Senin, 14 Maret 2016

56. Penurutan sejati datang dari dalam ke luar, bukan dari luar ke dalam.




Ketika saya dan saudara laki-laki saya masih kecil, ibu kami menjahit topi juru masak dan celemek untuk kami dan memberikan kami tugas untuk menolongnya di dapur. Salah satu tugas kami adalah mencuci piring, dan kami melakukannya secara bergiliran. Satu waktu saudara laki-laki saya mencuci piring dan saya mengeringkannya; lain waktu saya yang mencuci, dan dia yang mengeringkan.

Piring-piring itu bersih sekali pada saat kami selesai mengerjakannya, karena tidak ada yang lebih menggembirakan hati orang yang mendapat giliran mengeringkan piring selain mengembalikan piring tersebut untuk dicuci ulang. Saudara laki-laki saya akan mengembalikan piring itu kepada saya, dan saya berkata, “Piring itu sudah bersih!”
Dia akan menunjukkan beberapa noda kecil yang masih tertinggal dan berkata, “Kau sebut ini bersih?” Dan piring itu kembali tenggelam ke dalam busa.

Satu hal yang saya pelajari selama masa magang saya di dapur: Jika engkau bersih di dalam, maka luarnya akan bersih juga.

Yesus pernah menggunakan perumpamaan yang sama untuk menegur orang-orang Farisi. Dia berkata, “Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.” Matius 23:25, 26.

Ketika TUHAN mengatasi masalah dosa, Dia langsung kepada pusat masalah—hati manusia! Ini merupakan salah satu dasar utama dari kebenaran oleh iman. TUHAN tidak sedang mengurus masalah di permukaan saja. Dia tahu bahwa bila hati benar, maka segala sesuatu akan benar juga.

Kita, manusia terkesan dengan penurutan luar, karena kita hanya dapat melihat hal-hal lahiriah saja. Tetapi TUHAN melihat ke dalam hati, dan polesan luar sebesar apapun tidak dapat menyembunyikan dosa yang ada di dalam hati. Hanya pembersihan hatilah yang memiliki nilai dalam pandangan-Nya.

Paragraf klasik pada pelajaran ini, dituliskan kepada gereja kita pada waktu yang lampau, bermunculan, di segala tempat, dalam buku Counsels on Diet and Foods. “Rencana untuk memulai di bagian luar dan berusaha bekerja ke bagian dalam telah selalu gagal, dan akan selalu gagal. Rencana TUHAN untukmu adalah mulai pada pusat semua kesulitan, hati, dan kemudian dari hati akan keluar prinsip-prinsip kebenaran; pembaharuan akan keluar sebagaimana di dalam.”—hal. 35.

Ada falsafah di dunia sekarang ini yang dapat engkau temukan di setiap persimpangan. Falsafah itu berkata bahwa cara untuk berubah adalah dengan berpura-pura di sebelah luar untuk satu kurun waktu, dan jika engkau tetap berpura-pura dalam waktu yang cukup lama, perubahan akhirnya akan terjadi di dalam. Contohnya, seandainya engkau membenci tetanggamu. Nah, jika engkau mau bersikap menyukainya, cepat atau lambat engkau akan mulai menyukainya. Hal yang sama untuk kegagalan dalam pernikahan: berpura-pura saja engkau jatuh cinta lagi, dan tidak lama semua masalah akan terpecahkan. Jika engkau punya masalah dengan berat tubuh, bersikap saja seperti orang kurus, dan segera engkau akan menjadi kurus. Jika engkau sedang menghadapi masalah keuangan, bersikap saja seperti seorang milioner, dan hal pertama yang engkau ketahui, engkau akan menjadi kaya!



Berpikir positif telah ada di sekitar kita untuk jangka waktu yang lama. Ada satu masalah dengan hal itu—itu tidak berhasil. Lusifer adalah orang yang paling pertama mencobanya; dia berkata kepada dirinya, “Aku akan seperti TUHAN.” Dan dia mulai mencoba untuk bertindak seperti TUHAN, dan hal itu berakhir dengan bertindak seperti setan! Namun berapa banyak orang Kristen yang telah mencoba metodenya, berharap bertindak seperti TUHAN, bertindak seperti Yesus, berperilaku dalam kasih? Ini adalah jalan buntu.

Namun, jika engkau mengizinkan TUHAN mengerjakan mukjizat-Nya dalam hatimu dan mengubah engkau dari dalam, sebelah luar akan menampilkan perubahan yang terjadi di dalam. Perubahan bagian dalam selalu tersedia. Hal itu datang melalui memandang Dia dan mengizinkan Roh-Nya mengubah hati.

Minggu, 13 Maret 2016

55. Penurutan yang benar adalah karunia dari Allah ( jubah itu cuma-Cuma )



Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia! Penurutan adalah sebuah karunia!

Penurutan adalah sebuah karunia karena iman adalah sebuah karunia. Lihat kembali pada thesis iman, jika engkau masih ragu tentang kebenaran bahwa iman adalah sebuah karunia. Kolose 2:6, mengatakan kepada kita, “Kamu telah menerima Kristus Yesus, TUHAN kita. Karena itu hendaklah hidupmu tetap berada di dalam Dia.” Roma 1:17 berkata, “Orang benar akan hidup oleh iman.” Patriach and Prophets, hal. 657, berkata, “Setiap kegagalan yang dialami anak-anak Allah adalah karena mereka kekurangan iman.”
Jika kita datang kepada Yesus oleh iman pada awalnya, jika kita tetap berjalan bersama-Nya oleh iman, jika setiap kegagalan kita adalah karena kita kurang iman, jika kita hidup oleh iman, maka iman adalah dasar untuk penurutan. Jika iman adalah sebuah karunia, maka penurutan harus juga menjadi sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena keadaan alamiah umat manusia. Lihat kembali pada thesis dosa jika engkau masih ragu tentang kejatuhan umat manusia. Roma 5:12 mengatakan kepada kita bahwa “semua orang telah berbuat dosa”. Steps to Christ, hal. 18, berkata, “Hati kita adalah jahat, dan kita tidak dapat mengubahnya.” Jika kita berdosa oleh sifat alamiah kita, jika hati kita adalah jahat, maka bagaimana kita bisa menghasilkan penurutan? Setiap kebenaran sejati dalam hidup kita pasti datang dari luar diri kita. TUHAN adalah kebenaran kita. Baca Yeremia 23:6. Jika kita tidak mempunyai kebenaran dan TUHAN adalah satu-satunya Orang yang memiliki kebenaran, maka apapun kebenaran yang kita alami pastilah sebuah karunia dari-Nya.

Penurutan adalah sebuah karunia karena penyerahan adalah sebuah karunia. Lihat kembali pada thesis penyerahan jika engkau bertanya-tanya mengenai hal ini. Roma 10:3 berkata tentang Israel, “Sebab oleh karena mereka tidak mengenal kebenaran Allah dan oleh karena mereka berusaha mendirikan kebenaran mereka sendiri, maka mereka tidak takluk pada kebenaran Allah.” Apakah engkau menginginkan kebenaranmu sendiri, yang digambarkan sebagai kain kotor? Atau apakah engkau menginginkan kebenaran TUHAN? Untuk memperoleh kebenaran-Nya, engkau harus memberikan atau menyerahkan dirimu kepada-Nya. Jika penyerahan adalah sebuah karunia, maka penurutan yang datang sebagai hasil dari penyerahan adalah juga sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena pengendalian TUHAN. Lihat kembali pada thesis 20 dan 21 untuk hal ini. Jika kita menyerahkan kuasa memilih kita kepada TUHAN dan menerima pengendalian-Nya menggantikan pengendalian setan, maka Dia adalah orang yang bekerja di dalam kita baik kemauan dan kehendak sesuai dengan kesenangan-Nya. Baca Filipi 2:13. “Setiap jiwa yang menolak untuk menyerahkan dirinya kepada Allah berada di bawah pengendalian kuasa lain.”—The Desire of Ages, hal. 466. Kita dikendalikan oleh TUHAN atau Setan. Ketika TUHAN mengendalikan, Dia memberikan kita karunia-karunia kebenaran dan penurutan. Selama TUHAN mengendalikan, kita akan menjadi patuh dengan sungguh-sungguh.

Penurutan adalah sebuah karunia karena perhentian Sabat. Kita belum membahas tentang masalah ini. Tetapi Yehezkiel 20:12, 20 mengatakan kepada kita bahwa Sabat adalah sebuah tanda penyucian. Ibrani 4 menggambarkan perhentian yang tetap untuk umat TUHAN—sebuah perhentian yang dilambangkan dengan perhentian Sabat. “Sebab barang siapa telah masuk ke tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala pekerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari segala pekerjaan-Nya.” Ayat 10. Bagaimana kita memperoleh perhentian ini? Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku... Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Matius 11:28. Jika perhentian Sabat adalah sebuah lambang perhentian kita dari bekerja untuk menghasilkan sendiri penyucian kita, maka penurutan adalah sebuah karunia, karena perhentian adalah sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena pertobatan adalah sebuah karunia. Lihat kembali pada thesis pertobatan jika engkau mempunyai pertanyaan tentang pertobatan adalah sebuah karunia.
Pertobatan termasuk kesedihan terhadap dosa dan berbalik dari padanya. Jika pertobatan adalah sebuah karunia, maka kesedihan terhadap dosa adalah sebuah karunia, dan berbalik dari pada dosa adalah sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena buah adalah sebuah karunia. Buah itu alamiah dan spontan. Dan Yesus merindukan buah dari anak-anak-Nya. Dia berbicara tentang buah di sepanjang Yohanes 15. “Namun Juruselamat tidak meminta murid-murid berusaha menghasilkan buah. Dia berkata kepada mereka untuk tetap tinggal di dalam Dia.”—The Desires of Ages, hal. 677. Usaha kita adalah untuk tetap tinggal di dalam Dia, bukan untuk mencoba menghasilkan buah. Dan “penurutan adalah buah iman.”—Steps to Christ, hal. 61.

Maka, karena buah adalah sebuah karunia, penurutan adalah sebuah karunia.

Penurutan adalah sebuah karunia karena teladan Yesus. Untuk penjelasan lebih rinci pada pelajaran ini, lihat ke bagian terakhir
, pelajaran tentang Yesus. Bagaimana Yesus menurut? The Desires of Ages, hal. 24: “Sebagai Anak manusia, Dia memberikan kita teladan penurutan; sebagai Anak Allah, Dia memberikan kita kuasa untuk menurut.” Yesus berkata, “Aku tidak bisa mengerjakan sesuatu dari diri-Ku sendiri.” Dia juga berkata, “di luar Aku, kamu tidak bisa melakukan sesuatu.” Jika penurutan-Nya datang sebagai karunia dari Bapa-Nya, maka penurutan kita haruslah datang sebagai sebuah karunia dari-Nya. Adalah kabar baik bahwa penurutan adalah sebuah karunia!

Sabtu, 12 Maret 2016

54. Barangsiapa yang merasa tawar hati dengan hubungannya karena tingkah lakunya adalah seorang legalis.



Apakah seorang legalis itu? Menurut defenisi populer, seorang legalis adalah siapa saja yang berharap untuk memperoleh surga dengan memelihara hukum. Orang kafir atau atheis tidak akan menjadi seorang legalis, karena mereka tidak sedang mencari keselamatan sama sekali. Tetapi siapa saja dengan pengharapan apapun dari keselamatan yang mendasarkan harapan itu di atas perbuatan-perbuatan baik atau penurutan atau jasa-jasanya dalam cara apapun adalah seorang legalis.

Dasar kebenaran dari keselamatan hanya oleh iman di dalam Yesus Kristus adalah kita tidak dapat melakukan sesuatu untuk mendapatkan atau mempatutkan kita untuk keselamatan kita. Kita hanya dapat menerimanya sebagai pemberian. Dan kita menerimanya dengan datang ke hadirat Sang Pemberi. Kita telah membicarakan tentang fakta bahwa pemberian keselamatan harus diterima setiap hari, dan tidak hanya sekali untuk selamanya pada permulaan hidup Kekristenan kita.

Namun kita mendengar berulang-ulang, “Saya telah mencoba kehidupan beribadah, dan itu tidak berhasil bagi saya.”
Saya bertanya, “Apa maksud anda? Apakah engkau mampu mengenal Yesus lebih baik dengan menghabiskan waktu dalam mempelajari kehidupan-Nya Apakah engaku menemukan bahwa menghabiskan waktu dalam membaca Firman Allah dan berdoa tidak membawamu kepada komunikasi dengan Allah? Apakah engkau memutuskan bahwa usahamu untuk menyediakan waktu merenung bersama Dia hari demi hari tidak berarti sama sekali? Apa yang tidak berhasil?”

Jawaban yang hampir tidak terelakkan adalah: “Saya menemukan bahwa saya masih harus bergumul dengan pencobaan. Saya masih melakukan beberapa kesalahan yang saya lakukan sebelumnya. Saya mencoba sebuah hubungan bersama Allah, dan itu tidak berhasil.”

Yesus berkata, “Beginilah hal kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.” Markus 4: 26-28.

Kita tidak mengharapkan untuk membuat taman, atau membesarkan anak-anak atau mendapatkan pendidikan atau sukses dalam membuka bisnis baru atau belajar memainkan alat musik atau membangun sebuah bangunan dalam satu malam. Tetapi berapa banyak dari kita berharap dapat menjadi orang Kristen secara instan? Berapa banyak dari kita yang tidak mau menunggu buah Roh bertumbuh dan berkembang di dalam hidup kita?

Christ’s Object Lessons, hal. 61, mengatakan kepada kita, “‘Sesungguhnya petani menantikan hasil yang berharga dari tanahnya dan ia sabar sampai telah turun hujan musim gugur dan hujan musim semi.’ Yakobus 5:7. Maka orang Kristen itu menunggu dengan sabar untuk menghasilkan hidup yang berbuah dari Firman Allah. Sering ketika kita berdoa untuk karunia Roh, TUHAN bekerja untuk menjawab doa-doa kita dengan menempatkan kita dalam keadaan-keadaan untuk mengembangkan buah-buah ini; tetapi kita tidak mengerti maksud-Nya, dan bertanya-tanya, dan cemas. Namun tidak ada yang dapat mengembangkan karunia-karunia ini kecuali melalui proses pertumbuhan dan mengeluarkan buah. Bagian kita adalah menerima firman Allah dan memegang teguh firman itu, menyerahkan diri kita sepenuhnya di bawah kendalinya, dan maksudnya dalam hidup kita akan dipenuhi.”

Hubungan tidak berdasarkan tingkah laku. Dan jika tingkah laku kita yang menyebabkan kita menjadi tawar hati dengan hubungan kita, maka kita tahu bahwa kita dalam beberapa cara telah mengandalkan tingkah laku kita untuk penerimaan Allah. Siapa saja yang berharap untuk diterima dan diselamatkan oleh usahanya dalam cara apapun adalah seorang legalis.

Setiap kemenangan atas dosa atau kuasa penurutan atau mengalahkan pencobaan tidak pernah akan datang dari dalam diri kita sendiri. Jika kita pernah berharap untuk menurut, kita harus datang kepada Yesus untuk kebenaran-Nya dan tetap datang kepada-Nya. Satu hal yang tidak boleh pernah engkau lakukan, jika engkau menemukan dirimu sebagai seorang Kristen yang dikalahkan, adalah memutuskan hubungan itu; karena hanya melalui Kristus-lah engkau dapat selalu berharap untuk sukses dalam kehidupan Kristen.

Steps to Christ, hal. 64, seharusnya ditulis pada halaman paling depan di setiap Alkitab. “Kita harus sering sujud dan menangis di kaki Yesus karena kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan kita, tetapi kita tidak boleh kecil hati. Bahkan jika kita dikalahkan oleh sang musuh, kita tidak dibuang, dilupakan dan ditolak oleh Allah. Tidak, Kristus ada di sebelah kanan Allah, yang mengadakan pengantaraan bagi kita. Kata Yohanes yang kekasih, ‘Hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus yang adil (1 Yohanes 2:1).’”

Apakah kemenangan dan mengalahkan mungkin? Ya, TUHAN menyediakan kuasa untuk itu. Apa yang terjadi jika kita berdosa? Kita diberi tawaran pengampunan dan pemulihan.

Kita boleh saja menjadi tawar hati dengan tingkah laku kita karena tingkah laku kita! Tetapi jika kita sedang memandang pada Yesus untuk keselamatan dan pengampunan dan kuasa untuk menurut, kita tidak boleh pernah menjadi tawar hati dengan hubungan kita karena tingkah laku kita. Janji-Nya adalah pasti. Jika kita tetap tinggal di dalam Dia, Dia akan menyelesaikan pekerjaan-Nya dalam hidup kita.