MENGHADIRI PERJAMUAN PERNIKAHAN TANPA JUBAH PERJAMUAN
1. PENDAHULUAN
Kita
sudah membahas bagian-bagian nubuatan Alkitab yang berhubungan dengan
kejadian-kejadian pada akhir zaman. Nubuatan adalah bagian kebenaran firman
Allah yang penting. Alkitab memang memberitahu kita bahwa unsur yang terpenting
dalam Injil adalah KASIH ALLAH. Nubuatan mempunyai peranan untuk memberi bentuk
yang nyata kepada KASIH ALLAH tersebut. Melalui nubuatan kita dapat melihat
bagaimana KASIH ALLAH itu akan dinyatakan dalam penjagaanNya, pimpinanNya, dan
lindunganNya. Nubuatan meneguhkan KASIH ALLAH dalam hal menerangi perjalanan
kita supaya kita dapat mengetahui arah yang menuju KASIH itu.
Hanya mengetahui nubuatan
tidaklah cukup untuk menjamin keteguhan IMAN kita. Unsur yang terpenting,
yaitu KASIH ALLAH, harus bertumbuh di dalam hati kita. KASIH itu akan menghasilkan kelahiran kembali di dalam
diri kita masing-masing, dan KASIH itu akan memungkinkan kita untuk melalui
segala sesuatu yang sudah dinyatakan dalam nubuatan. Dengan lain kata, nubuatan
harus dipelajari dan KASIH ALLAH harus diperbolehkan bertumbuh di dalam diri
kita. Kedua-duanya tidak terpisahkan! Nubuatan harus dipelajari di dalam KASIH
ALLAH.
2. PERJAMUAN NIKAH DAN JUBAH
PERJAMUANNYA
Berita mengenai
perjamuan nikah merupakan nubuatan. Jubah perjamuanNya yang harus dikenakan oleh
masing-masing kita merupakan KASIH ALLAH dalam bentuk kebenaranNya. Tidak ada
seorang pun yang akan diperkenankan menghadiri perjamuan nikah tanpa mengenakan
jubah perjamuan yang sudah disediakan oleh Allah sendiri. Dengan lain kata,
kita tidak akan bertemu dengan Yesus dan disambut olehNya apabila kita hari ini
tidak mau bertekun untuk belajar menggantikan pakaian kita sendiri dengan jubah
perjamuan yang sudah disediakan oleh Allah!
Oleh sebab itu,
mulai dengan pelajaran ini kita akan mempelajari tentang jubah perjamuan Allah
itu dan bagaimana caranya untuk menggunakan jubah tersebut.
JUBAH PERJAMUAN
Perumpamaan
mengenai jubah perjamuan atau pakaian pesta terdapat dalam Matius 22:11, 12.
Seluruh perumpamaan itu menyatakan kepada kita bahwa bangsa yang sudah terpilih
sesuai dengan perjanjian Allah dengan Abraham, yaitu bangsa Israel, telah
diundang untuk menghadiri pesta nikah itu. Tetapi mereka memberi berbagai macam
alasan untuk tidak menghadiri pesta itu. Malah ada sebagian yang membunuh
orang-orang yang sudah dikirim untuk mengundang mereka. Ayat 8 berkata,
“orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk (perjamuan kudus) itu.” Oleh
sebab itu, yang melaksanakan perjamuan kawin itu mengundang dan mengumpulkan
semua orang yang dapat dijumpai di mana saja. Orang baik diundang. Orang jahat
pun diundang. Syarat untuk ikut ambil bagian dalam
perjamuan nikah itu adalah sangat mudah, yaitu MAU DATANG DAN MAU MENGENAKAN
JUBAH PERJAMUAN YANG SUDAH DISEDIAKAN.
Sebelum pesta itu
dimulai, raja yang menyelenggarakan pesta itu berkeliling untuk melihat apakah
semua tamu-tamunya sudah mengenakan jubah perjamuan yang sudah ia sediakan. Ia
dapati seorang yang tidak memenuhi syaratnya. Orang itu datang tetapi tidak mau
mengenakan jubah perjamuan yang sudah disediakan. Orang itu dikeluarkan.
Perumpamaan yang
di atas ada persamaannya dengan apa yang dikemukakan Yesus dalam Yohanes
10:1-5:
”Barangsiapa yang
memasuki kandang dengan tidak melalui pintu telah masuk dengan cara yang tidak
sah”.
Yesus adalah pintu
itu dan kesucian hidupNya adalah jubah yang harus kita pakai untuk melayakkan
diri kita menghadiri perjamuan nikah yang akan diadakan. Hamba Tuhan menulis:
“Manakala umat
tebusan memasuki kota melalui gerbang, Yesus menyambut mereka semua, dan
mereka... akan mengenakan jubah yang sudah dipintal di tempat pemintalan surga
dengan tiada sehelai benang pun yang merupakan kebenaran manusia.”—Temperance
292.
Kita sudah belajar
mengenai kebenaran yang di atas. Kita semua sudah mengetahui bahwa kita harus
mengenakan jubah perjamuan apabila kita mau ikut serta dalam pesta pernikahan
Anak Domba Allah. Sayangnya, kita hanya membatasi pengetahuan kita itu pada
teorinya saja. Itulah sebabnya kita sekarang ini berada di dalam gereja,
mengikuti segala tata cara kebaktiannya dan mengaku menunggu kedatangan Yesus
yang kedua kali, tetapi tidak bergumul supaya pakaian kebenaran lara kita boleh
diganti dengan jubah kebenaran Kristus. Yang menjadi problem besar dengan
masing-masing kita adalah bahwa kita belum mau mengakui bahwa kebenaran kita
itu seperti kain lara. Kita puas dan kita merasa bangga dengan pakaian kotor
serta compang-camping yang sedang kita kenakan. Kita mempunyai bayangan bahwa
pakaian kotor dan compang-camping itulah pakaian yang lumayan model
potongannya, rapi, dan bersih. Kita bersedia untuk mengaku bahwa pakaian kita
itu belum sebagus dan semewah pakaian seorang pembesar negara, tetapi kita
masih mempunyai anggapan bahwa pakaian kita itu lumayan. Pakaian kita
itu terdiri atas benang-benang kebenaran kita sendiri. Itulah sebabnya kita
merasa bahwa pakaian kita itu sudah lumayan. Tetapi Saksi Kristus mengatakan
bahwa jubah perjamuan yang sudah disediakan untuk kita seluruhnya
dipintal di tempat pemintalan surga dengan tiada sehelai benang pun yang
merupakan kebenaran kita sendiri.
Pada waktu Adam
dan Hawa berdosa, mereka menutupi tubuh mereka dengan daun-daun supaya mereka
tidak telanjang. Manusia selalu merasa malu dengan ketelanjangan mereka. Apa
yang diartikan dengan ketelanjangan? Banyak manusia pada zaman kita ini tidak
malu menampakkan diri mereka telanjang. Tetapi manusia selalu malu apabila
dirinya dianggap oleh orang lain kecil, bodoh, tidak berarti, dan tidak
mempunyai harga. Manusia selalu mau dianggap dirinya berharga, berarti, dan
besar.
Pakaian yang
dikenakan Adam dan Hawa harus dibuang. Adam dan Hawa harus ditelanjangi kembali
sebelum mereka diberi pakaian yang sudah disediakan oleh Allah. Adam dan Hawa
harus memakai pakaian dari kulit binatang yang harus dibunuhnya terlebih
dahulu. Kulit binatang yang belum bercacat itu mengibaratkan jubah kebenaran
Anak Domba Allah.
“Di surga akan dikatakan oleh
malaikat-malaikat yang melayani; Pelayanan yang harus kita lakukan sudah kita
laksanakan. Kita sudah menahan tentara malaikat-melaikat yang jahat. Kita
mengirim cahaya dan terang ke dalam jiwa-jiwa manusia, mengingatkan mereka akan
kasih Allah yang sudah dinyatakan di dalam Yesus. Kita mengarahkan pandangan
mereka kepada salib Kristus... Mereka melihat langkah-langkah yang harus mereka
ambil dalam pertobatan; mereka merasakan kuasa Injil; hati mereka sudah
dilunakkan manakala mereka melihat kemanisan kasih Allah. Mereka melihat
keindahan sifat Kristus. Tetapi dengan kebanyakan di antara mereka semua telah
sia-sia. Mereka tidak mau menyerahkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat
mereka sendiri. Mereka tidak menanggalkan pakaian
keduniaan ini untuk diberi jubah surga.”—Christ’s Object Lessons (COL) 318.
Masalah yang
diungkapkan di atas merupakan masalah pokok di dalam keselamatan yang sudah
ditawarkan oleh Kristus kepada manusia. Kita harus memperhatikan masalahnya
dengan baik-baik.
Dikatakan bahwa
malaikat-malaikat surga telah melakukan segala sesuatu yang sudah ditugaskan
kepada mereka untuk dilakukan. Mereka menahan pekerjaan malaikat-malaikat
jahat. Mereka telah mengirim terang kebenaran firman Allah dan ikut serta dalam
mengingatkan kita tentang kasih Allah dan salib Kristus. Mereka menuntun kita
kepada langkah-langkah pertobatan. Mereka menyatakan kuasa Injil. Mereka
hadapkan kepada kita keindahan sifat Kristus. Langkah-langkah menuju perdamaian
dengan Allah yang selanjutnya adalah bagian kita untuk dikerjakan. Bagian ini
bukanlah untuk memintalkan kebenaran kita ke dalam jubah kebenaran Kristus.
Bukan! Bagian kita adalah memilih untuk mau menanggalkan pakaian
kebenaran kita sendiri dan mau ditelanjangi dan diberi pakaian yang sudah
dipintal oleh surga.
Tetapi alangkah
sayangnya bahwa kebanyakan di antara kita tidak mau melepas pakaian yang sedang
kita pakai! Kita tidak mau diubah dan dilahirkan kembali! Kita terlalu terikat
pada dunia, kesukaan-kesukaannya, kebesaran-kebesarannya, dan ukuran-ukurannya.
3. KESELAMATAN YANG DILUKISKAN MELALUI
IMAM YOSUA
Zakharia pasal 3
melukiskan keselamatan yang merupakan pemberian Kristus dengan baik sekali:
“Kemudian ia
memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN
sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. Lalu berkatalah
Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis!
TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini
puntung yang telah ditarik dari api?’ Adapun Yosua mengenakan pakaian yang
kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, yang memberikan perintah
kepada orang-orang yang melayaninya: ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari
padanya.’ Dan kepada Yosua ia berkata: ‘Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan
kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.’”—Zakharia
3:1-4.
Mari kita
memperhatikan dengan baik-baik kebenaran yang sudah diungkapkan di atas:
1. Yosua adalah
imam besar.
2. Walaupun imam
besar, pakaiannya kotor.
3. Karena
pakaiannya yang kotor itu, Yosua seharusnya sudah dibakar di dalam api.
4. Tuhan menghardik
setan karena Ia yang telah memilih manusia telah menarik Yosua dari api.
5. Tuhan
memerintahkan malaikat-malaikat yang melayaniNya untuk melepas pakaian kotor
Yosua dari padanya.
6. Yosua tidak
melepas pakaian kotornya sendiri. Yosua, si imam besar, harus menjadi seperti
anak kecil yang belum dapat melepas pakaiannya sendiri.
7. Yosua harus
merelakan dirinya ditelanjangi lalu diberikan “pakaian pesta.”
8. Dengan itu,
Tuhan sudah menjauhkan segala kesalahan Yosua dan mengenakan jubah perjamuan
yang berupa kebenaran Kristus!
9. Yosua yang
seharusnya mati dibakar diperkenankan untuk hidup!
Apa sebabnya di
dalam buku Christ’s Object Lessons halaman 318 yang sudah kita kutip di atas,
malaikat-malaikat surga yang sudah ditugaskan untuk melayani kita berkata:
“Tetapi dengan
kebanyakan di antara mereka semua telah sia-sia.”
Malaikat-malaikat
dari surga menerima perintah dari Yesus untuk melepas pakaian kotor kita.
Tetapi kita merasa diri kita dewasa. Kita tidak mau dilayani oleh
malaikat-malaikat tersebut. Kita merasa bahwa kita dapat menanggalkan pakaian
kita sendiri.
Sudahkah kita
melihat anak kecil yang berumur satu setengah tahun yang merasa dirinya sudah
dewasa dan tidak mau merelakan ibunya membukakan pakaiannya yang sudah kotor?
“Buka sendiri! Buka sendiri” begitulah terdengar permintaannya. Ia dorong
tangan ibunya yang mau menolongnya untuk melepas pakaiannya yang sudah
berlumpur. Tangan kecilnya dan jari-jari kecilnya berusaha untuk melepas
kancing-kancing dari lubang-lubangnya. Tetapi ia tidak berhasil.
Kita sering merasa
diri kita sudah dewasa dalam kerohanian. Kita dapat memerangi
kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa kita sendiri. Apa kata Yesus? Kecuali kita
dilahirkan kembali seperti anak-anak kecil, kita tidak akan masuk ke dalam
kerajaan surga.
LAODIKEA YANG TIDAK MAU DILAYANI
Siapakah Laodekia
itu? Siapakah ‘malaikat’ sidang Laodikea?
Laodikea adalah
kita—kita sebagai satu sidang! Malaikat sidang Laodikea adalah
pemimpin-pemimpin dan pendeta-pendetanya.
Terkejut? Akankah
kita marah?
Kita akan mengutip
dari sebuah buku yang diterbitkan oleh Review and Herald Publishing
Association. Buku itu berjudul “Laodicea : The Church That Doesn’t Know.”
Pengarangnya Thomas A. Davis. Pada halaman 17 tertulis:
“Dalam penglihatannya dari Kristus, yang terlukis di Wahyu
1, Yohanes melihatNya memegang tujuh bintang di tangan kananNya (ayat 16).
Dalam ayat 20 kita membaca: ‘ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh
jemaat.’ Penjelasan selanjutnya diberikan oleh Ellen G. White: ‘Pendeta-pendeta diibaratkan dengan ketujuh
bintang itu.’—Gospel Workers, hal 13.
Dengan begitu kita mempunyai rumus ini untuk Wahyu 2 dan 3:
malaikat-malaikat diibaratkan dengan bintang-bintang yang mengibaratkan
pendeta-pendeta. Dengan begitu
malaikat-malaikat itu mengibaratkan pendeta-pendeta dari gereja-gereja. Malaikat sidang
Laodikea mengibaratkan pendeta-pendeta, pemimpin-pemimpin sidang Laodikea.”
Keadaan suatu
sidang ditentukan oleh pemimpin-pemimpinnya. Kepada malaikat sidang Laodikea,
Saksi Yang Setiawan itu berkata bahwa “engkau tidak tahu... engkau telanjang.”
Karena malaikat sidangnya ‘telanjang,’ sidangnya pun telanjang. Karena
pemimpin-pemimpinnya tidak tahu bahwa mereka telanjang, maka domba-dombanya pun
tidak tahu bahwa mereka telanjang. Itulah sebabnya Laodikea dan malaikatnya
diamarkan supaya tidak diludahkan dari mulut Tuhan! Kita harus menyadari
ketelanjangannya kita supaya kita mau diberi pakaian pesta Allah!
Imam besar Yosua
harus ditelanjangi seperti anak kecil. Ia tidak dapat melepas pakaian kotornya
sendiri. Sekiranya imam Yosua mengadakan protes pada waktu ditelanjangi, ia
akan dibakar di dalam api sebagaimana yang telah dituntut dari padanya oleh
iblis! Ini berlaku bagi
masing-masing kita, Laodikea secara sidang dan malaikat-malaikatnya!
4. SEJARAH GEREJA MEMAPARKAN KEBENARAN
KEADAAN LAODIKEA
1844—Pintu ke bilik
yang MahaSuci dibuka. “Aku telah membuka pintu bagimu yang tidak dapat ditutup
oleh seorangpun.”—Wahyu 3:8. Umat Allah berada dalam keadaan bersedia menyambut
kedatangan Yesus yang kedua kali. Tetapi Yesus tidak datang ke bumi, melainkan
masuk ke bilik yang MahaSuci untuk melaksanakan pekerjaan pembenaranNya tahap
yang terakhir bagi umat manusia.
1850—Dikarenakan
kurang pengertian, umat Allah mundur dalam kerohanian dan sedini itu Allah
mengirim peringatan-peringatanNya aga kita membelok dari arah yang kita tuju.
Kita diberi predikat suam-suam kuku (Lihat “From Exodus to Advent,” karangan
Morris Venden, hal 70).
1888—Dari keadaan siap
siaga pada tahun 1844, kita telah menurun dan menurun terus, sehingga pada
tahun 1888 Tuhan merasa perlu untuk mengirim terang kebenaranNya kepada kita
sebagai satu umat. Kita memiliki kebenaran Sabat yang demikian unggulnya dan
tidak terbantah kebenarannya, sehingga lambat laun keselamatan kita, kita
dasarkan atas penurutan pada hari Sabat itu. Kita tidak merasakan hal itu,
sebab seandainya kita merasakannya, kita pasti sudah menyambut kebenaran yang
telah dikirim Allah kepada kita pada tahun 1888 melalui A.T. Jones dan E.J.
Waggoner. Sebagai satu sidang kita telah berjalan dengan tinggi hati karena
kebenaran kita, dan kita telah melupakan bahwa seharusnya kita berjalan rendah
di hadapan Yesus. Pekabaran 1888 telah mengingatkan kita kembali dari keadaan
telanjang kita yang sebenarnya. Kita ditawari kebenaran Kristus agar kita dapat
berjubahkan pakaian pesta dan menyambut kedatanganNya. Sayangnya kita tidak merelakan pakaian
kotor kita dilepas oleh Tuhan. Kita telah menolak pakaian kebenaranNya!
1930—Tuhan telah
mendekati kita lewat jalan yang agak berbeda. Pengertian-pengertian kita yang
salah tentang nubuatan Alkitab telah diperbaikiNya. Dalam hal inipun kita belum
mau secara spontan menyambut terang yang dibawakan oleh Roh Kudus! Yang terbaik
yang dapat dicapai adalah menjajarkan yang benar dan yang salah secara
berdampingan! Mungkinkah umat Advent berpegang pada yang benar sebagian dan
berpegang pada yang salah sebagian, dan pada saat yang sama menggenapi doa
Kristus agar kita BERSATU??? Namun kita telah membiarkan keadaan seperti itu
berlaku di antara kita. Usaha-usaha Allah untuk membetulkan keadaan kita tidak
kita tanggapi dengan baik. Namun, sebagai satu sidang, kita tidak merasakan
keadaan miskin dan celaka kita yang sebenarnya. Apabila diingatkan, kita selalu
berkata bahwa kita tidak kekurangan sesuatu apa pun!
1950—Secara materi,
sidang Allah makin hari makin menjadi kaya, tetapi secara rohani, kita makin
hari menjauh dari Kristus. Manusia lebih memandang kepada manusia dan pakaian
kebenarannya yang kotor yang makin hari makin tidak disadari. Melalui 2 pendeta
di Afrika, Pendeta R.J. Wieland dan D.K. Short, Tuhan mengingatkan kita kembali
tentang penolakan kita terhadap terang kebenaran Allah pada tahun 1888. Selama
penolakan ini dilanjutkan dan kebenaran yang merupakan permulaan dari Hujan
Akhir tidak disambut, kita boleh berdoa untuk Hujan Akhir tahun demi tahun,
namun Hujan Akhir itu tidak akan turun dan kita tidak akan dapat mengakhiri
pekerjaan malaikat yang ketiga untuk memungkinkan Yesus datang! Tuhan telah
mengingatkan pemimpin-pemimpin kita, yaitu malaikat sidang Laodikea. Tetapi
peringatan-peringatan Tuhan dalam kasihNya tidak disambut sekali lagi. Antara
tahun 1951 sampai tahun 1958, penolakan itu telah dilakukan 3 kali. Tetapi
karena gentingnya zaman di mana setan telah menyiapkan tentaranya untuk
peperangan yang terkahir, Roh Suci telah menggerakkan anggota-anggota awam
untuk ikut serta dalam membela kebenaran Allah. Pimpinan telah didesak untuk
menyadari perlawanan kita terhadap pekerjaan Roh Suci. Desakan-desakan itu
berjalan terus!
1976—Akhirnya pada
tahun 1976, pimpinan gereja mengakui bahwa pekabaran Allah kepada sidang
Laodikea pada tahun 1888 tidak disambut sepenuhnya sehingga berkat hujan akhir
telah ditarik kembali oleh surga. Pernyataan ini diterbitkan di dalam Review
and Herald, 27 Mei 1976. Pintu mulai terbuka, tetapi sampai hari ini (2007),
kita masih belum mendengar apa-apa di Indonesia.
Saudara-saudara
yang terkasih dalam Tuhan, sampai kapan kita akan terus seperti ini? Tidakkah
kita rindu segera bertemu dengan Tuhan kita, Yesus Kristus? Tidakkah kita rindu
untuk segera ’pulang’ ke rumah? Saudara, Yesus sedang menunggu kita sekarang,
ijinkanlah Dia untuk membalutkan jubah kebenaranNya kepada kita, sehingga kita
boleh disiapkan sebagai ’pengantin perempuan’ yang telah siap untuk bertemu
dengan ’Pengantin Pria’ yaitu YESUS KRISTUS.
WAKTUNYA SANGAT CEPAT DAN SINGKAT!
Disadur ulang dari seri pelajaran Alkitab
& Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo, Pasuruan, 7 Juli 1984
Diketik ulang oleh Monik Amelia, Florida –
USA, Juli 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar