MEREKA YANG BERSAMA-SAMA
DENGAN DIA JUGA AKAN MENANG
(WAHYU 17:14)
1. SATU KETENTUAN DARI ALLAH SENDIRI
Telah kita pelajari melalui kebenaran-kebenaran
yang ditampilkan oleh ka’abah bahwa sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa,
manusia yang najis hanya dapat dipertemukan dengan Allah yang suci melalui
perantaraan Yesus. Selama Yesus berada di kaabah surga dan
bertindak sebagai Pengantara kita, segala doa yang kita panjatkan dengan
disertai iman untuk pengampunan segala dosa-dosa kita akan dterima. Tetapi
Yesus tidak akan tinggal di dalam kaabah surga untuk selama-lamanya. Supaya Ia
dapat kembali ke dunia, Ia harus meninggalkan kaabah surga. Apa yang terjadi
pada waktu Yesus meninggalkan kaabah surga dan bagaimana dengan kita? Dua hal ini tidak dapat kita simpulkan dengan pikiran
kita sendiri. Hanya Tuhan yang dapat menjelaskan
perkara-perkara ini melalui firmanNya.
“Dan bait suci itu dipenuhi asap karena
kemuliaan Allah dan karena kuasaNya, dan seorangpun tidak dapat memasuki
Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat
itu.” (Wahyu 15:8).
Perantara di antara manusia dan Allah sudah
meninggalkan kaabah surga. Kaabah sudah selesai dibersihkan dari dosa-dosa
manusia sepanjang zaman. Sekarang kaabah itu dipenuhi dengan kemuliaan dan
kuasa Allah. Seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu. Doa-doa kita untuk
pengampunan dosa tidak dapat lagi diterima!!
“Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia
terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar.” (Wahyu
22:11).
Yang pada saat itu masih melanggar
hukum-hukum Tuhan, ia akan terus melanggar. Tidak ada lagi titik balik.
Segalanya sudah ditentukan.
“Barangsiapa… benar, … ia terus berbuat
kebenaran; barangsiapa… kudus, … ia terus menguduskan dirinya.” (Wahyu 22:11).
Umat Allah mencapai kesempurnaan tabiat.
Mereka akan memantulkan peta Kristus. Di
dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. (Wahyu 14:5).
Mereka siap untuk bertemu dengan Yesus. Ini merupakan SATU KETENTUAN DARI ALLAH
SENDIRI. Yang hendak bertemu dengan Yesus, harus bersedia menempuh jalan IMAN
yang menuju pembenaran dan penyucian oleh kuasaNya sendiri.
2. TUNTUTAN ALLAH YANG TINGGI
Apa yang dituntut oleh Allah dari kita
bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Kita merasa terkejut karena kita terbenam di
dalam jalan pikiran kita sendiri, dan kita terpisah dari kebenaran firmanNya.
Pada mula pertama, Yesus (Firman) menciptakan
manusia dalam keadaan sempurna tanpa cela. Bumi dipenuhi dengan hidup tanpa
bayang kelayuan. Tetapi semua yang indah itu sudah hilang karena manusia
memilih untuk tidak menurut firman Tuhan. Karena itulah Pencipta itu datang ke
dunia.
“Untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang.” (Lukas 19:10).
Bukanlah kita yang akan memulihkan kembali
apa yang sudah hilang itu. Seringkali kita merasa diri kita begitu besar dan
penting, sehingga kita mengira bahwa kitalah yang akan mengembalikan diri kita
kepada keadaan Adam sebelum kejatuhannya. Bukan begitu! Yesus, sebagai Khalik,
telah kehilangan ciptaanNya. Itulah sebabnya Ia datang untuk memulihkan kembali
apa yang sudah hilang itu. Manusia yang tadinya tidak percaya, diajak dan
dihimbau supaya mau percaya. Hanya itu saja bagiannya, yaitu untuk mau percaya
kepada Yesus. Yang lain adalah pekerjaan Yesus sendiri.
Kita tidak perlu merasa heran apabila Tuhan
berseru kepada kita seperti yang kita baca di Imamat 11:45: “Jadilah kudus,
sebab Aku ini kudus.”
Kita tidak perlu merasa terkejut, sebab apa
yang diminta oleh Yesus adalah begitu pada mula pertama. Di dalam kerajaan
Kristus tidak ada satupun yang berupa kejahatan, penipuan, atau bentuk dosa
lainnya. Sesudah dunia dan manusia keluar dari tangan Penciptanya, dunia dan
manusia itu terhitung dalam bilangan kerajaan Allah semesta. Tetapi dosa
menyusup ke dalam dunia ini. Oleh sebab itu dunia dikeluarkan dari perserikatan
kerajaan Allah semesta. Dunia menjadi kerajaan
iblis.
Tetapi keadaan itu tidak dibiarkan oleh
Kristus. Ia datang untuk merebut kembali bagian kerajaanNya yang sudah jatuh ke
dalam tangan setan. Tiap kali Ia umumkan niatNya untuk mendirikan kerajaanNya
kembali, Ia berseru:
“Lakukan segala perintahKu dan jadilah
kudus bagi Allahmu.” (Bil. 15:40).
Seruan Yesus kepada manusia untuk menjadi
kudus sebagaimana Dirinya itu kudus tidak hanya berlaku bagi generasi-generasi
sebelum kedatanganNya yang pertama kali yang disusul oleh kematianNya dan
kebangkitanNya, tetapi juga untuk generasi-generasi yang berikutnya sampai
kedatanganNya yang kedua kali.
Tidak hanya kepada kerajaan TeokrasiNya Yesus
berseru supaya rakyatNya menjadi suci, tetapi juga kepada kerajaan
kerohanianNya, yaitu ketujuh sidangNya.
“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita
sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di
hadapanNya.” (Ef. 1:4).
“Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah
dan yang memusuhiNYa dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu
yang jahat, sekarang diperdamaikanNya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh
kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak
bercacat di hadapanNya.” (Kol. 1:21, 22).
“Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam
seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab
ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (I Ptr 1:15,16).
Begitu jelasnya firman Tuhan itu sehingga
barangsiapa yang secara jujur mau menimbang kebenaran, tidak mungkin akan
memiliki pengertian yang salah. Sebelum dunia dijadikan, Allah sudah
merencanakan untuk mendirikan bagian kerajaanNya di dunia yang akan berisikan
umat yang kudus, dan sekiranya manusia ciptaanNya itu dikalahkan oleh setan,
Tuhan juga sudah menyediakan jalan keluarnya, supaya barangsiapa yang mau
percaya akan dapat dipulihkan kembali ke dalam keadaan yang kudus, tak bercela,
dan tak bercacat di hadapanNya!
Kita tidak perlu merasa takut, khawatir, atau
gelisah menghadapi tuntutan Allah yang begitu tinggi itu! Sebagai anggota
gereja Advent, kita semua sudah mengalami masa-masa kegelisahan kita, karena
kita belum juga menggenapi apa yang dituntut oleh Allah. Sudah 5, 10, 15, 20,
25, 30, bahkan sudah ada yang 50 tahun bergabung dengan gereja Advent yang
hidupnya masih saja diliputi oleh dosa. Dosa dusta, dosa curiga, dosa iri hati,
dosa benci, dosa marah, dosa bimbang, dosa gelisah, dan sebagainya. Tiap
dosa-dosa kecil itu membuat kita tidak dapat disamakan dengan kekudusan Allah.
Padahal seruan Yesus sangatlah tegas, yaitu supaya kita menjadi kudus sama
seperti Dia. Ya, SAMA SEPERTI DIA!! Mana mungkin?
Bagaimana kita menghadapi kesulitan ini?
Ada tiga kemungkinan:
1. Karena sampai sekarang kita belum juga
dapat menggenapi tuntutan Allah yang tinggi itu, kita melunakkan tuntuan Allah
itu sendiri. Kita berkata bahwa Allah tidak bermaksud seperti apa yang Ia
katakan. Kita menjadi seperti orang-orang Protestan (Jejak inilah yang diambil
oleh Brinsmead dan Dr. Desmond Ford). Kita berkata bahwa sampai Yesus datangpun
tidak ada manusia yang dapat menjadi suci. Kita tetap tinggal di dalam gereja
Advent, tetapi kita meninggalkan paham Advent kita yang asli.
2. Karena tidak ada satu orang Adventpun yang
sudah berhasil menggenapi tuntutan Allah yang tinggi supaya kita menuruti
segenap hukum-hukum Tuhan, kita menganggap semua orang Advent munafik, lalu
kita meninggalkan gereja Advent.
3. Kita tahu bahwa belum ada orang Advent
yang sudah menggenapi semua perintah Allah. Tetapi kita tidak menjadi kecil
hati. Kita tidak melunakkan tuntutan-tuntutan Allah, karena tuntutan-tuntutan
itu adalah tuntutan-tuntutan yang adil dan sesuai dengan pemerintahan
kerajaanNya. Adalah kita sendiri yang belum mengerti sabda Tuhan secara lengkap.
Kadangkala, apabila Tuhan berusaha untuk memberikan terang, kita sendirilah
yang tidak percaya dan menolak terang itu. Itulah sebabnya kita gelisah,
khawatir, dan takut. Kita menuduh Tuhan dengan ketidakadilan dengan
tuntutan-tuntutanNya! Tetapi kita mau menjadi sadar. Tuhan adalah adil! Tuhan
penuh kasih terhadap kita! Kita yang perlu minta untuk diberikan iman, supaya
kita berkembang dengan terang kebenaranNya, supaya kita dapat mengerti apa yang
telah difirmankanNya!
Marilah kita mengambil pilihan ketiga, supaya
kita boleh didamaikan dengan Dia, dan hati kita boleh menjadi tenang oleh
karunia anugerahNya. Walaupun kita sekarang masih sering tergoda oleh iblis dan
cenderung untuk menyerah dalam keputusasaan kita, biarlah kita tetap mengangkat
pandangan kita ke salib di Golgota. Itulah bukti kasih Kristus bagi kita
masing-masing. Itulah bukti kesediaanNya untuk menolong dan mengangkat kita.
“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia
akan meninggikan kamu.” (Yak. 4:10).
Perhatikan baik-baik! Kalau kita mau merendah
di hadapan Yesus, Tuhan sendiri yang akan bekerja untuk mengangkat kita. Jangan
membiarkan diri kita berada di dalam kebimbangan. Biarlah kita ingat apa yang
sudah kita pelajari bersama dalam pelajaran yang lalu tentang Nikodemus. Nikodemus
diminta untuk lahir kembali. Nikodemus berpikir apa yang harus ia lakukan untuk
dilahirkan kembali. Yesus memberi jawaban. Roh adalah seperti angin yang akan
bertiup ke mana saja yang dikehendakiNya. Nikodemus tidak dapat meniup angin
itu. Nikodemus hanya diminta untuk percaya bahwa angin itu akan bertiup bila
dirinya sudah bersedia. Malam itu, Nikodemus belum bersedia. Tetapi pada waktu
Yesus disalib, pada saat itulah Nikodemus bersedia, dan Roh bertiup! Nikodemus
lahir kembali menurut kehendak Roh dan kesediaannya!!
3. JALAN PEMBENARAN YANG GANDA
Salah seorang saudara kita di Amerika
Serikat, Joe Crews, mengemukakan suatu kebenaran yang perlu kita perhatikan
bersama. Crews menganalisa I Yohanes 2:1. Kita akan menyederhanakan analisanya
sesuai dengan kebutuhan kita.
“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada
kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita
mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia
adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja,
tetapi juga untuk seluruh dunia.” (I Yoh 2:1,2).
Supaya menjadi mudah, kita bagi ayat-ayat ini
menjadi dua bagian:
a) Supaya kamu jangan berbuat dosa
b) Namun jika seorang berbuat dosa, ada
pendamaian untuk segala dosa kita melalui Yesus Kristus
Jelas sekali bahwa titik berat tulisan
Yohanes di atas adalah bagian (a), yaitu “jangan berbuat dosa.” Ini adalah sama
dengan seruan Yesus dan rasul-rasul lainnya supaya “kita jadi kudus.” Di
halaman sebelumnya kita lupa menyinggung bahwa ayat-ayat yang kita kutip dari
Perjanjian Baru yang menyerukan supaya “kita jadi kudus,” merupakan ayat-ayat
pokok yang membuka masing-masing surat yang ditulis. Dengan begitu Roh Suci
dalam pekerjaan ilhamNya sangat menekankan keadaan kesucian kerajaan Allah dan
perlunya kita menjadi suci apabila kita mau mewarisi kerajaan tersebut.
Kita bersyukur kepada Roh Penghibur bahwa
dalam ilhamNya tidak dilupakan kemungkinannya kita dikalahkan iblis dan jatuh
dalam dosa. Dalam hal itu, kita punya Pengantara pada Bapa, yang menjadi
pendamaian untuk segala dosa kita.
Karena kita semua masih berada dalam posisi
yang belum mempunyai iman yang sempurna sehingga masih saja dikalahkan oleh
iblis, kita hidup dalam ketergantungan pada bagian (b) ayat di atas. Memang
bagian (b) merupakan anugerah Allah yang sudah disediakanbagi kita dalam
perjuangan kita sepanjang hidup ini. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa titik
berat pesan Yohanes adalah bagian (a).
Joe Crews melihat perbedaannya di antara
orang-orang percaya pada masa yang lalu dengan orang percaya yang bakal hidup
untuk melihat Yesus di awan-awan.
Bagi orang percaya yang menghadapi kematian
sebelum Yesus datang, jaminan Tuhan yang terungkap dalam bagian (b) merupakan
jaminan yang cukup. Artinya, orang percaya yang tidak bimbang bahwa kematian
Yesus adalah cukup untuk menutupi segala dosanya, sehingga dirinya dibenarkan
untuk berdiri di hadapan Allah sebagai orang yang suci, akan dianggap suci
dan diberi hak untuk mewarisi kerajaan Allah. Kalaupun orang yang mati itu
selama hidupnya belum menjadi suci atau tanpa cacat, imannya di dalam pendamain
Yesus Kristus akan membuatnya suci di hadapan Allah. Ini dapat terjadi sebab
Perantara kita masih ada pada Bapa dan pintu kasihan masih terbuka.
Lain halnya dengan orang percaya yang akan
hidup untuk melihat Yesus datang di awan-awan. Pada waktu itu Perantara kita
sudah meninggalkan Bait Suci di surga dan pintu kasihan sudah ditutup. Maka
bagian (a) harus berlaku bagi orang-orang percaya ini. Mereka sudah harus menjadi
suci dan tidak jatuh ke dalam dosa lagi.
Bagaimana bagian (a) dapat terjadi? Joe Crews
menekankan bahwa sebagaimana kita dibenarkan melalui jalur bagian (b) oleh
karena iman kita, maka kita akan disempurnakan melalui jalur bagian (a)
juga oleh karena iman kita. Inilah jalan pembenaran ganda yang
disediakan oleh Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya. Yang mati sebelum
Yesus datang akan dijamin keselamatannya oleh iman pada Yesus Kristus,
dan yang hidup untuk melihat Yesus datang juga akan dijamin keselamatannya oleh
iman pada Yesus Kristus.
Kedua jalur itu, (a) dan (b), merupakan
pemberian Allah kepada tiap orang yang menaruh percaya. Dengan begitu jalan
keselamatan bagi manusia sepanjang zaman adalah sama—iman bagi Adam dan Hawa,
iman bagi Abraham, iman bagi bangsa Israel, dan iman bagi ketujuh sidangnya.
PemberianNya juga sama—kebenaran bagi Adam dan Hawa, kebenaran bagi Abraham,
kebenaran bagi bangsa Israel yang percaya, dan kebenaran bagi ketujuh
sidangnya.
Bedanya hanyalah satu, yaitu pada tingkat
pembenarannya. Kalau yang mati sebelum Yesus datang berada di bawah hujan awal,
yang hidup untuk melihat Yesus datang akan berada di bawah kuasa hujan akhir.
Kelengkapan kecurahan Roh Suci pada masa
hujan akhir inilah yang akan membekali umat Allah yang terakhir dengan kekuatan
untuk menghadapi setan setelah pintu kasihan ditutup dan Yesus meninggalkan
Bait Suci yang di surga.
Dalam membuat (a) dan (b) sama-sama berlaku,
terletak perbedaan konsep-konsep Advent dengan konsep-konsep umat Kristen lainnya.
Konsep-konsep (a) dan (b) sebenarnya tercemin dalam upacara-upacara harian dan
tahunan yang dikerjakan sehubungan dengan kaabah pada zaman Israel.
(a) yang meminta “kita jangan berbuat dosa” tercermin dalam upacara
tahunan, yaitu hari Grafirat.
(b) yang membuka jalan pendamaian bagi yang
berbuat dosa tercermin dalam upacara harian.
Tidak ada legalisme (dibenarkan oleh
perbuatan kita) dalam (a) maupun (b). Semua didasarkan iman pada Yesus Kristus,
sebab pembenaran hanyalah terjadi oleh iman, dan merupakan suatu pemberian yang
cuma-cuma dari Allah.
4. IMAN ABRAHAM
Kita akan mempelajari iman Abraham agar
supaya kita boleh lebih mengerti bagaimana proses pembenaran itu terjadi dan
kita menerima Roh yang dijanjikan itu.
“Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di
dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman
kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Gal. 3:14).
Kata-kata yang di atas sulit sekali untuk
dimengerti dan diserap pesannya. Tetapi
nampaknya di dalam kata-kata ini tersembunyi rahasia penerimaan Roh hujan akhir
yang sudah begitu lama didoakan oleh umat Advent sedunia. Kita memperoleh
banyak bantuan dari Joe Crews untuk memecahkan rahasia ayat yang terkutip di
atas.
Kita akan membagi ayat itu dalam tiga bagian:
1. Yesus Kristus telah membuat ini; artinya
Yesuslah yang melakukan semua, bukan kita.
2. Berkat Abraham disampaikan kepada kita
yang berada di dalam Dia.
3. Oleh iman, kita akan menerima Roh (hujan
akhir) yang telah dijanjikan.
Kita dapat mengerti bagian (1). Kita juga
dapat mengerti bagian (2), walaupun mempraktekkan dan menghidupkan “iman itulah
yang menjadi persoalan kita. Oleh sebab itu, kita akan mencari arti bagian yang
kedua. Apabila kita mengerti apa yang disebut “berkat Abraham,” mungkin kita
memperoleh jalan bagaimana menghidupkan “iman” kita.
5. BERKAT ABRAHAM
“Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia
mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira
seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah
ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan
ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk
melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya
sebagai kebenaran.” (Roma 4:19-22).
Kita memperoleh keterangan bahwa “berkat
Abraham” yang dimaksud menyangkut pemberian Ishak oleh Allah kepadanya.
Sekarang kita akan mengikuti bagaimana jalan “iman” Abraham yang dikatakan
“tidak menjadi lemah” sehingga “hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai
kebenaran” dan membuatnya menerima “berkat” itu dari Allah.
Kejadian 15:3-5 Abraham tidak mempunyai
keturunan. Ia mempunyai seorang hamba yang bernama Eliezer yang ia anggap
sebagai ahli warisnya. Tetapi Tuhan tidak sependapat dengan Abraham. Tuhan
berkata bahwa ia akan mempunyai seorang anak sendiri yang akan menjadi ahli
warisnya dan bahwa keturunannya akan sebanyak bintang-bintang di langit.
Kejadian 16:1,2 Tetapi Sarai, istri Abraham,
tidak beranak. Maka atas usul Sarai, yang berkata bahwa Tuhan tidak akan
memberikannya seorang anak, Abraham menggenapi janji Allah dengan caranya
sendiri. Ia mengambil Hagar, seorang hamba perempuan Sarai.
Kejadian 16:16 Abraham berumur 86 pada waktu
Hagar melahirkan Ismael.
Kejadian 17:1,2 Ketika Abraham berumur 99
tahun, Tuhan menampakkan diri kepadanya. Firman Allah adalah supaya Abraham
hidup di hadapan Allah dengan tidak bercela. (Jadilah suci/kudus). Allah
mengulangi janjiNya kepada Abraham bahwa Ia akan memberi Abraham keturunan yang
banyak.
Kejadian 17:15-19 Nama istri Abraham, Sarai, diubah menjadi
Sara, sebab Allah akan menjadikannya ibu bangsa-bangsa. Abraham tertawa.
Ia berkata di dalam hatinya, “Mungkinkah Sara, yang telah berumur 90 tahun
melahirkan seorang anak?” Abraham mengusulkan kepada Tuhan supaya Ismael saja
diterima dan diberkati. Tuhan berkata, “Tidak.”
Sara akan melahirkan anak yang akan dinamai Ishak. Tuhan akan menggenapi
perjanjianNya dengan dia.
Kejadian 18:10-15 Tuhan menampakkan diri lagi
kepada Abraham dan menegaskan bahwa tahun depan Ia akan kembali lagi untuk
menemui Abraham, dan pada waktu itu istrinya, Sara, akan melahirkan seorang
anak laki-laki. Mendengar itu, Sara yang sudah mati haid, tertawa. Ia
tidak percaya bahwa dirinya akan dapat mempunyai seorang anak. Tuhan bertanya
kepada Abraham mengapa Sara tertawa, lalu Tuhan menegaskan bahwa tidak ada satu
perkara yang mustahil bagi Tuhan. Tahun depan, pada saat yang ditetapkan, Sara
akan mempunyai seorang anak laki-laki.
Kejadian 21:1-3,5 Tuhan memperhatikan Sara
seperti yang telah dikatakanNya, maka mengandunglah Sara dan melahirkan seorang
anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya. “Adapun Abraham berumur seratus
tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.”
Kita melihat bahwa Abraham tidak segera
mempercayai apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Abraham mengira bahwa janji
Tuhan itu baru dapat digenapi dengan bantuan dari pihaknya sendiri. Apa
yang dikatakan Allah ia artikan melalui akal manusia. Karena istrinya
sudah tua dan mati haid, Abraham berpikir bahwa anak dari dirinya harus
dilahirkan melalui seorang wanita yang masih dapat melahirkan. Itulah sebabnya
ia mengambil Hagar, hamba Sarai. Tetapi Tuhan tidak bermaksud begitu.
Tuhan hendak melakukan sesuatu yang sudah nyata-nyata
mustahil bagi pikiran manusia, agar manusia boleh melihat bahwa Tuhan
adalah Allah dan tiada allah yang lain. Tuhan menghendaki agar manusia menaruh
iman kepadaNya.
Ismael dilahirkan pada waktu Abraham berumur
86 tahun. Karena ketidakpercayaan Abraham, Tuhan berdiam diri selama kurang
lebih 15 tahun sebelum Ia menampakkan diri kepada Abraham dan mengulang
janjiNya tentang kelahiran anak dari Sarai. Tetapi Abraham masih belum mau
percaya. Ia tertawa di dalam hatinya, lalu mengusulkan kepada Tuhan agar Ismael,
yang sudah lahir, diakui sebagai anak yang dijanjikan itu. Tetapi Tuhan tidak
menghendaki hal itu. Tuhan berseru kepada Abraham supaya hidup dengan tidak
bercela di hadapanNya—artinya, Abraham diminta supaya percaya. Tuhan
meminta agar nama Sarai diubah menjadi Sara yang berarti ia akan menjadi ibu
dari banyak bangsa. Abraham mulai menurut dan mengganti nama Sarai menjadi
Sara. Tetapi Abraham terganggu imannya karena Sara tertawa dan berkata bahwa ia
telah mati haid dan tidak mungkin dapat mengandung seorang anak lagi. Ini
merupakan bisikan-bisikan dari setan yang membuat hamba Allah meragukan janji
Allah. Selama ada keragu-raguan dari
pihak manusia, Allah tidak dapat bekerja sebab manusianya sendiri belum memilih
dengan kuasa memilihnya untuk berpihak kepada Tuhan.
Oleh sebab itu, Tuhan bertanya kepada Abraham
mengapa Sara tertawa. Lalu Tuhan menegaskan kepada Abraham bahwa tidak ada
suatu perkara yang mustahil bagi Tuhan. Sara sendiri ditanya mengapa ia
tertawa. Sara menyangkal dan menjawab bahwa ia tidak tertawa. Tetapi Tuhan
dengan tegas berkata bahwa ia memang tertawa.
Begitulah jalan peperangan di antara Tuhan
dan setan dalam memperebutkan iman manusia. Tuhan menginginkan agar umatNya secara
bersama-sama mempercayai janji-janjiNya, supaya Ia dapat bekerja menggenapi
janji-janjiNya itu.
Akhirnya, pada saat “imannya [Abraham] tidak
menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah,
karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah
tertutup,” dan Abraham “penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk
melaksanakan apa yang telah Ia janjikan,” maka “hal itu diperhitungkan
kepadanya sebagai kebenaran,” dan Allah menggenapi janjiNya.
Maka terjawablah sudah apa yang kita baca
dalam Galatia 3:14 yang kita beri nomor, yaitu “supaya di dalam Dia berkat
Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain.”
Tuhan menghadapkan kepada kita suatu tuntutan
yang tinggi sebagaimana Ia kepada Abraham.
Tuhan meminta agar supaya kita “MENJADI KUDUS, SEBAGAIMANA ALLAH ITU
KUDUS ADANYA.”
Tuntutan ini adalah mustahil bagi manusia
yang berdosa. Sama halnya dengan janji Allah kepada Abraham bahwa ia akan
mempunyai anak dari Sara. Tuhan memang menghadapkan sesuatu yang mustahil
menurut pandangan manusia. Tetapi Ia ingin agar manusia menyadari bahwa bagi
Allah tidak ada suatu perkara yang mustahil. Tuhan menghendaki manusia tunduk kepadaNya. Tuhan menghendaki manusia
merendahkan diri di hadapanNya. Tuhan mau agar manusia mengakui kebesaranNya.
6. KEGENAPANNYA
Cerita Abraham, Sara, dan kelahiran Ismael
dan Ishak mempunyai kegenapan di dalam bangsa Israel dan sidang Allah di akhir
zaman. Galatia 4:21-26 berkata demikian:
“Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup
di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? Bukankah ada
tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi
hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan
yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan
yang merdeka itu oleh karena janji”.
Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua
perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai
dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar-- Hagar ialah gunung Sinai di
tanah Arab--dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam
perhambaan dengan anak-anaknya. Tetapi
Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.”
Apa artinya dengan kata-kata yang dapat kita
mengerti?
Bangsa Israel yang mempunyai ibukota
Yerusalem yang berada di tanah Palestina diumpamakan dengan Hagar beserta
anak-anaknya. Mereka hidup menurut kekuatan daging. Mereka mengikuti sepuluh
hukum yang diberikan kepada mereka di gunung Sinai dengan kekuatan kemanusiaan
mereka.
Rasul Paulus berkata, “Tetapi: bahwa Israel,
sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai
kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya
bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu
sandungan.” (Roma 9:31,32).
Israel menolak Yesus. Oleh sebab itu, mereka
tetap tinggal di dalam perhambaan dosa dan permintaan supaya mereka menjadi
kudus seperti Tuhan itu kudus adanya, tidak pernah digenapi. Yerusalem yang ada
di Palestina dan bangsa Israel (yang dulu maupun yang sekarang) tidak
menggenapi janji Allah. Mereka diumpamakan dengan Hagar yang hidup dalam
perhambaan dengan anak-anaknya.
7. GEREJA ALLAH
Kepada sidang yang terakhir dinyatakan
kembali hukum-hukum Tuhan sebagaimana pada zaman sidang yang pertama. Sidang
yang terakhir diharapkan dapat menggenapi rencana Allah. Oleh sebab itu, kita
membaca di dalam Wahyu 14:12 bahwa benih perempuan yang terakhir yang akan
diserang oleh setan yang disebut “orang-orang kudus” dikenal sebagai
orang-orang “yang menuruti hukum-hukum Allah dan beriman kepada Yesus.”
Inilah anak-anak yang lahir menurut janji Allah sendiri.
Inilah orang-orang yang akan dimerdekakan dari perhambaan dosa
oleh Tuhan sendiri menurut janjiNya.
Inilah orang-orang yang akan menerima “berkat Abraham” di dalam
Yesus Kristus.
Inilah orang-orang yang oleh iman menerima Roh Kudus saat hujan
akhir.
Inilah orang-orang yang ibunya Yerusalem Baru.
Inilah kelompok orang percaya yang sudah disucikan oleh Allah
sendiri, yang dimeteraikan dengan nama Allah, nama Yesus, dan nama kota Yerusalem Baru di
dahi mereka.
Inilah orang-orang yang dilambangkan dengan bilangan 144.000 yang
menjadi lambang ukuran-ukuran kota
Yerusalem Baru.
Inilah mereka yang tiada didapati dusta di dalam mulut mereka dan
yang tidak bercela dan berkerut.
Inilah orang-orang yang menggenapin rencana penebusan Yesus, yang
sudah mencari dan memulihkan apa yang sudah hilang.
Inilah orang-orang yang menjadi keturunan Adam yang kedua melalui
iman mereka.
Inilah orang-orang yang tahan melihat Yesus menampakkan diriNya
beserta segala malaikat-malaikat surga dalam segala kemuliaan surga.
Saudara-saudara di dalam sidang Allah yang terakhir, apakah kita
masih menertawakan janji Allah seperti Abraham dan Sara? Apakah kita masih
belum yakin bahwa Tuhan dapat menciptakan yang kudus dari yang kotor? Selama
kita tertawa, kita tidak akan menerima kecurahan Roh yang sudah dijanjikan
kepada kita dan yang sudah begitu lama kita doakan bersama. Yang diperlukan
saat ini adalah IMAN.
Biarlah kita berhenti menggunakan pikiran kita sendiri dalam
menghadapi perkara-perkara Allah!
Disadur ulang dari seri pelajaran
Alkitab & Roh Nubuat oleh Gito Siswojo alm.- Dieng, Malang 18 Februari 1984
Diketik ulang oleh Monik Amelia –
Florida, USA, Juni 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar