Prinsip yang Menentukan Dalam
Memilih Tempat
Dalam memilih sebuah rumah, Allah
kehendaki supaya mempertimbangkan yang pertama segala pengaruh moral dan
keagamaan, yang akan mengelilingi kita dan anggota-anggota keluarga kita. 1
Kita harus memilih masyarakat
yang paling menyenangkan yang menunjang perkembangan kerohanian kita, dan
mengambil keuntungan dari segala bantuan yang dapat kita peroleh; karena Setan
akan mengadakan rintangan untuk menentang, dan mempersulit kemajuan kita menuju
kerajaan sorga. Mungkin dia menempatkan kita pada tempat yang sukar, karena
banyak orang tidak mendapat yang layak sebagaimana mereka kehendaki; tetapi
seharusnya janganlah kita rela merendahkan diri kita terhadap pengaruh-pengaruh
yang tidak baik untuk pembangunan tabiat Kristen. Apabila tugas memanggil kita
melakukan yang demikian, kita harus berdoa dan berjaga dengan sungguh-sungguh,
supaya melalui rakhmat Kristus, kita boleh berdiri dengan tidak dicemarkan. 2
Injil itu . . . mengajar kita
supaya mempertimbangkan segala perkara atas nilai yang benar, dan memberikan
usaha yang paling banyak kepada segala perkara yang paling tinggi harganya,
yaitu perkara-perkara yang tahan lama dan kekal. Pelajaran ini diperlukan oleh
orang-orang atas siapa terletak kewajiban untuk memilih suatu tempat tinggal.
Janganlah membiarkan diri mereka menyimpang dari tujuan yang tertinggi . . . .
Sementara letak sebuah rumah
sedang dicari, biarlah tujuan ini menuntun pilihan itu. Jangan dikendalikan
oleh keinginan untuk beroleh kekayaan, tuntutan zaman, atau adat-istiadat
masyarakat. Pertimbangkanlah apa yang paling menjurus kepada kesederhanaan,
kesucian, kesehatan, dan nilai yang benar . . . .
Gantinya bertempat tinggal di
mana hanya perbuatan tangan manusia yang dapat dilihat, pemandangan dan bunyi
suara hanya membujuk supaya berbuat kejahatan, di mana terdapat keributan,
kekacauan yang mendatangkan kepenatan dan kecemasan, pergilah ke suatu tempat
di mana kamu dapat memandang perbuatan tangan Allah. Carilah ketenangan roh
dalam keteduhan dan keindahan serta damai dalam alam kejadian. Biarlah matamu
diarahkan kepada padang rumput yang menghijau, hutan yang rimbun, dan
bukit-bukit. Pandanglah kepada langit yang biru, yang belum tercemar oleh
polusi asap dan debu perkotaan, serta bernafaskan hawa udara sorga yang
menyegarkan. 3
Rumah Tangga yang Pertama Suatu
Teladan
Tempat kediaman leluhur kita yang
pertama haruslah menjadi teladan bagi tempat-tempat kediaman yang lain kalau
anak-anak mereka kelak pergi keluar untuk menduduki bumi. Tempat kediaman
tersebut dijadikan tangan Allah sendiri indah, bukanlah satu istana yang mulia.
Manusia dalam kesombongannya bergemar bangunan-bangunan megah dan mahal
harganya, dan suka dimuliakan oleh hasil pekerjaan tangannya sendiri; tetapi
Allah menempatkan Adam dalam satu taman. Inilah tempat kediamannya. Langit yang
biru menjadi lingkungan yang menaungi; bumi yang dihias oleh kembang-kembang
halus dan rerumputan yang menghijau yang menjadi permadani lantainya;
Pohon-pohon yang dipenuhi dengan daun-daun yang indah-indah adalah lotengnya.
Dindingnya dihiasi dengan perhiasan-perhiasan yang bergantungan, yaitu
perbuatan tangan Seniman Lukis yang Agung itu. Suami istri itu dikelilingi
suasana damai dan suci yang menjadi suatu pelajaran untuk sepanjang masa, karena
kebahagiaan yang benar bukan terdapat dalam pemanjaan kesombongan dan
kemewahan, melainkan dalam hubungan yang erat dengan Allah oleh perantaraan
perbuatan ciptaanNya. Kalau saja manusia mau mengurangi perhatiannya kepada
perkara-perkara buatan tangan, dan suka mempertumbuhkan kesederhanaan yang
lebih besar, mereka akan datang lebih dekat lagi kepada pelaksanaan maksud
Allah dalam menciptakan mereka. Kesombongan dan cita-cita yang tinggi tidak
pernah dipuaskan, tetapi orang-orang yang bijaksana dan sungguh-sungguh akan
mendapat kesenangan yang besar dari sumber-sumber yang ditentukan Allah untuk
dapat diraih oleh semua orang. 4
Pilihan Allah Untuk Kediaman
AnakNya Di Bumi
Yesus turun ke bumi ini untuk
melaksanakan suatu pekerjaan yang terbesar yang pernah dilaksanakan di antara
manusia. Ia datang sebagai duta Allah, untuk menunjukkan kepada kita bagaimana
cara kehidupan supaya memperoleh hasil-hasil yang gemilang dalam hidup. Kondisi
yang bagaimanakah yang telah dipilih oleh Bapa Yang Kekal itu untuk AnakNya?
Sebuah kampung yang sunyi di bukit-bukit Galilea; suatu rumah tangga yang
dipelihara dengan kejujuran penghargaan diri; suatu kehidupan yang sederhana;
bergumul setiap hari dengan kesukaran dan kesulitan; pengorbanan diri,
penghematan, pelayanan yang sabar dan sukarela; menghemat; menggunakan waktu
belajar bersama ibuNya, dengan membuka tulisan-tulisan Alkitab yang dalam
gulungan; dalam keteduhan fajar di lembah yang hijau; membayangkan tugas suci
dalam alam kejadian, mempelajari alam kejadian dan pemeliharaan Allah; dan
perhubungan jiwa dengan Allah, inilah kondisi atau keadaan dan segala
kesempatan bagi Yesus ketika masih muda. 5
Rumah-rumah Pedesaan Di Dalam
Tanah Perjanjian
Dalam Tanah Perjanjian disiplin
telah dimulai di padang gurun itu diteruskan di bawah keadaan yang sangat baik
untuk pembangunan adat kebiasaan yang benar. Orang banyak tidak dikumpulkan
berdesak-desakan di dalam kota-kota, melainkan tiap-tiap keluarga mempunyai
milik tanah, menjamin kepada semua orang berkat-berkat yang memberikan
kesehatan dari kehidupan yang sewajarnya dan tidak dikacaukan. 6
Pengaruh Tempat Tinggal Kepada
Tabiat Yohanes
Yohanes Pembaptis seorang pembuka
jalan bagi Kristus,menerima pendidikannya yang pertama dari ibu bapanya.
Sebagian besar kehidupannya dihabiskan di padang belantara . . . . Adalah
pilihannya untuk melakukan segala kegemarannya dan kemewahan hidup kota
mendisiplin dengan keras di padang belantara.
Di tempat inilah dia dikelilingi
suasana yang menyenangkan membentuk kebiasaan kesederhanaan dan penyangkalan
diri. Tanpa diganggu oleh keributan dunia ini, di sana dia dapat menyelidik
segala pelajaran alam kejadian, kenyataan ilham, dan pemeliharaan Allah . . . .
Sejak masa anak-anak selalu diingatkan kepadanya tentang tugasnya, dan dia
menerima tugas suci itu. Kesunyian padang gurun itu baginya adalah suatu
kelepasan yang disambut dengan senang hati, di mana alam masyarakat merasa
curiga, tidak mau percaya, dan percabulan merajalela. Dia tidak percaya kepada
kuasanya sendiri untuk melawan penggodaan dan jerat pertemuan sehingga ia
menjauhkan diri agar tidak tenggelam dalam dosa itu. 7
Orang-orang Berjasa Lainnya
Dipelihara Di Pedesaan
Demikianlah keadaannya dengan
semua orang besar yang paling mulia dari segala zaman. Bacalah hikayat Abraham,
Yakobus, dan Yusuf; hikayat Musa, Daud, dan Elisa. Pelajarilah kehidupan
orang-orang yang datang kemudian, yang telah menduduki jabatan yang
dipercayakan dan pertanggungjawabkan.
Berapa banyak dari antara mereka
ini yang dibesarkan di pedesaan. Mereka tidak mengenal kemewahan pada masa muda
mereka. Mereka telah menghabiskan masa mudanya tanpa mengenal kepelisiran.
Banyak dari antara mereka yang berjuang dengan kemiskinan dan kesukaran. Mereka
belajar bekerja sejak masih anak-anak dan hidup mereka selalu bergiat dalam
udara terbuka yang menjadikan kekuatan dan kelincahan terhadap semua kuasa
tubuhnya. Dipaksa bersandar atas akalnya sendiri, mereka belajar untuk
menanggulangi segala kesukaran dan mengatasi segala rintangan, lalu mereka
memperoleh keberanian hati dan kekuatan untuk bertahan. Mereka telah
mempelajari kepercayaan atas diri sendiri dan pengendalian diri. Terlindung
dalam lingkungan besar daripada teman-teman yang jahat, mereka merasa puas
dengan kegemaran sewajarnya serta sahabat-sahabat yang baik. Mereka sederhana
dalam penggunaan selera serta bertarak dalam tingkah lakunya. Mereka
diperintahkan oleh prinsip, maka mereka diperbesarkan murni, kuat dan setiawan.
Apabila mereka dipanggil dalam tugas kehidupan, mereka telah membawa kuasa
mental dan kekuatan tubuh, kegembiraan yang bersemangat, kesanggupan untuk
merencanakan dan melaksanakannya, dan ketetapan melawan kejahatan yang
menjadikan mereka mempunyai kuasa yang positip demi kebaikan dalam dunia ini. 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar