PEMBANGUNAN BAIT ALLAH DAN YERUSALEM
ROHANI – 144RIBU
1.
Keturunan Daud Membangun Kaabah
Pada waktu Raja Daud hendak berpisah dengan rakyat dan
umatnya, ia mengumpulkan mereka di Yerusalem dan berkata kepada mereka:
“Dengarlah, hai saudara-saudaraku dan bangsaku! Aku
bermaksud hendak mendirikan rumah perhentian untuk tabut perjanjian TUHAN dan
untuk tumpuan kaki Allah kita; juga aku telah membuat persediaan untuk
mendirikannya. Tetapi Allah telah berfirman kepadaku: Engkau
tidak akan mendirikan rumah bagi nama-Ku, sebab engkau ini seorang prajurit dan
telah menumpahkan darah.”—1 Taw. 28:2-3.
Keinginan hati Raja Daud untuk membangun rumah Allah
timbul karena ia merasa bahwa Allah telah memberkatinya secara luar biasa.
Musuh-musuhnya telah dihalau dari hadapannya dan ia menikmati rasa aman.
Lagipula ia berdiam di dalam sebuah rumah yang terbuat dari kayu aras yang
termasuk bahan bangunan yang berkualitas dan mahal. Sebaliknya, tabut
perjanjian Allah, di mana hadirat Allah dinyatakan, hanya diletakkan di dalam tenda.
Daud merasa bahwa hal itu tidak wajar. Allah seharusnya dihormati dan
ditinggikan, dan tempat di mana hadiratNya dinyatakan seharusnya tidak boleh
kalah dengan tempat kediamannya sendiri.
Jalan Daud untuk naik ke takhta Yudah bukanlah suatu
jalan yang rata. Jika kita membaca 2 Samuel pasal 2-4 dan permulaan pasal 5,
kita dapat melihat bahwa Daud menghadapi banyak tantangan. Walaupun Daud sudah
dipilih oleh Tuhan, ia belum segera diterima oleh bangsanya. Tuhan harus
meratakan jalannya.
Tidakkah kita seharusnya memperlihatkan kasih yang
menyerupai kasih Daud itu? Betapa limpahnya Allah telah memberkati hidup kita
dan mengampuni kesalahan-kesalahan kita! Hutang-hutang yang seharusnya kita
bayar telah dihapusNya. Kita telah dibebaskan dari penghukuman yang seharusnya
menjadi bagian kita. Apakah kita menghargai segala perbuatan kasih Allah itu?
Adakah kita mempunyai kerinduan seperti kerinduan Daud, untuk melakukan sesuatu
bagi Allah kita? Kalau kita diperkenankan hidup di dalam sebuah rumah yang
baik, dapatkah kita merindukan untuk membangun satu rumah kebaktian bagi
umatNya? Atau sedikit dari kita yang ikut memikirkan apabila melihat gerejaNya
bocor, kumuh, dan tak terawat?
Daud telah memberitahukan niatnya kepada Nabi Natan (Baca
2 Sam. 7:1-17). Natan sendiri, walaupun seorang nabi, telah menyetujui rencana
Daud sebelum firman Allah datang kepadanya (ay. 3). Tetapi malam itu juga
datanglah firman Tuhan kepada Natan. Tuhan meminta Natan untuk menyampaikan
kepada Daud bahwa bukanlah Daud yang akan membangun rumah Allah. Dalam
pesan-pesan Allah melalui Nabi Natan, tidak dinyatakan apa sebabnya Tuhan tidak
memperkenankan Daud untuk membangun rumah Allah, tetapi kita tahu dari ucapan
Daud yang telah terkutip di atas (1 Taw. 28:2-3) bahwa Tuhan tidak memperkenankan
Daud membangun rumahNya karena Daud adalah seorang prajurit yang telah
menumpahkan banyak darah.
Di samping pernyataan dari Nabi Natan di atas, Tuhan
seolah-olah lebih mengecewakan Daud lagi dengan pernyataanNya:
“Masakan engkau yang mendirikan rumah bagi-Ku untuk
Kudiami? … Selama Aku mengembara bersama-sama seluruh orang Israel, pernahkah
Aku mengucapkan firman kepada salah seorang hakim orang Israel, yang
Kuperintahkan menggembalakan umat-Ku Israel, demikian: Mengapa kamu tidak
mendirikan bagi-Ku rumah dari kayu aras?”—2 Sam. 7:5, 7.
Kemudian Daud diingatkan bahwa Tuhanlah yang telah
memilih dia, selagi ia masih menggiring kambing domba, untuk dijadikan raja
bangsa Israel. Tuhanlah yang menjadikan dia besar dengan menghalau
musuh-musuhnya. Tuhanlah yang telah melakukan segala dan Daud tidak mempunyai
jasa apa-apa.
Bagaimana perasaan kita seandainya kita mempunyai rencana
baik untuk membangun sebuah gereja bagi Tuhan lalu diberi tahu bahwa Tuhan
tidak membutuhkan gereja? Atau kita diberi tahu bahwa kita tidak boleh
membangun gereja tersebut karena kita tidak patut untuk melakukan hal itu?
Bukankah hati kita terluka karena merasa dikecilkan dan disingkirkan dan kita
membatalkan segala rencana kita lalu tidak mau membantu pembangunan gereja itu
lagi?
Daud tidak bermaksud untuk menonjolkan dirinya. Maksudnya
untuk mendirikan rumah Allah yang bagus keluar dari keinginan hatinya yang
tulus untuk memuliakan Tuhan. Walaupun begitu, Tuhan tetap mengingatkan Daud
bahwa sebenarnya bukanlah Tuhan yang memerlukan rumah karena Tuhan memiliki
segalanya.
Yang memerlukan rumah peribadatan itu adalah kita
sendiri. Tuhan tidak perlu diselamatkan. Kitalah yang perlu diselamatkan. Dalam
membangun gereja, Tuhan memperkenankan kita untuk menyediakan satu tempat di
mana kita boleh mencari kebenaranNya yang kita perlukan. Tidak sejengkal pujian
yang patut diberikan kepada kita. Bagaimanapun banyaknya uang yang sudah
dimasukkan ke dalam pembangunan gereja itu, semua adalah milik Allah sendiri.
Allah saja yang patut dibesarkan karena kebaikanNya untuk menyediakan tempat
bagi keselamatan kita!
Inilah pelajaran penting yang disampaikan kepada Daud
untuk generasi-generasi berikutnya. Adalah salah bagi siapapun untuk mencari
nama dan kehormatan dari pekerjaan Tuhan! Lebih salah lagi kalau kita mencari
keuntungan! Tetapi hal itu belum disadari oleh kita semua!
Daud merupakan teladan dari orang yang hendak memuliakan
Allahnya dengan segenap hati. Orang yang hendak melakukan sesuatu bagi Tuhan
dengan ucapan di bibir saja, padahal di dalam hatinya ia hendak memuliakan
dirinya sendiri, akan meninggalkan rencananya setelah mendapat sambutan yang
begitu mengecilkan hati dari Tuhan. Bukan begitu halnya dengan Daud. Ia
menerima firman yang disampaikan oleh Nabi Natan kepadanya, sekalipun firman itu
tidak menyenangkan dirinya. Daud tidak boleh membangun rumah Allah. Keputusan
Tuhan diterimanya dengan baik. Ia menyediakan bahan-bahan bangunan seperti
batu-batu, besi, tembaga yang tidak tertimbang beratnya, dan kayu aras (Baca 1
Taw. 22). Daud membuat sangat banyak persediaan sebelum ia mati.
Seluruhnya ia serahkan kepada Tuhan agar dapat terbangunnya rumah Allah yang
termahsyur di segala negeri bagi umatNya. Daud tidak mendapatkan nama. Ia harus
mati terlebih dahulu. Tetapi ia tidak mengurangi usahanya untuk pembangunan
rumah Allah. Daud malah menyediakan nyanyian yang akan digunakan pada saat
penahbisan. Daud melihat dengan satu kesukaan besar ke hari depan karena
hatinya dipenuhi dengan kasih bagi Allahnya. Kasihnya adalah kasih yang
sungguh-sungguh sejati! Di dalamnya hanya tersimpan satu pertimbangan, yaitu
terwujudnya pendirian kerajaan Allah yang kekal.
Kepada Daud disampaikan firman bahwa: “Apabila umurmu
sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian bersama-sama dengan nenek
moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian, anak
kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang
akan mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya
untuk selama-lamanya.”—2 Sam. 7:12-13.
Dengan nyata Tuhan memberi tahu Daud bahwa ia akan mati
terlebih dahulu. Daud tidak menawar-nawar keputusan Allah. Daud tidak
bersungut-sungut karena tidak diperkenankan hidup untuk melihat rumah Allah
dibangun. Pada saat-saat akhir hidupnya, tatkala ia hendak berpisah dengan bangsanya,
ia memanggil Salomo dan berkata, “Anakku, aku sendiri bermaksud hendak
mendirikan rumah bagi nama TUHAN, Allahku, tetapi firman
TUHAN datang kepadaku, demikian: Telah kautumpahkan sangat banyak darah dan
telah kaulakukan peperangan yang besar; engkau tidak akan mendirikan rumah bagi
nama-Ku, sebab sudah banyak darah kautumpahkan ke tanah di hadapan-Ku... Maka
sekarang, hai anakku, TUHAN kiranya menyertai engkau, sehingga engkau berhasil
mendirikan rumah TUHAN, Allahmu, seperti yang difirmankan-Nya mengenai
engkau... Mulailah bekerja! TUHAN kiranya menyertai engkau!”—1 Taw. 22:7, 8,
11, 16.
Tidakkah Daud dapat membenarkan dan membela dirinya
dengan berkata bahwa yang memerintahkan dia untuk berperang adalah TUHAN juga?
Mengapa hal itu sekarang menjadi sebab mengapa ia tidak diperbolehkan untuk
melakukan kesukaannya membangun rumah Allah? Daud tidak membantah. Daud percaya
bahwa TUHAN yang mahatahu dapat diandalkan kebijaksanaanNya! Daud menerima
keputusan Allah dengan satu kepatuhan yang perlu kita contoh.
2.
Keturunan Daud
Dalam kesaksiannya di hadapan orang banyak, Daud berkata:
“Dan dari antara anak-anakku sekalian... Ia telah memilih anakku Salomo... Ia telah berfirman kepadaku: Salomo, anakmu, dialah yang akan
mendirikan rumah-Ku...”—1 Taw. 28:5, 6.
Bahwa Salomo adalah kegenapan pertama dari apa yang
disebut Tuhan dalam 2 Sam. 7:12, 13 sudah dapat dipastikan. Tetapi nampaknya
Tuhan mempunyai pandangan yang lebih jauh dari sekedar Salomo saja. Tuhan
meramalkan keturunan Daud yang akan menyelesaikan pembangunan Bait Allah sampai
akhir zaman. Ada keturunan Daud lainnya yang telah dipanggil oleh Tuhan untuk
membangun rumah Tuhan. Pada waktu bangsa Israel kembali ke Yerusalem dari
tawanan Babel dan mereka membangun kembali rumah Tuhan dan tembok-tembok kota yang
sudah dihancurkan, Zeruababel telah ditunjuk oleh Tuhan untuk melaksanakan
pekerjaan tersebut. Zerubabel telah memilih sebuah batu penjuru yang
indah-indah. Orang-orang yang menyambut batu utaman yang telah dipilih itu
dengan sorakan: Bagus! Bagus sekali batu itu! Kemudian datangalah firman Tuhan
demikian: “Tangan Zerubabel telah meletakkan dasar Rumah ini, dan tangannya
juga akan menyelesaikannya.”—Zakh. 4:7-9 (Bandingkan Ezra 3:8-13).
Roh nubuat menjelaskan bahwa Zerubabel adalah seorang
keturunan Daud (Prophets and Kings 559). Dengan begitu kita melihat bahwa
dengan jelas sekali firman itu diucapkan bahwa keturunan Daud yang akan
membangun Rumah Allah dan Yerusalem, hal itu tidak luput dari kegenapan! Tetapi
Rumah Allah yang dibangun Zerubabel sebagai keturunan Daud belum juga
dikokohkan Tuhan untuk selama-lamanya.
Kita perlu mengutip sekali lagi apa yang telah
difirmankan oleh Tuhan kepada Daud melalui Nabi Natan agar kita dapat
mengetahui kegenapannya yang terakhir yang menjadi tujuan pemberitaan Tuhan
itu.
“Aku akan membangkitkan keturunanmu yang kemudian,
anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. Dialah yang akan
mendirikan rumah bagi nama-Ku dan Aku akan mengokohkan takhta kerajaannya
untuk selama-lamanya.”—2 Sam. 7:12, 13.
Kegenapan selengkapnya dari apa yang diuraikan di atas,
terdapat dalam Luk. 1:33.
“Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih
karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan
mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau
menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut
Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya
takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi
raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya
tidak akan berkesudahan.”—Luk. 1:30-33.
Inilah kegenapannya yang terakhir! Semua pemberitaan
kebenaran Injil berpusat kepada Yesus Kristus! Dialah yang akan membangun huma
Allah dan akan menyelesaikan pekerjaan tersebut sampai titik kesempurnaannya
untuk selama-lamanya! KerajaanNya tidak akan berkesudahan! (Bandingkan Dan. 2).
3.
Nasib Berat Yang Harus Dialami Juru-juru Kabar Allah Karena Kesetiaan
Mereka
Alkitab merupakan satu kumpulan tulisan dari banyak orang
dari berbagai zaman. Keajaiban Alkitab baru benar-benar dapat diselami apabila
hal ini selalu dipikirkan. Satu penulis ratusan tahun sebelumnya telah
menubuatkan satu kebenaran yang ditulis kegenapannya ratusan tahun sesudahnya
oleh penulis yang lain. Kebenaran-kebenaran itu jalan-menjalin membentuk suatu
bingkai yang indah mewartakan satu POKOK kebenaran dari EDEN KE EDEN yang tidak
mengenal berita sampingan. Banyak keindahan tulisan Alkitab menjadi kabur oleh
karena berita-berita sampingan yang bukan merupakan inti pekabaran telah
menyusup. IMAN kita bertumbuh sesuai dengan kemurnian kebenaran Alkitab
yang kita terima.
Zerubabel telah diserahi pekerjaan membangun Yerusalem
dan Rumah Allah. Sebutan “bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan,
melainkan dengan RohKu” berlaku untuk pekerjaan itu. Zerubabel membangun
sebuah gedung. Pekerjaannya itu melambangkan pekerjaan Kristus pada
akhir zaman. Apakah yang akan dibangun oleh Kristus? Apakah
gedung-gedung gereja yang akan didirikan dengan tangan manusia? Yang
dibangun oleh Kristus adalah tempat kediaman ROH—yaitu kita.
Pada waktu Yesus di dunia ini, Ia membersihkan Bait
Allah. Arti selengkapnya dari pekerjaanNya itu tidak akan kita serap sebelum
kita mengerti bahwa itu hanya merupakan lambang dari pekerjaanNya yang terakhir
dalam membangun Rumah Allah yang suci dan mendirikan kerajaanNya untuk
selama-lamanya.
Injil Yohanes mengemukakan kebenaran ini dengan sangat
tepat. Pada mula pertama, Yohanes menulis bahwa FIRMAN (KALAM) itu bersama-sama
dengan Allah. Firman itulah yang telah menciptakan dunia dengan segala isinya
dan menjadikan manusia (huma Allah) sempurna dengan tiada cacat pada
mula pertama. Firman itulah yang kemudian menjadi manusia untuk tinggal bersama
dengan kita. TujuanNya adalah untuk memulihkan manusia kembali kepada keadaannya yang semula, yaitu sempurna
tanpa cacat.
Pada hari raya Paskah, setelah Yesus menjungkirbalikkan
meja-meja yang dibuat berdagang di dalam Bait Suci dan setelah orang-orang
Yahudi menantangNya untuk menunjukkan hakNya untuk mengambil tindakan itu,
Yesus berkata: “Rombak Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan
mendirikannya kembali.”—Yoh. 2:19.
Itulah pernyataan Kristus secara terselubung bahwa Dialah
keturunan Daud yang akan membangun Bait Allah. Pertama-tama, Ia akan
mengeluarkan tubuhNya sendiri dari kubur, dan setelah Ia berhasil menelan maut
dengan sengatnya, Ia akan membangun kepada kesempurnaan tiap orang yang menaruh
percaya kepadaNya! Serangkaian ayat-ayat yang di bawah akan menjelaskan arti
ucapan Yesus dalam jangkauan panjangnya.
“Tetapi yang dimaksudkan-Nya dengan Bait Allah ialah
tubuh-Nya sendiri.”—Yoh. 2:21.
“Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau
membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak
Allah, turunlah dari salib itu!”—Mat. 27:40.
“Kami sudah mendengar orang ini berkata: Aku akan
merubuhkan Bait Suci buatan tangan manusia ini dan dalam tiga hari akan
Kudirikan yang lain, yang bukan buatan tangan manusia.”—Mark. 14:58.
“Karena iman Abraham taat… Sebab ia menanti-nantikan kota
yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah.”—Ibr. 11:8,
10.
Walaupun ayat-ayat di atas nampaknya berdiri
sendiri-sendiri dan tidak berhubungan satu dengan yang lain, sesungguhnya
ayat-ayat itu memberitakan satu pokok kebenaran saja. Inti pekabarannya adalah
Yesus, keturunan Daud, sebagai pembangun. Ia akan mendirikan Bait Suci dan Kota
Kudus yang tidak dibuat dengan tangan manusia yang akan bertahan sampai
selama-lamanya. Prosesnya adalah sebagai
berikut:
A)
Pertama-tama,
Ia harus bangkit dalam 3 hari sesudah kematianNya. Kuasa maut harus dipatahkan.
B)
Kuasa maut
tidak dapat dipatahkan kalau sekiranya Ia turun dari kayu salib menjawab
ejekan-ejekan musuhNya. Yesus tidak hanya memikirkan diriNya sendiri.
Pembangunan Bait Suci bukan hanya mengenai diriNya—tubuhNya—sendiri saja.
Sekiranya hanya tubuhNya saja yang menjadi pertimbangan, Ia masih dapat
menyelamatkan diriNya walaupun sudah tergantung di atas kayu salib. Tetapi
pembangunan Bait Suci itu harus mencakup umat percaya seperti yang tertulis
dalam 1 Pet. 2 dan 1 Kor. 3:16, 17. Itulah sebabnya Yesus harus menjalani
kematian!
C)
Setelah Yesus
mati dan bangkit pada hari yang ketiga, Yesus membangun Bait SuciNya di
Yerusalem. Hal itu Ia lakukan pada waktu pencurahan ROH SUCI kepada
murid-muridNya pada hari Pantekosta. Itulah Hujan Awal! Ia akan menyelesaikan
pembangunan Bait SuciNya di Yerusalem dengan kecurahan ROH SUCI selaku Hujan
Akhir pada akhir zaman.
D)
Pembangunan-pembangunan
yang dilakukan Yesus tidak dibuat dengan tangan manusia. Semua direncanakan dan
dilaksanakan oleh Yesus sendiri. Apa yang dijanjikan kepada Abraham pada waktu
ia dipanggil keluar dari Babel untuk pertama kali, akan digenapi pada saat
panggilan keluar dari Babel untuk ketiga kalinya yang merupakan kali yang
terakhir! Pada saat-saat itu, Yesus akan menerima Yerusalem Baru di surga—kota
yang direncanakan dan dibangun oleh Allah—dan di bumi umatNya akan
disempurnakan di dalam peta Allah menjadi kediaman ROH KUDUS yang tanpa cacat.
Ini merupakan kegenapan dari EDEN ke EDEN, dari yang sempurna sebelum kejatuhan
kepada yang sempurna sesudah kejatuhan. Semua akan terjadi “bukan dengan
keperkasaan dan bukan dengan kekuatan melainkan dengan RohKu.” Itulah sebabnya
Daud tidak diperkenankan untuk membangun rumah Allah, sebab dengan
kebijaksanaanNya, Yesus memberitahukan bahwa Dialah yang akan melaksanakan
semuanya sendiri.
4.
Yerusalem Baru Dan 144Ribu
Kita semua tahu bahwa maksud Yesus datang ke dunia ini
adalah untuk mengembalikan peta Allah di dalam diri manusia yang
mempercayaiNya. Apa yang telah direncanakan oleh Yesus pasti akan terwujud.
Sebelum Yesus datang, akan terbentuk sekelompok manusa “yang menuruti
hukum-hukum Allah” dan “beriman kepada Yesus.” Mereka “tidak bercela” (Wah.
14:5, 12). Mereka bukanlah seperti orang Advent pada dewasa ini yang hanya mengaku
telah memelihara 10 hukum tanpa ada wujudnya. Orang Advent masih penuh dusta
dan ketinggian hati. Di dalam mulut orang-orang yang akan menyambut kedatangan
Tuhan tidak akan terdapat dusa (Wah. 14:5). Mereka akan memiliki kerendahan
hati seperti Yesus dan Musa. Mereka akan merupakan buah sulung bagi ALLAH dan
bagi Anak Domba karena di dalam diri mereka telah disempurnakan pembangunan
‘BAIT SUCI’ oleh Yesus melalui ROH KUDUS!
Umat Advent, walaupun belum sempurna pada dewasa ini,
mempunyai kesempatan pertama untuk dibangun oleh Yesus. Itulah sebabnya
disampaikan pekabaran kepada sidang Laodikea. Tetapi yang tidak menghiraukan
seruan dari Saksi Yang Setiawan berada di dalam bahaya besar untuk diludahkan
dari mulutNya! Kita dapat berkata bahwa umat Advent mempunyai kesempatan yang
pertama untuk dibangun oleh Kristus karena kelompok orang suci yang diberi nama
144.000 (Wah. 14:1-5) adalah orang-orang yang telah menerima pekabaran tiga
malaikat dan pekabaran inilah yang menghasilkan 144.000 itu! Tetapi ingat!
Alkitab maupun ROH NUBUAT telah mengamarkan kita bahwa banyak di antara
orang-orang Advent yang akan gugur! Yang tidak memusatkan pandangan kepada
Yesus akan jatuh. Yang tidak makan Manna yang turun dari surga tidak akan masuk
Kanaan! Firman Allah harus ditelaah dengan teliti dan didoakan agar dapat hidup
di dalam diri kita!
Wahyu 7:4-8 berkata: “Dan aku mendengar jumlah mereka yang dimeteraikan
itu: seratus empat puluh empat ribu yang telah dimeteraikan dari semua suku
keturunan Israel.
Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan,
Dari suku Yehuda dua belas ribu yang dimeteraikan,
dari suku Ruben dua belas ribu,
dari suku Naftali dua belas ribu,
dari suku Lewi dua belas ribu,
dari suku Yusuf dua belas ribu,
dari suku Benyamin dua belas ribu.”
Telah timbul banyak tafsiran mengenai kelompok yang
dimeteraikan yang dikatakan “berjumlah” 144.000 itu. Tidak semua detail yang
terdapat di dalam tulisan-tulisan Alkitab akan kita mengerti. Sebagian tulisan
Alkitab tetap akan merupakan rahasia bagi kita. Tetapi walaupun tidak
seluruhnya dapat kita mengerti dan kita jelaskan, Tuhan telah mengatur sehingga
barangsiapa yang sungguh-sungguh mencari Dia dan ingin mengasihi Dia, diberi
arah secukupnya untuk dapat memahami tulisan Alkitab yang diperlukan untuk
pembangunan iman dan tabiat kita. Alkitab tidak ditulis untuk diperdebatkan
atau untuk pegelaran keahlian serta kecerdasan kita. Memang kita masih belum
bebas dari kecenderungan-kecenderungan untuk membesarkan dan menonjolkan diri
kita, tetapi justru karena kita masih diperhambakan oleh kelemahan kita ini,
kita harus mempergiat penyelidikan Alkitab agar dengan kuasa RohNya kita boleh
mencapai “tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.” (Ef.
4:13). Hal ini memakan waktu, tetapi walaupun seluruh umur hidup kita
diperlukan untuk perkembangan tabiat kita tersebut, hal itu akan dicapai, kalau
tidak, gagallah seluruh rencana Kristus yang telah dibuat sejak dunia
dijadikan! Ia telah menciptakan manusia dalam keadaan sempurna tanpa cacat.
Tetapi manusia yang sempurna itu telah jatuh. Melalui kematian dan
kebangkitanNya, Ia akan membuktikan bahwa Ia dapat memulihkan manusia itu
kembali kepada keadaannya yang semula sebelum kedatanganNya. Itulah
sebabnya pada waktu Ia meninggalkan bilik yang mahasuci setelah membersihkan
dosa dari kaabah yang di surga, titah dikeluarkan supaya yang kudus dan benar
bertambah-tambah di dalam kekudusan dan kebenaran. Itulah lukisan dari 144.000
itu; yaitu Yerusalem dan Bait Allah yang sudah selesai dibangun oleh Kristus!
Mengapa disebut seratus empat puluh empat ribu, yang
dalam tulisan aslinya, menurut para penyelidik, ditulis demikian: 144 ribu
dengan angka dan huruf. Belum ada jawaban yang 100% memuaskan semua; tetapi ada
beberapa petunjuk yang pasti tidak membawa kita ke arah yang salah. Kita harus
membandingkan 144 ribu itu dengan Yerusalem Baru yang di surga.
144 Ribu
|
Yerusalem Baru
|
1.
Menurut
hukum-hukum Allah, tidak bercela dan bebas dusta (Wah. 14:12, 5)
|
1.
PengantinNya
memakai kain lenan halus berkilauan dan putih bersih (Wah. 19:7-8)
|
2.
Semua
suku keturunan Israel (Wah. 7:4-8)
|
2.
Nama
kedua belas suku Israel (21:12)
|
3.
Dibangun
di atas dasar para rasul menjadi Bait Allah yang kudus (Ef. 2:20)
|
3.
Dibangun
atas dasar 12 batu tertulis kedua belas rasul Anak Domba (21:14)
|
4.
Tiap
suku 12.000 (Wah. 7:4-8)
|
4.
Ukuran
kota 12.000 mil (21:16)
|
5.
Jumlah
yang dimeteraikan 144 ribu (Wah. 7)
|
5.
Ukuran
tembok 144 hasta
|
Menurut Alkitab ukuran Yerusalem Baru 12.000 mil,
panjangnya dan lebarnya sama. Wahyu 21:16. Menurut Roh Nubuat, 144 ribu itu
berdiri membentuk segi empat, lebar dan panjangnya sama. Lihat EW 16, 288; 1 T
61. Pembentukan 144.000 merupakan pekerjaan Yesus yang terakhir sebelum Ia
datang kembali ke dunia ini.
Disadur ulang dari seri pelajaran Alkitab
& Roh Nubuat oleh Gito Siswoyo Kadarman (Sie Tiong Gie) alm. – Arief
Margono, Sabat, 15 Mei 1982
Diketik oleh Monik Amelia, November 2007 –
Florida, USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar