Sabtu, 20 Februari 2016

53. Keadaan sering bertambah buruk ketika kita berdoa hingga kita belajar untuk mencari Yesus demi kepentingan-Nya, bukan kita.




Seorang mahasiswa mengatakan kepada saya pada suatu waktu, “Saya berhenti menjadi orang Kristen dua minggu yang lalu, dan saya bahkan belum berdosa sejak itu!”

Pada sisi lain, banyak orang yang memutuskan untuk mulai mencari hubungan pribadi dengan TUHAN menemukan bahwa segala sesuatu menjadi serba salah. “Banyak yang dengan tulus mengabdikan hidup mereka untuk pelayanan TUHAN dikejutkan dan dikecewakan karena menemukan diri mereka, tidak seperti sebelumnya, dihadapkan pada rintangan-rintangan dan ditimpa pencobaan-pencobaan dan kebingungan-kebingungan. Mereka berdoa untuk tabiat seperti orang Kristen, untuk kecocokan bagi pekerjaan TUHAN, dan mereka ditempatkan di bawah keadaan-keadaan yang sepertinya memunculkan semua sifat-sifat jahat mereka. Keburukan-keburukan tabiat yang bahkan mereka tidak sadari keberadaannya diungkapkan. Seperti Israel purba, mereka mempertanyakan, “Jika TUHAN memimpin kita, mengapa semua ini menimpa kita?”—Ministry of Healing, hlm. 470.

Kadang kala sulit untuk menerima jawaban yang diilhami yang diberikan dalam tulisan yang sama, yaitu “adalah karena TUHAN yang memimpin mereka sehingga hal-hal ini menimpa mereka. Pencobaan-pencobaan dan rintangan-rintangan adalah cara untuk mendisiplin yang dipilih TUHAN dan kondisi-kondisi sukses yang Dia tetapkan.”—Ibid, hlm. 471. (Penekanan ditambahkan.)

Cerita Ayub adalah sebuah cerita yang aneh. Di sini ada seorang laki-laki yang sempurna. TUHAN mengatakan dia sempurna. Dia berkata kepada Setan, “Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Ayub 1:8.

Namun TUHAN memberikan izin kepada kejahatan untuk menyerang Ayub, walaupun Ayub sempurna. Dan dalam satu malam Ayub yang malang menghadapi lebih banyak masalah dari pada yang dihadapi kebanyakan orang seumur hidupnya. Kekayaannya lenyap, kesehatannya lenyap, anak-anaknya lenyap. Lebih dari itu, dia kehilangan penghormatan isterinya, reputasinya di masyarakat, dan kepercayaan sahabat-sahabatnya.

Apakah tuntutan setan terhadap TUHAN dalam kejadian ini? Dia menuduh TUHAN dengan tidak adil telah melindungi Ayub. Dia menuduh TUHAN telah menjadi Oknum yang menyuap ciptaan-Nya untuk mendapatkan kasihnya. Dia berkata, “Ayub melayani Engkau hanya untuk apa yang dia bisa dapatkan dari-Mu.”
Tetapi TUHAN lebih tahu! Dia tahu apa yang membuat Ayub setia. Dan Diapun mempertaruhkan reputasinya, di hadapan seluruh alam semesta, ke atas hamba-Nya Ayub. Dia berkata kepada setan, “Silahkan dan coba buktikan tuduhanmu.”

Kadang kala orang memiliki keberatan terhadap cerita Ayub, merasa bahwa TUHAN mempergunakan Ayub sebagai sebuah pion dalam pertandingannya dengan setan. Tetapi bukan Ayub yang sedang dicobai—adalah TUHAN yang sedang dicobai. Dan Ayub, yang bukan saja sejak awalpun tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, namun juga tidak pernah diberi sebuah penjelasan sejauh yang Alkitab catat, membersihkan nama (dari tuduhan setan) TUHAN di hadapan alam semesta!

Tidak seorangpun yang menyukai orang yang mata duitan. Kita dapat mengerti masalah-masalah yang dimiliki orang-orang kaya atau tokoh masyarakat dalam membangun persahabatan sejati. Tidak selalu mudah untuk mengatakan siapa yang ingin bersahabat dengan-mu secara pribadi, atau siapa yang hanya mencoba mengambil keuntungan darimu.

Dengan setiap orang yang memilih untuk meninggalkan barisannya untuk bergabung dengan pihak Allah, setan menuduh Allah sekali lagi dan lagi. Dia berkata, “Orang ini tidak datang kepada-Mu karena dia mengasihi-Mu. Dia tidak menerima pelayanan-Mu melalui apa yang telah dilakukan Anak-Mu baginya dengan rasa syukur. Dia ingin agar masalah-masalahnya terpecahkan. Dia ingin penyakitnya disembuhkan. Dia ingin agar pikirannya damai. Dia ingin melepaskan diri dari api penghakiman.”

Intinya, setiap jiwa yang membuat keputusan untuk menerima Kristus memperbaharui pertentangan besar itu. Dan satu-satunya cara agar nama TUHAN dapat dibersihkan dari tuduhan setan, satu-satunya cara agar Dia dapat menerima pilihan kita untuk-Nya, adalah jika Dia memberikan kesempatan kepada setan untuk membujuk kita agar meninggalkan pilihan kita!

Seorang mahasiswa mengatakan kepada saya, “Jika saya dapat mengetahui bahwa saya telah selamat, bahwa dosa-dosa saya telah diampuni, dan bahwa saya diterima oleh TUHAN sekarang, maka saya ingin agar seseorang membunuh saya secepatnya!”
“Mengapa?”
“Karena saya takut gagal lagi!”

Tetapi TUHAN tidak mau orang yang datang kepada-Nya hanya dalam tekanan hebat sesaat saja dan kemudian mengubah pikiran mereka tentang ingin menjadi milik-Nya jika mereka memiliki separuh kesempatan. Dia ingin kebebasan memilih kita. Dan untuk memberikan kita kebebasan memilih yang sempurna, Dia harus mengizinkan sang musuh untuk melakukan usaha terbaiknya untuk membuat kita mengubah pikiran kita.


Beberapa tahun yang belum lama berlalu, Amerika Serikat mengatur sebuah “masa tenang” setelah menandatangani setiap kontrak besar. Bahkan pemerintahpun membuat kelonggaran untuk mengubah pikiran dan menjamin hak kita untuk berubah pikiran. Pilihan yang dapat bertahan pada masa-masa buruk, seperti pada masa-masa baik, hanyalah pilihan bebas yang dapat diterima baik Allah maupun Setan.

Jumat, 19 Februari 2016

52. Maksud utama belajar Alkitab bukan untuk mendapatkan informasi tetapi untuk mengenal Yesus.


Sekelompok orang Kristen di South Sea Islands pergi ke pantai setiap pagi untuk melihat ke timur untuk mengetahui apakah Yesus sudah datang atau belum. Mereka belum mendengar lagi bahwa TUHAN membangkitkan orang mati, sebagaimana yang Dia lakukan pada zaman Alkitab. Maka mereka berdoa, dan orang-orang mati dibangkitkan.

Salah seorang dari orang-orang Kristen ini sedang berusaha meyakinkan kepala suku untuk mengizinkan putrinya dibaptiskan. Putrinya telah menerima Kristus, tetapi ayahnya telah melarang dia untuk bergabung dengan gereja itu.

“Jika TUHAN mengirimkan gempa bumi besok sore pada jam tiga, maukah engkau mengizinkan putrimu dibaptis?” orang Kristen itu bertanya kepada kepala suku. Kepala suku itu setuju.

Kemudian, keesokan sorenya pada jam tiga terjadi gempa bumi yang hebat, dan kepala suku mengizinkan putrinya untuk bergabung dengan gereja tersebut.

Penginjil Kristen ini diwawancarai oleh seseorang di Amerika Serikat, yang bertanya kepadanya, “Mengapa sebuah gempa bumi? Tidak bisakah engkau meminta sesuatu yang tidak terlalu spektakuler?”
Dan orang Kristen dari South Sea Islands itu menjawab, “Bukankah TUHAN itu bisa melakukan segalanya? Mengapa tidak meminta sesuatu yang besar?”

Kita tersenyum terhadap iman yang sederhana dari orang-orang “Yang Tidak Jelas” ini. Kita tersenyum terhadap iman seorang anak kecil. Tetapi kita juga iri. Dengan segala kecanggihan informasi yang kita miliki mengenai TUHAN, kadang kala kepercayaan kita sangat jauh dari-Nya.

Saya tidak berkata bahwa informasi itu tidak penting. TUHAN telah menyediakan kita informasi mengenai diri-Nya. Dia ingin iman yang cerdas. Tetapi informasi saja tidak pernah cukup. The Desire of Ages, hlm. 455, memberi komentar ini: “Pemahaman dan penghargaan terhadap kebenaran...lebih bergantung kepada hati dari pada pikiran. Kebenaran harus diterima di dalam jiwa; itu menuntut penghormatan dari kemauan. Jika kebenaran diserahkan kepada akal semata, kesombongan akan terdapat di dalam pemahamannya.”

Setan mempunyai informasi lebih lengkap tentang TUHAN dari pada kita semua. Namun informasi itu tidak cukup untuk mencegahnya dari memulai seluruh kekacauan ini pada awalnya. Itu tidak cukup untuk mengubah hidupnya hari ini. Dia memilih memberontak pada awalnya. Dia memilih untuk memberontak di dalam kepenuhan terang kemuliaan TUHAN, dengan informasi yang lengkap tentang TUHAN dan tabiat-Nya. Dan semua informasi yang dia miliki tidak cukup untuk mencegah kejatuhannya.

Informasi penting bagi komunikasi. Tetapi informasi bukanlah pengganti bagi komunikasi.

Kadang kala dua orang dari latar budaya yang berbeda bertemu. Hal ini sering terjadi pada masa perang ketika para prajurit dikirim ke luar negeri. Hal ini terjadi dalam program pertukaran pelajar dan pelajar missionaris. Seorang pria muda dan seorang wanita muda akan tertarik satu dengan yang lain dan memulai sebuah hubungan. Tetapi mereka tidak dapat berbicara satu dengan yang lain.

Mereka sering tersenyum dan bergandengan tangan dan berciuman, dan menyimpulkan karena senang menjalani waktu bersama-sama sehingga mereka menganggap bahwa mereka sedang berkomunikasi. Sang pria berpikir bahwa ini adalah apa yang dia cari selama ini. Sang wanita berpikir ini adalah jawaban dari mimpinya.

Tetapi kadang kala setelah mereka bersama beberapa lama, mungkin bahkan setelah mereka menikah, mereka menemukan bahwa mereka tidak memiliki kesamaan apapun kecuali tersenyum dan bergandengan tangan dan berciuman! Latar belakang mereka berbeda, selera mereka berbeda, ide mereka tentang peran suami dan peran isteri berbeda, tujuan-tujuan hidup mereka berbeda. Dan masalahpun dimulai.

Informasi dan komunikasi harus berjalan bersama. Satu hal pertama yang terjadi ketika missionaris membawa seorang orang-orang kafir dari kegelapan penyembahan berhala kepada Kristus, adalah bahwa mereka mulai mengajar tentang Kristus. Kita mungkin pernah mendengar cerita-cerita tentang orang-orang yang dibawa Roh Kudus kepada penerimaan terhadap Allah sebelum missionaris manusia pernah menjangkau mereka. Tetapi hal pertama yang biasanya terjadi adalah orang itu dituntun ke gereja, kepada Firman Allah untuk mendapatkan informasi tentang Allah yang akan membuat imannya tetap hidup.

Pada sisi lain, di negeri-negeri yang begitu diterangi, informasi mengenai Allah telah memenuhi kesadaran kita sejak bayi. Tetapi kita kurang pengertian mengenai komunikasi. Kita dapat membahas hingga larut malam tentang rincian intelektual tentang Allah dan membicarakannya setiap pekan di Sekolah Sabat, namun tidak pernah menyediakan waktu untuk berbicara dengan TUHAN dan berkomunikasi dengan-Nya secara pribadi.


Alkitab menyediakan informasi sebagai sebuah batu loncatan untuk komunikasi. Yohanes 17:3 berkata, “Inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau.” Mengetahui tentang TUHAN memiliki nilai hanya pada saat itu menuntun kepada pengenal-an akan Dia. Pengenalan akan Dia menuntun kepada hidup.

Kamis, 18 Februari 2016

51. Tujuan utama dari berdoa bukanlah untuk mendapatkan jawaban tetapi untuk mengenal Yesus.


Pikirkanlah sejenak tentang salah satu teman akrabmu. Itu tentu merupakan tugas yang menyenangkan! Biarkan pikiranmu kembali ke saat terakhir kalian bersama. Apa yang engkau bicarakan? Apa yang engkau lakukan? Bagaimana engkau menjalani waktu itu?

Sekarang pikirkanlah dua hal. Pertama, berapa banyak dari waktumu bersama sahabatmu yang engkau habiskan untuk meminta kebaikannya?

Apakah engkau kadang kala butuh meminta maaf dari seorang sahabat akrab? Tentu. Apakah engkau pernah meminta pertolongan? Pasti. Tetapi kalau itu yang menjadi dasar keseluruhan persahabatan, tentu hubungan tersebut sudah lama berakhir, bukan?

TUHAN mengundang kita untuk menjalin persahabatan dengan-Nya. Yesus berkata dalam Yohanes 15:14,15: “Kamu adalah sahabat-Ku...Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat.” Steps to Christ, hlm. 93, berkata, “Doa adalah hati yang terbuka kepada Allah seperti kepada seorang sahabat.”

TUHAN itu baik dalam memberi dan mengampuni. Dia telah mengundang kita untuk meminta. Dia senang untuk memberi. “Adalah bagian dari rencana Allah untuk memberikan kepada kita, dalam jawaban kepada doa iman, apa yang Dia tidak berikan adalah apa yang tidak kita minta.”—The Great Controversy, hlm. 525. TUHAN bukan pemaksa, bahkan dengan berkat-berkat-Nya. Dia telah mengisi firman-Nya dengan janji-janji untuk mendorong kita datang kepada-Nya. Dengan menunggu kita meminta janji-janji berkat-Nya, Dia sedang menghormati kuasa memilih kita.

Tetapi kadang kala kita begitu terhanyut dengan meminta dan menerima sehingga kita telah melupakan berapa banyak yang telah kita dapatkan. TUHAN menginginkan lebih dari sekedar memenuhi kebutuhan kita. Dia menginginkan kasih kita.

Dia telah memberikan kita “janji-janji yang berharga dan sangat besar,”(2 Petrus 1:4), tetapi Dia tidak pernah memberikan kita jaminan bahwa semua janji yang terdapat di dalam Alkitab adalah untuk kita, pada saat ini, dan dalam keadaan sekarang ini. Janji-janji berkat rohani dapat selalu kita minta. Adalah kemauan-Nya untuk mengampuni dosa kita, untuk memberikan kita kuasa penurutan dan kuasa untuk bekerja dalam pelayanan-Nya. Tetapi apa bila tiba pada berkat-berkat sementara—bahkan kehidupan itu sendiri—kita harus menyerahkan kemauan kita kepada kemauan-Nya dan menerima pilihan-Nya bagi kita. Alkitab berisi janji-janji baik untuk kelepasan dari maut dan kekuatan untuk tetap setia hingga kepada kematian. Adalah bagian TUHAN untuk memutuskan karunia mana yang cocok untuk setiap kebutuhan.

Apakah artinya kita tidak boleh meminta berkat-berkat sementara? Tidak, adalah selalu boleh untuk meminta. TUHAN telah meminta kita untuk meminta! Tepat di tengah-tengah doa TUHAN Yesus adalah sebuah permohonan bagi berkat sementara, “Berikanlah kami makanan kami yang secukupnya.” “Dalam mengajar kita untuk setiap hari meminta apa yang kita butuhkan—baik berkat-berkat sementara maupun rohani—TUHAN mempunyai sebuah maksud yang hendak dipenuhi untuk kebaikan kita. Dia mau kita menyadari ketergantungan kita pada pemeliharaan-Nya yang tetap, karenanya Dia menarik kita ke dalam persekutuan dengan-Nya.”—Thoughts From the Mount of Blessings, hlm. 113.

Perhatikan mengapa Dia mengundang kita untuk meminta, dari pada hanya sekedar memberi kita berkat-berkat rohani dan sementara yang kita butuhkan tanpa harus memintanya. Itu adalah untuk mengajar kita bergantung kepada-Nya dan untuk membawa kita ke dalam persekutuan dengan-Nya.

TUHAN bukanlah jenis sahabat yang hanya membicarakan hal-hal yang menarik minat-Nya. Dia mengundang kita untuk datang dan berbicara kepada-Nya tentang apa yang ada dalam pikiran kita. Dia ingin mendengar apa yang sedang kita pikir dan rasakan. Dia ingin berbagi dengan kita apa yang menjadi kesedihan dan kebahagiaan kita.

Kadang kala orang bertanya, “Bukankah TUHAN telah mengetahui segala sesuatu tentang kita?” Tentu Dia telah tahu! Tetapi bahkan di dalam hubungan antar manusia, berbicara hanya untuk sekedar bercakap-cakap adalah penting. Bahkan dalam tataran manusia, informasi tidak sepenting komunikasi yang terjadi ketika orang-orang berbagi.

Misalkan engkau mempunyai seorang sahabat yang mendapatkan beberapa kabar baik. Mungkin engkau telah membaca kabar baik ini di koran, dan karena engkau mengenalnya dan mengetahui sesuatu yang menjadi impian dan tujuan dan kepribadiannya, engkau mengatakan kepada dirimu, “Sahabatku pasti akan sangat senang.”
Kemudian misalkan dia meneleponmu dan berkata, “Coba tebak!”
“Gak perlulah bicara tentang itu, sahabatku, aku sudah tahu. Aku membacanya di koran, dan aku tahu engkau sedang senang. Cukuplah membahas tentang itu. Sekarang kita bicarakan yang lain aja, yuk.” Apakah begitu caramu menanggapinya?

Tidak, engkau mendengarnya menceritakan hal itu. Engkau berbagi kesenangannya bersamanya. Engkau merasa tersanjung bahwa dia mau berbagi denganmu, karena itu adalah pernyataan cinta dan persahabatan.


TUHAN mempunyai semua informasi yang Dia butuhkan. Yang kurang adalah persekutuan dengan orang-orang yang Dia kasihi. Itulah sebabnya Dia meng-undang kita untuk berbagi tentang hidup kita dengan-Nya.

Rabu, 17 Februari 2016

50. Hanya karena engkau membaca Alkitab dan berdoa tidak berarti engkau akan memiliki sebuah hubungan dengan TUHAN. Tetapi jika engkau tidak melakukannya, engkau tidak akan memilikinya.




Kapan saja muncul sebuah diskusi tentang kehidupan beribadah Kristen dan pentingnya menjalani waktu hari demi hari bersama TUHAN dalam Firman-Nya dan dalam doa, seseorang selalu bertanya, “Bukankah mungkin bagi kehidupan beribadah menjadi hanya sekedar perjalanan dinas?”

Sebelum saya mencoba untuk menjawab pertanyaan itu, mungkin saya harus mengartikan “perjalanan dinas”. Ketika seseorang bertanya tentang kehidupan yang beribadah menjadi hanya sekedar sistem kerja, apa yang mereka maksudkan? Apakah mereka sedang berbicara tentang mendapatkan atau melayakkan diri untuk keselamatan dengan memberikan waktu begitu banyak dalam mempelajari Alkitab dan berdoa? Itu dapat menjadi kesalahan besar karena berakhir dengan sejenis kebenaran oleh kehidupan beribadah, dari pada kebenaran oleh iman dalam Yesus.

Mungkin kita harus mengatakannya di sini kembali bahwa kebenaran datang hanya oleh iman di dalam Yesus saja. Titik. Tidak ada yang kita lakukan untuk dapat memperoleh keselamatan.

Tetapi kita harus menerima keselamatan untuk mendapatkan manfaatnya, atau seluruh dunia, termasuk setan dan malaikat-malaikatnya, akan dapat diselamatkan. Pengorbanan Yesus adalah cukup; itu cukup untuk keselamatan bagi seluruh dunia. Tetapi tidak semua mau menerima.

Tidak ada keselamatan yang diterima sekali untuk selamanya—itu harus diterima setiap hari. Tujuan dasar dari datang kepada Yesus setiap hari adalah untuk menerima karunia dan kuasa dan keselamatan dari-Nya. Hal itu termasuk lebih banyak lagi, saat kita akan mengetahuinya dalam Tesis 95. Tetapi hal itu termasuk sebuah penerimaan keselamatan yang berkelanjutan. Maka hal ini bukan masalah jasa; ini adalah masalah cara.

Tetapi pertanyaan—“Bukankah mungkin bagi kehidupan beribadah menjadi hanya sekedar sistem kerja?”—memiliki dimensi lain. Dan itu harus berhubungan dengan apakah itu mudah, spontan, dan otomatis, atau apakah usaha terlibat di dalamnya? Kehidupan beribadah bukanlah masalah pekerjaan, tetapi hal itu bekerja! Itu adalah perbedaan yang penting.

Banyak hal dalam kehidupan orang Kristen adalah karunia (pemberian). Dan engkau tidak berusaha untuk sebuah karunia. Iman adalah sebuah karunia dan pertobatan adalah sebuah karunia dan kemenangan adalah sebuah karunia dan keselamatan adalah sebuah karunia. Tetapi ada satu hal yang bukan merupakan sebuah karunia. TUHAN tidak pernah berjanji untuk mencari diri-Nya bagi kita. Dia tidak pernah berjanji untuk menerima diri-Nya bagi kita. Dia tidak pernah berjanji untuk mengenali diri-Nya bagi kita.

Semua kehidupan Kristen tidak spontan. Kadang kala bisa saja menjadi sebuah sukacita mencari Yesus untuk kebaktian dan persekutan pribadi. Di lain waktu itu bisa saja menuntut segenap usaha dan kuasa kemauan dan disiplin dan ketabahan dan kebulatan tekad yang engkau miliki. Paulus menyebutnya “pertandingan iman.” 1 Timotius 6:12. Kita tidak percaya pada agama yang pasif. Manusia memiliki sebuah bagian untuk menyelesaikan dalam bekerja sama dengan Allah bagi pemulihannya, dalam mengerjakan keselamatan dirinya.

Betapa sebuah tragedi begitu banyak orang-orang Kristen telah salah mengerti kebenaran ini. Kita telah mengerahkan begitu banyak waktu dan energi dan kuasa kemauan untuk berusaha memaksa diri kita melakukan apa yang tidak bisa kita lakukan dan yang telah Allah janjikan akan lakukan bagi kita.

Dan kita tidak melakukan satu hal yang Dia minta agar kita lakukan—mencari Dia. Kita telah menunggu sampai “suasana hati kita cocok”, kita telah menunggu pengalaman beribadah untuk datang kepada kita secara spontan.

Jika engkau pernah mencoba menjalani waktu secara teratur bersama Allah, engkau tahu bahwa itu bisa menjadi kerja keras. Pernahkah engkau menemukan dirimu sedang menatap jam untuk mengetahui berapa lama lagi waktu yang tersisa? Pernahkah engkau melihat ke akhir pasal yang sedang engkau baca untuk mengetahui berapa halaman lagi yang harus engkau lalui? Pernahkah engkau merasakan betapa sulitnya berdoa? Apa yang engkau lakukan ketika hal ini terjadi?

Satu hal yang pasti—berhenti tidak akan menolong. Seperti yang pernah dikatakan seseorang, “Ketika berdoa itu sulit, berdoalah lebih keras lagi.” Thoughts from the Mount of Blessings, hlm. 115, berkata, “Ketika kita merasa kita telah berdosa dan tidak dapat berdoa, itulah saatnya untuk berdoa.” Maka pada saat engkau menemukan bahwa kehidupan beribadah menjadi pekerjaan yang sangat sulit, satu hal yang tidak boleh engkau lakukan adalah berhenti.

Membaca Alkitab dan berdoa tidak menjamin kesehatan kehidupan rohani. Adalah mungkin untuk melakukan keduanya dan hati masih tetap jauh dari TUHAN. Orang-orang Farisi melakukannya. Dan demikian juga denganmu. Tetapi satu hal yang pasti: Engkau tidak bisa memelihara kehidupan rohani jika engkau tidak mencari Yesus melalui Firman-Nya dan berdoa. Hanya karena engkau makan dan minum tidak menjamin kesehatan kehidupan jasmanimu. Tetapi engkau tidak mungkin sehat tanpa makan dan minum.


Adakah masalah-masalah dalam kehidupan beribadah yang berkelanjutan? Tentu ada. Ada masalah-masalah dalam kehidupan jasmani yang berkelanjutan. Udara sudah tercemar. Ada bakteri di dalam makanan. Tetapi tidak ada masalah yang begitu parah sehingga membuat kegiatan makan dan minum menjadi hal yang bersifat pilihan. Kehidupan rohani dapat berlanjut hanya saat kita tetap melanjutkan untuk mencari Dia.

Selasa, 16 Februari 2016

49. Jika kita tidak mengambil waktu untuk membaca Alkitab dan berdoa kita akan mati secara rohani.



Berapa lama engkau pernah dapat bertahan tanpa makan? Hampir semua orang mungkin pernah melewatkan jam makan. Bagaimana dengan selama 24 jam penuh? Pernahkah engkau bertahan selama itu tanpa makanan? Kadangkala engkau harus berpuasa selama itu sebelum menjalani pembedahan besar. Bagaimana dengan bertahan selama 24 jam tanpa makan ketika kesehatanmu dalam keadaan baik dan melakukan kegiatan-kegiatan sehari-harimu? Pernahkah engkau melakukannya?

Alkitab berkata bahwa Yesus dan Musa menjalani waktu selama 40 hari tanpa makan. Hal itu juga dicatat bahwa TUHAN memelihara mereka dengan cara yang istimewa selama waktu itu. Adalah aman bagi kita untuk mengatakan bahwa bagi kebanyakan kita, bahkan untuk berpuasa selama 24 jam penuh kemungkinan bukanlah hal yang biasa.

Ketika saya berjuang melalui masa pendidikan di perguruan tinggi, kafetaria menetapkan pembayaran bulanan minimum tertentu per mahasiswa. Jika engkau makan lebih banyak, engkau membayar lebih. Tetapi jika engkau memakan lebih sedikit, engkau masih membayar minimum.

Satu bulan saya memutuskan untuk memakan kurang dari minimum, supaya saya tidak harus membayar lebih. Selama satu minggu penuh dalam bulan itu, saya tidak makan sama sekali! Saya meminum jus, lain tidak. Saya bukan hanya tidak mampu melanjutkan kegiatan-kegiatan reguler, saya bahkan kelaparan.

Seandainya saya memutuskan, setelah satu minggu percobaan itu, bahwa itu adalah cara untuk menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi dengan biaya sesedikit mungkin dan akan melanjutkan pola makan itu selama empat tahun penuh? Maka tidak akan lama mereka pasti akan mengangkat saya dari trotoar dan membawa saya ke rumah sakit, bukan?

Dalam Yohanes 6, Yesus membandingkan kehidupan rohani persekutuan dan komunikasi dengan-Nya dengan kehidupan jasmani. Dia berkata, “Jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Ayat 53. Sama seperti hukum kehidupan jasmani, demikian juga dengan kehidupan rohani. Jika engkau tidak makan, engkau akan mati. Hal itu mungkin tidak akan terjadi dalam satu malam, baik jasmani maupun rohani. Namun hukum itu memastikan hal itu bagi semuanya. Hasil akhirnya akan tidak terelakkan.

Ny. White telah mengatakan kepada kita “akan baik bagi kita untuk menggunakan waktu setiap hari dalam merenungkan kehidupan Kristus. Kita harus mengambil makna demi makna, dan membiarkan imajinasi memahami setiap pemandangan, terutama pada saat-saat terakhirnya.”—The Desire of Ages, hlm. 83.

Itu adalah resep untuk sebuah makanan rohani yang memiliki keseimbangan yang baik. Ketika makanan rohani kita berpusat pada kehidupan Kristus, kita akan bertumbuh.

Doa disebut “nafas jiwa.” Dan itu menarik garis bahkan lebih dekat. Engkau mungkin bisa bertahan selama sehari tanpa makan, tetapi tidak ada seorangpun yang bisa bertahan selama sehari tanpa bernafas!

Maka, ketika saya berbicara tentang hubungan dengan Kristus, saya tidak sedang berbicara tentang sebuah kemewahan yang akan bermanfaat bagimu jika engkau mempunyai waktu atau berkehendak untuk mengambil keuntungan dari padanya. Saya sedang berbicara tentang hidup dan mati. Jika engkau tidak makan atau bernafas secara rohani, engkau akan mati. Hanya dengan melalui ibadah dan persekutuan yang berkelanjutan dengan Kristus sajalah kehidupan rohani berlanjut.


Senin, 15 Februari 2016

48. Kehidupan ibadah orang Kristen bukanlah pilihan. Hubungan dengan TUHAN adalah dasar seluruh kehidupan Kristen yang sedang berjalan.



Alan tidak pernah bermaksud terlambat bangun. Dia telah mengeset alarm pada 6.30 pagi seperti biasa, tetapi semalam dia tidak tidur hingga larut malam. Dan ketika alarm berbunyi, dia terbangun hanya untuk menekan tombol “off” dan kemudian kembali tidur. Pada waktu dia bangun kembali, jam menunjukkan 7.55 pagi, dan kelas pertamanya akan berlangsung lima menit lagi.

Sekarang tolong jangan salah mengerti. Alan sangat mempercayai pentingnya berdandan pada pagi hari—dan bercukur dan menyikat gigi dan menyisir rambutnya. Tetapi benar-benar tidak ada waktu. Dosen yang mengajar pada kelas jam 8.00 tidak akan mau memberi maaf pada ketidakhadiran atau keterlambatannya, dan lebih jauh lagi, dia ada quiz pagi itu. Maka, dengan sangat kesal dia harus melakukannya, Alan melompat dari tempat tidur, menyambar buku-buku dan catatan-catatannya dan bergegas ke pintu. Dia duduk di kursinya persis pada saat bel masuk berbunyi.

Pernahkah engkau bertemu Alan? Saya menghabiskan kebanyakan waktu saya di sekitar ruang kelas; enam belas tahun yang pertama sebagai pelajar, diikuti paling tidak enam belas tahun lagi sebagai pengajar paruh waktu. Saya telah melihat ribuan siswa, dan tidak pernah sekalipun seorang siswa datang ke kelas dengan mengenakan piyama! Bagaimanapun sibuknya mereka, tidak peduli betapa terlambatnyapun mereka bangun di pagi hari, tidak peduli betapa pentingnya kelas tersebut, mereka tetap mampu, semuanya, untuk menyesuaikan jadwal mereka dengan cara tertentu untuk tampil dengan dandanan yang lengkap!

Namun bukan hanya siswa, orang yang lebih tua juga demikian, menyatakan berkali-kali bahwa mereka tidak bisa memiliki kehidupan ibadah yang teratur dengan TUHAN karena mereka tidak mempunyai waktu.

Pada pertemuan medis di bagian Timur beberapa bulan sebelum menulis buku ini, saya mendengar hal itu kembali. Seorang isteri dokter bertanya, dalam ketulusan yang nyata, “Bagaimana jika engkau tidak punya waktu?”

Kita menemukan waktu untuk berdandan dan rapi untuk diri kita setiap hari. Kita menemukan waktu untuk memakan makanan kita. Namun kita gagal menemukan waktu untuk mengenakan jubah kebenaran Kristus dan memakan Roti Hidup. Apakah masalahnya? Apakah kekurangan waktu? Tidak. Setiap kita memiliki dua puluh empat jam dalam sehari. Kita tidak kekurangan waktu; kita kekurangan motifasi.

Ketika kita berkata bahwa kita tidak punya waktu untuk sesuatu, kita dengan mudah berkata bahwa kita tidak mempertimbangkan hal itu sebagai sesuatu yang penting. Adalah benar bahwa engkau mempunyai waktu untuk apa yang engkau anggap sangat penting. Kekurangan waktu bukanlah sebuah maaf untuk sesuatu, bahkan di dunia ini. Sesuatu yang baginya engkau mempunyai waktu adalah sesuatu yang paling engkau hargai, dan sesuatu yang baginya engkau tidak mempunyai waktu adalah sesuatu yang engkau temukan kurang penting. Sesederhana itu.

Yesus menunjuk kepada Marta, ketika Dia bertamu ke rumahnya di Baitani. Dia tidak mempunyai waktu untuk duduk di kaki-Nya, dan dia tidak berpikir Maria juga mempunyai waktu! Tidak penting berbincang-bincang secara pribadi dengan Anak Allah—hal yang penting di benak Marta adalah menyediakan makan malam di meja! Dan Yesus harus memperingatkan dia tentang apa yang perlu dan tidak. “Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” Lukas 10:41,42.

Apakah engkau pikir bahwa keanggotaanmu di gereja akan menjamin keselamatanmu? Apakah engkau pikir tingkah laku moralmu? Apakah engkau pikir “pekerjaan-mu di ladang TUHAN,” atau bahkan ketika engkau melupakan TUHAN dari pelayananmu? Atau apakah engkau percaya Yohanes 17:3 “inilah hidup yang kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus”?

Kita telah diberitahu bahwa “kesejahteraan kekal kita bergantung pada penggunaan waktu yang kita lakukan selama hidup kita.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 375. Namun betapa sering kita memutuskan dengan tindakan kita bahwa kita tidak mempunyai waktu untuk TUHAN?

Engkau diundang hari ini untuk sebuah hubungan dan persekutuan dengan Yesus—satu hal diatas segala sesuatu yang lain yang setiap kita harus memiliki waktu untuknya. Jika engkau tidak mempunyai waktu untuk-Nya, engkau tidak mempunyai waktu untuk hidup!


Minggu, 14 Februari 2016

47. Kebenaran oleh iman adalah sebuah pengalam-an, bukan hanya sebuah teori.



Saya akan memberikanmu sebuah resep untuk membuat kue strawberry. Letakkan sepotong kue pada dasar sebuah mangkuk besar. Beberapa orang menyukai kue bolu. Beberapa orang menyukai jenis biskuit. Tetapi yang manapun yang engkau gunakan, engkau kemudian meletakkan di atasnya tumpukan strawberry. Jika saat itu pada musim dingin, engkau mungkin boleh menggunakan strawberry beku. Tetapi yang segar adalah yang terbaik. Dan kemudian di atas strawberry engkau meletakkan whipped cream yang banyak.

Rincian dan cara boleh sedikit berbeda dari orang satu ke yang lain. Tetapi satu hal yang pasti. Kue strawberry adalah sebuah pengalaman, bukan hanya sebuah teori! Semua jenis dari tiga bahan-bahan—kue, strawberry, dan whipped cream—memiliki hanya satu tujuan pada akhirnya. Untuk menikmati kue strawberry sepenuhnya, engkau harus mengalaminya.

Kita telah berbicara tentang tiga bahan-bahan nyata dalam kehidupan Kristen yang akan membuat hal yang disebut “hubungan”. Kita telah berbicara tentang belajar Alkitab, berdoa, dan bersaksi atau melayani atau jangkauan keluar. Dalam bagian ini saya akan menjelaskan tentang “resep” untuk sebuah kehidupan ibadah yang berarti.

Tetapi di atas semua itu, engkau harus secara jelas mengerti satu fakta: Teori yang terpisah dari pengalaman memiliki nilai yang kecil. Untuk mendapatkan manfaat dari “resep” itu, engkau harus merasakannya sendiri!

Ada perbedaan yang besar antara mengenal seseorang dan sekedar mengetahui tentang seseorang. Engkau dapat membaca tentang Abraham Lincoln atau Florence Nightingale. Engkau dapat mengetahui sejarah mereka, menghapal perkataan-perkataan mereka, mengagumi kehidupan mereka. Tetapi engkau tidak dapat menjalin hubungan pribadi dengan mereka. Engkau tidak dapat mengenal mereka; engkau hanya bisa mengetahui tentang mereka.

Banyak orang Kristen yang telah berusaha untuk mengetahui tentang TUHAN. Mereka mengumpulkan informasi dari Firman-Nya bila ada kesempatan. Mereka mendiskusikan tentang Dia di kelas sekolah Sabat minggu demi minggu. Mereka mengetahui bahwa Dia adalah mengasihi dan adil dan pengampun. Mereka mengagumi Dia dari kejauhan. Tetapi mereka tidak pernah datang untuk mengenal Dia di dalam persekutuan muka dengan muka.

Pemazmur berkata, “Kecap dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu! Berbahagialah orang yang berlindung pada-Nya!” Mazmur 34:9. The Desire of Ages, halaman 374, mengatakan kepada kita: “Membicarakan agama sepin-tas lalu saja, berdoa tanpa jiwa yang lapar dan iman yang hidup, tidak ada manfaatnya. Sebuah iman yang sekedar nama saja terhadap di dalam Kristus, yang hanya sekedar menerima Dia sebagai Juruselamat dunia, tidak akan pernah membawa kesembuhan bagi jiwa. Iman yang memimpin kepada keselamatan bukanlah sekedar persetujuan intelektual terhadap kebenaran....

Tidaklah cukup mempercayai tentang Kristus; kita harus percaya di dalam Dia. Satu-satunya iman yang akan membawa manfaat kepada kita adalah iman yang memandang Dia sebagai seorang Juruselamat pribadi; yang mengambil jasa-jasa-Nya untuk diri kita sendiri.”

Resep itu penting. Tetapi mencicipi dan mengalaminya bahkan lebih penting lagi. Engkau dapat membaca tentang resep yang baik, tetapi hanya engkau yang dapat membuat keputusan untuk mencobanya atau tidak bagi dirimu sendiri.

Apakah ada resep bagi hubungan dengan Kristus? Ada satu yang banyak dari kita telah merasakannya. Sediakan waktu, sendiri, pada awal setiap hari, untuk mencari Yesus melalui firman-Nya dan doa.

Sediakan waktu. Hubungan tidak terjadi secara instan. Pada masa sekarang kita banyak mendengar tentang “kualitas” (mutu) waktu versus “kuantitas” (jumlah) waktu. Tetapi ada batas-batas terhadap berapa besar kualitas yang engkau dapat terima atau beri jika kuantitasnya kecil.

Sendiri: Muka dengan muka adalah tempat di mana komunikasi yang paling dalam terjadi. Hal itu berlaku dalam perkawinan, dalam keluarga, dalam persahabatan. Hal itu juga berlaku bagi TUHAN.

Pada awal. Kita diundang untuk memberikan TUHAN prioritas tertinggi, untuk memulai hari kita bersama Dia—bukan menyisihkan waktu pada menit-menit terakhir sebelum kita tidur.

Setiap hari: Regularitas (keteraturan) itu penting. Apakah engkau berbicara tentang program gerak badan, belajar piano atau persahabatan, komunikasi yang tidak teratur tidaklah cukup.

Mencari Yesus. Pusat dari kehidupan yang beribadah adalah selalu Dia. Hidup yang beribadah bukanlah dimaksudkan untuk mempelajari nubuatan atau doktrin atau pertarakan. Itu adalah mengenal Seseorang.

Melalui Firman-Nya dan doa. Dia berbicara kepada kita melalui Firman-Nya; kita menjawab Dia melalui doa. Berbicara dan mendengar adalah elemen dasar dari komunikasi.

Jangan berhenti hanya dengan sebuah resep, apakah itu untuk kue strawberry atau bagaimana mengenal TUHAN. Alamilah sendiri. Hanya dengan begitulah engkau akan benar-benar mengerti nilainya.



Sabtu, 13 Februari 2016

46. Satu alasan mengapa kita tetap berbuat dosa adalah kita tidak percaya bahwa kita telah diampuni. Jaminan menuntun kepada kemenangan. Ketidakpastian menuntun kepada kekalahan.



Dalam sebuah gereja yang saya gembalakan beberapa tahun yang lalu, sebuah keluarga mengadopsi seorang anak perempuan berusia lima tahun. Dilahirkan oleh seorang ibu “junkie” (pemadat = pengguna obat-obatan terlarang), anak itu telah mengalami lebih banyak sisi buruk dari kehidupan dibandingkan kebanyakan orang dalam seumur hidupnya. Dia telah belajar bagaimana untuk bertahan, tetapi dia tidak tahu bagaimana untuk hidup. Dia tahu bagaimana untuk membenci, tetapi tidak tahu bagaimana untuk mencintai. Dalam banyak cara dia kelihatannya sebuah kasus yang tidak mungkin.

Serangkaian rumah penampungan telah dia lalui di belakangnya. Dia akan bercerita tentang “Mama Karen,” dan “Mama Becky,” dan “Mama Ann.” Semuanya telah memberikan kekecewaan kepadanya. Sekarang dia telah diadopsi oleh sebuah keluarga Kristen dan dijanjikan sebuah keluarga tetap. Tetapi dia tidak tahu apa artinya ketetapan. Yang dia tahu hanyalah sementara—dan dia tidak akan membiarkan dirinya disakiti lagi.

Dia merasa pasti bahwa dia akan ditinggalkan, sehingga dia melakukan segala sesuatu yang akan mempercepat proses itu. Dia adalah ahli dalam mengacaukan sebuah keluarga. Karena dia telah diperlakukan secara kejam sejak masih bayi, tidak ada hukuman yang dapat mengendalikannya. Berkali-kali keluarga barunya merasa putus asa untuk bisa meraih hatinya.

Selama dia tetap yakin bahwa kelakuan buruknya akan mengasilkan penolakan terhadap dirinya, dia terus menerus memberontak. Terobosan datang kepadanya hanya ketika dia akhirnya mengerti bahwa tidak masalah betapa burukpun kelakuannya, dia akan tetap diterima. Hanya ketika keluarga barunya akhirnya menyampaikan penerimaan yang tidak bersyarat kepadanya, dia mulai dapat disembuhkan. Hanya sejak itulah dia mengetahui bahwa ketidakmenurutan tidak lagi diperlukan.

Salah satu hal yang menolongnya untuk mengerti dengan jelas adalah konsekwensi tindakan-tindakannya. Konsekwensi-konsekwensi yang adil, tidak kasar. Tetapi dia tidak diizinkan untuk berkelakuan buruk “tanpa hukuman”. Pada saat yang sama dia perlahan-lahan mengerti bahwa konsekwensi dari ketidakmenurutan bukanlah penolakan dan pengusiran. Selama dia mau tinggal di dalam keluarga itu, tempatnya selalu terjamin.

Kadang kala kita telah melihat Allah dengan cara yang sama dengan anak ini melihat orang tua barunya. Kita telah merasa begitu pasti bahwa Dia akan menolak kita karena apa kita ini, sehingga kita tetap menjadi apa yang kita pikirkan! Kita tetap berbuat dosa karena kita tidak percaya bahwa kita telah diampuni. Kita tetap kalah karena kita tidak memiliki jaminan bahwa Dia menerima kita bahkan ketika kita bertumbuh.

Apakah ini berarti dosa itu tidak apa-apa, sehingga kita bisa melanggar hukum-Nya dan berlalu tanpa hukuman? Tidak, perbuatan salah memiliki konsekwensi-konsekwensi. Tetapi ditolak Allah bukanlah salah satu dari akibat-akibat itu—selama kita tetap tinggal “di dalam keluarga itu” dan tetap datang kepada-Nya untuk pemulihan dan pengampunan dan kuasa.

Steps to Christ, hal. 52, menempatkannya dengan cara ini: “Beberapa orang kelihatannya merasa bahwa mereka pasti sedang dalam masa percobaan, dan harus membuktikan kepada Allah bahwa mereka telah berubah, sebelum mereka dapat meminta berkat-berkat-Nya. Tetapi mereka boleh meminta berkat Allah bahkan sekarang. Mereka harus memiliki kasih karunia-Nya, Roh Kristus, untuk menolong kelemahan mereka, atau mereka tidak dapat melawan kejahatan. Yesus senang menerima kita apa adanya, berdosa, tidak berdaya, bergantung. Kita boleh datang dengan segala kelemahan kita, kebodohan kita, keberdosaan kita, dan jatuh di kaki-Nya dalam penyesalan. Adalah kemuliaan-Nya yang mengelilingi kita di dalam kasih-Nya, dan membalut luka-luka kita, membasuh kita dari segala ketidaksucian.”

1 Yohanes 3:2 berkata, “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apa bila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya.”

Bagian kita adalah untuk memastikan bahwa sekarang kita tetap melanjutkan hubungan dengan-Nya sebagai putra dan putri-Nya. Bagian Dia adalah menjamin bahwa apapun yang perlu dilakukan untuk membuat kita menjadi seperti Dia, akan dilakukan pada waktunya.

Yesus mau menerima kita sebagaimana kita ada, karena hanya dengan cara itu kita bisa datang. Dia tidak menetapkan batasan-batasan jumlah waktu berapa kali kita dapat datang dan masih diterima. Dia mencintai kita karena kita adalah anak-anak-Nya, bukan karena kebaikan yang ada dalam diri kita.
Dan akhirnya ketika kita mengerti bahwa kita dicintai dan diterima oleh-Nya, kita akan mulai disembuhkan. Menerima penerimaan-Nya membuat perbedaan.


Jumat, 12 Februari 2016

45. Damai datang bukan dari kemenangan, tetapi kemenangan datang dari damai.



Dia telah terlibat jauh dalam budaya pemberontakan, termasuk obat-obatan terlarang dan semua yang termasuk di dalamnya. Sekarang dia sedang mencoba untuk menemukan jalan pulangnya dan telah mengetahui bahwa itu tidak akan mudah. Dia telah bersahabat dengan seorang pria muda di kampus, dan pemuda itu telah membawanya ke kantor saya untuk konseling.

Pada saat dia menggambarkan dilemanya, menceritakan kekecewaannya dengan apa yang telah dunia tawarkan, tetapi mengakui ketidaksanggupannya untuk mengubah pola tingkah laku yang telah memperbudaknya, sesuatu muncul dalam pikiran saya. Dia kedengarannya seperti gambaran yang diberikan dalam buku Steps to Christ, hal. 49.

Maka kami membuka buku itu dan membacanya bersama-sama.

“Ketika kesadaranmu dibangkitkan oleh Roh Kudus, engkau melihat suatu kejahatan dalam dosa, kekuatannya, rasa bersalahnya, telah memisahkan engkau dari Allah, sehingga engkau terikat kepada kuasa kejahatan. Semakin engkau berusaha untuk melepaskan diri, semakin engkau menyadari ketidakberdayaanmu.
Motifmu tidak lagi suci, hatimu tidak bersih. Engkau melihat hidupmu telah dipenuhi dengan mementingkan diri dan dosa. Engkau rindu untuk diampuni, untuk disucikan, untuk dibebaskan. Selaras dengan Allah, serupa dengan Dia—apa yang dapat engkau lakukan untuk memperolehnya?”

“Ya,” jawabnya. “Itulah saya. Itulah masalahku. Cepat! Katakan padaku jawabannya. Apa yang dapat aku lakukan?”

Berhentilah bersama saya sejenak dan pikirkan apa kemungkinan jawabannya. Paragraf pertama menggambarkan sebuah hidup yang berantakan. Roh Kudus telah bekerja dalam hati, dan orang tersebut telah menyadari kebutuhan besarnya. Tetapi dia juga menyadari betapa besar ketidakberdayaannya. Dia sepertinya tidak dapat meraih kemenangan atas kehidupannya dalam dosa, dan dia sedang menanyakan bagaimana caranya untuk bebas. Apakah yang dia butuhkan untuk diampuni dan disucikan?

Jika engkau seorang behaviourist (orang yang berpusat pada tingkah laku), jawaban pertamamu tentu di wilayah pekerjaan. Engkau mungkin berkata, “Orang ini perlu berusaha lebih keras untuk melakukan apa yang benar. Dia tidak boleh menyerah. Dia harus memilih untuk menurut Allah, dan Allah kemudian akan memberikan kuasa apapun yang dia perlukan untuk menjalankan pilihan itu.”

Jika engkau seorang relationist (orang yang berpusat pada hubungan), jawaban pertamamu tentu bahwa orang yang digambarkan di sini perlu lebih banyak membaca Alkitab dan berdoa.

Jika engkau seorang religionist (orang yang berpusat pada agama), engkau mungkin menyarankan bahwa solusinya adalah bergabung dengan sebuah gereja, berkumpul bersama orang-orang percaya yang lain.

Tetapi apakah jawaban yang diberikan Steps to Christ? Kalimat berikut, masih pada halaman 49, berkata: “Damailah yang engkau perlukan.”

Betapa sebuah jawaban! Kedengarannya seperti mengatakan kepada seorang yang sedang sekarat karena kehausan bahwa dia memerlukan air. Atau mengatakan kepada seorang anak yang sekarat karena kelaparan bahwa ia membutuhkan makanan. Atau memberitahu kepada sebuah keluarga yang berada di ambang kebangkrutan bahwa mereka membutuhkan uang. Bagaimana bisa seseorang memiliki damai pada saat hidupnya berada dalam kebingungan?

Tetapi tunggu. “Damailah yang engkau perlukan—pengampunan Surga dan damai dan kasih di dalam jiwa. Uang tidak dapat membelinya, kecerdasan tidak dapat menghasilkannya, kebijaksanaan tidak dapat mencapainya; engkau tidak pernah dapat berharap, dengan usahamu sendiri, untuk mendapatkannya. Tetapi TUHAN menawarkannya kepadamu sebagai karunia, ‘tanpa uang dan tanpa harga’... Itu milikmu jika engkau mau mengulurkan tanganmu dan menggenggamnya.”—Ibid.

Pikirkan seorang anak yang sedang bertumbuh dan berkembang. Apakah dia pernah berbuat kesalahan? Apakah dia pernah jatuh atau gagal? Apakah dia pernah berbuat hal-hal bodoh? Bagaimana semestinya kita memperlakukannya?

Ini adalah prinsip universal dan berlaku di segala zaman bahwa orang yang dapat bertumbuh keluar dari kesalahan-kesalahan dan kegagalan-kegagalan hanyalah orang yang dicintai dan diterima ketika ia melakukannya.

Bagaimana dengan belajar mengemudi? Apakah engkau mengingat bagaimana rasanya? Apakah engkau melakukan semuanya dengan benar pada saat pertama kali? Orang yang tetap belajar mengemudi hanyalah orang yang diizinkan untuk membuat kesalahan dan tetap mencobanya.

Pernahkah engkau memulai pekerjaan baru? Apakah engkau mengerjakan segalanya secara sempurna pada hari pertama hingga saat ini? Atau apakah boss-mu mengharapkanmu untuk mengambil waktu untuk belajar? Ketika pegawai baru datang untuk bekerja, bahkan dunia bisnispun memberikan bayaran untuk ketidakberpengalamannya. Dia tidak dipecat pada saat pertama kali gagal mengerjakan sesuatu. Namun, dia diterima dan diteguhkan ketika dia belajar. Hanya itulah lingkungan di mana seseorang dapat rileks dan mengingat cara yang benar untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan.

Yesus berkata kepada wanita yang tertangkap melakukan zinah, “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.” Yohanes 8:11. Orang yang dapat berharap untuk pergi dan tidak berbuat dosa lagi hanyalah orang yang mengetahui bahwa dia tidak dihukum. Damai harus datang lebih dulu. Damai membawa kelepasan.

Kamis, 11 Februari 2016

44. Alkitab mengajarkan sekali selamat tetap selamat selama engkau tetap selamat.





Pada suatu malam saya mendengar seorang pendeta Nasarani (Nazarene Church) yang berkata, “Kami percaya pada sekali selamat, tetap selamat, selama engkau tetap selamat.” Ini adalah satu iman GMAHK yang sama dengan gereja Nasarani!

Sebuah persimpangan besar di dunia penginjilan Kristen percaya bahwa semua yang diperlukan untuk selamat adalah menganggukkan kepalamu ke arah surga sekali selama hidupmu, dan keselamatan kekalmu dijamin. Mereka percaya bahwa tidak peduli pilihan apapun yang engkau buat, atau arah hidupmu setelah titik awal keputusanmu untuk Kristus, bahwa pada akhirnya engkau akan menemukan dirimu dikawal menuju gerbang mutiara memasuki kota Allah.

Tetapi ajaran Alkitab tentang hal ini sangat jelas. “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.” Matius 24:12,13.

Yesus mengajarkan prinsip yang sama dalam Yohanes 15. Dia mengucapkan kata-kata terakhir-Nya kepada murid-murid pada perjalanan menuju Getsemani. Dia menunjuk kepada kebun-kebun anggur, yang dapat terlihat pada malam bercahaya bulan itu, dan mencoba sekali lagi menjelaskan tentang hubungan yang harus mereka pertahankan dengan-Nya agar dapat memperoleh hidup. Dia berkata dalam ayat 6, “Barangsiapa tidak tinggal di dalam Aku, ia dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Maka adalah mungkin untuk menjadi sebuah cabang, tetapi tidak berdiam, atau tinggal bersama pokok anggur. Dan ketika perpisahan ini terus berlanjut, waktunya akan tiba dan cabang itu akan dimusnahkan.

Dalam perumpamaan-Nya tentang pesta pernikahan dalam Matius 22, Yesus juga membicarakan tentang kemungkinan membuat sebuah permulaan, tetapi tidak tetap hidup di dalam kehidupan Kristen. Raja itu telah mempersiapkan pesta. Orang tersebut telah menerima undangan untuk pesta itu. Dia telah berhasil pada awalnya. Tetapi dia telah lalai atau menolak untuk memakai pakaian pesta, dan ketika sang raja datang untuk memeriksa para tamu, orang tersebut ditemukan tidak layak. Raja itu memberikan perintah, “Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi.” Ayat 13.

“Orang berdosa dapat menemukan pengharapan dan kebenaran hanya di dalam TUHAN, dan tidak ada manusia yang benar lebih lama dari pada selama ia beriman di dalam TUHAN dan memelihara sebuah hubungan yang vital dengan-Nya.”—Testimonies to Ministers, hal. 367.

Sebagaimana yang telah kita ketahui, jaminan keselamatan berlanjut selama hubungan kita dengan TUHAN berlanjut, selama kita tetap menerima karunia pertobatan dan pengampunan dan kasih karunia-Nya. Keselamatan yang berkelanjutan didasarkan pada hubungan iman bersama Dia, bukan berdasarkan tingkah laku kita atau pekerjaan kita. Dan tidak ada hubungan berlanjut lebih lama dari pada hubungan yang tetap berlanjut.

Kita mengetahui dari hubungan manusia kita bahwa adalah mungkin untuk memiliki sebuah hubungan dengan seseorang pada suatu waktu, tetapi tidak berhubungan lagi sekarang. Kecuali sebuah hubungan dijaga tetap hidup dengan persahabatan dan komunikasi dan pertemuan, ia akan mati tanpa dapat dihindari.

Hal yang sama juga berlaku dengan hubungan kita bersama Allah. Alkitab dengan setia mencatat contoh-contoh seperti Henokh, Musa, Daniel, dan Paulus, yang tetap berjalan bersama Allah hingga akhir hidup mereka. Paulus mampu berkata pada saat mendekati akhir hidupnya, “Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir, dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh TUHAN, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.” 2 Timotius 4:7,8. Dia tidak berkata, “Saya bergabung dengan pihak yang benar; saya mulai pada jalur yang benar; saya pernah mempunyai iman.” Tidak, dia telah memelihara iman, bertahan hingga akhirnya.

Dan Alkitab juga mengatakan kepada kita tentang orang-orang yang mulai bersama TUHAN, tetapi yang jatuh di tengah jalan dan kehilangan keselamatan yang pernah mereka miliki. Kain mulai dengan persembahan korban pagi dan petang bersama seluruh keluarganya. Tetapi dia tidak bertahan hingga akhirnya. Raja Saul memulai dengan perubahan, seorang anak TUHAN yang rendah hati. Tetapi dia mengambil alih pengendalian terhadap hidupnya dan mengakhiri hidupnya sebagai hasilnya. Bileam adalah nabi TUHAN, tetapi dari pada mendengarkan keledainya yang berbicara, malaikat TUHAN yang mengamarkan dia, dan suara TUHAN dalam mimpinya di tengah malam untuk menasehati dia, dia lebih tertarik kepada kemuliaan dirinya dari pada kemuliaan TUHAN dan menjadi sekutu musuh umat Allah. Yudas pada awalnya termasuk sebagai orang dalam; dia mendengarkan perkataan-perkataan dan melihat pekerjaan-pekerjaan Kristus. Dia menerima sebuah tempat sebagai seorang missionaris dan bergabung bersama murid-murid lain dalam menyembuhkan orang sakit dan mengusir setan dan membangkitkan orang mati. Tetapi dia berjalan menjauh dari semua itu dan mengkhianati TUHAN-nya. Menjadi selamat adalah penting. Untuk terus-menerus menerima keselamatan adalah sama pentingnya.




Rabu, 10 Februari 2016

43. Orang-orang Kristen harus mengetahui bahwa mereka memiliki jaminan keselamatan hari ini.



Apakah jawabanmu jika seseorang bertanya, “Apakah engkau selamat?” Pernahkah engkau mengalaminya? Bagaimana engkau menanggapinya?

Tulisan-tulisan yang diilhamkan kepada gereja kita memberi kita beberapa amaran yang cukup kuat terhadap perkataan, “Saya selamat.” Mari kita perhatikan beberapa amaran di sini.

“Kita tidak pernah berhenti dalam kondisi yang memuaskan, dan berhenti membuat kemajuan, berkata, ‘Saya selamat.’ Ketika ide ini menyenangkan, motif-motif untuk berjaga-jaga, berdoa, usaha yang paling gigih untuk mendesak maju menuju pencapaian yang lebih tinggi, berhenti keluar. Tidak ada lidah yang disucikan akan ditemukan mengucapkan kata-kata ini hingga Kristus datang, dan kita memasuki gerbang kota Allah. Kemudian, dengan penuh kesopanan, kita boleh memberi kemuliaan kepada TUHAN dan Anak Domba atas kelepasan yang kekal itu. Selama manusia dipenuhi kelemahan—karena dia tidak bisa menyelamatkan jiwanya sendiri—dia tidak seharusnya berani berkata, ‘Saya selamat.’”—Selected Messages, jld. 1, hal. 314.

Paragraf yang serupa, ditemukan di dalam Christ Object Lessons, hal. 155, berkata: “Kita tidak pernah bisa secara aman meletakkan keyakinan pada diri dan perasaan, di sisi surga, bahwa kita aman dari pencobaan. Orang-orang yang menerima Juruselamat, bagaimana tuluspun perubahan mereka, tidak pernah boleh diajar untuk mengatakan atau merasakan bahwa mereka selamat. Ini adalah penyesatan. Setiap orang harus diajarkan untuk berharap dalam iman dan pengharapan; tetapi bahkan ketika kita menyerahkan diri kita kepada Kristus dan mengetahui bahwa Dia menerima kita, kita tidak berada di luar jangkauan pencobaan. Firman TUHAN menyatakan, ‘Banyak orang akan disucikan, dimurnikan dan diuji.’ Daniel 12:10. Hanya dia yang bertahanlah dalam ujianlah yang akan menerima mahkota kehidupan.”

Ketahuilah bahwa amaran ini adalah untuk melawan pemikiran tentang sekali selamat, selalu selamat. Mereka membicarakan tentang pemikiran bahwa hanya karena kita sekali telah diselamatkan maka secara otomatis pada akhirnya kita akan selamat. Ada perbedaan yang nyata antara berkata, “Saya diselamatkan hari ini.” Dan berkata, “Saya akan diselamatkan di surga.”

Seorang muncul dengan pertanyaan yang cukup bagus untuk meliputi kedua dasar ini: “Apakah engkau selamat?” dia menjawab, “Sejauh ini!”

Tetapi marilah kita batasi perhatian kita sejenak kepada pertanyaan hari ini. Apakah engkau selamat hari ini? Bagaimana engkau akan menjawabnya? Apakah engkau akan berkata, “Saya harap demikian,” atau, “Saya pikir begitu,” atau, “Saya pikir saya akan mengetahuinya ketika hari penghakiman tiba”?


Pertanyaan tentang keselamatan pribadi adalah pertanyaan yang paling sering ditanyakan di lingkungan orang-orang Kristen. Kapan saja survey memberikan orang-orang Kristen kesempatan untuk membuat daftar pertanyaan yang paling mendesak bagi mereka, pertanyaan ini selalu muncul paling atas. Ini adalah pertanyaan yang biasa bagi tua dan muda. Jika engkau meminta para pendengar menuliskan pertanyaan yang ingin mereka tanyakan, jika mereka dapat mengetahui secara pasti bahwa mereka akan mendapatkan jawaban yang benar, pertanyaan tentang jaminan keselamatan selalu yang terbanyak. “Akankah saya masuk surga?” “Akankah saya diselamatkan?” “Akankah saya berhasil?” Ini adalah kekhawatiran yang berpusat pada diri sendiri!

Pada kenyataannya, ini adalah salah satu cara utama yang Setan pakai untuk memusatkan perhatian kita pada diri kita dan menyebabkan kita melepas pandangan pada Yesus. Steps to Christ, hal. 72, mengamarkan kepada kita tentang hal itu. Buku itu berkata, “Kita tidak boleh membuat keinginan yang berpusat pada diri dan menuruti kata hati dan ketakutan apakah kita akan diselamatkan. Semua ini akan menjauhkan jiwa dari Sumber kekuatan kita. Tetaplah menyerahkan jiwamu kepada TUHAN, dan percayalah kepada-Nya. Bicarakan dan pikirkanlah tentang Yesus. Biarkanlah dirimu menghilang di dalam Dia. Singkirkan semua keraguanmu; hapuskan ketakutan-ketakutanmu.”

Kita harus selalu menghidupkan kehidupan Kristen setiap hari demi hari. Mencari TUHAN untuk persekutuan dan persahabatan setiap hari demi hari. Datanglah kepada-Nya untuk mendapatkan pertobatan dan pengampunan setiap hari demi hari. Letakkan semua rencanamu di kaki-Nya, untuk dijalankan atau digagalkan sebagaimana yang ditunjukkan pemeliharaan-Nya, setiap hari demi hari. Datanglah kepada-Nya untuk mendapatkan pencurahan Roh-Nya, kekuatan untuk menghadapi pencobaan, kebijaksanaan untuk melayani, setiap hari demi hari. Dan ketika kita melakukan ini, kita dapat menerima jaminan keselamatan setiap hari demi hari. “Jika engkau benar di hadapan Allah hari ini, engkau bersedia jika Kristus datang hari ini.”—In Heavenly Places, hal. 227.

Jika engkau telah mencoba untuk meletakkan dasar jaminan keselamatanmu pada pengalaman masa lalumu bersama TUHAN—bahkan jika pengalaman masa lalu itu terjadi baru saja kemarin—kemudian engkau berbuat kesalahan. Jika engkau telah mencoba entah bagaimana mengumpulkan jaminan yang cukup hingga akhir hidupmu—bahkan jika hidupmu akan berakhir besok—maka engkau berada di dalam kesulitan. Tetapi engkau dapat memiliki jaminan keselamatan hari ini. Dan jika engkau mengambil waktu hari demi hari untuk memastikan penerimaanmu akan penerimaan TUHAN, akhir hidupmu di dunia ini akan menempatkanmu di antara yang diselamatkan untuk kekekalan.



Selasa, 09 Februari 2016

42. Kepastian keselamatan berlanjut melalui hubungan pribadi setiap hari dengan Yesus.



“Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki anak, ia tidak memiliki hidup.” 1 Yohanes 5:11,12.

Apakah engkau mempunyai Anak? Apakah engkau tahu apa artinya memiliki Anak? Rasul Yohanes menunjukkan bahwa mempunyai Anak, atau tidak mempunyai Anak, adalah faktor yang menentukan apakah kita mempunyai hidup kekal. Tetapi apakah arti “memiliki Anak?”

Kadang kala kata-kata dan frase-frase yang kita gunakan untuk menggambarkan dan mendefenisikan kehidupan Kristen membingungkan. Ketika saya masih remaja, saya merasa sangat frustasi karena terus-menerus mendengar semua frase-frase tentang Kekristenan tanpa mengerti apa artinya.

Apa artinya “memiliki Anak”? Apa artinya “jatuh pada Batu Karang”? Bagaimana engkau “memandang Anak Domba”? Bagaimana engkau “memberikan tanganmu dan menjangkau tangan-Nya”? Kita sering menggunakan ungkapan-ungkapan ini, bukan? Alkitab menggunakannya. Tulisan-tulisan yang diinspirasikan untuk gereja kita menggunakannya.

Pada masa awal pelayanan saya, saya merasa begitu frustasi dengan berusaha bertindak seperti seorang Kristen, berbicara seperti seorang Kristen dan berkhotbah seperti seorang Kristen, di saat kenyataannya saya bukan seorang Kristen, sehingga saya hampir saja menyerah dan meninggalkan pelayanan saya. Tetapi suatu hari saya memutuskan untuk membuat satu usaha lagi. Saya mengambil buku Step To Christ dan membaca seluruh buku itu, menggarisbawahi setiap hal yang diperintahkannya untuk dilakukan. Dan ketika saya selesai, praktis saya telah menggarisbawahi hampir seluruh buku itu. Bukan hanya itu, tetapi kebanyakan kalimat yang saya garis bawahi adalah ungkapan-ungkapan yang tidak jelas ini.

Saya sedang hendak melempar buku ini ke dalam api, ketika sesuatu menghentikan saya. Karena walaupun saya justru semakin jauh dari jawaban yang saya cari selama ini, sesuatu yang tidak dapat saya jelaskan, tetapi tidak dapat saya sangkal, terjadi dalam diri saya.

Maka saya memutuskan untuk melakukan satu hal lagi: saya akan kembali membaca buku itu dan menggaris-bawahi untuk kedua kali segala sesuatu yang diperintahkan buku itu kepada saya untuk dilakukan.

Dan begitulah caranya saya mulai mengerti dasar-dasar dalam menghidupkan kehidupan Kristen. Saya menggarisbawahi tiga hal—baca Alkitabmu, berdoa, dan ceritakan kepada orang lain apa yang engkau dapatkan dari dua hal yang pertama.
Kapanpun engkau menemukan sebuah ungkapan yang tidak jelas, baik di Alkitab maupun dalam buku Roh Nubuat, jika engkau memperhatikan dengan lebih seksama, engkau akan menemukan bahwa ungkapan itu berbicara tentang salah satu dari 3 hal yang sudah jelas ini yang membuat semua yang tidak jelas itu menjadi jelas!

Dengan mengingat hal itu, mari kita lihat kembali pada 1 Yohanes 5:11,12. “Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup.” Mengapa, kita menggunakan kata-kata yang sama dalam bahasa sehari-hari kita?

Kita berkata, “Saya memiliki seorang sahabat.” “Saya memiliki seorang isteri.” “Dia memiliki seorang suami.” Apa yang sedang kita bicarakan? Kita sedang menggambarkan sebuah hubungan dengan orang itu.

Jika kita memiliki Anak, kita memiliki hubungan dengan Anak Allah. Kita sedang membicarakan tentang menjalani waktu di dalam komunikasi dengan-Nya. Kita berbicara kepada-Nya di dalam doa. Kita mendengarkan-Nya berbicara kepada kita melalui firman-Nya. Kita bekerja bersama-sama dengan Dia dalam pelayanan dan jangkauan keluar untuk orang lain.

Jika dasar hidup kekal adalah “memiliki Anak,” maka dasar hidup kekal adalah memiliki hubungan dengan Yesus, untuk menemukan makna menjalani waktu di dalam persekutuan dan komunikasi dengan-Nya setiap hari.

Jaminan keselamatan kita tidak didasarkan pada keanggotaan gereja. Hal itu tidak didasarkan pada kemurnian doktrin. Hal itu tidak didasarkan pada tingkah laku. Hal itu didasarkan pada hubungan yang terus-menerus dengan seorang Oknum.

“Orang-orang yang matanya tetap tertuju kepada hidup TUHAN Yesus akan menerima kelimpahan berkat rohani-Nya.”—Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, Vol. 6, hal. 1086. “Hati yang diperbaharui tidak dapat tetap dalam kebaikan tanpa penggunaan garam dari firman itu setiap hari. Rahmat surga harus diterima setiap hari, atau tidak akan ada orang yang tetap tinggal dalam pertobatan.”—Ellen G. White, Review and Herald, September 14, 1897.

Pada saat engkau datang kepada Yesus hari demi hari, menerima berkat-berkat-Nya yang baru dan mencari Dia untuk lebih mengenali-Nya dan lebih mempercayai-Nya, engkau dapat memiliki jaminan hidup kekal.



Senin, 08 Februari 2016

41. Tetap bersama Yesus sama pentingnya dengan datang kepada-Nya.



Manakah yang lebih penting, menikah, atau mempertahankan pernikahan? Saya merasa senang menanyakan pertanyaan ini kepada pendengar yang berbeda-beda di seluruh negara (Amerika Serikat) dan meminta mereka untuk mengangkat tangan sebagai tanda jawaban mereka. Namun setelah mempertimbangkannya selama beberapa menit, pertanyaan yang selalu mendapat ancungan tangan terbanyak adalah ketika akhirnya saya bertanya, “Berapa banyak yang berpendapat bahwa itu adalah pertanyaan yang bodoh?”


Secara nyata, menikah tidak berarti banyak jika engkau tidak berencana tetap di dalam pernikahan. Dan engkau tidak dapat bertahan di dalam pernikahan jika engkau tidak pernah menikah pada awalnya.

Namun berapa seringkah kita mengingat prinsip itu di dalam kehidupan Kekristenan? Datang kepada Yesus adalah penting, tidak ada keraguan akan hal itu. Tetapi itu hanyalah sebuah awal. Untuk tetap menjadi seorang Kristen, kita harus terus-menerus datang kepada-Nya. Sama pentingnya tetap tinggal bersama Yesus dengan datang kepada Yesus pada awalnya.

Bagaimana sempurnanya penyerahan diri kita pada saat pertobatan, itu tidak akan bermanfaat apapun bagi kita kecuali bila hal itu diperbaharui setiap hari.”—Ellen G. White, Review and Herald, January 6, 1885. “Mengikut Yesus menuntut pertobatan sepenuh hati pada awalnya, dan sebuah pengulangan dari pertobatan ini setiap hari.”—Ellen G. White Comments, S.D.A. Bible Commentary, vol. 1, hal. 1113. Yesus berkata, “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Lukas 9:23.

Kekristenan adalah lebih dari pada keputusan satu kali—itu sebuah cara hidup. Dan sementara hal ini kelihatan menjadi dasar kebenaran, banyak yang tidak mendapatkannya dan menemukan dengan rasa cemas bahwa melayani TUHAN adalah perjuangan yang sangat berat.

Kita mengerti bagaimana komitmen setiap hari diperlukan dalam pernikahan. Kita tahu hal itu nyata di dalam dunia kerja. Tidak masalah bagaimana cerdas penampilanmu pada saat wawancara pekerjaan, atau betapa keras engkau bekerja pada hari pertama engkau mendapat pekerjaan baru, jika engkau berrhenti hanya sampai di situ, engkau pasti akan segera dipecat. Engkau dapat memulai program latihan dan berusaha keras sampai kehabisan nafas pada hari pertama, tetapi kecuali engkau melakukannya setiap hari, maka engkau tidak akan mendapatkan hasil. Melahirkan bayi adalah prosedur yang rumit, tetapi pekerjaanmu sebagai orang tua baru saja dimulai ketika anakmu lahir. Lebih banyak hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan pendidikan dari pada hadir pada hari pendaftaran, semua sama pentingnya.

Jika telah begitu nyata sekarang bahwa sebuah keputusan satu kali tidaklah cukup, maka berapa banyak lagi pentingnya komitmen yang harus kita ketahui bila menyangkut masalah kekekalan.

Kadang kala saya berbicara tentang cara untuk tinggal bersama Yesus dan pentingnya menjalani waktu bersama Dia hari demi hari. Kemudian seseorang akan datang setelah jam khotbah dan berkata, “Saya sudah mengusahakannya, tetapi tidak berhasil.”

“Berapa lama engkau sudah berusaha?”

“Tiga hari.”

Tidakkah seharusnya kita mau memberikan TUHAN waktu yang sama dengan perkara-perkara dalam hidup ini? Mungkin ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat engkau kerjakan. Mungkin ada pernikahan yang tidak mungkin diteruskan. Mungkin ada jenis pendidikan yang tidak bisa engkau masuki. Tetapi ketika menyangkut kehidupan Kristen, hanya satu yang dituntut: yaitu engkau datang kepada Yesus, dan engkau datang kepada-Nya setiap hari. Jika engkau mau tetap datang kepada-Nya, TUHAN akan menjadikan diri-Nya bertanggungjawab untuk memenuhi segala kebutuhan hidupmu. Desire of Ages, hal. 302: “Jika mata tetap tertuju kepada Kristus, pekerjaan Roh Kudus tidak akan berhenti hingga jiwa itu sesuai dengan peta-Nya.”

Minggu, 07 Februari 2016

40. Kita tidak dapat menambahkan apapun



40. Kita tidak dapat menambahkan apapun kepada apa yang Yesus lakukan di salib, tetapi TUHAN dapat menambahkan dengan berlimpah.

Pada pertemuan General Conference di Dallas, Texas, salah satu agendanya adalah mendiskusikan dan memeriksa ulang doktrin-doktrin gereja. Salah satu kepercayaan yang diperhatikan gereja secara istimewa adalah doktrin penebusan. Berbagai pendapat, baik yang pro maupun kontra, disuarakan silih berganti—beberapa orang berkeras bahwa kita percaya dalam penebusan sempurna, sedang yang lain yakin bahwa kita percaya pada penebusan yang tidak sempurna. Saya sedang duduk di balkon, memperhatikan H.M.S. Richards, Sr., duduk di lantai bawah, membaca Alkitabnya, tidak terpengaruh suasana di sekitarnya!

Suatu waktu dia berbicara dalam Konferensi Alkitab, “Saya menerima sebuah berkat sepanjang minggu itu—saya mampu membaca seluruh kitab Perjanjian Lama selama berada di pertemuan itu!” Tetapi saya berharap dia akan berdiri dan mengatakan sesuatu yang akan menolong kami saat W.G.C. Murdoch pergi ke mimbar. Dia berkata, “Orang-orang Masehi Advent Hari Ketujuh selalu percaya kepada penebusan yang sempurna yang belum disempurnakan.”

Pengorbanan Yesus di kayu salib adalah pengorbanan yang sempurna. Ketika Yesus berseru, “Sudahlah genap,” Dia mengatakan yang sebenarnya. Dia telah menyelesaikan pekerjaan yang harus Dia selesaikan di bumi. “Peperangan telah dimenangkan. Tangan kanan-Nya dan lengan-Nya yang suci telah mendapatkan kemenangan-Nya. Sebagai seorang Penakluk Dia mendirikan panji-panji-Nya di puncak-puncak kekekalan. Apakah tidak ada sukacita di antara para malaikat? Seluruh surga bersorak-sorai dalam kemenangan Juruselamat. Setan telah dikalahkan, dan mengetahui bahwa kerajaannya telah kalah.”—Desire of Ages, hal. 758.

Tidak ada yang dapat kita tambahkan kepada pengorbanan-Nya. Perbuatan-perbuatan baik kita tidak menambahkan apapun. Penurutan atau pengorbanan diri kita tidak menambahkan apapun. Kita hanya dapat menerima pengorbanan Kristus yang sempurna demi kepentingan kita.

Namun penebusan belum sepenuhnya dilengkapi. Dalam kiasan Perjanjian Lama tentang Hari Penebusan, hari itu tidak berakhir ketika imam besar mempersembahkan korban. Dosa-dosa harus dilimpahkan ke atas kambing hitam, dan kambing hitam itu harus dilepas ke padang belantara. Ketika Yesus mati di salib, peperangan untuk menjadi Pengganti untuk dosa telah dimenangkan. Tetapi peperangan belum berakhir.

Jika TUHAN bermaksud tidak melakukan apa-apa lagi untuk pemulihan kita setelah salib, maka kita tidak akan pernah mengenal rasa sakit, atau penderitaan, atau kesedihan atau kematian sesudahnya. Ketika Kristus bangkit pada pagi kebangkitan-Nya, setiap orang yang pernah hidup dan mati pastilah akan bangkit bersama-Nya—bukan hanya beberapa orang yang disebut “buah-buah sulung.” Ketika Dia naik ke surga, semua orang yang telah menerima Dia sejak Adam hingga ke pencuri yang bertobat di salib seharusnya naik ke surga bersama Dia. Tetapi ini tidak terjadi, sebagaimana yang kita ketahui.

Adalah kesalahpahaman yang sangat nyata untuk berpikir bahwa sesuatu yang kita lakukan dapat menambahkan sesuatu kepada apa yang Yesus telah lakukan bagi kita di salib. Kesalahpahaman yang sama apa bila kita memikirkan bahwa seluruh rencana keselamatan telah diselesaikan di atas salib. Salib adalah dasar dari iman Kekristenan—tetapi bangunannya belum selesai ketika dasarnya sudah selesai, tidak masalah betapa kuat dan teguhnya pun dasar itu.

Waktu tambahan diperlukan agar maksud-maksud dan tujuan Setan dapat sepenuhnya diketahui dan diungkapkan kepada seluruh alam semesta adalah juga bagian dari rencana TUHAN. Pemberian Injil kepada seluruh dunia, sehingga setiap orang memiliki kesempatan yang memadai untuk menerima atau menolak Dia, adalah bagian dari rencana TUHAN. Kedatangan Yesus di dalam kemuliaan dan kuasa untuk membawa anak-anak-Nya ke rumah mereka di surga adalah bagian dari rencana TUHAN. Seribu tahun di surga, memberikan setiap orang kesempatan untuk memeriksa catatan penghakiman dan mengetahui bahwa TUHAN telah adil dan berkemurahan, adalah bagian dari rencana TUHAN. Konfrontasi terakhir dengan bala tentara musuh, setan yang menampakkan sosok aslinya melihat kerumunan orang ketika seluruh lutut akan menyembah dan semua lidah akan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah TUHAN—adalah bagian dari rencana TUHAN juga.

Dan kebinasaan kejahatan, akar dan cabang, diikuti penciptaan kembali dunia ini, semua itu juga adalah bagian dari rencana TUHAN yang ajaib bagi keselamatan dan pemulihan kita. Dia baru saja mulai. Akhirnya akan lebih mulia dari pada yang dapat kita bayangkan, karena “tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang Allah akan bertindak bagi orang yang menanti-nantikan Dia.” Yesaya 64:4.


Sabtu, 06 Februari 2016

39. Kematian Kristus perlu demi pengampunan kita.



39. Kematian Kristus perlu demi pengampunan kita.

Misalkan engkau memutuskan bahwa engkau ingin menyatakan kasih Allah kepada penduduk Chicago. Maka engkau menuju pusat kota Chicago dan mulai berjalan di jalanannya, menolong orang-orang yang kesulitan, menyediakan waktu untuk mendengarkan orang-orang yang kesepian, dan melakukan segala sesuatu yang dapat engkau lakukan untuk membagikan kasih Allah dengan orang-orang yang engkau temui.

Tetapi Chicago adalah tempat yang berbahaya, terutama pada saat malam. Dan berjalan-jalan di jalanan lewat tengah malam, engkau mengambil resiko yang tidak terelakkan. Engkau tetap menjalankan rencanamu untuk beberapa saat dan mampu menjadi sebuah berkat bagi sejumlah orang. Tetapi pada satu malam engkau melewati sebuah lorong yang gelap dimana beberapa penjahat nekad menunggu, dan engkau pun kehilangan nyawamu.

Orang-orang yang mengenalmu di Chicago mengetahui apa yang telah menimpamu. Mereka menceritakan kepada orang lain bagaimana engkau mati untuk menunjukkan kasih Allah. Dan begitulah kematianmu menjadi berarti karena engkau mau menjangkau penduduk Chicago dengan kasih Allah.

Apakah engkau berpikir ini sebuah persamaan yang baik dengan kematian Kristus di salib? Apakah kematian-Nya perlu demi pengampunan kita? Atau apakah kematian Kristus tidak begitu penting? Apakah Dia datang ke dunia ini semata-mata untuk menyatakan kasih TUHAN, tetapi mati hanya karena bumi ini adalah tempat yang berbahaya? Atau apakah kematian-Nya adalah bagian yang tidak terpisahkan dari rencana untuk menyelamatkan manusia?

Ada sebuah “teori pengaruh moral” penebusan yang mendesak bahwa kematian Kristus bukanlah hal yang penting. Teori itu menegaskan bahwa manusia dapat diampuni tanpa kematian-Nya. Salah satu kesalahan yang ingin dilawan oleh teori ini adalah pemikiran tentang seorang TUHAN yang marah yang membutuhkan sebuah “korban” untuk menenangkan murka-Nya. Dan memang benar bahwa tujuan kematian Kristus bukanlah untuk memuaskan dendam TUHAN. TUHAN ada di dalam Kristus, mendamaikan dunia dengan diri-Nya. Tetapi apakah kematian Kristus penting untuk alasan lain?

Ada pengertian ini di dalam buku The Great Controversy, halaman 73: “Yesus mati sebagai korban bagi manusia karena mahluk yang jatuh itu tidak dapat melakukan apapun untuk melayakkan mereka kepada Allah. Jasa-jasa Juruselamat yang disalib dan telah bangkit adalah dasar dari iman Kekristenan.”

Para imam dan penguasa berkumpul di sekeliling salib pada hari penyaliban. Mereka tidak mau menerima seorang Kristus yang disalib. Mereka berkata, “Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya.” Matius 27:42. Apakah mungkin untuk menggemakan pemikiran yang sama pada saat ini? Apakah mungkin untuk menginginkan Kristus turun dari salib, agar dapat percaya?

Adalah pukulan bagi keangkuhan manusia untuk mengakui bahwa kita perlu diselamatkan, lebih dari pada dididik. Tetapi seluruh dasar iman Kekristenan bertumpu pada dasar pemikiran bahwa manusia membutuhkan seorang Juruselamat.

Alkitab mengajarkan berulangkali bahwa Kristus adalah Pengganti kita. Mungkin ayat yang paling terkenal adalah Yesaya 53. “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggung-Nya, dan kesengsaraan kita yang dipikul-Nya, padahal kita mengira Dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi Dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepada-Nya, dan oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepada-Nya kejahatan kita sekalian.” Ayat 4-6.

Seluruh sistem pengorbanan, sejak Adam dan Hawa di gerbang Eden hingga ke ritual kaabah pada zaman Yesus, didasarkan pada pengertian bahwa seorang pengganti akan datang untuk mengambil tempat manusia berdosa agar dia dapat diselamatkan. Kristus adalah “Anak Domba yang telah disembelih.” Wahyu 13:8.

Bagaimanapun penyaliban itu di hati manusia, keselamatan hanya datang melalui penerimaan akan Juruselamat yang telah disalib dan bangkit. “Berlutut dalam iman di salib, dia telah meraih tempat tertinggi yang dapat dicapai manusia.”—The Acts of the Apostles, hal. 210.