Selasa, 02 Februari 2010
SN 11. HUKUM ALLAH
Arnold Toynbee, seorang ahli sejarah yang termasyhur dalam zaman ini, pernah mengatakan bahwa kebudayaan dunia modern akan musnah dan kebudayaan baru akan timbul di atas reruntuhan yang lama dan siklus ini akan berputar terus saling berganti dan tidak akan berhenti.
Orang bertanya, jika demikian halnya, apakah itu berarti bahwa sejarah akan berulang terus, dan dunia tidak akan lepas daripada kekacauan dan malapetaka yang membinasakan? Bahwa kejahatan manusia, kekuasaan yang lalim, kemerosotan akhlak akan berulang terus tanpa suatu pengendalian? Tanpa kekuatan hukum yang mengatur? Memang, tampaknya gelombang kejahatan dalam dunia kita ini belum menunjukkan tanda-tanda menurun, melainkan semakin bertambah.
Kipling pernah menulis: "Bawalah aku di daerah mana saja di sebelah Timur Suez di mana perbuatan yang terbaik tidak berbeda dengan perbuatan yang terjahat, di mana tidak terdapat Sepuluh Perintah. dan seorang akan dapat membangkitkan keinginan."
Kini kita tidak perlu mencari daerah sebelah Timur Suez, karena pada umumnya di mana pun di seluruh dunia sedang menghadapi masalah untuk menegakkan keadilan hukum dan kebenaran. Berjuta manusia menganggap Sepuluh Perintah Allah itu tidak berlaku lagi.
Sebenarnya dalam tiap negara ada hukum atau undang-undang yang dibuat untuk mengatur tata-tertib dan kehidupan masyarakat. Namun demikian, dengan segala hukum positif yang berlaku dalam tiap negara, tampaknya tidak dapat menurunkan angka-angka kejahatan dan segala perbuatan pelanggaran susila serta merusak norma-norma hukum yang berlaku.
Ada orang berpendapat bahwa musuh yang terbesar bagi masyarakat dan bangsa yang beragama bukanlah menghadapi golongan ateis atau komunis, melainkan lebih menyangkut soal sentimental umat beragama itu sendiri. Adapun yang dimaksudkan dengan soal sentimental umat beragama itu ialah suatu gejala kehidupan yang ingin menikmati berkat-berkat rohani, tanpa mempedulikan peraturan-peraturan. Mau menjadi manusia beragama tetapi tidak bersedia memenuhi kewajiban-kewajiban menurut kehendak Allah.
Kini timbul pertanyaan, "Apakah salah satu kewajiban menurut kehendak Allah yang diharuskan manusia mentaatinya?" Jawabnya terdapat dalam Kitab Suci sebagai berikut:
"Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Taurat-Mu ada dalam dadaku." Mazmur 40:9.
Tetapi masih ada beberapa pertanyaan lain lagi: Benarkah Hukum Allah itu masih diperlukan dan berlaku sekarang ini? Apakah faedahnya hukum itu bagi manusia modern? Bukankah hukum itu tidak dapat menyelamatkan manusia? Bagaimanakah manusia yang berdosa dapat menaati hukum Allah itu?
1. HUKUM MORAL .
Jelas bagi kita bahwa "kehendak Allah" berarti pula "Hukum Allah." Barangsiapa yang mau menyesuaikan hidupnya dengan kehendak Allah berarti menyesuaikan hidupnya dengan hukum Allah.
Adapun Sepuluh Hukum itu adalah perintah Allah yang diberikan kepada manusia sebagai suatu hukum moral dan spiritual di dalam prinsipnya yang luas untuk mengatur tiap gerak-gerik dan tingkah-laku kehidupan manusia. Hukum Allah itu telah ditulis oleh Allah sendiri,
"Dan TUHAN memberikan kepada Musa, setelah la selesai berbicara dengan dia di Gunung Sinai, kedua loh hukum Allah, loh batu, yang ditulisi oleh jari Allah." Keluaran 31:18.
Inilah bunyi hukum itu sebagaimana yang tercantum dalam Keluaran 20:3-27, lengkapnya sebagai berikut:
(I). Jangan ada padamu ilah lain di hadapan-Ku.
(II). Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
Jangan sujud menyembah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku, tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
(III). Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu, dengan sembarangan, sebab TUHAN akan memandang bersalah orang yang menyebut nama-Nya dengan sembarangan
(IV). Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat: enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Sebab enam hari lamanya TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan la berhenti pada hari yang ketujuh; Itulah sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan menguduskannya.
(V). Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.
(Vl ). Jangan membunuh.
(VII). Jangan berzinah.
(VIII). Jangan mencuri.
(IX). Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
(X). Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini istrinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu."
Dalam bentuknya yang sederhana, maka hukum-hukum itu jelas dan nyata, tidaklah sulit dimengerti syarat-syaratnya dan telah diberikan oleh Allah kepada manusia agar ditaati. Empat hukum yang pertama, adalah kewajiban kita terhadap Allah dan enam hukum terakhir menyatakan kewajiban kita terhadap sesama manusia.
2. HUKUM KASIH
Mungkin kita bertanya, mengapakah perlu ada Sepuluh Hukum Allah itu bagi manusia?
Sebenarnya bila kita melihat dari segi historisnya, bahwa hukum itu tidak dapat dipisahkan dari keadaan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa!
"Barangsiapa yang berbuat dosa, ialah berbuat durhaka (melanggar hukum terjemahan Klinkert). Karena dosa itulah keadaan durhaka (pelanggaran hukum adanya)." 1 Yohanes 3:4.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sepuluh Hukum Allah itu adalah mutlak penting agar manusia berdosa dapat kembali kepada kehidupan yang benar dan suci, oleh mentaatinya.
Berapa banyakkah manusia yang telah berdosa?
"Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." Roma 6:23.
Apakah kemuliaan Allah itu? Adapun kemuliaan Allah itu, ialah kebenaran-Nya dan kesucian-Nya. Oleh karena sekalian manusia sudah najis dan berdosa, sejak dari keturunan Adam, maka mustahil bagi manusia itu menjadi manusia yang bermoral baik karena segala sifat kehidupan mereka adalah dosa semata-mata.
Kecuali Allah sendiri menyediakan satu jalan yang dapat menghapus dosa manusia kemudian memberikan kepada manusia itu kuasa untuk mernperoleh kehidupan yang baru maka manusia yang berdosa itu, akan tetap tidak dapat mentaati hukum Allah yang benar dan suci itu!
Kini timbul pertanyaan lagi, "Apakah Allah telah menyediakan jalan kelepasan dari dosa bagi manusia dan memberikan kuasa untuk mentaati hukum-hukum-Nya?"
Jawabnya tegas dan nyata,
"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga la mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." Yohanes 3:16.
Inilah jawaban tentang kasih Allah kepada manusia, dan untuk keperluan manusia. Allah tidak mencintai dosa manusia, tetapi Allah mencintai manusia yang berdosa. Inilah tanda keajaibannya sifat kasih dari Allah! Karena kasih itu adalah dasar pemerintahan Allah. Itulah asas dari pemerintahan-Nya yang besar dan pusat dari putaran roda hadirat-Nya! Rasul Paulus menandaskan bahwa:
"Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia, karena itu kasih adalah kegenapan hukum Taurat" Roma 13:10.
Dengan demikian jelaslah, bahwa manusia yang berdosa itu dapat mentaati hukum Allah, oleh percaya kepada Yesus Kristus, dan mendapatkan kuasa dari-Nya untuk menurut hukum-hukum itu!
Adapun Sepuluh Hukum Allah itu yaitu Hukum Kasih, haruslah dinyatakan dalam kehidupan kita dalam dua bagian besar. Kenyataan penurutan hukum kasih itu, ditujukan kepada Allah dan sesama manusia.
Yesus Kristus sendiri berkata:
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." Matius 22:37-40.
Di sinilah sebenarnya arti dari apa yang sering kita dengar orang mengatakan "dua hukum" yaitu 'kasih kepada Allah' dan 'kasih kepada manusia'. Dan memang benar bahwa Sepuluh Hukum itu, dan hukum yang pertama sampai hukum yang keempat adalah manifestasi kasih kepada Allah dan dari hukum kelima sampai hukum yang kesepuluh adalah manifestasi kasih kepada sesama manusia! Namun demikian dari manifestasi hukum ini mempunyai satu dasar saja, yaitu dasar kasih. Demikianlah Sepuluh Hukum Allah itu adalah Hukum Kasih.
"Sebab Allah adalah kasih." 1 Yohanes 4: 8.
Lebih jauh kita dapat melihat pula bahwa hukum kasih itu telah dinyatakan dalam dua cara yang khusus, yaitu, pertama, bahwa hukum-hukum itu ditulis di atas dua loh batu oleh jari Allah sendiri, dan kedua, kenyataan hukum kasih Allah itu, terdapat dalam kehidupan Yesus Kristus yang telah datang ke dunia ini, sebagai satu hukum yang hidup dan menjadi teladan penurutan. Itulah sebabnya Yesus Kristus sendiri berkata:
"Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku." Yohanes 14:15.
3. HUKUM YANG KEKAL
Ketika Setan memberontak dan melawan pemerintahan Allah di surga, maka ia telah dicampakkan ke bumi dan ia melanjutkan kegiatannya di dunia ini.
Adapun serangan utama dari Setan itu ditujukan kepada Hukum Allah. Yohanes menjelaskan sebagai berikut:
"Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunan-nya yang lain, yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus." Wahyu 12:17.
Mengapa Setan berusaha menyerang hukum-hukum Allah? Memusuhi umat yang memeliharakan hukum-hukum itu? Karena Setan mengetahui bahwa inilah dasar kecintaan Allah, kebesaran Allah dan kekuasaan Allah! Dalam usaha Setan menyerang pemerintahan Allah, ia pun sekaligus berusaha menghancurkan hukum-hukum Allah dan memusuhi umat Allah yang setia dalam penurutan hukum-hukum ini.
Tetapi Allah telah mengatakan bahwa hukum-hukum-Nya kekal adanya, dan tidak dapat diubahkan! Pada sepuluh hukum itu telah dinyatakan pula sifat yang kekal dari Pemberi Hukum itu sendiri,
"Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan." Keluaran 20: 2.
Nabi Yesaya menyatakan tentang kebesaran dan kemuliaan hukum Allah itu sebagai berikut:
"Tuhan telah berkenan demi penyelamatan-Nya untuk memberi pengajaran-Nya yang besar dan mulia." Yesaya 42: 21.
Penulis Mazmur menandaskan pula:
"Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan segala titah-Nya teguh, kukuh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran." Mazmur 111:7, 8.
Benarkah dalam zaman Perjanjian Baru, hukum Allah sudah diubahkan dan tidak berlaku lagi? Atau seperti anggapan sebagian orang asal cukup percaya tanpa penurutan hukum? Perhatikanlah jawaban Rasul Paulus terhadap pertanyaan itu:
"Jika demikian, adakah kami membatalkan hukum Taurat karena iman? Sama sekali tidak! Sebaliknya, kami meneguhkannya." Roma 3: 31.
Martin Luther berkata: Hukum moral yang terdapat di dalam Sepuluh Hukum itu, tetap berlaku...karena hukum-hukum itu didasarkan atas sifat kebenaran dan kesucian Allah, karena itu, tidak dapat diubahkan sebagaimana Allah sendiri kekal adanya."
Yesus Kristus sendiri berkata:
"Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi." Matius 5:18.
4. HUKUM KEMERDEKAAN
Dr. Billy Graham pernah mengemukakan arti dari hukum Allah dengan perkataan ini: "Sepuluh Hukum adalah suatu cermin yang menunjukkan betapa jauhnya kita telah menyimpang dari standar Ilahi."
Dapatkah manusia diselamatkan oleh menurut Sepuluh Hukum? Jawabnya dalam Galatia 2:16 –
"Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan oleh karena melakukan hukum Taurat, tetapi hanya oleh karena iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Yesus Kristus, supaya kami dibenarkan oleh karena iman dalam Kristus dan bukan oleh karena melakukan hukum Taurat Sebab: 'Tidak ada seorang pun yang dibenarkan' oleh karena melakukan hukum Taurat."
"Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia." Roma 6:14.
Namun demikian masih ada pertanyaan lagi: "Dapatkah seseorang mengharapkan anugerah keselamatan oleh Allah di dalam Yesus Kristus, sambil bebas melanggar Sepuluh Hukum Allah? Apakah anugerah itu berarti meniadakan penurutan hukum? Rasul Paulus menjawab:
"Jadi bagaimana? Apakah kita akan berbuat dosa, karena kita tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia? Sekali-kali tidak!" Roma 6: I5.
Sepuluh Hukum Allah itu di samping menjadi hukum kasih, juga adalah menjadi Hukum kerajaan dan hukum itu pula yang akan menjadi dasar untuk mengadili perbuatan tiap manusia.
Tetapi jika kamu menurut hukum kerajaan sebagaimana nas Alkitab: 'Hendaklah engkau mengasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri, maka baik juga perbuatan itu.'
Tetapi jika kamu menilik atas rupa orang, kamu berbuat dosa, dan kamu dihukumkan oleh hukum itu menjadi orang melanggar hukum.
"... . Berkatalah dan berlakulah seperti orang-orang yang akan dihakimi oleh hukum yang memerdekakan orang." Yakub 2:7-9,12.
"Maka kesudahan segala perkara yang didengar ia ini: Takutlah akan Allah dan peliharakanlah segala firman-Nya, karena itulah patut kepada segala manusia.
"Karena Allah akan membawa setiap perbuatan ke pengadilan yang berlaku atas segala sesuatu yang tersembunyi, entah itu baik, entah itu jahat "Pengkhotbah 12:13, 14.
Pada bagian akhir dari Alkitab telah diberikan gambaran tentang dunia baru dan nubuatan tentang umat yang akan diselamatkan, dan dinyatakan sebagai berikut:
"Berbahagialah segala orang yang membasuh jubahnya (menurut hukum-hukumnya, terjemahan Klinkert) sehingga mereka itu berhak menghampiri pohon hayat itu, dan masuk ke dalam negeri itu dari pintu gerbangnya. "Tetapi anjing-anjing dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh, penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang melakukannya, tinggal di luar." Wahyu 22:14, 15.
Orang-orang yang akan diselamatkan, dinyatakan mempunyai sifat kehidupan yang menurut hukum Allah, dan mereka yang tidak diselamatkan dinyatakan memiliki sifat kehidupan yang tidak mentaati hukum itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar