Rabu, 28 Juni 2017

28.MEREKA YANG BERSAMA-SAMA DENGAN DIA JUGA AKAN MENANG (WAHYU 17:14)

MEREKA YANG BERSAMA-SAMA DENGAN DIA JUGA AKAN MENANG
(WAHYU 17:14)



1. SATU KETENTUAN DARI ALLAH SENDIRI

Telah kita pelajari melalui kebenaran-kebenaran yang ditampilkan oleh ka’abah bahwa sejak kejatuhan manusia ke dalam dosa, manusia yang najis hanya dapat dipertemukan dengan Allah yang suci melalui perantaraan Yesus. Selama Yesus berada di kaabah surga dan bertindak sebagai Pengantara kita, segala doa yang kita panjatkan dengan disertai iman untuk pengampunan segala dosa-dosa kita akan dterima. Tetapi Yesus tidak akan tinggal di dalam kaabah surga untuk selama-lamanya. Supaya Ia dapat kembali ke dunia, Ia harus meninggalkan kaabah surga. Apa yang terjadi pada waktu Yesus meninggalkan kaabah surga dan bagaimana dengan kita? Dua hal ini tidak dapat kita simpulkan dengan pikiran kita sendiri. Hanya Tuhan yang dapat menjelaskan perkara-perkara ini melalui firmanNya.

“Dan bait suci itu dipenuhi asap karena kemuliaan Allah dan karena kuasaNya, dan seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu, sebelum berakhir ketujuh malapetaka dari ketujuh malaikat itu.” (Wahyu 15:8).

Perantara di antara manusia dan Allah sudah meninggalkan kaabah surga. Kaabah sudah selesai dibersihkan dari dosa-dosa manusia sepanjang zaman. Sekarang kaabah itu dipenuhi dengan kemuliaan dan kuasa Allah. Seorangpun tidak dapat memasuki Bait Suci itu. Doa-doa kita untuk pengampunan dosa tidak dapat lagi diterima!!

“Barangsiapa yang berbuat jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar.” (Wahyu 22:11).

Yang pada saat itu masih melanggar hukum-hukum Tuhan, ia akan terus melanggar. Tidak ada lagi titik balik. Segalanya sudah ditentukan.
“Barangsiapa… benar, … ia terus berbuat kebenaran; barangsiapa… kudus, … ia terus menguduskan dirinya.” (Wahyu 22:11).

Umat Allah mencapai kesempurnaan tabiat. Mereka akan memantulkan peta Kristus. Di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela. (Wahyu 14:5). Mereka siap untuk bertemu dengan Yesus. Ini merupakan SATU KETENTUAN DARI ALLAH SENDIRI. Yang hendak bertemu dengan Yesus, harus bersedia menempuh jalan IMAN yang menuju pembenaran dan penyucian oleh kuasaNya sendiri.


2. TUNTUTAN ALLAH YANG TINGGI

Apa yang dituntut oleh Allah dari kita bukanlah sesuatu yang mengejutkan. Kita merasa terkejut karena kita terbenam di dalam jalan pikiran kita sendiri, dan kita terpisah dari kebenaran firmanNya.

Pada mula pertama, Yesus (Firman) menciptakan manusia dalam keadaan sempurna tanpa cela. Bumi dipenuhi dengan hidup tanpa bayang kelayuan. Tetapi semua yang indah itu sudah hilang karena manusia memilih untuk tidak menurut firman Tuhan. Karena itulah Pencipta itu datang ke dunia.

“Untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.” (Lukas 19:10).

Bukanlah kita yang akan memulihkan kembali apa yang sudah hilang itu. Seringkali kita merasa diri kita begitu besar dan penting, sehingga kita mengira bahwa kitalah yang akan mengembalikan diri kita kepada keadaan Adam sebelum kejatuhannya. Bukan begitu! Yesus, sebagai Khalik, telah kehilangan ciptaanNya. Itulah sebabnya Ia datang untuk memulihkan kembali apa yang sudah hilang itu. Manusia yang tadinya tidak percaya, diajak dan dihimbau supaya mau percaya. Hanya itu saja bagiannya, yaitu untuk mau percaya kepada Yesus. Yang lain adalah pekerjaan Yesus sendiri.

Kita tidak perlu merasa heran apabila Tuhan berseru kepada kita seperti yang kita baca di Imamat 11:45: “Jadilah kudus, sebab Aku ini kudus.”

Kita tidak perlu merasa terkejut, sebab apa yang diminta oleh Yesus adalah begitu pada mula pertama. Di dalam kerajaan Kristus tidak ada satupun yang berupa kejahatan, penipuan, atau bentuk dosa lainnya. Sesudah dunia dan manusia keluar dari tangan Penciptanya, dunia dan manusia itu terhitung dalam bilangan kerajaan Allah semesta. Tetapi dosa menyusup ke dalam dunia ini. Oleh sebab itu dunia dikeluarkan dari perserikatan kerajaan Allah semesta. Dunia menjadi kerajaan iblis.

Tetapi keadaan itu tidak dibiarkan oleh Kristus. Ia datang untuk merebut kembali bagian kerajaanNya yang sudah jatuh ke dalam tangan setan. Tiap kali Ia umumkan niatNya untuk mendirikan kerajaanNya kembali, Ia berseru:

“Lakukan segala perintahKu dan jadilah kudus bagi Allahmu.” (Bil. 15:40).

Seruan Yesus kepada manusia untuk menjadi kudus sebagaimana Dirinya itu kudus tidak hanya berlaku bagi generasi-generasi sebelum kedatanganNya yang pertama kali yang disusul oleh kematianNya dan kebangkitanNya, tetapi juga untuk generasi-generasi yang berikutnya sampai kedatanganNya yang kedua kali.

Tidak hanya kepada kerajaan TeokrasiNya Yesus berseru supaya rakyatNya menjadi suci, tetapi juga kepada kerajaan kerohanianNya, yaitu ketujuh sidangNya.

“Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapanNya.” (Ef. 1:4).

“Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah dan yang memusuhiNYa dalam hati dan pikiran seperti yang nyata dari perbuatanmu yang jahat, sekarang diperdamaikanNya, di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya.” (Kol. 1:21, 22).

Hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (I Ptr 1:15,16).

Begitu jelasnya firman Tuhan itu sehingga barangsiapa yang secara jujur mau menimbang kebenaran, tidak mungkin akan memiliki pengertian yang salah. Sebelum dunia dijadikan, Allah sudah merencanakan untuk mendirikan bagian kerajaanNya di dunia yang akan berisikan umat yang kudus, dan sekiranya manusia ciptaanNya itu dikalahkan oleh setan, Tuhan juga sudah menyediakan jalan keluarnya, supaya barangsiapa yang mau percaya akan dapat dipulihkan kembali ke dalam keadaan yang kudus, tak bercela, dan tak bercacat di hadapanNya!

Kita tidak perlu merasa takut, khawatir, atau gelisah menghadapi tuntutan Allah yang begitu tinggi itu! Sebagai anggota gereja Advent, kita semua sudah mengalami masa-masa kegelisahan kita, karena kita belum juga menggenapi apa yang dituntut oleh Allah. Sudah 5, 10, 15, 20, 25, 30, bahkan sudah ada yang 50 tahun bergabung dengan gereja Advent yang hidupnya masih saja diliputi oleh dosa. Dosa dusta, dosa curiga, dosa iri hati, dosa benci, dosa marah, dosa bimbang, dosa gelisah, dan sebagainya. Tiap dosa-dosa kecil itu membuat kita tidak dapat disamakan dengan kekudusan Allah. Padahal seruan Yesus sangatlah tegas, yaitu supaya kita menjadi kudus sama seperti Dia. Ya, SAMA SEPERTI DIA!! Mana mungkin?

Bagaimana kita menghadapi kesulitan ini?

Ada tiga kemungkinan:

1. Karena sampai sekarang kita belum juga dapat menggenapi tuntutan Allah yang tinggi itu, kita melunakkan tuntuan Allah itu sendiri. Kita berkata bahwa Allah tidak bermaksud seperti apa yang Ia katakan. Kita menjadi seperti orang-orang Protestan (Jejak inilah yang diambil oleh Brinsmead dan Dr. Desmond Ford). Kita berkata bahwa sampai Yesus datangpun tidak ada manusia yang dapat menjadi suci. Kita tetap tinggal di dalam gereja Advent, tetapi kita meninggalkan paham Advent kita yang asli.

2. Karena tidak ada satu orang Adventpun yang sudah berhasil menggenapi tuntutan Allah yang tinggi supaya kita menuruti segenap hukum-hukum Tuhan, kita menganggap semua orang Advent munafik, lalu kita meninggalkan gereja Advent.

3. Kita tahu bahwa belum ada orang Advent yang sudah menggenapi semua perintah Allah. Tetapi kita tidak menjadi kecil hati. Kita tidak melunakkan tuntutan-tuntutan Allah, karena tuntutan-tuntutan itu adalah tuntutan-tuntutan yang adil dan sesuai dengan pemerintahan kerajaanNya. Adalah kita sendiri yang belum mengerti sabda Tuhan secara lengkap. Kadangkala, apabila Tuhan berusaha untuk memberikan terang, kita sendirilah yang tidak percaya dan menolak terang itu. Itulah sebabnya kita gelisah, khawatir, dan takut. Kita menuduh Tuhan dengan ketidakadilan dengan tuntutan-tuntutanNya! Tetapi kita mau menjadi sadar. Tuhan adalah adil! Tuhan penuh kasih terhadap kita! Kita yang perlu minta untuk diberikan iman, supaya kita berkembang dengan terang kebenaranNya, supaya kita dapat mengerti apa yang telah difirmankanNya!

Marilah kita mengambil pilihan ketiga, supaya kita boleh didamaikan dengan Dia, dan hati kita boleh menjadi tenang oleh karunia anugerahNya. Walaupun kita sekarang masih sering tergoda oleh iblis dan cenderung untuk menyerah dalam keputusasaan kita, biarlah kita tetap mengangkat pandangan kita ke salib di Golgota. Itulah bukti kasih Kristus bagi kita masing-masing. Itulah bukti kesediaanNya untuk menolong dan mengangkat kita.

“Rendahkanlah dirimu di hadapan Tuhan, dan Ia akan meninggikan kamu.” (Yak. 4:10).

Perhatikan baik-baik! Kalau kita mau merendah di hadapan Yesus, Tuhan sendiri yang akan bekerja untuk mengangkat kita. Jangan membiarkan diri kita berada di dalam kebimbangan. Biarlah kita ingat apa yang sudah kita pelajari bersama dalam pelajaran yang lalu tentang Nikodemus. Nikodemus diminta untuk lahir kembali. Nikodemus berpikir apa yang harus ia lakukan untuk dilahirkan kembali. Yesus memberi jawaban. Roh adalah seperti angin yang akan bertiup ke mana saja yang dikehendakiNya. Nikodemus tidak dapat meniup angin itu. Nikodemus hanya diminta untuk percaya bahwa angin itu akan bertiup bila dirinya sudah bersedia. Malam itu, Nikodemus belum bersedia. Tetapi pada waktu Yesus disalib, pada saat itulah Nikodemus bersedia, dan Roh bertiup! Nikodemus lahir kembali menurut kehendak Roh dan kesediaannya!!


3. JALAN PEMBENARAN YANG GANDA

Salah seorang saudara kita di Amerika Serikat, Joe Crews, mengemukakan suatu kebenaran yang perlu kita perhatikan bersama. Crews menganalisa I Yohanes 2:1. Kita akan menyederhanakan analisanya sesuai dengan kebutuhan kita.

“Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk seluruh dunia.” (I Yoh 2:1,2).

Supaya menjadi mudah, kita bagi ayat-ayat ini menjadi dua bagian:

a) Supaya kamu jangan berbuat dosa

b) Namun jika seorang berbuat dosa, ada pendamaian untuk segala dosa kita melalui Yesus Kristus

Jelas sekali bahwa titik berat tulisan Yohanes di atas adalah bagian (a), yaitu “jangan berbuat dosa.” Ini adalah sama dengan seruan Yesus dan rasul-rasul lainnya supaya “kita jadi kudus.” Di halaman sebelumnya kita lupa menyinggung bahwa ayat-ayat yang kita kutip dari Perjanjian Baru yang menyerukan supaya “kita jadi kudus,” merupakan ayat-ayat pokok yang membuka masing-masing surat yang ditulis. Dengan begitu Roh Suci dalam pekerjaan ilhamNya sangat menekankan keadaan kesucian kerajaan Allah dan perlunya kita menjadi suci apabila kita mau mewarisi kerajaan tersebut.

Kita bersyukur kepada Roh Penghibur bahwa dalam ilhamNya tidak dilupakan kemungkinannya kita dikalahkan iblis dan jatuh dalam dosa. Dalam hal itu, kita punya Pengantara pada Bapa, yang menjadi pendamaian untuk segala dosa kita.

Karena kita semua masih berada dalam posisi yang belum mempunyai iman yang sempurna sehingga masih saja dikalahkan oleh iblis, kita hidup dalam ketergantungan pada bagian (b) ayat di atas. Memang bagian (b) merupakan anugerah Allah yang sudah disediakanbagi kita dalam perjuangan kita sepanjang hidup ini. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa titik berat pesan Yohanes adalah bagian (a).

Joe Crews melihat perbedaannya di antara orang-orang percaya pada masa yang lalu dengan orang percaya yang bakal hidup untuk melihat Yesus di awan-awan.

Bagi orang percaya yang menghadapi kematian sebelum Yesus datang, jaminan Tuhan yang terungkap dalam bagian (b) merupakan jaminan yang cukup. Artinya, orang percaya yang tidak bimbang bahwa kematian Yesus adalah cukup untuk menutupi segala dosanya, sehingga dirinya dibenarkan untuk berdiri di hadapan Allah sebagai orang yang suci, akan dianggap suci dan diberi hak untuk mewarisi kerajaan Allah. Kalaupun orang yang mati itu selama hidupnya belum menjadi suci atau tanpa cacat, imannya di dalam pendamain Yesus Kristus akan membuatnya suci di hadapan Allah. Ini dapat terjadi sebab Perantara kita masih ada pada Bapa dan pintu kasihan masih terbuka.

Lain halnya dengan orang percaya yang akan hidup untuk melihat Yesus datang di awan-awan. Pada waktu itu Perantara kita sudah meninggalkan Bait Suci di surga dan pintu kasihan sudah ditutup. Maka bagian (a) harus berlaku bagi orang-orang percaya ini. Mereka sudah harus menjadi suci dan tidak jatuh ke dalam dosa lagi.

Bagaimana bagian (a) dapat terjadi? Joe Crews menekankan bahwa sebagaimana kita dibenarkan melalui jalur bagian (b) oleh karena iman kita, maka kita akan disempurnakan melalui jalur bagian (a) juga oleh karena iman kita. Inilah jalan pembenaran ganda yang disediakan oleh Yesus melalui kematian dan kebangkitanNya. Yang mati sebelum Yesus datang akan dijamin keselamatannya oleh iman pada Yesus Kristus, dan yang hidup untuk melihat Yesus datang juga akan dijamin keselamatannya oleh iman pada Yesus Kristus.

Kedua jalur itu, (a) dan (b), merupakan pemberian Allah kepada tiap orang yang menaruh percaya. Dengan begitu jalan keselamatan bagi manusia sepanjang zaman adalah sama—iman bagi Adam dan Hawa, iman bagi Abraham, iman bagi bangsa Israel, dan iman bagi ketujuh sidangnya. PemberianNya juga sama—kebenaran bagi Adam dan Hawa, kebenaran bagi Abraham, kebenaran bagi bangsa Israel yang percaya, dan kebenaran bagi ketujuh sidangnya.

Bedanya hanyalah satu, yaitu pada tingkat pembenarannya. Kalau yang mati sebelum Yesus datang berada di bawah hujan awal, yang hidup untuk melihat Yesus datang akan berada di bawah kuasa hujan akhir.

Kelengkapan kecurahan Roh Suci pada masa hujan akhir inilah yang akan membekali umat Allah yang terakhir dengan kekuatan untuk menghadapi setan setelah pintu kasihan ditutup dan Yesus meninggalkan Bait Suci yang di surga.

Dalam membuat (a) dan (b) sama-sama berlaku, terletak perbedaan konsep-konsep Advent dengan konsep-konsep umat Kristen lainnya. Konsep-konsep (a) dan (b) sebenarnya tercemin dalam upacara-upacara harian dan tahunan yang dikerjakan sehubungan dengan kaabah pada zaman Israel.

(a) yang meminta kita jangan berbuat dosa tercermin dalam upacara tahunan, yaitu hari Grafirat.

(b) yang membuka jalan pendamaian bagi yang berbuat dosa tercermin dalam upacara harian.

Tidak ada legalisme (dibenarkan oleh perbuatan kita) dalam (a) maupun (b). Semua didasarkan iman pada Yesus Kristus, sebab pembenaran hanyalah terjadi oleh iman, dan merupakan suatu pemberian yang cuma-cuma dari Allah.


4. IMAN ABRAHAM

Kita akan mempelajari iman Abraham agar supaya kita boleh lebih mengerti bagaimana proses pembenaran itu terjadi dan kita menerima Roh yang dijanjikan itu.

“Yesus Kristus telah membuat ini, supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain, sehingga oleh iman kita menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” (Gal. 3:14).

Kata-kata yang di atas sulit sekali untuk dimengerti dan diserap pesannya. Tetapi nampaknya di dalam kata-kata ini tersembunyi rahasia penerimaan Roh hujan akhir yang sudah begitu lama didoakan oleh umat Advent sedunia. Kita memperoleh banyak bantuan dari Joe Crews untuk memecahkan rahasia ayat yang terkutip di atas.

Kita akan membagi ayat itu dalam tiga bagian:
1. Yesus Kristus telah membuat ini; artinya Yesuslah yang melakukan semua, bukan kita.
2. Berkat Abraham disampaikan kepada kita yang berada di dalam Dia.
3. Oleh iman, kita akan menerima Roh (hujan akhir) yang telah dijanjikan.

Kita dapat mengerti bagian (1). Kita juga dapat mengerti bagian (2), walaupun mempraktekkan dan menghidupkan “iman itulah yang menjadi persoalan kita. Oleh sebab itu, kita akan mencari arti bagian yang kedua. Apabila kita mengerti apa yang disebut “berkat Abraham,” mungkin kita memperoleh jalan bagaimana menghidupkan “iman” kita.


5. BERKAT ABRAHAM

“Imannya tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup. Tetapi terhadap janji Allah ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. Karena itu hal ini diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.” (Roma 4:19-22).

Kita memperoleh keterangan bahwa “berkat Abraham” yang dimaksud menyangkut pemberian Ishak oleh Allah kepadanya. Sekarang kita akan mengikuti bagaimana jalan “iman” Abraham yang dikatakan “tidak menjadi lemah” sehingga “hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran” dan membuatnya menerima “berkat” itu dari Allah.

Kejadian 15:3-5 Abraham tidak mempunyai keturunan. Ia mempunyai seorang hamba yang bernama Eliezer yang ia anggap sebagai ahli warisnya. Tetapi Tuhan tidak sependapat dengan Abraham. Tuhan berkata bahwa ia akan mempunyai seorang anak sendiri yang akan menjadi ahli warisnya dan bahwa keturunannya akan sebanyak bintang-bintang di langit.

Kejadian 16:1,2 Tetapi Sarai, istri Abraham, tidak beranak. Maka atas usul Sarai, yang berkata bahwa Tuhan tidak akan memberikannya seorang anak, Abraham menggenapi janji Allah dengan caranya sendiri. Ia mengambil Hagar, seorang hamba perempuan Sarai.

Kejadian 16:16 Abraham berumur 86 pada waktu Hagar melahirkan Ismael.

Kejadian 17:1,2 Ketika Abraham berumur 99 tahun, Tuhan menampakkan diri kepadanya. Firman Allah adalah supaya Abraham hidup di hadapan Allah dengan tidak bercela. (Jadilah suci/kudus). Allah mengulangi janjiNya kepada Abraham bahwa Ia akan memberi Abraham keturunan yang banyak.

Kejadian 17:15-19  Nama istri Abraham, Sarai, diubah menjadi Sara, sebab Allah akan menjadikannya ibu bangsa-bangsa. Abraham tertawa. Ia berkata di dalam hatinya, “Mungkinkah Sara, yang telah berumur 90 tahun melahirkan seorang anak?” Abraham mengusulkan kepada Tuhan supaya Ismael saja diterima dan diberkati. Tuhan berkata, “Tidak.” Sara akan melahirkan anak yang akan dinamai Ishak. Tuhan akan menggenapi perjanjianNya dengan dia.



Kejadian 18:10-15 Tuhan menampakkan diri lagi kepada Abraham dan menegaskan bahwa tahun depan Ia akan kembali lagi untuk menemui Abraham, dan pada waktu itu istrinya, Sara, akan melahirkan seorang anak laki-laki. Mendengar itu, Sara yang sudah mati haid, tertawa. Ia tidak percaya bahwa dirinya akan dapat mempunyai seorang anak. Tuhan bertanya kepada Abraham mengapa Sara tertawa, lalu Tuhan menegaskan bahwa tidak ada satu perkara yang mustahil bagi Tuhan. Tahun depan, pada saat yang ditetapkan, Sara akan mempunyai seorang anak laki-laki.

Kejadian 21:1-3,5 Tuhan memperhatikan Sara seperti yang telah dikatakanNya, maka mengandunglah Sara dan melahirkan seorang anak laki-laki bagi Abraham dalam masa tuanya. “Adapun Abraham berumur seratus tahun, ketika Ishak, anaknya, lahir baginya.”

Kita melihat bahwa Abraham tidak segera mempercayai apa yang dijanjikan Tuhan kepadanya. Abraham mengira bahwa janji Tuhan itu baru dapat digenapi dengan bantuan dari pihaknya sendiri. Apa yang dikatakan Allah ia artikan melalui akal manusia. Karena istrinya sudah tua dan mati haid, Abraham berpikir bahwa anak dari dirinya harus dilahirkan melalui seorang wanita yang masih dapat melahirkan. Itulah sebabnya ia mengambil Hagar, hamba Sarai. Tetapi Tuhan tidak bermaksud begitu.

Tuhan hendak melakukan sesuatu yang sudah nyata-nyata mustahil bagi pikiran manusia, agar manusia boleh melihat bahwa Tuhan adalah Allah dan tiada allah yang lain. Tuhan menghendaki agar manusia menaruh iman kepadaNya.

Ismael dilahirkan pada waktu Abraham berumur 86 tahun. Karena ketidakpercayaan Abraham, Tuhan berdiam diri selama kurang lebih 15 tahun sebelum Ia menampakkan diri kepada Abraham dan mengulang janjiNya tentang kelahiran anak dari Sarai. Tetapi Abraham masih belum mau percaya. Ia tertawa di dalam hatinya, lalu mengusulkan kepada Tuhan agar Ismael, yang sudah lahir, diakui sebagai anak yang dijanjikan itu. Tetapi Tuhan tidak menghendaki hal itu. Tuhan berseru kepada Abraham supaya hidup dengan tidak bercela di hadapanNya—artinya, Abraham diminta supaya percaya. Tuhan meminta agar nama Sarai diubah menjadi Sara yang berarti ia akan menjadi ibu dari banyak bangsa. Abraham mulai menurut dan mengganti nama Sarai menjadi Sara. Tetapi Abraham terganggu imannya karena Sara tertawa dan berkata bahwa ia telah mati haid dan tidak mungkin dapat mengandung seorang anak lagi. Ini merupakan bisikan-bisikan dari setan yang membuat hamba Allah meragukan janji Allah.  Selama ada keragu-raguan dari pihak manusia, Allah tidak dapat bekerja sebab manusianya sendiri belum memilih dengan kuasa memilihnya untuk berpihak kepada Tuhan.

Oleh sebab itu, Tuhan bertanya kepada Abraham mengapa Sara tertawa. Lalu Tuhan menegaskan kepada Abraham bahwa tidak ada suatu perkara yang mustahil bagi Tuhan. Sara sendiri ditanya mengapa ia tertawa. Sara menyangkal dan menjawab bahwa ia tidak tertawa. Tetapi Tuhan dengan tegas berkata bahwa ia memang tertawa.

Begitulah jalan peperangan di antara Tuhan dan setan dalam memperebutkan iman manusia. Tuhan menginginkan agar umatNya secara bersama-sama mempercayai janji-janjiNya, supaya Ia dapat bekerja menggenapi janji-janjiNya itu.

Akhirnya, pada saat “imannya [Abraham] tidak menjadi lemah, walaupun ia mengetahui, bahwa tubuhnya sudah sangat lemah, karena usianya telah kira-kira seratus tahun, dan bahwa rahim Sara telah tertutup,” dan Abraham “penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan,” maka “hal itu diperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran,” dan Allah menggenapi janjiNya.

Maka terjawablah sudah apa yang kita baca dalam Galatia 3:14 yang kita beri nomor, yaitu “supaya di dalam Dia berkat Abraham sampai kepada bangsa-bangsa lain.”

Tuhan menghadapkan kepada kita suatu tuntutan yang tinggi sebagaimana Ia kepada Abraham.  Tuhan meminta agar supaya kita “MENJADI KUDUS, SEBAGAIMANA ALLAH ITU KUDUS ADANYA.”

Tuntutan ini adalah mustahil bagi manusia yang berdosa. Sama halnya dengan janji Allah kepada Abraham bahwa ia akan mempunyai anak dari Sara. Tuhan memang menghadapkan sesuatu yang mustahil menurut pandangan manusia. Tetapi Ia ingin agar manusia menyadari bahwa bagi Allah tidak ada suatu perkara yang mustahil. Tuhan menghendaki manusia tunduk kepadaNya. Tuhan menghendaki manusia merendahkan diri di hadapanNya. Tuhan mau agar manusia mengakui kebesaranNya.

6. KEGENAPANNYA

Cerita Abraham, Sara, dan kelahiran Ismael dan Ishak mempunyai kegenapan di dalam bangsa Israel dan sidang Allah di akhir zaman. Galatia 4:21-26 berkata demikian:

“Katakanlah kepadaku, hai kamu yang mau hidup di bawah hukum Taurat, tidakkah kamu mendengarkan hukum Taurat? Bukankah ada tertulis, bahwa Abraham mempunyai dua anak, seorang dari perempuan yang menjadi hambanya dan seorang dari perempuan yang merdeka? Tetapi anak dari perempuan yang menjadi hambanya itu diperanakkan menurut daging dan anak dari perempuan yang merdeka itu oleh karena janji”.

Ini adalah suatu kiasan. Sebab kedua perempuan itu adalah dua ketentuan Allah: yang satu berasal dari gunung Sinai dan melahirkan anak-anak perhambaan, itulah Hagar-- Hagar ialah gunung Sinai di tanah Arab--dan ia sama dengan Yerusalem yang sekarang, karena ia hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.  Tetapi Yerusalem sorgawi adalah perempuan yang merdeka, dan ialah ibu kita.”

Apa artinya dengan kata-kata yang dapat kita mengerti?

Bangsa Israel yang mempunyai ibukota Yerusalem yang berada di tanah Palestina diumpamakan dengan Hagar beserta anak-anaknya. Mereka hidup menurut kekuatan daging. Mereka mengikuti sepuluh hukum yang diberikan kepada mereka di gunung Sinai dengan kekuatan kemanusiaan mereka.

Rasul Paulus berkata, “Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu. Mengapa tidak? Karena Israel mengejarnya bukan karena iman, tetapi karena perbuatan. Mereka tersandung pada batu sandungan.” (Roma 9:31,32).

Israel menolak Yesus. Oleh sebab itu, mereka tetap tinggal di dalam perhambaan dosa dan permintaan supaya mereka menjadi kudus seperti Tuhan itu kudus adanya, tidak pernah digenapi. Yerusalem yang ada di Palestina dan bangsa Israel (yang dulu maupun yang sekarang) tidak menggenapi janji Allah. Mereka diumpamakan dengan Hagar yang hidup dalam perhambaan dengan anak-anaknya.


7. GEREJA ALLAH

Kepada sidang yang terakhir dinyatakan kembali hukum-hukum Tuhan sebagaimana pada zaman sidang yang pertama. Sidang yang terakhir diharapkan dapat menggenapi rencana Allah. Oleh sebab itu, kita membaca di dalam Wahyu 14:12 bahwa benih perempuan yang terakhir yang akan diserang oleh setan yang disebut “orang-orang kudus” dikenal sebagai orang-orang “yang menuruti hukum-hukum Allah dan beriman kepada Yesus.”

Inilah anak-anak yang lahir menurut janji Allah sendiri.

Inilah orang-orang yang akan dimerdekakan dari perhambaan dosa oleh Tuhan sendiri menurut janjiNya.

Inilah orang-orang yang akan menerima “berkat Abraham” di dalam Yesus Kristus.

Inilah orang-orang yang oleh iman menerima Roh Kudus saat hujan akhir.

Inilah orang-orang yang ibunya Yerusalem Baru.

Inilah kelompok orang percaya yang sudah disucikan oleh Allah sendiri, yang dimeteraikan dengan nama Allah, nama Yesus, dan nama kota Yerusalem Baru di dahi mereka.

Inilah orang-orang yang dilambangkan dengan bilangan 144.000 yang menjadi lambang ukuran-ukuran kota Yerusalem Baru.


Inilah mereka yang tiada didapati dusta di dalam mulut mereka dan yang tidak bercela dan berkerut.

Inilah orang-orang yang menggenapin rencana penebusan Yesus, yang sudah mencari dan memulihkan apa yang sudah hilang.

Inilah orang-orang yang menjadi keturunan Adam yang kedua melalui iman mereka.

Inilah orang-orang yang tahan melihat Yesus menampakkan diriNya beserta segala malaikat-malaikat surga dalam segala kemuliaan surga.

Saudara-saudara di dalam sidang Allah yang terakhir, apakah kita masih menertawakan janji Allah seperti Abraham dan Sara? Apakah kita masih belum yakin bahwa Tuhan dapat menciptakan yang kudus dari yang kotor? Selama kita tertawa, kita tidak akan menerima kecurahan Roh yang sudah dijanjikan kepada kita dan yang sudah begitu lama kita doakan bersama. Yang diperlukan saat ini adalah IMAN.

Biarlah kita berhenti menggunakan pikiran kita sendiri dalam menghadapi perkara-perkara Allah!




Disadur ulang dari seri pelajaran Alkitab & Roh Nubuat oleh Gito Siswojo alm.- Dieng, Malang 18 Februari 1984

Diketik ulang oleh Monik Amelia – Florida, USA, Juni 2007






Tidak ada komentar:

Posting Komentar