Sabtu, 01 Juli 2017

31.MENGHADIRI PERJAMUAN PERNIKAHAN TANPA JUBAH PERJAMUAN

MENGHADIRI PERJAMUAN PERNIKAHAN TANPA JUBAH PERJAMUAN


1. PENDAHULUAN

Kita sudah membahas bagian-bagian nubuatan Alkitab yang berhubungan dengan kejadian-kejadian pada akhir zaman. Nubuatan adalah bagian kebenaran firman Allah yang penting. Alkitab memang memberitahu kita bahwa unsur yang terpenting dalam Injil adalah KASIH ALLAH. Nubuatan mempunyai peranan untuk memberi bentuk yang nyata kepada KASIH ALLAH tersebut. Melalui nubuatan kita dapat melihat bagaimana KASIH ALLAH itu akan dinyatakan dalam penjagaanNya, pimpinanNya, dan lindunganNya. Nubuatan meneguhkan KASIH ALLAH dalam hal menerangi perjalanan kita supaya kita dapat mengetahui arah yang menuju KASIH itu.

Hanya mengetahui nubuatan tidaklah cukup untuk menjamin keteguhan IMAN kita. Unsur yang terpenting, yaitu KASIH ALLAH, harus bertumbuh di dalam hati kita. KASIH itu akan menghasilkan kelahiran kembali di dalam diri kita masing-masing, dan KASIH itu akan memungkinkan kita untuk melalui segala sesuatu yang sudah dinyatakan dalam nubuatan. Dengan lain kata, nubuatan harus dipelajari dan KASIH ALLAH harus diperbolehkan bertumbuh di dalam diri kita. Kedua-duanya tidak terpisahkan! Nubuatan harus dipelajari di dalam KASIH ALLAH.



2. PERJAMUAN NIKAH DAN JUBAH PERJAMUANNYA

Berita mengenai perjamuan nikah merupakan nubuatan. Jubah perjamuanNya yang harus dikenakan oleh masing-masing kita merupakan KASIH ALLAH dalam bentuk kebenaranNya. Tidak ada seorang pun yang akan diperkenankan menghadiri perjamuan nikah tanpa mengenakan jubah perjamuan yang sudah disediakan oleh Allah sendiri. Dengan lain kata, kita tidak akan bertemu dengan Yesus dan disambut olehNya apabila kita hari ini tidak mau bertekun untuk belajar menggantikan pakaian kita sendiri dengan jubah perjamuan yang sudah disediakan oleh Allah!

Oleh sebab itu, mulai dengan pelajaran ini kita akan mempelajari tentang jubah perjamuan Allah itu dan bagaimana caranya untuk menggunakan jubah tersebut.

JUBAH PERJAMUAN

Perumpamaan mengenai jubah perjamuan atau pakaian pesta terdapat dalam Matius 22:11, 12. Seluruh perumpamaan itu menyatakan kepada kita bahwa bangsa yang sudah terpilih sesuai dengan perjanjian Allah dengan Abraham, yaitu bangsa Israel, telah diundang untuk menghadiri pesta nikah itu. Tetapi mereka memberi berbagai macam alasan untuk tidak menghadiri pesta itu. Malah ada sebagian yang membunuh orang-orang yang sudah dikirim untuk mengundang mereka. Ayat 8 berkata, “orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk (perjamuan kudus) itu.” Oleh sebab itu, yang melaksanakan perjamuan kawin itu mengundang dan mengumpulkan semua orang yang dapat dijumpai di mana saja. Orang baik diundang. Orang jahat pun diundang. Syarat untuk ikut ambil bagian dalam perjamuan nikah itu adalah sangat mudah, yaitu MAU DATANG DAN MAU MENGENAKAN JUBAH PERJAMUAN YANG SUDAH DISEDIAKAN.

Sebelum pesta itu dimulai, raja yang menyelenggarakan pesta itu berkeliling untuk melihat apakah semua tamu-tamunya sudah mengenakan jubah perjamuan yang sudah ia sediakan. Ia dapati seorang yang tidak memenuhi syaratnya. Orang itu datang tetapi tidak mau mengenakan jubah perjamuan yang sudah disediakan. Orang itu dikeluarkan.
Perumpamaan yang di atas ada persamaannya dengan apa yang dikemukakan Yesus dalam Yohanes 10:1-5:

”Barangsiapa yang memasuki kandang dengan tidak melalui pintu telah masuk dengan cara yang tidak sah”.

Yesus adalah pintu itu dan kesucian hidupNya adalah jubah yang harus kita pakai untuk melayakkan diri kita menghadiri perjamuan nikah yang akan diadakan. Hamba Tuhan menulis:

“Manakala umat tebusan memasuki kota melalui gerbang, Yesus menyambut mereka semua, dan mereka... akan mengenakan jubah yang sudah dipintal di tempat pemintalan surga dengan tiada sehelai benang pun yang merupakan kebenaran manusia.”—Temperance 292.

Kita sudah belajar mengenai kebenaran yang di atas. Kita semua sudah mengetahui bahwa kita harus mengenakan jubah perjamuan apabila kita mau ikut serta dalam pesta pernikahan Anak Domba Allah. Sayangnya, kita hanya membatasi pengetahuan kita itu pada teorinya saja. Itulah sebabnya kita sekarang ini berada di dalam gereja, mengikuti segala tata cara kebaktiannya dan mengaku menunggu kedatangan Yesus yang kedua kali, tetapi tidak bergumul supaya pakaian kebenaran lara kita boleh diganti dengan jubah kebenaran Kristus. Yang menjadi problem besar dengan masing-masing kita adalah bahwa kita belum mau mengakui bahwa kebenaran kita itu seperti kain lara. Kita puas dan kita merasa bangga dengan pakaian kotor serta compang-camping yang sedang kita kenakan. Kita mempunyai bayangan bahwa pakaian kotor dan compang-camping itulah pakaian yang lumayan model potongannya, rapi, dan bersih. Kita bersedia untuk mengaku bahwa pakaian kita itu belum sebagus dan semewah pakaian seorang pembesar negara, tetapi kita masih mempunyai anggapan bahwa pakaian kita itu lumayan. Pakaian kita itu terdiri atas benang-benang kebenaran kita sendiri. Itulah sebabnya kita merasa bahwa pakaian kita itu sudah lumayan. Tetapi Saksi Kristus mengatakan bahwa jubah perjamuan yang sudah disediakan untuk kita seluruhnya dipintal di tempat pemintalan surga dengan tiada sehelai benang pun yang merupakan kebenaran kita sendiri.
Pada waktu Adam dan Hawa berdosa, mereka menutupi tubuh mereka dengan daun-daun supaya mereka tidak telanjang. Manusia selalu merasa malu dengan ketelanjangan mereka. Apa yang diartikan dengan ketelanjangan? Banyak manusia pada zaman kita ini tidak malu menampakkan diri mereka telanjang. Tetapi manusia selalu malu apabila dirinya dianggap oleh orang lain kecil, bodoh, tidak berarti, dan tidak mempunyai harga. Manusia selalu mau dianggap dirinya berharga, berarti, dan besar.


Pakaian yang dikenakan Adam dan Hawa harus dibuang. Adam dan Hawa harus ditelanjangi kembali sebelum mereka diberi pakaian yang sudah disediakan oleh Allah. Adam dan Hawa harus memakai pakaian dari kulit binatang yang harus dibunuhnya terlebih dahulu. Kulit binatang yang belum bercacat itu mengibaratkan jubah kebenaran Anak Domba Allah.

“Di surga akan dikatakan oleh malaikat-malaikat yang melayani; Pelayanan yang harus kita lakukan sudah kita laksanakan. Kita sudah menahan tentara malaikat-melaikat yang jahat. Kita mengirim cahaya dan terang ke dalam jiwa-jiwa manusia, mengingatkan mereka akan kasih Allah yang sudah dinyatakan di dalam Yesus. Kita mengarahkan pandangan mereka kepada salib Kristus... Mereka melihat langkah-langkah yang harus mereka ambil dalam pertobatan; mereka merasakan kuasa Injil; hati mereka sudah dilunakkan manakala mereka melihat kemanisan kasih Allah. Mereka melihat keindahan sifat Kristus. Tetapi dengan kebanyakan di antara mereka semua telah sia-sia. Mereka tidak mau menyerahkan kebiasaan-kebiasaan dan sifat-sifat mereka sendiri. Mereka tidak menanggalkan pakaian keduniaan ini untuk diberi jubah surga.”—Christ’s Object Lessons (COL) 318.

Masalah yang diungkapkan di atas merupakan masalah pokok di dalam keselamatan yang sudah ditawarkan oleh Kristus kepada manusia. Kita harus memperhatikan masalahnya dengan baik-baik.

Dikatakan bahwa malaikat-malaikat surga telah melakukan segala sesuatu yang sudah ditugaskan kepada mereka untuk dilakukan. Mereka menahan pekerjaan malaikat-malaikat jahat. Mereka telah mengirim terang kebenaran firman Allah dan ikut serta dalam mengingatkan kita tentang kasih Allah dan salib Kristus. Mereka menuntun kita kepada langkah-langkah pertobatan. Mereka menyatakan kuasa Injil. Mereka hadapkan kepada kita keindahan sifat Kristus. Langkah-langkah menuju perdamaian dengan Allah yang selanjutnya adalah bagian kita untuk dikerjakan. Bagian ini bukanlah untuk memintalkan kebenaran kita ke dalam jubah kebenaran Kristus. Bukan! Bagian kita adalah memilih untuk mau menanggalkan pakaian kebenaran kita sendiri dan mau ditelanjangi dan diberi pakaian yang sudah dipintal oleh surga.

Tetapi alangkah sayangnya bahwa kebanyakan di antara kita tidak mau melepas pakaian yang sedang kita pakai! Kita tidak mau diubah dan dilahirkan kembali! Kita terlalu terikat pada dunia, kesukaan-kesukaannya, kebesaran-kebesarannya, dan ukuran-ukurannya.


3. KESELAMATAN YANG DILUKISKAN MELALUI IMAM YOSUA

Zakharia pasal 3 melukiskan keselamatan yang merupakan pemberian Kristus dengan baik sekali:

“Kemudian ia memperlihatkan kepadaku imam besar Yosua berdiri di hadapan Malaikat TUHAN sedang Iblis berdiri di sebelah kanannya untuk mendakwa dia. Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: ‘TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?’ Adapun Yosua mengenakan pakaian yang kotor, waktu dia berdiri di hadapan Malaikat itu, yang memberikan perintah kepada orang-orang yang melayaninya: ‘Tanggalkanlah pakaian yang kotor itu dari padanya.’ Dan kepada Yosua ia berkata: ‘Lihat, dengan ini aku telah menjauhkan kesalahanmu dari padamu! Aku akan mengenakan kepadamu pakaian pesta.’”—Zakharia 3:1-4.

Mari kita memperhatikan dengan baik-baik kebenaran yang sudah diungkapkan di atas:

1. Yosua adalah imam besar.
2. Walaupun imam besar, pakaiannya kotor.
3. Karena pakaiannya yang kotor itu, Yosua seharusnya sudah dibakar di dalam api.
4. Tuhan menghardik setan karena Ia yang telah memilih manusia telah menarik Yosua dari api.
5. Tuhan memerintahkan malaikat-malaikat yang melayaniNya untuk melepas pakaian kotor Yosua dari padanya.
6. Yosua tidak melepas pakaian kotornya sendiri. Yosua, si imam besar, harus menjadi seperti anak kecil yang belum dapat melepas pakaiannya sendiri.
7. Yosua harus merelakan dirinya ditelanjangi lalu diberikan “pakaian pesta.”
8. Dengan itu, Tuhan sudah menjauhkan segala kesalahan Yosua dan mengenakan jubah perjamuan yang berupa kebenaran Kristus!
9. Yosua yang seharusnya mati dibakar diperkenankan untuk hidup!

Apa sebabnya di dalam buku Christ’s Object Lessons halaman 318 yang sudah kita kutip di atas, malaikat-malaikat surga yang sudah ditugaskan untuk melayani kita berkata:

“Tetapi dengan kebanyakan di antara mereka semua telah sia-sia.”

Malaikat-malaikat dari surga menerima perintah dari Yesus untuk melepas pakaian kotor kita. Tetapi kita merasa diri kita dewasa. Kita tidak mau dilayani oleh malaikat-malaikat tersebut. Kita merasa bahwa kita dapat menanggalkan pakaian kita sendiri.

Sudahkah kita melihat anak kecil yang berumur satu setengah tahun yang merasa dirinya sudah dewasa dan tidak mau merelakan ibunya membukakan pakaiannya yang sudah kotor? “Buka sendiri! Buka sendiri” begitulah terdengar permintaannya. Ia dorong tangan ibunya yang mau menolongnya untuk melepas pakaiannya yang sudah berlumpur. Tangan kecilnya dan jari-jari kecilnya berusaha untuk melepas kancing-kancing dari lubang-lubangnya. Tetapi ia tidak berhasil.

Kita sering merasa diri kita sudah dewasa dalam kerohanian. Kita dapat memerangi kelemahan-kelemahan dan dosa-dosa kita sendiri. Apa kata Yesus? Kecuali kita dilahirkan kembali seperti anak-anak kecil, kita tidak akan masuk ke dalam kerajaan surga.

LAODIKEA YANG TIDAK MAU DILAYANI

Siapakah Laodekia itu? Siapakah ‘malaikat’ sidang Laodikea?

Laodikea adalah kita—kita sebagai satu sidang! Malaikat sidang Laodikea adalah pemimpin-pemimpin dan pendeta-pendetanya.

Terkejut? Akankah kita marah?

Kita akan mengutip dari sebuah buku yang diterbitkan oleh Review and Herald Publishing Association. Buku itu berjudul “Laodicea: The Church That Doesn’t Know.” Pengarangnya Thomas A. Davis. Pada halaman 17 tertulis:

“Dalam penglihatannya dari Kristus, yang terlukis di Wahyu 1, Yohanes melihatNya memegang tujuh bintang di tangan kananNya (ayat 16). Dalam ayat 20 kita membaca: ‘ketujuh bintang itu ialah malaikat ketujuh jemaat.’ Penjelasan selanjutnya diberikan oleh Ellen G. White: ‘Pendeta-pendeta diibaratkan dengan ketujuh bintang itu.’—Gospel Workers, hal 13.  Dengan begitu kita mempunyai rumus ini untuk Wahyu 2 dan 3: malaikat-malaikat diibaratkan dengan bintang-bintang yang mengibaratkan pendeta-pendeta. Dengan begitu malaikat-malaikat itu mengibaratkan pendeta-pendeta dari gereja-gereja. Malaikat sidang Laodikea mengibaratkan pendeta-pendeta, pemimpin-pemimpin sidang Laodikea.”

Keadaan suatu sidang ditentukan oleh pemimpin-pemimpinnya. Kepada malaikat sidang Laodikea, Saksi Yang Setiawan itu berkata bahwa “engkau tidak tahu... engkau telanjang.” Karena malaikat sidangnya ‘telanjang,’ sidangnya pun telanjang. Karena pemimpin-pemimpinnya tidak tahu bahwa mereka telanjang, maka domba-dombanya pun tidak tahu bahwa mereka telanjang. Itulah sebabnya Laodikea dan malaikatnya diamarkan supaya tidak diludahkan dari mulut Tuhan! Kita harus menyadari ketelanjangannya kita supaya kita mau diberi pakaian pesta Allah!

Imam besar Yosua harus ditelanjangi seperti anak kecil. Ia tidak dapat melepas pakaian kotornya sendiri. Sekiranya imam Yosua mengadakan protes pada waktu ditelanjangi, ia akan dibakar di dalam api sebagaimana yang telah dituntut dari padanya oleh iblis! Ini berlaku bagi masing-masing kita, Laodikea secara sidang dan malaikat-malaikatnya!


4. SEJARAH GEREJA MEMAPARKAN KEBENARAN KEADAAN LAODIKEA

1844—Pintu ke bilik yang MahaSuci dibuka. “Aku telah membuka pintu bagimu yang tidak dapat ditutup oleh seorangpun.”—Wahyu 3:8. Umat Allah berada dalam keadaan bersedia menyambut kedatangan Yesus yang kedua kali. Tetapi Yesus tidak datang ke bumi, melainkan masuk ke bilik yang MahaSuci untuk melaksanakan pekerjaan pembenaranNya tahap yang terakhir bagi umat manusia.

1850—Dikarenakan kurang pengertian, umat Allah mundur dalam kerohanian dan sedini itu Allah mengirim peringatan-peringatanNya aga kita membelok dari arah yang kita tuju. Kita diberi predikat suam-suam kuku (Lihat “From Exodus to Advent,” karangan Morris Venden, hal 70).

1888—Dari keadaan siap siaga pada tahun 1844, kita telah menurun dan menurun terus, sehingga pada tahun 1888 Tuhan merasa perlu untuk mengirim terang kebenaranNya kepada kita sebagai satu umat. Kita memiliki kebenaran Sabat yang demikian unggulnya dan tidak terbantah kebenarannya, sehingga lambat laun keselamatan kita, kita dasarkan atas penurutan pada hari Sabat itu. Kita tidak merasakan hal itu, sebab seandainya kita merasakannya, kita pasti sudah menyambut kebenaran yang telah dikirim Allah kepada kita pada tahun 1888 melalui A.T. Jones dan E.J. Waggoner. Sebagai satu sidang kita telah berjalan dengan tinggi hati karena kebenaran kita, dan kita telah melupakan bahwa seharusnya kita berjalan rendah di hadapan Yesus. Pekabaran 1888 telah mengingatkan kita kembali dari keadaan telanjang kita yang sebenarnya. Kita ditawari kebenaran Kristus agar kita dapat berjubahkan pakaian pesta dan menyambut kedatanganNya. Sayangnya kita tidak merelakan pakaian kotor kita dilepas oleh Tuhan. Kita telah menolak pakaian kebenaranNya!

1930—Tuhan telah mendekati kita lewat jalan yang agak berbeda. Pengertian-pengertian kita yang salah tentang nubuatan Alkitab telah diperbaikiNya. Dalam hal inipun kita belum mau secara spontan menyambut terang yang dibawakan oleh Roh Kudus! Yang terbaik yang dapat dicapai adalah menjajarkan yang benar dan yang salah secara berdampingan! Mungkinkah umat Advent berpegang pada yang benar sebagian dan berpegang pada yang salah sebagian, dan pada saat yang sama menggenapi doa Kristus agar kita BERSATU??? Namun kita telah membiarkan keadaan seperti itu berlaku di antara kita. Usaha-usaha Allah untuk membetulkan keadaan kita tidak kita tanggapi dengan baik. Namun, sebagai satu sidang, kita tidak merasakan keadaan miskin dan celaka kita yang sebenarnya. Apabila diingatkan, kita selalu berkata bahwa kita tidak kekurangan sesuatu apa pun!

1950—Secara materi, sidang Allah makin hari makin menjadi kaya, tetapi secara rohani, kita makin hari menjauh dari Kristus. Manusia lebih memandang kepada manusia dan pakaian kebenarannya yang kotor yang makin hari makin tidak disadari. Melalui 2 pendeta di Afrika, Pendeta R.J. Wieland dan D.K. Short, Tuhan mengingatkan kita kembali tentang penolakan kita terhadap terang kebenaran Allah pada tahun 1888. Selama penolakan ini dilanjutkan dan kebenaran yang merupakan permulaan dari Hujan Akhir tidak disambut, kita boleh berdoa untuk Hujan Akhir tahun demi tahun, namun Hujan Akhir itu tidak akan turun dan kita tidak akan dapat mengakhiri pekerjaan malaikat yang ketiga untuk memungkinkan Yesus datang! Tuhan telah mengingatkan pemimpin-pemimpin kita, yaitu malaikat sidang Laodikea. Tetapi peringatan-peringatan Tuhan dalam kasihNya tidak disambut sekali lagi. Antara tahun 1951 sampai tahun 1958, penolakan itu telah dilakukan 3 kali. Tetapi karena gentingnya zaman di mana setan telah menyiapkan tentaranya untuk peperangan yang terkahir, Roh Suci telah menggerakkan anggota-anggota awam untuk ikut serta dalam membela kebenaran Allah. Pimpinan telah didesak untuk menyadari perlawanan kita terhadap pekerjaan Roh Suci. Desakan-desakan itu berjalan terus!

1976—Akhirnya pada tahun 1976, pimpinan gereja mengakui bahwa pekabaran Allah kepada sidang Laodikea pada tahun 1888 tidak disambut sepenuhnya sehingga berkat hujan akhir telah ditarik kembali oleh surga. Pernyataan ini diterbitkan di dalam Review and Herald, 27 Mei 1976. Pintu mulai terbuka, tetapi sampai hari ini (2007), kita masih belum mendengar apa-apa di Indonesia.

Saudara-saudara yang terkasih dalam Tuhan, sampai kapan kita akan terus seperti ini? Tidakkah kita rindu segera bertemu dengan Tuhan kita, Yesus Kristus? Tidakkah kita rindu untuk segera ’pulang’ ke rumah? Saudara, Yesus sedang menunggu kita sekarang, ijinkanlah Dia untuk membalutkan jubah kebenaranNya kepada kita, sehingga kita boleh disiapkan sebagai ’pengantin perempuan’ yang telah siap untuk bertemu dengan ’Pengantin Pria’ yaitu YESUS KRISTUS.

WAKTUNYA SANGAT CEPAT DAN SINGKAT!


Disadur ulang dari seri pelajaran Alkitab & Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo, Pasuruan, 7 Juli 1984

Diketik ulang oleh Monik Amelia, Florida – USA, Juli 2007



Tidak ada komentar:

Posting Komentar