Selasa, 26 Oktober 2010

MUSIK DAN SUASANA HATI

Tidak ada pelajaran tentang standar-standar Kristen yang lengkap tanpa mempertimbangkan pengaruh musik. Jutaan orang muda di seluruh dunia telah dibawa di bawah pengaruh mantra hipnotis rock-and-roll. Seperti sebuah sebutan persamaan, musik telah menyeberangi batasan bahasa, budaya dan agama untuk mempengaruhi lebih banyak kehidupan dibandingkan kekuatan sosial apapun. Bahkan gereja Kristen telah diserbu dengan apa yang disebut dengan “gospel rock” yang telah menjadi sarana penginjilan orang muda gereja dalam berkomunikasi dengan orang muda lainnya. Namun pesan apakah yang dikomunikasikan oleh tempo dan ritme dalam musik “saat ini”? Bagaimanakah kita menjelaskan penyembahan yang obsesif dari jutaan orang kepada jenis bunyi-bunyian yang sama ini?
Sangat sedikit orang yang memahami kuasa luar biasa dari musik terhadap sifat sadar dan tidak sadar dari orang-orang yang mendengarkannya. Telah lama diketahui bahwa musik perang, musik band, dan musik keagamaan dapat menimbulkan tanggapan emosional yang dapat diduga. Suasana hati para pendengarnya telah diprogram oleh jenis musik tertentu. Segmen yang luas dari orang-orang telah bereaksi dalam kebersamaan yang hampir sama dengan musik pengontrol yang sama. Mereka telah dilumpuhkan ke dalam nostalgia atau kelemahan oleh melodi-melodi yang menenangkan, atau mereka telah didorong ke dalam kekerasan nyata oleh ritme sinkopatik yang “liar”.

Bagaimanakah musik menghasilkan suasana hati? Telah ditetapkan secara ilmiah bahwa suasana hati memiliki suatu dasar biologis. Mereka dihasilkan oleh suatu kombinasi aktivitas otak, sirkulasi darah dan kimia tubuh. Segala fungsi ini dipengaruhi dalam suatu tingkat musik yang luar biasa. Penelitian kedokteran telah me-nunjukkan bahwa syaraf telinga memiliki hubungan-hubungan yang lebih luas dibandingkan syaraf-syaraf di bagian tubuh lain-nya. Sesungguhnya, hampir tidak ada fungsi di dalam sistem manusia yang tidak dapat dipengaruhi oleh nada musik. Tes-tes nyata telah membuktikan bahwa musik telah memiliki pengaruh secara lang-sung terhadap tingkat denyut jantung, tekanan darah, sistem syaraf, pencernaan, otot, dan kelenjar-kelenjar tubuh.
Dr. Schoen membuat pernyataan yang luar biasa ini di dalam bukunya, The Psychology of Music: “Musik dibuat dari unsur-unsur yang di dalamnya dan pada dirinya sendiri adalah perangsang yang paling kuat yang dikenal di dalam proses-proses persepsi ... Musik beroperasi pada bidang emosional kita dengan pene-kanan dan kecepatan yang lebih besar dibandingkan dengan pro-duk tindakan apapun.” Hlm. 39.

Fakta yang paling mengherankan dari semuanya adalah bagai-mana organ-organ tubuh bereaksi terhadap musik. Karena tubuh hanya berfungsi ketika otak memerintahkannya, kita mengetahui bahwa musik, dalam beberapa hal, harus mencapai otak terlebih dahulu. Namun bagian manakah dari otak yang menerima musik? Salah satu penemuan yang terpenting yang pernah dilakukan di wilayah ini telah menentukan bahwa musik “didengar” di dalam bagian otak yang menerima rangsangan-rangsangan emosi, sensasi, dan perasa-an. Sesungguhnya, musik sepenuhnya melompati pusat-pusat otak yang melibatkan penalaran dan kecerdasan. Musik tidak bergantung kepada otak utama untuk masuk ke dalam tubuh. Musik masuk melalui thalamus,yang merupakan sebuah stasiun pemancar dari segala emosi, sensasi,dan perasaan. Schullian dan Schoen menggambarkannya demikian: “Sekali suatu stimulus mampu mencapai thalamus, otak besar secara otomatis telah diserbu, dan jikalau stimulus berlanjut terus untuk beberapa waktu, suatu kontak yang lebih dekat antara otak besar dan dunia realitas dapat ditetapkan.” Music and Medicine, hlm. 270, 271.

Perhatikan bahwa musik haruslah “berlanjut terus untuk be-berapa waktu” agar menghasilkan reaksi tubuh melalui otak besar yang sadar. Penguatan bunyi perkusi yang berulang-ulang melalui alat-alat elektronik dari musik rock-and-roll menghasilkan suatu fenomena yang lebih baik digambarkan daripada dipahami. Majalah Time menggambarkannya dalam perkataan berikut: “Ketukan-ketukan hipnotis melakukan suatu daya magis yang aneh. Banyak orang-orang yang BERJOGET MENJADI TIDAK SADAR kepada orang-orang yang ada di sekitar mereka. Mereka hanyut menjauh dari pasangan mereka. Rintangan-rintangan hancur berkeping-keping, mata membelalak, hingga tiba-tiba mereka tampak seperti berenang hanyut di lautan bunyi.”

Hal yang paling menakutkan tentang perkara ini adalah serang-an musik yang tidak terbendung terhadap emosi dan kemudian terha-dap tindakan. Karena serangan dilakukan melalui thalamus, pribadi-pribadi yang mendengarkan akan menjadi terpengaruh oleh musik bahkan tanpa membuat suatu keputusan secara sadar tentang hal itu. Inilah sebabnya mengapa dokter-dokter telah menggunakan musik sebagai satu cara baru untuk menjangkau pikiran orang-orang yang terkebelakang dan sakit mental. Telah dibuka pintu bagi musik untuk digunakan secara terapi untuk berkomunikasi dengan pasien yang terganggu secara emosional. Bahkan anak-anak autis secara luar biasa dirangsang untuk bereaksi karena mereka tidak perlu membuat suatu keputusan secara sengaja musik mencapai pusat otak untuk diterima sebagai bunyi, melalui thalamus. Perkataan bisa tidak memiliki makna apapun bagi anak-anak, namun tingkat sensorik terbuka oleh musik, yang memberi akses menuju otak sadar.

Sekarang tentang fakta yang mengherankan tentang musik, meskipun menguntungkan untuk menjangkau orang-orang yang mengalami gangguan mental, juga telah memberikan jalan bagi Setan untuk membuat serangan cepat kepada hampir setiap orang yang mendengarkan musik jenis yang salah. Bahkan tanpa menyadarinya, pikiran pendengarnya akan didorong ke arah apapun sikap emo-sional yang ingin dimasukkan oleh iblis ke dalam ketukan musik tersebut. Van de Wall menyimpulkan dalam pernyataan berikut, “Banyak dari apa yang kita sebut dengan musik yang tidak terbendung adalah demikian karena kita bereaksi pada tingkatan fungsi motor sensorik.” Music in Hospitals, hlm. 15.
Selanjutnya di dalam bukunya, Van de Wall menggambarkan bagaimana syaraf menyampaikan pesan musik ke berbagai bagian tubuh: “Getaran-getaran musik yang bertindak dan melalui sistem syaraf memberikan kejutan-kejutan dalam urutan-urutan ritmis terhadap otot, yang menyebabkannya bereaksi dan menyebabkan lengan dan tangan, kaki bergerak. Terhadap reaksi otak otomatis ini, banyak orang melakukan gerakan-gerakan ketika mendengarkan musik; agar mereka tetap tidak bergerak, mereka harus berusaha menahan gerakan otot yang sadar.” Hlm. 106.
Dengan kesimpulan ini tentang akibat psikologis yang halus dari musik terhadap otak dan tubuh, kita lebih baik memahami bagaimana ritme dan ketukan musik rock moderen telah menciptakan begitu BANYAK KEKACAUAN MORAL di kalangan orang muda. Tema-tema terus menerus tentang seks yang tidak sah, obat-obatan, dan pemberontakan telah dimasukkan ke dalam otak, menciptakan suatu sikap emosional penerimaan melalui penyimpangan-pe-nyimpangan perilaku.
Dengan beroperasi melalui thalamus, Setan melompati barikade rohani dan mental dari penalaran yang cerdas, dan masuk ke dalam benteng pikiran—pusat pengawasan besar terhadap segala keputus-an dan tindakan manusia. Di sana, di dalam pikiran, Setan memiliki sarana untuk menerjemahkan kesan-kesan musik yang sensual ke dalam tindakan fisik. Melalui jaringan telegrafis syaraf mencapai setiap bagian tubuh, ia dapat menyampakan perintah-perintah yang tepat untuk bertindak sesuai dengan rangsangan-rangsangan emosional musik.

Bukan rahasia lagi bahwa sebagian pemusik rock-and-roll populer bukan saja terikat dengan obat-obatan melainkan juga dengan spiritisme. Bob Larson telah mendokumentasikan pengakuan sebagian dari artis panggung tersebut bahwa keberhasilan mereka telah dijamin oleh suatu perjanjian dengan Setan. Ini berarti bahwa Setan sedang mengontrol pembuatan musik itu dan juga cara menyampaikannya dengan pendengarnya. Maka tidaklah mengherankan bahwa banyak konser rock-and roll telah berubah menjadi pesta pora keca-bulan, di mana baik penyanyi maupun pendengarnya sesungguhnya berada dalam cengkeraman kekuasaan Setan.
Banyak yang membela musik ritmis atas dasar bahwa musik berhubungan dengan ritme tubuh alamiah dalam menghasilkan kegiatan dan hasil yang lebih terkoordinasi. Tentulah benar bahwa musik yang dipilih secara khusus dapat meningkatkan kapasitas kerja otot. Dalam artikelnya, U.S.S.R.: Music and Medicine, Leonid Melnikov memperjelas fakta yang luar biasa ini. “Pada saat yang sama dengan tempo, gerakan pekerja berubah sejalan dengan perubahan tempo musik. Seolah-olah musik menentukan ritme gerakan cepat yang baik. Serangkaian percobaan lain terhadap pelajar membuktikan bahwa bu-kan saja kemampuan kerja berubah di bawah pengaruh musik, mela-inkan juga denyut dan tekanan darah.” Music Journal XXVII: 18 (Nov. 1970).

Apakah tanggapan tubuh terhadap pilihan-pilihan musik yang secara khusus diprogram berarti bahwa semua nada musik ritmis bermanfaat bagi tubuh? Sebaliknya, meskipun manusia memiliki kecen-derungan alamiah terhadap ritme tertentu, ada beberapa meter patah, ketidakselarasan harmoni dalam garis melodi yang sepenuhnya tidak selaras dengan ritme tubuh alamiah. Demikianlah tempo musik rock-and-roll yang terus menerus. Alice English Monsarrat dalam sebuah artikel berjudul Music-Soothing, Sedative or Savage, menulis, “Meter patah dalam treble, dimainkan dalam ketukan teratur terus menerus di tangan kiri dengan kecepatan yang semakin meningkat hampir men-capai titik kegilaan... dapat menghasilkan efek memecah identik dan hampir histeris pada suatu makhluk hidup; seolah-olah seseorang hendak mencoba menyerbu dengan gila ke dua arah pada saat yang sama. Setiap psikiatri mengetahui bahwa tarikan ke dua arah dari dorongan emosi yang saling bertentangan yang menolong memenuhi rumah sakit-rumah sakit kita dengan puing-puing kehancuran kemanusiaan.”

Apa yang sesungguhnya dikatakan Monsarrat adalah bahwa untuk memelihara rasa kewarasan dan keutuhan, orang tidak bo-leh terlalu banyak dikuasai oleh ritme yang tidak sesuai dengan ritme tubuhnya yang alami. Jikalau kebenaran ini sepenuhnya diketahui, sejumlah besar pemberontakan anak-anak muda yang gelisah dapat dilacak kembali kepada pemajanan (exposure) terus menerus kepada ritme yang tidak selaras.

Strategi memanfaatkan selera sensual bukanlah pendekatan baru bagi Setan. Ia telah melakukan percobaan dengan emosi orang muda hampir selama 6000 tahun dan sangat akrab dengan keringkih-an mereka. Ia telah menikmati memanipulasi kehidupan orang-orang muda yang tidak bertobat melalui musik rock, namun ia bahkan lebih senang ketika ia dapat memasukkan musik hipnotis yang membelok-kan pikiran ke dalam gereja. Dengan program gradualisme (setahap-demi setahap) yang seumur zaman ini, ia telah berhasil menghancurkan kemampuan yang halus untuk membedakan dan menghasilkan kembali ketukan musik erotis yang sama di dalam beberapa gereja MAHK. Betapa suatu kemenangan bagi iblis ketika ia berhasil mengkompromikan standar-standar yang tinggi dari gereja akhir zaman! Setiap percampuran antara perkara rohani dan daging membawa celaan bagi orang-orang yang dipilih untuk menyampaikan pekabaran peringatan Tuhan yang terakhir.

SATU-SATUNYA SIKAP YANG BENAR BAGI MEREKA YANG DIPANGGIL KELUAR DARI BABEL DAN DUNIA ADALAH MENUTUP SETIAP PINTU MENUJU PERANGKAP MUSIK YANG PENUH TIPU DAYA DARI MUSUH ROHANI YANG BESAR ITU. TIDAK BOLEH ADA KOMPROMI DENGAN BENTUK-BENTUK MUSIK YANG MERENDAHKAN MARTABAT YANG TELAH MENJADI SARANA-SARANA SETAN UNTUK MERUSAK DAN MEMBINASAKAN. Kita diingatkan oleh perkataan Kristus,

"Kamu membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.” Lukas 16:15. Sehubungan dengan pernyataan ini, kita bahkan harus lebih berjaga-jaga terhadap musik yang telah menjadi sangat populer dengan dunia. Hanya pe-ngalaman kasih kepada Kristus yang sepenuh hati akan memberi kua-sa bagi orang muda kita untuk mengambil posisi tanpa ragu melawan sarana Setan yang penuh tipu daya dan “sangat terhormat” ini.