Ibid, b. 9, psl. 2. Sekali lagi, ia memikirkan dirinya sendiri, dan ia takut dicap sebagai pengecut oleh karena menarik diri dari arena perjuangan. Akhirnya ia mempersalahkan dirinya karena bermalas-malas dan memanjakan diri. Namun pada waktu yang sama setiap hari ia melakukan tugas yang tampaknya tidak mungkin dilakukan oleh orang Lain. Pena Luther tidak pernah malas. Sementara musuh­musuhnya memuji diri oleh karena Luther sudah diam, mereka dikejutkan dan dibingungkan oleh bukti nyata bahwa Luther masih aktif. Sejumlah besar risalah-risalah yang ditulisnya, diedarkan di seluruh Jerman, ia juga melakukan suatu jasa kepada bangsanya dengan menerjemahkan buku Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman. Dari "Patmos"nya yang berbatu­-batu ia terus menyiarkan Injil hampir sepanjang tahun, menegur dan men­cela dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan pada masa itu.

Akan tetapi bukan hanya sekadar melindungi Luther dari angkara murka musuh-musuhnya, atau bahkan memberinya waktu untuk pe­kerjaan penting ini, sehingga Allah menarik hamba-hamba-Nya dari panggung kehidupan umum. Ada hasil yang lebih berharga dan itu yang akan diperolehnya. Di tempat pengasingan yang terpencil dan tidak diketa­hui orang ini, Luther terpisah dari dukungan duniawi, dan dari sanjungan manusia. Dengan demikian ia terhindar dari kesombongan dan kepercaya­an pada diri sendiri yang sering disebabkan oleh keberhasilan. Oleh pende­ritaan dan kehinaan ia telah dipersiapkan kembali untuk berjalan dengan aman di atas ketinggian ke mana ia tiba-tiba dinaikkan.

Pada waktu orang-orang bersukacita dalam kebebasan yang diberikan oleh Injil kebenaran kepada mereka, mereka cenderung menyanjung orang-orang yang dipakai Allah untuk memutuskan rantai kesalahan dan ketahyulan. Setan berupaya untuk mengalihkan pikiran dan kasih manusia dari Allah, dan menujukan kepada manusia. Ia memimpin mereka menghormati alat-alat dan melupakan Tangan yang mengatur semua kejadian dan pemeliharaan. Terlalu sering pemimpin-pemimpin agama yang dipuji-puji dan dihormati kehilangan rasa ketergantungan mereka kepada Allah dan menaruh percaya pada hati nurani orang-orang, yang cenderung mencari tuntunan dari mere­ka, gantinya mencari dari firman Allah. Pekerjaan pembaruan itu sering menjadi lambat karena roh seperti itu dimanjakan oleh para pendukungnya. Allah akan menjaga upaya pembaruan dari bahaya ini. Ia rindu agar peker­jaan ini menerima, bukan pengaruh manusia, tetapi pengaruh Allah. Mata orang-orang telah ditujukan kepada Luther sebagai penerang kebenaran; ia diasingkan agar semua mata boleh ditujukan kepada Pencipta kebenaran abadi itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar