Sabtu, 06 Februari 2010
SN. 13 SABAT ATAU MINGGU
Salah satu masalah dalam kehidupan manusia yang berbakti kepada Allah, yaitu bahwa sementara mereka yakin ada satu hari perbaktian, sebagai satu hari yang suci, tetapi oleh karena perubahan-perubahan masa dan situasi maka mereka tidak lagi menghiraukan hari itu.
Ada orang berpendapat bahwa tidaklah penting memelihara satu hari tertentu sebagai hari suci, karena mereka beranggapan tiap hari itu sama adanya. Ada lagi yang menyatakan bahwa manusia dapat menyucikan tiap hari atau menurut hari yang disukainya.
Dalam pelajaran terdahulu, kita telah ketahui dengan pasti bahwa hari yang disucikan menurut perintah Allah sebagai hari kebaktian bagi umat-Nya, telah ditentukan yaitu "hari yang ketujuh", hari Sabtu dan bukan hari yang lain, atau pun hari Minggu yang kini dihormati oleh kebanyakan orang Kristen. Jika demikian mengapakah bagian terbesar orang berbakti pada hari Minggu dan bukan pada hari Sabat, hari yang ketujuh? Bagaimanakah perubahan itu terjadi?
1. USAHA UNTUK MERUSAK PEMERINTAHAN ALLAH
Dari mula pertama Setan dengan segala kekuatannya telah berusaha untuk meruntuhkan pemerintahan Allah. Sasaran utama dalam melancarkan kejahatannya itu, ialah menghancurkan Sepuluh Hukum Allah yang menjadi dasar pemerintahan Allah sebagai tugu-tugu kebenaran moral. Hari Sabat, yang tercantum dalam Hukum keempat, sebagai tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, Khalik yang menjadikan langit dan bumi dan segala isinya menjadi tujuan serangan Setan yang terutama. Mengenai serangan ini telah dinubuatkan dengan jelas dalam Kitab Suci:
"la akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan Hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa." Daniel 7:25.
Jelas disini bahwa sadar atau tidak sadar, manusia akan bekerja sama dengan rencana Setan ini untuk "mengubahkan segala masa dan Hukum". Apabila manusia di dunia ini berhasil dipengaruhi untuk tidak menyucikan hari Sabat, atau mengalihkan perhatian kepada hari yang lain, maka hal itu berarti suatu kemenangan pihak Setan, karena manusia tidak lagi merayakan hari Sabat yaitu hari ketujuh yang menjadi tanda peringatan bahwa Allah Yang Mahakuasa adalah Khalik semesta alam. Adalah tujuan Setan pula agar manusia tidak mengakui Allah sebagai pencipta dunia ini, karena Setan sejak terjadi pemberontakannya yang gagal di surga, mempunyai niat untuk merampas kekuasaan Allah.
“Engkau yang tadinya berkata dalam ha-timu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk diatas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, hendak menyamai Yang Mahatinggi!" Yesaya l4:13,14.
2. BAGAIMANAKAH DENGAN HARI MINGGU?
Jika demikian kita bertanya, mengapakah hari Minggu dijadikan hari kebaktian oleh mayoritas umat Kristen? Juga diakui oleh banyak negara di dunia bahwa hari Minggu bukan sebagai hari kerja resmi? Adakah alasan dari Kitab Suci yang mengatakan bahwa hari Minggu telah menggantikan hari Sabtu, yaitu hari Sabat, hari yang ketujuh? Dalam seluruh Kitab Suci, tidak terdapat satu ayat pun yang mengatakan bahwa hari Minggu sebagai hari yang menggantikan Sabat. Alasan yang dikemukakan orang ialah dari tafsiran mereka sendiri, yaitu karena hari kebangkitan Yesus Kristus, yang mana alasan itu tidak mempunyai dasar Kitab Suci! Hanya ada delapan ayat di dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, yang menyebut tentang hari pertama yaitu Minggu, tetapi tidak ada satu pun dari ayat-ayat ini yang menyatakan bahwa hari Minggu sebagai hari yang harus disucikan sebagai hari Sabat dalam hukum keempat dari Sepuluh Hukum Allah. Sejarah gereja dengan jelas menyatakan bahwa hari Sabat telah dipelihara dan dirayakan oleh umat Kristen beberapa abad lamanya setelah Yesus Kristus diangkat ke surga. Menurut dugaan rupanya pada pertengahan abad kedua, mulai timbul suatu perayaan yang dikenal sebagai "festival kebangkitan" yang dilakukan pada hari pertama yaitu hari Minggu. Di samping itu, memang ada kebiasaan pula di kalangan orang ketika sebelum menjadi Kristen merayakan hari-hari tertentu untuk penyembahan dewa-dewa di antaranya dewa matahari. Sebagaimana kita ketahui nama hari sepanjang minggu itu berasal dari nama dewa-dewa, dan hari Minggu itu adalah berasal dari nama dewa matahari, (Sun-day). Kepada bangsa Israel dulu kala, Allah telah melarang mereka untuk melakukan penyembahan matahari.
"Dan juga supaya jangan engkau mengarahkan matamu ke langit, sehingga apabila engkau melihat matahari, bulan dan bintang, segenap tentara langit, engkau disesatkan untuk sujud menyembah dan beribadah kepada sekalian-nya itu, yang justru diberikan TUHAN, Allahmu, kepada segala bangsa di seluruh kolong langit sebagai bagian mereka."
"Dan yang pergi beribadah kepada Allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu." Ulangan 4:19, 17:3.
Sejarah menyatakan lebih lanjut bahwa baru pada tahun 321 M. dikeluarkan satu perintah oleh Kaisar Roma Konstantine, supaya di seluruh kerajaan Roma hari Minggu harus dirayakan sebagai hari raya nasional. Semua kantor-kantor harus ditutup. Dengan dekrit ini, Konstantine menyatakan bahwa perayaan hari Minggu itu adalah menghormati "matahari" dengan latar belakang pengertian bahwa hari Minggu itu adalah hari raya penyembahan dewa Matahari yang biasa dilakukan orang pada waktu itu. Bacalah penjelasan ini dalam buku-buku Ensiklopedia dan buku-buku sejarah! Pada tahun 364 M. tatkala diadakan konsili di Laodikia, gereja telah mengambil keputusan bahwa hari Sabat harus diganti dengan hari Minggu. Mulai waktu itu terjadilah suatu kerja sama antara gereja dan pemerintahan dalam hal penetapan hari Minggu dengan alasan untuk merayakan hari kebangkitan Kristus, dan meninggalkan hari Sabat hukum keempat dari Sepuluh Hukum Allah. Walaupun sudah menjadi keputusan konsili dan diperbuat oleh peraturan pemerintah waktu itu, masih banyak juga orang yang tidak mau melaksanakan penyucian hari Minggu itu, melainkan tetap menyucikan hari Sabat. Dikatakan pula bahwa mulailah timbul tekanan-tekanan dari pihak gereja dan pemerintah, sehingga mereka yang menyucikan Sabat mulai ikut merayakan hari Minggu yaitu merayakan dua hari itu, tetapi lama-kelamaan hari Sabat pun ditinggalkan pula. Apalagi dalam zaman kita ini banyak orang tidak mempedulikan lagi tentang kebenaran Sabat. Jika saudara bicarakan hal hari Sabat kepada seseorang mungkin ia akan menjawab, "Ah, sama saja!" Mereka tidak menyadari bahwa tujuan utama menyucikan Sabat, sesuai dengan maksud Allah adalah tanda menyembah Allah Khalik yang telah menciptakan semesta alam. Lebih jauh lagi mereka tidak menyadari pula bahwa dengan merayakan hari Minggu, berarti mereka sedang mengikuti peraturan manusia! Kepada mereka itu, sama dengan kepada orang Farisi dan Yahudi di zaman dulu, Yesus berkata:
"Tetapi jawab Yesus kepada mereka: Mengapa kamu pun melanggar perintah Allah demi adat istiadat nenek moyangmu? Hai orang-orang munafik! Benarlah nubuat Yesaya tentang kamu: Bangsa ini memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya jauh daripada-Ku. Percuma mereka beribadah kepada-Ku, sedangkan ajaran yang mereka ajarkan ialah perintah manusia. "Matius 15: 3,7-9. 3.
3. MERONGRONG GEREJA ALLAH YANG BENAR
Tetapi saudara bertanya, "Bagaimanakah sehingga gereja dapat mengubahkan hukum Allah itu? Kalau gereja yang berbuat demikian bukankah gereja itu telah melakukan suatu kesalahan?" atau "Bukankah mayoritas manusia melaksanakan perayaan hari Minggu dan bukan hari Sabtu? Apakah mayoritas itu salah?" Di sinilah letak kebijaksanaan untuk mentaati kebenaran! Firman Allah itulah kebenaran adanya. Jika ternyata mayoritas tidak mengikuti firman Allah maka mayoritas itu tidak dapat dibenarkan! Karena ada tersurat:
"Carilah pengajaran dan kesaksian!" Siapa yang tidak berbicara sesuai dengan perkataan itu, maka baginya tidak terbit fajar." Yesaya 8:20.
Kita tidak perlu heran jika ada pemimpin-pemimpin gereja pun atau kekuasaan gereja melaksanakan tindakan-tindakan pengubahan peraturan-peraturan Allah dalam Kitab Suci, karena peristiwa serupa itu sering terjadi pada zaman dulu sehingga Allah harus membuka kedok imam-imam itu, dengan firman sebagai berikut:
"Imam-imamnya memperkosa Hukum Taurat-Ku dan menajiskan hal-hal yang kudus bagi-Ku, mereka tidak membedakan antara yang kudus dengan yang tidak kudus, tidak mengajarkan perbedaan yang najis dengan yang tahir, mereka menutup mata terhadap hari-hari Sabat-Ku. Demikianlah Aku dinajiskan di tengah-tengah mereka." Yehezkiel 22:26.
Bukan sampai di situ saja, tetapi telah dinubuatkan pula, bahwa tindakan lebih jauh akan dilakukan pula yaitu menyerang dan menganiaya umat Allah yang memelihara hukum Allah.
"Maka marahlah naga itu kepada perempuan itu, lalu pergi memerangi keturunannya yang lain, yang menuruti Hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus." Wahyu 12:17.
Sejarah menjelaskan tentang satu masa yang disebut "Abad kegelapan" yang berlangsung selama 1260 tahun di mana umat Allah telah dianiaya dan banyak yang mati dibunuh karena mempertahankan kebenaran dan Hukum Allah. Hal ini telah dinyatakan di dalam nubuatan:
"Dan mereka mengalahkan dia oleh darah Anak Domba, dan oleh perkataan kesaksian mereka. Karena mereka tidak mengasihi nyawa mereka sampai ke dalam maut." Wahyu 12:11.
Setelah berakhir masa "Abad kegelapan" itu timbullah reformasi. Banyak orang mulai menyelidiki Kitab Suci lagi, dan reformis-reformis gereja, mulai meninggikan kebenaran Kitab Suci dan Hukum-hukum Allah dipelajari. Lambat-laun kebenaran tentang hari Sabat ditinggikan pula terutama pada akhir Zaman ini.
4. PENGAKUAN TENTANG PERUBAHAN HARI SABAT
Untuk dapat diketahui dengan lebih jelas tentang proses dilakukannya perubahan hari Sabat kepada hari Minggu, kita perhatikan beberapa pengakuan yang dikemukakan dalam tulisan-tulisan sebagai berikut:
"Memang pernah ada dan tetap ada hukum untuk menyucikan hari Sabat, tetapi hari Sabat itu bukanlah hari Minggu....Dikatakan bahwa oleh karena beberapa tanda kemenangan, maka Sabat itu telah dipindahkan dan hari ketujuh kepada hari yang pertama....Di manakah kita bisa mendapat catatan tentang transaksi pemindahan ini? Tidak ada di dalam Perjanjian Baru - sama sekali tidak. Tidak ada bukti Kitab Suci tentang perubahan lembaga Sabat itu dari yang ketujuh kepada yang pertama dalam Minggu." - Dr. Edward T. Hiscox, The Baptist Manual, November 13, 1893.
"Di manakah di dalam Alkitab yang menyatakan bahwa kita harus menyucikan hari yang pertama? Kepada kita diperintahkan supaya menyucikan hari ketujuh: tetapi kita tidak diperintahkan menyucikan hari pertama....Sebabnya mengapa kita menyucikan hari pertama dalam minggu sebagai hari suci dan bukan hari ketujuh ialah karena alasan yang sama dengan perayaan-perayaan lain yang kita lakukan, bukan karena ada di dalam Kitab Suci, tetapi karena kesukaan gereja itu sendiri." - Isaac Williams D. D., Gereja Inggris, "Plain Sermons on the Cathecism."
"Tanya: Hari yang manakah Sabat itu?
Jawab: Sabtu adalah hari Sabat.
Tanya: Mengapa kita merayakan hari Minggu dan bukan hari Sabtu?
Jawab: Kita merayakan hari Minggu gantinya hari Sabtu sebab Gereja Katolik. dalam konsili di Laodikia (A. D. 336) telah memindahkan penyucian hari Sabtu kepada hari Minggu." Rev. Pieter Geirman, The Convert's Catechism of Catholic Doctrine.
"Anda boleh membaca Kitab Suci dari Kejadian sampai Wahyu, dan Anda tidak akan menemukan satu baris pun yang memberikan perintah untuk menyucikan hari Minggu. Kitab Suci menguatkan perbaktian keagamaan pada hari Sabtu, yaitu satu hari yang kami (umat Katolik) tidak pernah menyucikannya." - Cardinal James Gibbons, Kardinal Gereja Roma Katolik, The Faith of Our Fathers.
5. PANGGILAN ALLAH SUPAYA KEMBALI KEPADA SABAT
Kitab Suci menyatakan bahwa Allah tidak akan membiarkan manusia terus-menerus menginjak-injak hukum Allah dan Hukum hari Sabat-Nya. Allah telah mengatakan hukuman terhadap mereka yang tidak menghiraukan penyucian hari yang ketujuh itu sebagaimana yang tertulis dalam ayat berikut:
"Dan seorang malaikat lain, malaikat ketiga, menyusul mereka, dan berkata dengan suara nyaring: “Jika seorang menyembah binatang dan patungnya itu, dan menerima tanda pada dahinya atau pada tangannya, maka ia akan minum dari anggur murka Allah, yang disediakan tanpa campuran dalam cawan murka-Nya; dan ia akan disiksa dengan api dan belerang di depan mata malaikat malaikat kudus dan di depan mata Anak Domba. Maka asap api yang menyiksa mereka itu naik ke atas sampai selama-lamanya, dan siang malam mereka tidak henti-hentinya disiksa, yaitu mereka yang menyembah binatang serta patungnya itu, dan barangsiapa yang telah menerima tanda namanya. Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus Wahyu 14:9-12.
Dalam zaman kita ini seruan Allah sedang ditujukan kepada kita agar kita kembali kepada Allah, oleh menurut hukum-hukum-Nya dan berbakti pada hari Sabat, yaitu hari yang telah disucikan Allah sebagai tanda bahwa Allah adalah Khalik yang telah menciptakan semesta alam sekalian. Seruan itu dinyatakan dengan nyaring dan dengan beberapa perjanjian kepada mereka yang mendengar panggilan-Nya dan menurut perintah-Nya:
"Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umat-Ku pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa mereka!... Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari kudus-Ku; apabila engkau menyebutkan hari Sabat "hari kenikmatan", dan hari kudus TUHAN "hari yang mulia"; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong-kosong, maka engkau akan bersenang-senang karena TUHAN,..." Yesaya 58:1-14.
Maukah saudara mendengar panggilan Allah untuk kembali kepada penuntun yang benar yaitu menyucikan hari Sabat-Nya? Maukah saudara mentaati firman Allah dan menerima berkat yang limpah dalam hidup saudara yang Allah telah sediakan?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar