Jumat, 30 Juni 2017

30.CARA YESUS MENYATUKAN UMAT-NYA DI ANTARA MEREKA SENDIRI DAN DENGAN DIA

CARA YESUS MENYATUKAN
UMAT-NYA DI ANTARA MEREKA SENDIRI DAN DENGAN DIA


  1. Persatuan Mutlak Diperlukan

“Supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu: Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempurna menjadi satu agar dunia tahu, ….. bahwa Engkau mengasihi mereka, sama seperti Engkau mengasihi Aku.” – Yohanes 17:22,23.

Pernyataan kuasa Kristus di kalangan umatNya akan menjadi nyata kepada dunia apabila umatNya telah menjadi satu di antara mereka sendiri dan satu dengan Allah di dalam Yesus Kristus. Pernyataan kuasa ini adalah sesuatu yang mutlak diperlukan sebelum umat Allah dapat melaksanakan tugas mengamarkan dunia pada tahap yang terakhir serta menyediakan diri mereka bagi kedatangan Yesus yang kedua kali.

Sudah tiba saatnya bagi Masehi Advent Hari Ketujuh untuk menanggapi perkara-perkara Allah dengan lebih sungguh-sungguh. Selama ini rupanya kita masih suka untuk melontarkan kata-kata dan membangkitkan argumentasi-argumentasi asalkan saja dapat menimbulkan sesuatu yang baru untuk menarik perhatian. Kita semua masih cenderung untuk menampilkan diri kita sebagai “sumber penemuan baru” agar dapat menjadi “pusat perhatian” bagi orang lain. Apakah lingkup agen-agen hati kita itu terbatas pada kalangan yang kecil ataukah yang luas dan menyebar, adalah tergantung pada diri kita sendiri, tetapi pada umumnya, kita masih belum menanggapi pekerjaan Allah dengan motif Ilahi yang sesungguhnya.

Kata-kata Yesus yang di atas adalah kata-kata yang telah diucapkanNya dengan motif Ilahi yang menjadi dasar kebenaran yang telah mengatur dan akan mengatur jalan pekerjaanNya dalam menghadapi setan. Ucapan Yesus yang diatas adalah jalan kekuatan umat Allah yang menjadi satu-satunya kekuatan yang dapat mengalahkan kerajaan iblis. Olleh sebab itu, Masehi Advent Hari Ketujuh tidak boleh berhenti berdoa sebelum ucapan Yesus itu menjadi kenyataan di antara mereka!

Adalah penting sekali untuk diperhatikan bahwa ucapan Yesus yang di atas didahulukan dengan penjelasan-penjelasan serta doa-doaNya yang amat menentukan. Yesus mengetahui bahwa umatNya masih harus hidup dalam dunia yang telah digelapkan oleh setan. Dengan pengetahuanNya tersebut, Ia telah mendoakan agar umatNya boleh diambil dari dunia ini. Tidak! Yesus tahu bahwa umatNya harus berperang melawan kegelapan dan kejahatan dalam dunia ini dan Ia hanya berdoa agar umatNya boleh diberi kekuatan untuk bertahan dalam melawan kejahatan tersebut.

Jalur satu-satunya pertahanan umat Allah adalah KEBENARAN FIRMANNYA.

Itulah sebabnya Yesus telah berdoa agar umatNya boleh dikuduskan, yaitu ditahan dari yang jahat, dalam kebenaran. Agar umatNya yang sungguh-sungguh mengasihi Dia tidak tertipu dan membuat penafsiran-penafsiran yang salah tenatang apakah yang dimaksud dengan KEBENARAN tersebut.

Yesus telah menjelaskan bahwa firman Allah adalah KEBENARAN. Mujizat-mujizat bukanlah tanda kebenaran. Lidah-lidah asing bukanlah tanda kebenaran. Tiap kata yang keluar dari mulut Tuhan, yang dijelaskan secara utuh oleh Roh Kudus, serta tidak dipenggal-penggal oleh kehendak manusia sendiri, adalah KEBENARAN! Inilah yang patut dicari dengan doa-doa yang tekun, agar boleh diterima oleh umat Allah dan dijadikan kuasa penyatu di antara mereka!

Persatuan yang semu, yaitu persatuan yang hanya terlihat dipermukaan yang disebut persatuan di kulit, telah ditawarkan oleh setan kepada dunia ini, kepada gereja-gereja di dunia dan juga kepada umat Allah yang sisa. Persatuan semacam ini adalah lebih menarik oleh sebab lebih mudah dicapai dan tidak membutuhkan penyangkalan diri yang sepenuhnya. Persatuan ini ditawarkan oleh setan karena persatuan ini pada hakekatnya akan membuang atau mengesampingkan kebenaran firman Tuhan! Setan akan menang apabila konsep persatuan yang diperdagangkannya itu kita beli! Apabila umat Allah yang sisa tidak lagi dapat melihat bahwa persatuan didalam kebenaran firmanNya adalah satu-satunya persatuan yang dikehendaki oleh Yesus, setan akan meniupkan nafiri, memproklamirkan kemenangannya, oleh sebab Yesus tidak melihat wujud dari pekerjaan Yesus untuk menyucikan satu umat yang dapat melawan dan mengalahkan setan!
Oleh sebab itu, pelajaran ini akan kita gunakan untuk mempelajari cara yang akan digunakan oleh Yesus untuk menyatukan umatNya di antara mereka sendiri dan dengan diriNya!

  1. Pengertian Tentang “Dunia Yang Jahat” Yang Disebut Oleh Rasul Paulus

“Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah …… dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah.” (Gal. 1: 3, 4)

Pada mula pertama, dunia tidaklah jahat. Apabila buku Kejadian kita telusuri kembali, kita akan menemukan bahwa dunia dengan segala isinya yang telah diciptakan oleh Yesus adalah baik.

“Terang” yang telah diciptakanNya adalah “baik” - Kej. 1: 4.
“Cakrawala” yang telah diciptakanNya adalah “baik” - Kej. 1: 10.
“Pohon-pohon dan tumbuh-tumbuhan” yang telah diciptakanNya adalah “baik”—ayat 12.
“Matahari, bulan dan bintang-bintang” yangtelah diciptakanNya adalah “baik” (18).
“Binatang-binatang dalam laut” dan “burung-burung di udara” yng diciptakanNya adalah “baik”—ayat 21.
“Binatang-binatang di darat” dan “manusia” yang telah diciptakanNya adalah “baik”—ayat 25.

“Maka Allah melihat segala yang dijadikanNya itu, sungguh amat  baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.”—ayat 31.

Untuk menandai dunia dengan segala isinya yang telah diciptakanNya, yaitu dunia dengan isinya yang sungguh amat baik dan tidak mengandung sedikit pun unsur kejahatan,

“Allah memberkati hari ketujuh dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu.”—Kej. 2: 3.

Hari Ketujuh telah diadakan dan diciptakan oleh Allah dan oleh Yesus serta Roh Kudus. Sebetulnya tidak perlu ada hari ketujuh. Segala sesuatu telah selesai diciptakan oleh Allah pada hari keenam. Tuhan tidak menciptakan sesuatu lagi yang baru untuk mengisi dunia ini pada hari yang ketujuh. Walaupun demikian, Allah telah dengan sengaja menciptakan “hari yang ketujuh” dengan “berhenti” pada hari itu. Menurut Tuhan Yesus

“Hari Sabat diadakan untuk manusia.”—Mark. 2: 27.

Oleh sebab manusia, yaitu demi manusia, Allah telah mengadakan atau menciptakan “hari Sabat”. Bahwa Yesus sendiri telah ikut serta dalam perencanaan penciptaan hari Sabat itu adalah jelas dari kata-kataNya bahwa:

“Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat.”—Mark. 2: 28.

Tanpa Yesus ikut menciptakan hari Sabat, tidak akan ada hari Sabat, hari yang Ketujuh. Segala sesuatu telah selesai diciptakan pada hari yang keenam, dan sekiranya Yesus tidak memandang perlu bagi hari yang ketujuh untuk diadakan bagi keperluan manusia, Yesus tidak akan menciptakan hari itu!!

Sesuai dengan kata-kata Allah yang kita baca dalam buku Kejadian pasal 1, hari Sabat, hari ketujuh telah diciptakan oleh ke-Allahan, agar manusia, dengan menyatukan dirinya dengan Allah untuk mengingat hari yang telah dikuduskan itu, boleh mengetahui bahwa Allah tidak menciptakan atau mengadakan sesuatu pun yang jahat!! Segala sesuatu yang telah dijadikan oleh Allah adalah baik semata-mata. Tidak ada campuran unsur yang jahat sedikit pun dalam pekerjaan Allah. Dengan demikian, manusia, yang mau menerima Sabat hari perhentianNya, akan mengetahui dan mengerti bahwa semua unsur kejahatan yang dijumpainya dalam kehidupannya dalam dunia ini, bukanlah berasal dari Tuhan.

Yang mengerti maksud ciptaan hari Sabat, akan dibebaskan dari godaan-godaan dalam pikirannya, untuk mempertanggung jawabkan Tuhan bagi segala kejahatan yang nampak dalam dunia ini.

Oleh sebab itu, tidak ada seorangpun yang telah mengerti dan menerima baptisan untuk bergabung dalam gereja Masehi Advent Hari Ketujuh, yang akan menunjuk jari-jarinya kepada Allah atas kejahatan yang mungkin akan menimpa dirinya.

Dengan mengerti makna hari Sabat, setiap orang yang percaya akan memuji syukur kepada Allah, walau pun mungkin dirinya akan ditimpa bencana atau malapetaka dalam dunia ini, oleh sebab ia sudah mengerti bawa Kristus bukanlah pencipta kejahatan dan bahwa Dia akan melepaskan dirinya dari dunia jahat yang sekarang ini. Di dalam dunia ini, kita akan dihantam oleh Setan. Semakin kita mendekat kepada Tuhan, semakin ganaslah hantamannya! Hantaman-hantaman itu dimaksud agar supaya kita menjadi bimbang terhadap Allah dan Yesus Kristus kita! Yang masih lemah imannya dan yang masih belum mengerti kebenaran firman Allah, dibuatnya menuduh Allah melalui hantaman-hantamannya itu! Begitulah tindakannya terhadap Ayub, dan adakalanya Setan telah berhasil untuk membuat Ayub menjadi bimbang! Masehi Advent Hari Ketujuh harus mengerti kebenaran firman Allah. Masehi Advent Hari Ketujuh harus dibentengi kebenaran firman Tuhan! Kita perlu mengingatkan diri kita kembali kepada amaran Tuhan, yang mengatakan bahwa:

“Tidak seorangpun kecuali mereka yang telah memperkuat pikiran mereka dengan kebenaran-kebenaran Kitab Suci akan bertahan melalui pertentangan besar yang terakhir.”—G. C. 593.

Sebutan ini bukanlah suatu sebutan yang tidak mengandung suatu kepastian. Adalah pasti bahwa setiap orang, yang tidak membentengi pikirannya dengan kebenaran firman Allah, akan dijatuhkan oleh tipu muslihat Iblis! Pada pekerjaannya tahap yang terakhir, ia akan menggunakan kuasanya yang besar yang masih ia sembunyikan hingga saat yang sekarang ini. Pekerjaan-pekerjaan yang ajaib serta mujizat-mujizat yang sangat berperi-kemanusiaan akan menjerat orang-orang yang pikirannya tidak diterangi oleh kebenaran firman Allah. Kita akan diuji secara pribadi-pribadi! Oleh sebab itu, secara pribadi-pribadi, kita harus mempelajari kebenaran firman Tuhan pada saat sekarang ini!

Kita harus mengerti  bahwa “dunia yang jahat” yang dimaksud oleh Rasul Paulus bukanlah hanya dunia yang jahat yang kita lihat disekitar kita.

Ciptaan Tuhan yang dikatakan “baik” mencakup pasangan manusia yang pertama. Apakah sebabnya Adam dan Hawa dikatakan “baik”? Oleh sebab Adam dan Hawa telah diciptakan dalam “peta Allah”. Apakah artinya diciptakan dalam “peta Allah”? Hal itu mengandung arti bahwa siapa pun yang melihat mereka, akan melihat sifat-sifat Allah di dalam diri mereka.

Pada suatu hari Rabu telah disampaikan satu pelajaran oleh salah seorang saudara kita. Ia mengambil suatu barang yang kecil dari sakunya dan digenggamnya barang yang kecil itu di dalam tangannya. Kemudian ia bertanya apakah barang yang kecil yang berada di dalam genggaman tangannya itu? Tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui benda apakah yang sedang digenggamnya di dalam tangannya. Bendanya tidak dapat dilihat. Ynag kelihatan adalah tangannya saja yang sedang menggenggam benda yang kecil itu.

Begitulah keadaan orang yang diciptakan dalam “peta Allah”. Orang itu memantulkan sifat penciptaNya. Setiap orang yang memandangnya, akan melihat sifat Allah yang terpantul dari dalam dirinya. Dirirnya sendiri tersembunyi di dalam Allah!

Jadi, dunia dan manusia dikatakan “baik”, oleh sebab malaikat-malaikat dan dunia-dunia yang lainnya hanya akan melihat sifat-sifat Allah yang dipantulkan oleh dunia serta manusia yang “baik” itu!

Dunia yang masih berada dalam keadaan yang “baik” telah didatangi setan. Terjadi suatu peperangan di antara setan dan manusia yang “baik” itu.

Kejadian 3:1 – Ular itu berbicara kepada perempuan.
Kejadian 3:2 – Perempuan itu berkata kepada ular.
Kejadian 3:4 – Ular itu berkata-kata lagi kepada perempuan.

Setan telah berperang melalui kata-kata yang mengganggu pikiran manusia. Pikiran yang telah diisi oleh kebenaran firman Allah, telah diganggu oleh setan agar meragukan kebenaran firman Allah.

Kejadian 3:6 – Manusia telah menggunakan pikirannya sendiri dan telah meragukan kebenaran firman Tuhan.
Roma 14:23 – Segala sesuatu yang tidak berdasarkan IMAN adalah dosa. Itulah bentuk dosa yang pertama: Manusia telah meragukan kebenaran firman Tuhan!
Kejadian 3:7 – Manusia mulai mengarahkan pandangannnya kepada “DIRI SENDIRI”. Manusia tidak lagi memantulkan sifat Allah. Manusia telah memantulkan sifatnya sendiri; dan dari keadaan yang “baik” manusia telah menjadi “jahat”.

Itulah asal mula dari kejahatan. Adalah manusia yang bekerja sama dengan setan yang mendatangkan kejahatan. Dunia, yang tadi “baik”, telah “bermusuhan” dengan Allah.

“Dunia adalah permusuhan dengan Allah. Jadi barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah.” – Yakobus 4:4.

Dunia telah menjadi penuh dengan manusia-manusia yang berada dalam perseteruan dengan Allah. Dunia telah menjadi markas besar “kejahatan” iblis. Maka barangsiapa memilih untuk menjadi sahabat dunia, ia akan menjadikan dirinya musuh Allah.

Kejahatan telah berada di dalam diri kita masing-masing. Kita sendiri adalah “kejahatan” itu. Dengan demikian kita dapat lebih mengerti ucapan Rasul Paulus yang berkata:

Kasih karunia menyertai kamu dan damai sejahtera dari Allah …… dan dari Tuhan Yesus Kristus, yang telah menyerahkan diriNya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita dari dunia jahat yang sekarang ini, menurut kehendak Allah.”  -- Galatia 1:3,4.

Yesus telah merelakan diriNya mati karena dosa-dosa dan kejahatan kita dengan tujuan “melepaskan kita” dari “dunia jahat (keadaan jahat kita) yang sekarang ini”. Hal ini akan terjadi oleh “kasih karunia” dari Allah.

“Kita tidak pernah akan mempelajari arti perkataan ‘kasih karunia’ jikalau kita tidak jatuh ke dalam dosa. …… Kasih karunia adalah sifat Allah yang ditunjukkan kepada umat manusia yang sebenarnya tidak layak untuk itu. Kita tidaklah mencari kasih karunia itu, melainkan kasih karunia itulah yang diutus untuk mencari kita. Allah bergembira menganugerahkan kasih karunia ini kepada setiap orang yang lapar akan Dia, bukan oleh sebab kita layak, melainkan oleh sebab kita sama sekali tidak layak.”  -- Hidupku Kini, 6 April.

Kita sudah menjadi jahat. Kita sudah menjadi perseteruan dengan Allah. Tetapi, oleh kasih karunia Allah yang dinyatakanNya dalam Yesus Kristus, Penebus kita, kita akan dilepaskan dari keadaan kita yang jahat, sehingga kita dapat didamaikan dengan Allah kembali untuk memantulkan petaNya seperti pada mula pertama kejadian dunia.

  1. Cara Yesus Mendamaikan Kita Dengan Kita Dan Kita Dengan Diri-Nya

Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus telah menjelaskan rahasia pendamaian ini. Penjelasannya itu dapat kita pelajari dalam suratnya kepada jemaat di Efesus Pasal 2.

Pada umumnya kita hanya memperhatikan bagian di mana Rasul Paulus berbicara tentang penyatuan di antara orang-orang Yahudi dan orang-orang kafir yang berada di dalam Yesus Kristus. Memang penyatuan di antara dua golongan bangsa itu telah menjadi beban pembicaraan Paulus. Tetapi, yang lebih penting untuk kita perhatikan adalah cara bagaimana Yesus pada akhirnya dapat menjadi jalan pendamaian di antara kedua golongan bangsa tersebut.

Mula-mula Rasul Paulus menjelaskan bagaimana kita telah menjadi “perseteruan” dengan Allah dan telah dipisahkan dari Dia.

“Waktu itu kamu tanpa Kristus, ……tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia.”—Ef. 2: 12.

Keadaan ini berlaku bagi manusia yang telah mendurhaka terhadap Allahnya oleh tindakan tidak mempercayai firmanNya dan melawan titah-titahNya. Keadaan ini seyogianya akan terus berlaku bagi manusia yang telah memilih untuk menjadi “perseteruan” dengan Allah sehingga ada “tembok pemisah” di antara dia dan Allahnya.

“Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu ‘jauh’ (dari Allah), sudah menjadi ‘dekat’ (kepada Allah) oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak (dengan) merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan, ……untuk menciptakan keduanya (yaitu Allah dan manusia yang telah dikutuk dosa) menjadi satu manusia baru di dalam diriNya, ……untuk memperdamaikan keduanya di dalam satu tubuh, ……dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu.”—Ef. 2: 14-16.

Ayat-ayat ini merupakan kunci perdamaian di antara manusia dengan Allahnya, dan apabila ayat-ayat ini telah dimengerti dengan baik, perseteruan dengan Allah akan dapat dilenyapkan sehingga persatuan di antara umat Allah akan secara otomatis tercipta. Rasul Paulus memang mempunyai beban untuk menyatukan bangsa Yahudi dengan bangsa-bangsa kafir yang telah sama-sama mempercayai Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Tetapi, walau pun kedua bangsa itu telah bersama-sama ‘mempercayai’ Kristus, mereka masih saja belum dapat disatukan. Pertengkaran-pertengkaran dan perselisihan-perselisihan paham masih terus saja berlangsung.

Oleh sebab itu, Rasul Paulus oleh dorongan Roh Kudus, telah menjelaskan kepada jemaat yang di Efesus, bahwa tanpa pendamaian yang diciptakan oleh Yesus Kristus dalam tubuhNya sendiri terlebih dahulu, segala pendamaian di antara manusia dengan Allah dan manusia dengan manusia akan menjadi sia-sia belaka.

Dengan demikian Paulus menjelaskan dalam Filipi 2: 6-8, bahwa Yesus adalah setara dengan Allah. Tetapi, walaupun setara dengan Allah, Ia menganggap bahwa kesetaraan dengan Allah itu tidak perlu dipertahankan. Ia telah mengambil rupa seorang hamba dan menjadi serupa dengan manusia.

Kata-kata “menjadi sama dengan manusia” (Fil. 2: 7) inilah yang diperdebatkan di kalangan Masehi Advent Hari Ketujuh. Tetapi, mengapakah hal itu harus diperdebatkan? Hal itu akan menjadi jelas apabila kita mengerti uraian Paulus dalam Efesus 2: 14-16. Inilah rahasia persatuan kita dengan Allah dan rahasia persatuan kita di antara kita sendiri. Apabila kita mengerti uraian Rasul Paulus dalam Efesus 2: 14-16, kita tidak akan berdebat lagi tentang jenis kemanusiaan Yesus Kristus.

Kristus harus dapat mendamaikan Allah dengan manusia yang telah dikutuk oleh dosa dan yang telah dipisah dari Allah oleh suatu tembok perseteruan. Ini harus terjadi di dalam tubuhNya sendiri. Ia harus menciptakan suatu “manusia baru” di dalam diriNya. Ia harus melenyapkan perseteruan itu pada salib.

Dengan demikian beberapa langkah tertentu harus digenapkan dalam diri Kristus:

                  i.    Ia harus menjadi manusia yang dikutuk dosa,
                 ii.    Ia harus berhasil menciptakan suatu “manusia baru” dalam dagingNya yang dikutuk dosa,
                iii.    Ia harus membayar upah pelanggaran manusia di kayu salib,
                iv.    Ia harus menyatukan keilahian dengan kemanusiaan di dalam diriNya dengan tanpa menggunakan cara-cara yang tidak dapat dipakai oleh setiap manusia yang berada di dunia ini,
                 v.    Ia harus menggenapi setiap tuntutan hukum-hukum Allah.

Yesus telah berhasil untuk menggenapi semua tuntutan yang di atas di dalam diriNya sehingga Ia telah berhasil untuk merubuhkan tembok pemisah di antara Allah dan manusia berdosa di dalam tubuhNya serta menggenapi tulisan-tulisan yang di bawah:

“Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.”—Roma 8: 3, 4.

Setelah adanya wujud pendamaian di antara Allah dan manusia yang berseteru dengan Dia di dalam tubuh Kristus, maka jalan pendamaian itu menjadi terbuka bagi setiap manusia dengan Allah dan bagi manusia dengan manusia.

“Ia datang dan memberitakan damai sejahtera kepada kamu yang ‘jauh’ (orang-orang kafir) dan damai sejahtera kepada mereka yang ‘dekat’ (bangsa Yahudi), karena oleh Dia kita kedua pihak: dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa.”—Ef. 2: 17, 18.

Bangsa Yahudi dan bangsa kafir belum dapat disatukan oleh sebab  mereka belum mempelajari jalan pendamaian yang telah ditempuh oleh Kristus di dalam diriNya sendiri terlebih dahulu. Masehi Advent Hari Ketujuh juga belum dapat disatukan, oleh sebab Masehi Advent Hari Ketujuh belum mau menempuh jalan pendamaian dengan Kristus di dalam diri masing-masing terlebih dahulu. Masehi Advent Hari Ketujuh masih kurang mempelajari kehidupan TELADAN mereka. Yang setara dengan Allah, tidak menganggap kesetaraan itu suatu perkara yang harus dipertahankan! Yang setara dengan Allah telah bersedia untuk mengosongkan diriNya dari keilahianNya sendiri! Yang setara dengan Allah telah menjadi manusia yang berdosa yang harus menggantungkan diriNya sepenuhnya kepada kuasa Roh!! MAHK yang belum setara dengan Allah belum mau menganggap dirinya lemah, berdosa, dan dalam kemungkinan yang besar untuk salah menafsirkan Alkitab! Itulah sebabnya MAHK belum dapat disatukan hingga hari ini!

Apabila Yesus bersedia untuk mati bagi diriNya sendiri demi kita, apakah sebabnya MAHK belum bersedia mati bagi dirinya sendiri demi Yesus????


Marilah kita masing-masing mau datang kepadaNya seperti hati seorang anak kecil untuk mau dipersatukan dalam kasih kebenaranNya. Yesus sudah lama menunggu kita untuk berhenti mempertahankan pendapat kita masing-masing, Ia rindu kita mau menerima kebenaranNya seperti yang telah diilhamkanNya melalui tulisan-tulisan Roh Nubuat, sehingga apabila kita telah “mau” dipersatukan olehNya, maka Tuhan kita Yesus akan datang menjemput kita di atas awan!!





Disadur ulang dari Seri Pelajaran Alkitab dan Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo – Dieng, Malang


Diketik oleh Janice & Delfirang Singkuang – CP BSD – Juli 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar