Senin, 26 Juni 2017

21.PERBEDAAN DI ANTARA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU

PERBEDAAN DI ANTARA PERJANJIAN LAMA DAN PERJANJIAN BARU



1.    Apakah Yang Telah Dijanjikan Oleh Allah Kepada Umat Manusia?

Tulisan-tulisan Alkitab, sebagaimana yang telah kita ketahui, dibagi menjadi dua bagian. Bagian yang pertama dikenal sebagai PERJANJIAN LAMA, dan bagian yang kedua dikenal sebagai PERJANJIAN BARU. Apakah buku-buku Alkitab ini yang dimaksud dengan perjanjian-perjanjian Allah itu? Perjanjian-perjanjian Allah itu dicantumkan dalam buku-buku tersebut, tetapi buku-buku itu sendiri bukanlah perjanjian-perjanjian Allah itu.

Buku PERJANJIAN LAMA ditulis sebelum kedatangan Yesus di dunia, dan buku PERJANJIAN BARU ditulis sesudah kedatangan Tuhan. Dalam hal ini, kedua buku itu mempunyai suatu perbedaan, tetapi perbedaan tentang waktu penulisan buku-buku itu, bukanlah perbedaan yang  menjadi tujuan penyelidikan kita. Alkitab berbicara tentang dua perjanjian. Perbedaan yang ada di antara kedua perjanjian inilah yang perlu diketahui oleh setiap umat TUHAN, karena hal ini menyangkut masalah keselamatan.

“Oleh air, dunia yang ada pada waktu itu, telah digenang dan dibinasakan, tetapi langit dan bumi yang sekarang ini disimpan oleh firman yang sama bagi pemusnahan dengan api, terpelihara untuk hari pada saat mana orang-orang fasik akan dihukum dan dimusnahkan.” – 2 Petrus 3:6, 7 terjemahan Dr. James Moffatt.

Dalam ayat 13, telah dapat ditemukan janji Allah kepada umat manusia itu. Apakah isi janji itu berbeda dalam PERJANJIAN LAMA dan PERJANJIAN BARU? Nyatanya tidak. Perjanjian Allah yang lama kepada Abraham adalah sama dengan perjanjian Allah kepada kita yang hidup pada akhir jaman.

Kepada Abraham, Tuhan telah menjanjikan suatu negeri yang akan menjadi milik pusakanya turun-temurun. Kepada kita firman yang sama itu telah berkata bahwa bumi kita yang sekarang ini telah dipelihara bagi pembinasaan dengan api. Pada hari Allah yang maha besar itu, langit dan bumi akan hancur dan meleleh. Semua anasir akan terbakar habis. Tetapi sesuai dengan janji Allah, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran; langit dan bumi yang akan  diperintahkan oleh Yesus Kristus untuk selama-lamanya!


2.    Apakah Abraham Telah Menerima Apa Yang Dijanjikan Allah Kepadanya Itu?

“Karena iman Abraham taat, ketika ia dipanggil untuk berangkat ke negeri yang akan diterimanya menjadi milik pusakanya, lalu ia berangkat dengan tidak mengetahui tempat yang ia tujui.”

“Sebab ia menanti-nantikan kota yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.”

“Dalam iman mereka semua ini telah mati sebagai orang-orang yang tidak memperoleh apa yang dijanjikan itu, tetapi yang hanya dari yang jauh melihatnya dan melambai-lambai kepadanya.” – Ibrani 11:8, 10, 13.

Apabila ayat-ayat yang di atas ini kita baca dengan tenang serta memperkenankan Roh Allah menjamah perasaan hati kita, kita akan di bawa kepada suatu pengertian tentang hubungan yang ada di antara Allah dan anak-Nya dari dunia ini yang telah belajar untuk meletakkan hidupnya di dalam tangan penjagaan Tuhan.

Abraham telah menerima panggilan dari Allah. Abraham diminta untuk meninggalkan negeri leluhurnya dan berangkat menuju suatu tempat yang tidak ia ketahui letaknya. Ia diberi suatu perjanjian bahwa ia akan menerima sebuah kota yang direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Kota itu akan dijadikan milik pusakanya untuk selama-lamanya.

Karena IMAN saja, Abraham  taat, lalu berangkat. Apakah yang telah dialami Abraham dalam mengikuti panggilan Tuhan? Apakah Abraham terhindar dari kesusahan dan ancaman-ancaman bagi keselamatan hidupnya? Setibanya di suatu tempat, Abraham bukannya menerima negeri yang telah dijanjikan Allah itu, tetapi Abraham harus menghadapi bahaya kelaparan di tempat itu, sehinggga ia harus pergi ke tanah Mesir.

Apakah yang telah terjadi di Mesir? Karena takut dirinya akan dibunuh oleh karena isterinya yang cantik, Abraham telah tergelincir dalam dosa berdusta. Tuhan telah berjanji untuk mewariskan kepadanya sebuah negeri yang berisikan kebenaran, tetapi gantinya melihat sebuah negeri yang penuh dengan keadilan dan damai, ia harus mengalami rasa takut di sebuah negeri orang asing, sehingga ia harus berdusta untuk menyelamatkan dirinya.

Abraham bukannya melakukan kesalahan ini satu kali saja. Ketika ia tinggal di Gerar sebagai orang asing, ia telah berdusta terhadap Abimelekh, raja Gerar, oleh karena hal yang sama (Kejadian 20). Abraham dijanjikan sebuah negeri untuk dijadikan miliknya sendiri untuk selama-lamanya. Tetapi, ia harus berulang-ulang kali tinggal di negeri orang asing tanpa melihat wujud janji Allah itu!

Akhirnya Abraham harus mati oleh karena usianya yang sudah sangat lanjut, dan Alkitab hanya dapat meninggalkan catatan sejarah dari hal dirinya sebagai seorang yang telah mati dalam iman tanpa “memperoleh apa yang dijanjikan itu”. Abraham hanya melihat kota Allah dari jauh melalui IMAN. Ia hanya dapat melambai-lambai kepada kota itu!

Itulah bagian yang harus diterima oleh seorang hamba Allah! Ia telah diberi janji, tetapi ia harus rela mengakhiri hidupnya di dunia ini, walaupun hanya menerima janji itu oleh imannya saja! Seorang hamba Allah hidup oleh iman. Ia tahu siapakah Allah! Ia tahu bahwa Allah berbicara dengan jangkauan yang sangat jauh dan bawa hidup berimannya bukanlah hanya untuk dirinya saja. Seorang hamba Allah harus hidup oleh IMAN sehingga ia dapat menyalurkan imannya itu kepada keturunannya yang berikut. Iman disambung iman, dari satu generasi ke generasi yang lainnya, hingga akhirnya tibalah generasi yang sungguh-sungguh akan melihat janji Allah itu digenapi.


3.    Janji Allah Itu Disertai Sumpah

“Tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah.

Sebab ketika Allah memberikan janji-Nya kepada Abraham, Ia bersumpah demi diri-Nya sendiri, karena tidak ada orang yang lebih tinggi dari pada-Nya…..

Karena itu, untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya, Allah telah mengikat diri-Nya dengan sumpah. – Ibrani 6:11-13, 17.

Allah hendak mengajar kita sesuatu yang amat penting. Allah menghendaki kita mempercayai janji-janjiNya secara ABSOLUT. Kita harus memiliki suatu pengharapan YANG PASTI. Biarlah masing-masing kita mengetahui bahwa beragama, dengan tidak disertai suatu pengharapan yang pasti, adalah beragama yang tanpa tujuan.

Agama adalah suatu hubungan dengan Allah yang dinamis dan hidup-hidup. Agama adalah pembentukkan suatu kepercayaan oleh suatu makhluk yang diciptakan terhadap Allah yang menciptakannya. Agama adalah suatu jalinan kepercayaan di antara manusia dan Allahnya seperti di antara seorang anak kecil dan ayah-ibunya.

Janganlah hal ini dianggap sebagai suatu ucapan untuk memperindah suatu konsep saja. Bukan! Kecuali dapat dibentuk suatu kepercayaan dari kita terhadap Allah kita seperti (artinya sama dengan) kepercayaan anak kita yang masih kecil terhadap kita, agama kita adalah bagaikan tempayan kosong atau yang mengeluarkan bunyi apabila dipukul, tetapi yang tidak mempunyai bobot isi.

Abraham adalah nenek moyang kita yang beragama. Walaupun grafik IMAN Abraham tidak selalu menanjak secara lurus ke atas, Abraham mempunyai suatu hubungan yang hidup-hidup dengan Allahnya. Walaupun Abraham belum memperoleh apa yang telah dijanjikan Allah kepadanya, ia telah mendapat bagian dalam apa yang telah dijanjikan itu oleh imannya.

Allah telah bersumpah demi diri-Nya sendiri, bahwa Ia akan memenuhi janji-Nya itu. Apakah sebabnya Allah telah bersumpah sedangkan Yesus telah mengajar kita supaya tidak bersumpah?

“Aku berkata kepadamu: Janganlah sekali-kali bersumpah…….. Janganlah juga engkau bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun.” – Matius 5:34, 36.

Yesus telah melarang kita untuk bersumpah oleh karena kita tidak mempunyai kuasa untuk memegang atau memenuhi janji-janji yang telah kita katakan dengan sumpah itu. Manusia tidak dapat diandalkan! Manusia tidak dapat menentukan hari esoknya sendiri dan tidak dapat memastikan apakah ia dapat melaksanakan apa yang telah ia rencanakan! Manusia selalu mempunyai kecenderungan untuk menipu hatinya sendiri! Bagaimanakah manusia, yang demikian keadaannya, dapat bersumpah??

Lain halnya dengan Allah. Allah menguasai segala sesuatu dan Ia memegang kendali atas segala sesuatu yang bakal terjadi. Apa yang dikatakan-Nya dengan sumpah sudah pasti dapat Ia penuhi atau genapi.

Sumpah Allah mempunyai tujuan untuk menekankan kepada kita, bahwa apa yang telah dikatakan-Nya dengan sumpah itu tidak berkondisi. Artinya, apa yang telah dikatakan-Nya dengan sumpah, kegenapannya tidak lagi tergantung atas terpenuhinya apa syarat. Contohnya: pada waktu Allah mengutus Yunus untuk memberitakan pembinasaan kota Nineveh, pembinasaan itu tergantung atas mau bertobatnya penduduk-penduduk Nineveh atau tidak. Pembinasaan itu adalah bersyarat. Pada waktu penduduk Nineveh menyesali perbuatan-perbuatan jahat mereka, lalu mereka berkabung dan duduk di atas abu, Allah telah menghindarkan pembinasaan itu dari mereka.

Tetapi pembinasaan dunia kita ini dengan api sehingga ssegala sesuatu akan menjadi cair, dan pembentukan suatu langit dan bumi yang baru yang akan diperintah Yesus sendiri, adalah suatu janji yang tanpa syarat. Mengenai hal ini, Tuhan telah berfirman dengan sumpah

“untuk lebih meyakinkan mereka yang berhak menerima janji itu akan kepastian putusan-Nya.”

Bumi yang sekarang kita huni ini sudah dirusak oleh kejahatan , kekerasan, kekejaman, ketidak-adilan, kegelojohan, dan segala daya-upaya yang hanya bersifat mementingkan diri sendiri. Bumi ini sudah tidak dapat diobati. Ibarat penyakit kanker yang telah mencapai tingkat parah, kejahatan di bumi ini sudah tidak dapat disembuhkan. Hanya ada satu tindakan terakhir yang dapat dilakukan Allah untuk menolong bumi ini, yaitu membakarnya habis-habis sehingga sesuatu yang baru dapat diciptakan untuk menggantikannya.

Itulah sebabnya Allah telah berbicara kepada Abraham dengan sumpah, dan Abraham mempercayai janji Allah tersebut. Abraham tidak menjadi lamban untuk mempercayai janji Allah itu. Ia telah menjadi penurut oleh iman dan kesabaran sehingga ia telah mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan itu.

Rasul Paulus telah menganjurkan kita masing-masing agar menunjukkan kesungguh-sungguhan yang sama seperti Abraham. Ia telah meminta agar kita memiliki suatu pengharapan yang pasti hingga akhirnya.


4.    Perjanjian Yang Lama Dan Perjanjian Yang Baru Dinyatakan Dalam Kehidupan Abraham

Melalui kebenaran Alkitab, kita akan melihat bahwa perbedaan di antara perjanjian Allah yang lama dan perjanjian Allah yang baru, telah dinyatakan dalam kehidupan leluhur kita Abraham. Hal ini kita tekankan di sini, oleh sebab banyak orang Kristen telah membuat pembedaan-pembedaan di antara buku PERJANJIAN LAMA dan buku PERJANJIAN BARU. Banyak orang hanya mau mengikuti ungkapan kebenaran apabila ditulis dalam buku PERJANJIAN BARU. Betapa salahnya pendirian ini! Kebenaran Alkitab merupakan suatu jalinan yang utuh dari tulisan-tulisan PERJANJIAN LAMA sampai tulisan-tulisan PERJANJIAN BARU. Kedua tulisan itu tidak dapat dipisah-pisahkan!

Marilah kita belajar dari tulisan Rasul Paulus yang terdapat dalam Galatia 4:22-26. Demikian bunyinya:

“Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji.

Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah; yang satu berasal dari Gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar – Hagar ialah Gunung Sinai di Tanah Arab – dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.”

Atas dasar  tulisan Rasul Paulus yang di atas, kita dapat membedakan kedua perjanjian Allah itu sebagai berikut:

DUA PERJANJIAN

 

Menurut Daging:


Hagar

Ismael

Sinai – mencari penurutan dengan kekuatan daging.
Hasilnya: Yerusalem yang berada di dunia sekarang ini, yang akan dibinasakan.

 

Menurut Janji:


Sara

Ishak

Golgotha – mencari penurutan dengan kekuasaan IMAN.

Hasilnya: Yerusalem Sorgawi yang telah direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri.


Dua jalan yang sangat mudah dimengerti telah dikemukakan oleh Allah kepada kita. Satu jalan akan membuat kita ikut dibinasakan dengan dunia yang sekarang ini, dan jalan yang lainnya akan membuat kita mewarisi Yerusalem Sorgawi yang telah dijanjikan oleh Allah kepada kita.

Abraham telah menerima satu janji bagi seorang keturunan dari Allah. Tetapi Abraham dan Sara telah menanggapi janji Allah itu dengan “pikiran daging” mereka. Mereka melihat bahwa Sara sudah tua dan melampaui segala kemungkinan untuk dapat memperoleh keturunan lagi. Mereka menyimpulkan bahwa keturunan Abraham tidaklah mungkin datang dari Sara. Oleh sebab itu, dua-dua telah bersepakat bahwa keturunan Abraham haruslah datang melalui seorang perempuan yang lain. Inilah satu-satunya jalan, menurut pikiran manusiawi, melalui mana janji Allah itu dapat digenapi. Lalu Abraham mengambil Hagar, seorang hamba perempuannya, dan melahirkan Ismael.
Walaupun Ismael, secara silsilah, adalah bapa bangsa Arab yang kita kenal sekarang, Alkitab menggunakan Ismael secara rohani untuk mengibaratkan bangsa Israel yang telah membuat suatu perjanjian dengan perjanjian Allah di Gunung Sinai.

Kita masih ingat bagaimana Yesus telah datang di Gunung Sinai dengan pameran kebesaran dan kemuliaan-Nya yang luar biasa.

“Dan terjadilah pada hari ketiga, pada waktu terbit fajar, ada guruh dan kilat dan awan padat di atas gunung dan bunyi sangkakala yang sangat keras, sehingga gemetarlah seluruh bangsa yang ada di perkemahan.

Gunung Sinai ditutupi seluruhnya dengan asap, karena Tuhan turun ke atasnya dalam api; asapnya membubung seperti asap dapur, dan seluruh gunung itu gemetar sangat. Bunyi sangkakala kian lama kian keras.” – Keluaran 19:16, 18.

“Maka bangsa itu takut dan gemetar dan mereka berdiri jauh-jauh. Mereka berkata kepada Musa: ‘Engkaulah berbicara dengan kami, maka kami akan mendengarkan; tetapi janganlah Allah berbicara dengan kami, nanti kami mati’.” – Keluaran 20:18, 19.


Israel  mudah sekali melupakan kebesaran Allah. Sama halnya dengan kita! Kita berseru kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh hanya apabila kita sudah ditimpa ketakutan  oleh karena rumah kita sedang digoncang gempa bumi yang dahsyat, atau kita sedang ditimpa malapetaka yang lainnya. Tetapi, apabila kita sudah dilepaskan dari malapetaka itu dan segala sesuatu sudah berjalan baik dan normal lagi, kita kembali melupakan Allah dan mulai melawan kehendak-Nya!

“Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan berpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri dari antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus.” – Keluaran 19:5.

Betapa sigapnya Israel telah menanggapi apa yang dikatakan Tuhan di atas! Tanpa memikir panjang apakah arti “mendengarkan firman-Ku” dan “berpegang pada perjanjian-Ku”, mereka dibawa oleh kebanggaan bahwa mereka akan “menjadi harta kesayangan” Tuhan sendiri “dari antara segala bangsa”. Tanpa memikir panjang apakah arti ucapan “menjadi bagi-Ku kerajaan imam dan bangsa yang kudus”, mereka secara spontan menyampaikan jawab kepada Tuhan bahwa:

“Segala yang difirmankan Tuhan akan kami lakukan.” – Keluaran 19:8.

Israel dipenuhi rasa percaya diri pada kemampuan mereka sendiri untuk melakukan segala sesuatu yang telah difirmankan Tuhan! Israel telah lupa bahwa ada setan dan malaikat-malaikat jahatnya yang jauh lebih kuat dari mereka! Mereka telah lupa untuk selalu bergantung kepada Tuhan!

Sinai melambangkan usaha Israel untuk menggenapi perjanjian Allah dengan mereka berdasarkan kekuatan daging mereka sendiri.

Apakah hasilnya? Oleh karena kepercayaan mereka pada kemampuan mereka sendiri, mereka telah menolak Yesus sebagai Juruselamat mereka. Akibatnya, mereka telah dikerat sebagai bangsa pilihan Allah, dan Yerusalem serta rumah ibadat mereka yang berada di Yerusalem, telah dibinasakan oleh Allah.

Dewasa ini ada usaha untuk membangkitkan Israel kembali dan menjadikan Yerusalem sebuah kota yang suci. Hal ini telah menjadi harapan beberapa pemimpin dunia ini. Apa pun yang akan dilakukan oleh manusia untuk memulihkan kembali Israel sebagai bangsa pilihan Allah dan Yerusalem sebagai kota idaman Allah. Tuhan telah memutuskan perkara-Nya, dan Yerusalem  akan tetap mengibaratkan Sinai dan akan dibinasakan bersama-sama dengan dunia ini.

Hanya ada satu Yerusalem yang dapat diterima oleh Allah, yaitu Yerusalem Sorgawi yang akan turun dari sorga. Allah tidak akan menerima sebuah kota yang lain. Allah sudah berjanji kepada Abraham dengan sumpah, dan Allah akan menggenapi janji-Nya dengan menurunkan Yerusalem Sorgawi yang telah direncanakan dan dibangun oleh Allah sendiri. Apa saja yang lainnya, yang dibangun oleh manusia, tidak akan memenuhi syarat-syarat kesucian Allah.

Yerusalem Sorgawi ini hanya akan diwarisi melalui perjanjian yang baru, yaitu suatu perjanjian yang berdasarkan kegenapan janji Allah melulu. Warisan ini akan disampaikan melalui Sara, yang walaupun telah melewati umur untuk dapat melahirkan seorang anak laki-laki, telah melahirkan Ishak sebagai suatu pemberian sesuai dengan janji Allah itu. Perjanjian ini didasarkan atas mujizat dari Allah dan bukan atas usaha dan kebaikan manusia itu sendiri.

Perjanjian yang baru ini didasarkan atas Bukit Golgotha. Perjanjian ini berdasarkan IMAN pada jasa penebusan Yesus Kristus. Dunia yang sekarang ini akan dilebur. Ini adalah janji Allah yang sudah dikatakan-Nya dengan sumpah. Segala sesuatu yang ada di dunia ini, yang sudah pernah dijamah oleh dosa, akan dihancurkan sampai meleleh oleh panas api dari Allah. Kendati Yerusalem akan berdiri tegak di atas bumi ini pada waktu itu, ia akan ikut dibakar. Yang tidak ikut dibakar adalah umat percaya yang akan diangkat dari dunia ini untuk bertemu dengan Yesus di awan-awan. Mereka dan Yerusalem Sorgawi saja yang akan luput dari api Allah oleh sebab mereka ada di luar dunia ini.


5.    Adakah Di antara Kita Yang Masih Merasa Tergoda Untuk Mengikuti Jalan Keselamatan Menurut Perjanjian Yang Pertama di Gunung Sinai?

Inilah permasalahan yang menghadapi kita yang mengaku sebagai umat Tuhan. Kita begitu terpikat pada usaha-usaha kita untuk menurut sepuluh hukum dengan kekuatan dan kuasa kemauan kita sendiri sehingga Yesus telah terlupakan di belakang kita. Kita menuju ke sorga dengan semangat yang begitu tinggi melalui usaha-usaha penarikan jiwa kita, sehingga salib Kristus sudah tidak kita pandang lagi. Kita, kita dan sekali lagi KITA yang telah menjadi fokus perhatian pikiran kita, sehingga kita menjadi tidak sadar lagi bahwa kita telah memisahkan diri kita dari Kristus. Yang membuat keadaan kita sangat berbahaya adalah bahwa kita mengaku percaya pada Yesus Kristus. Kita menipu diri kita sendiri bahwa pengakuan kita itu adalah cukup untuk membawa kita ke sorga melalui jalan IMAN yang telah digariskan oleh perjanjian yang baru. Kita mengaku bahwa kita mempercayai darah yang telah dikorbankan di Bukit Golgotha. Hal ini memang benar secara pengakuan. Tetapi kuasa darah korban di Golgotha itu sama sekali tidak bekerja di dalam diri kita!

Apakah sebabnya hal ini dapat terjadi? Apakah sebabnya kita dinyatakan suam-suam kuku sebagai bukti bahwa kuasa darah Kristus itu tidak ada bersama kita? Kita boleh menyangkal kebenaran, tetapi dengan menyangkal kebenaran kita justru akan lebih menggenapi teguran-teguran firman Allah! Mengapa kita harus memerangi firman Tuhan lebih lama lagi? Apakah tidak lebih baik bagi diri kita sendiri, apabila kita mau belajar untuk lebih merendah di hadapan Allah?

Dengan mengaku menaruh IMAN pada Yesus Kristus, kita menjadi tidak sadar bahwa kita berada dalam keadaan yang sama dengan Israel pada jaman dahulukala. Kita telah mengikuti perjanjian di Sinai! Mereka telah mengikuti jejak Ismael dan Hagar adalah ibu mereka! Tuhan mengetahui hal ini! Itulah sebabnya dalam belas kasihan-Nya terhadap kita, Ia telah menyampaikan pekabaran-pekabaranNya kepada kita. Kita digugah agar bangun dari tidur sebelum kita terjebak setan dan tidak dapat keluar dari jebakannya!


Tuhan telah menggunakan alat-alat pilihan-Nya sendiri untuk memberitakan pekabaran-Nya di mana-mana di dunia ini. Hamba-hamba Allah yang setia – pemimpin-pemimpin, pendeta-pendeta, pekerja-pekerja, tua-tua sidang dan anggota-anggota awam – telah digerakkan oleh Tuhan untuk membangunkan sidang-Nya yang tertidur! Kita harus memasang telinga kita, dan memperhalus kepekaan hati nurani kita, agar kita dapat menangkap setiap terang yang dikirim Allah kepada sidang-Nya.

Hentikan segala perselisihan di antara kita sendiri, bergumullah dalam doa yang sungguh-sungguh setiap hari untuk setiap dosa dan kelemahan kita,  akuilah segala sifat, tabiat atau pun tingkah laku kita yang mementingkan diri sendiri itu yang telah ditunjukkan oleh Tuhan, buatlah perjanjian yang baru dengan IMAN bukan dengan kekuatan kita sendiri bahwa kelak suatu saat segenap hukum kasihNya akan genap dalam kehidupan pribadi kita dan nama Tuhan akan ditinggikan untuk selama-lamanya. Biarlah segala pujian, hormat, dan kemuliaan hanya ditujukan kepada YESUS KRISTUS yang telah tertumpah darahNya di salib Golgota!!

Tanda-tanda kedatangan Tuhan sudah sangat semakin jelas, TUHAN segera akan datang!! Maukah saudara dipersiapkan olehNya?? TUHAN rindu segera bertemu dengan kita semua, tidakkah saudara rindu padaNya??

MARANATHA !!!


Disadur ulang dari Seri Pelajaran Alkitab dan Roh Nubuat oleh Gito Siswojo Kadarman (alm.) Raya Dieng 31, Hari Sabat, 18 Mei 1985.


(Diketik oleh Janice & Delfirah Singkuang – CP BSD, Januari 2007)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar