Kamis, 11 Juni 2015

56. PERCERAIAN

PERCERAIAN

Perkawinan Adalah Suatu Perjanjian Seumur Hidup

Di dalam pikiran orang muda, perkawinan itu diselubungi dengan perbuatan romantis dan sulit untuk membuang anggapan yang demikian, terselubung dalam angan-angan yang begitu, dan pikiran diberi kesan dengan tanggung jawab yang begitu berat yang tercakup dalam sumpah perkawinan. Sumpah perkawinan ini mengikat kedua oknum itu dalam satu nasib, yaitu ikatan yang tidak dapat dilepaskan oleh tangan siapapun kecuali oleh kematian. 1

Yesus Memperbaiki Pengertian yang Salah Mengenai Perkawinan

Bagi orang Yahudi seorang pria diijinkan untuk meninggalkan istrinya karena pelanggaran yang sepele saja, dan wanita itu bebas untuk kawin kembali. Kebiasaan ini membawa kepada kesalahan dan dosa yang besar. Pada waktu Yesus berkhotbah di atas Gunung, mengatakan dengan tegas bahwa perkawinan itu tidak dapat diputuskan oleh sesuatu apapun kecuali karena tidak setia pada sumpah (janji) perkawinan. “Barangsiapa,” kataNya, “yang menceraikan istrinya, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah; dan barangsiapa kawin dengan perempuan yang diceraikan suaminya, ia berbuat zinah.”
Ketika orang-orang Farisi mengajukan pertanyaan kepadaNya mengenai undang-undang perceraian, Yesus mengarahkan para pendengarNya kembali kepada lembaga perkawinan sebagaimana yang diurapi pada waktu permulaan dunia dijadikan. “Oleh sebab keras hatimu Musa meluluskan kamu menceraikan istrimu; tetapi pada mulanya bukan demikian.” Ia tujukan pikiran mereka kepada hari-hari bahagia di Eden, ketika Allah mengumumkan segala perkara “Sungguh amat baiklah” Di sinilah perkawinan dan hari Sabat itu dimulai, kedua lembaga yang kembar itu diberikan untuk menjadi kemuliaan Allah dan berfaedah (keuntungan) bagi manusia. Kemudian, sementara Khalik memegang kedua tangan sejoli yang suci itu Ia berkata, “Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan istrinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” Ia menegaskan tentang undang-undang perkawinan bagi semua anak Adam pada akhir zaman ini. Apa yang telah diumumkan oleh Allah Bapa yang kekal itu, ialah menjadi undang-undang berkat tertinggi dan demi perkembangan bagi manusia. 3
Yesus telah datang ke dunia kita ini untuk memperbaiki kesalahan dan untuk memulihkan peta Allah itu di dalam manusia. Perasaan-perasaan yang salah mengenai perkawinan telah mendapat tempat di dalam pikiran guru-guru bangsa Israel. Mereka telah menganggap remeh tentang kesucian lembaga perkawinan itu. Seorang suami yang keras hati dengan mudah saja mengadakan alasan yang biasa supaya dapat menceraikan istrinya, atau kalau dia mau pilih, ia pisahkan istrinya dari anak-anaknya dan mengusir dia supaya pergi. Hal yang demikian dirasa sebagai suatu penghinaan dan sering disertai dengan penderitaan yang pahit pada pihak yang disingkirkan.
Kristus telah datang untuk memperbaiki kejahatan-kejahatan ini, dan mujizatNya yang pertama telah diadakan pada peristiwa pesta perkawinan. Itulah sebabnya Ia mengumumkan kepada dunia bahwa perkawinan itu bila dipelihara kesuciannya adalah suatu lembaga yang kudus. 4

Nasihat Kepada Seorang yang Merenungkan Perceraian

Pendapatmu mengenai hubungan perkawinan sudah sangat salah. Tidak ada sesuatu kecuali perzinahan dalam perkawinan yang dapat merombak janji nikah itu. Kita sedang hidup dalam saat-saat yang berbahaya, apabila tidak ada jaminan di dalam hal apapun, kecuali di dalam iman yang teguh kepada Yesus Kristus. Tidak ada hati yang tidak dapat ditarik daripada Allah oleh tipuan setan, kalau orang itu tidak berjaga-jaga dalam permintaan doa.
Kesehatanmu akan jauh lebih baik keadaannya, kalau pikiranmu dapat tenang dalam damai; tetapi pikiran akan kacau dan tidak seimbang, kalau alasanmu melakukan perceraian tidak diperbaiki. Pandanganmu itu tidak dapat dipertahankan dari dasar manapun datangnya alasan itu. Manusia tidak boleh bebas membuat sesuatu standar hukum dari dirinya sendiri, sehingga menyingkirkan hukum Allah demi mengikuti kemauannya. Mereka harus tunduk kepada standar moral Allah yang agung itu yang menjadi standar kebenaran . . . .
Allah hanya memberikan satu-satunya alasan mengapa seorang istri harus meninggalkan suami, atau seorang suami harus juga meninggalkan istri, yaitu karena perzinahan. Biarlah dasar pertimbangan ini didoakan dengan sungguh-sungguh.5

Nasihat Kepada Suami Istri yang Berpisah

Saudara dan saudariku, pada suatu saat kamu belumlah dikatakan hidup bersama-sama. Sebenarnya kamu tidak boleh melakukan perbuatan ini kalau saja kamu berdua memupuk sifat kesabaran, manis budi, panjang sabar, yang seharusnya senantiasa ada di antara suami dan istri. Tak seorangpun di antara kamu masing-masing mau mengikuti kemauan dan pikiran serta rencana sendiri dengan tidak mempertimbangkan terlebih dahulu apakah yang menjadi akibatnya. Biarlah pengaruh Roh Allah yang lemah lembut dan yang menaklukkan itu bekerja di dalam hatimu dan melayakkan kamu untuk tugasmu dalam mendidik anak-anakmu . . . . Mintalah kepada Bapamu yang di sorga untuk menolong engkau sehingga tidak menyerah dalam penggodaan, tidak berbicara dengan kasar, menunjukkan sikap yang tidak senonoh terhadap satu dengan yang lain, yaitu suami terhadap istri dan istri kepada suami. Kamu berdua mempunyai tabiat yang tidak sempurna. Karena kamu belum berada di bawah pengawasan Allah, tingkah lakumu terhadap satu dengan yang lain tidak bijaksana.
Saya memohon kepadamu agar menyerahkan dirimu di bawah pengendalian Allah. Apabila tergoda untuk berkata yang menyakiti hati, tahanlah dirimu untuk tidak berkata sesuatu apapun. Kamu dapat digoda dalam hal ini oleh karena belum pernah mengalahkan tabiat yang buruk ini. Akan tetapi setiap kebiasaan yang salah patut dikalahkan. Adakanlah penyerahan yang sempurna kepada Allah. Jatuhkan dirimu di atas Batu itu, yaitu Yesus Kristus dan hancurkanlah dirimu. Sebagai suami dan istri, disiplinlah dirimu sendiri. Pergilah kepada Kristus untuk meminta pertolongan. Ia akan memberikan simpatiNya kepadamu dengan rela dan anugerahNya dengan percuma . . . .
Bertobatlah di hadapan Allah dari segala perbuatanmu di masa yang lalu. Tunjukkanlah saling pengertian, kembalilah bersatu sebagai suami dan istri. Buanglah segala pengalaman hidup yang tidak disukai dan yang tidak bahagia di masa yang lalu. Bersemangatlah di dalam Tuhan. Tutuplah jendela jiwa yang menuju kepada dunia dan bukalah kepada yang menuju sorga. Jikalau suaramu dinaikkan di dalam doa ke sorga untuk mencari terang, Tuhan Yesus sebagai terang dan kehidupan, damai dan kesukaan, akan mendengar suaramu. Ia adalah Matahari Kebenaran, akan bersinar ke dalam lubuk hatimu, menerangi kaabah jiwamu. Jikalau engkau menyambut terang hadiratNya ke dalam rumah tanggamu, engkau tidak akan mengucapkan kata yang menimbulkan perasaan yang tidak senang. 6

Kepada Seorang Istri yang Putus Asa Karena Salah Diperlakukan

Saya telah menerima suratmu dan untuk menjawabnya saya hendak katakan, bahwa saya tidak dapat menasihatkan engkau untuk kembali kepadanya kecuali engkau melihat perubahan yang benar di dalam dirinya. Tuhan tidak berkenan dengan pendapatnya di masa yang lalu terhadap seorang istri . . . . Jikalau ia tetap pada pendiriannya yang pertama itu, maka masa depan tidak akan menjadi lebih baik bagimu daripada masa lalu. Ia tidak mengetahui bagaimana caranya memperlakukan diri terhadap istri.
Saya merasa sedih dengan masalah ini. Saya merasa kasihan terhadap diri D. Tetapi saya tidak dapat menasihatkan engkau untuk kembali kepadanya jikalau melawan angan-angan hatimu. Saya berkata kepadamu sebagaimana saya telah berkata kepadanya; akan sangat berbahaya bagimu untuk menempatkan dirimu kembali kepada sifatnya yang suka mendikte itu. Saya sangat mengharapkan bahwa ia akan berubah . . . .
Tuhan mengerti segala pengalamanmu . . . . Tetapkanlah hatimu di dalam Tuhan; Ia tidak akan meninggalkan engkau atau tidak mengabaikan engkau. Hati saya turut merasa simpati bersama engkau. 7

Kepada Suami yang Ditinggalkan, “Pikullah Salibmu”

Saya tidak dapat melihat sesuatu yang dapat dilakukan dalam kasus ini, dan menurut pendapat saya bahwa satu-satunya hal yang dapat engkau lakukan ialah membiarkan istrimu. Jikalau ia telah mengambil keputusan untuk tidak hidup lagi bersama engkau, baik engkau maupun dia akan lebih buruk jika hendak mencoba untuk hidup bersama kembali. Sebagaimana ia telah bertekad untuk memikul hidup sendirian, maka engkau sebagai seorang laki-laki pikullah salibmu, dan tunjukkanlah dirimu sebagai seorang pria yang berpendirian. 8

Masih Suami Istri Pada Pemandangan Allah,
Walaupun Telah Bercerai

Seorang wanita boleh jadi secara syah telah bercerai dari suaminya menurut undang-undang negara, tetapi belum bercerai pada pemandangan Allah dan menurut undang-undang yang lebih tinggi. Hanya ada satu dosa, yaitu perzinahan, yang dapat menempatkan suami atau istri di dalam suatu posisi di mana mereka dapat bebas dari sumpah (janji) perkawinan pada pemandangan Allah. Walaupun undang-undang negara dapat mengabulkan perceraian, tetapi mereka masih juga suami istri di dalam terang Alkitab, menurut undang-undang Allah. Saya melihat bahwa Saudari . . . . ; tidak mempunyai hak untuk menikah dengan lelaki lain; tetapi jikalau dia, atau wanita lain, harus mendapat izin cerai secara syah karena suaminya telah berdosa dengan zinah barulah ia bebas untuk menikah kembali dengan siapa saja yang ia pilih. 9

Berpisah Dari Seorang Kawan yang Tidak Seiman

Kalau sang istri adalah seorang yang tidak beriman dan seorang penentang agama, maka menurut pandangan hukum Allah sang suami tidak boleh menyingkirkan dia dengan dasar itu saja. Agar sesuai dengan hukum Yehovah, ia (suami) harus tinggal bersama dia (istri) kecuali ia sendiri yang memilih untuk berpisah. Mungkin ia (suami) akan menderita banyak perlawanan, ditekan dan diganggu di dalam banyak hal; ia akan mendapat penghiburan, kekuatan dan pertolongan dari Allah, yang sanggup memberi kasih karunia bagi setiap keadaan darurat. Ia patutlah menjadi seorang pria yang berpikiran suci, berpendirian teguh, patuh pada prinsip, maka Allah akan memberikan kepadanya hikmat di dalam hal yang patut ia kejar. Dorongan hati tidak akan dapat mengendalikan pertimbangan, tetapi pertimbangan akan memegang garis pengendalian di dalam tangannya yang teguh, sehingga hawa nafsu itu dapat dikekang. 10

Seorang Istri Diajak Untuk Mengubah Pendirian,
Bukan Statusnya Perkawinan

Saya telah menerima sebuat surat dari suamimu. Saya patut mengatakan bahwa hanya satu perkara saja seorang suami boleh secara syah bercerai dari istrinya atau seorang istri dari suaminya ialah karena perzinahan.
Kalau pendirian (watak) mu tidak sesuai (cocok), bukankah tidak lebih baik demi kemuliaan Allah, engkau mengubah pendirianmu itu?
Seorang suami dan istri patutlah memupuk rasa hormat dan kasih sayang terhadap satu dengan yang lain. Patutlah mereka menjaga roh mereka, kata-kata dan tingkah laku agar tidak ada sesuatu yang dikatakan atau dilakukan yang mengganggu perasaan mereka. Masing-masing patut memperhatikan satu dengan yang lain, berusaha dengan seberapa dapat untuk menguatkan cinta kasih mereka secara timbal balik.
Saya beri dorongan kepada kamu berdua supaya mencari Tuhan. Di dalam cinta dan sikap manis budi, lakukanlah tugasmu terhadap satu dengan yang lain. Para suami patut memupuk kebiasaan yang rajin, berbuatlah seberapa banyak untuk membantu keluarganya. Hal ini akan menuntun istrinya untuk menghormati dia . . . .
Saudariku, engkau tidak dapat menyenangkan hati Allah dengan mempertahankan sikap yang ada sekarang ini. Ampunilah suamimu, ia adalah suamimu, dan engkau akan diberkati dalam usaha untuk menjadi seorang istri yang bertanggung jawab dan mencintainya. Biarlah hukum kelemahlembutan itu menghiasi kedua bibirmu. Engkau dapat dan harus mengubah sikapmu. 11
Kamu berdua haruslah belajar bagaimana caranya dapat menyesuaikan diri satu dengan yang lain, bukan berlawan-lawanan . . . . Dengan menggunakan metode yang lemah lembut akan menghasilkan suatu perbedaan yang mengagumkan di dalam kehidupanmu. 12

Perceraian Dan Keanggotaan Gereja

Mengenai perkaranya saudari A.G. yang terlukai, kita patut mengatakan sebagai jawaban pada pertanyaan . . . . bahwa sebagai suatu kasus dalam peristiwa bagi banyak orang yang telah jatuh dalam dosa, sebagai suaminya, mereka tidak begitu merasa akan kesalahan mereka. Tetapi ada beberapa yang telah diterima ke dalam Gereja, tetapi setelah mereka mendapat kepercayaan umat Allah oleh suatu pengakuan dan suatu masa pertobatan yang sungguh-sungguh. Kasus ini memberikan kesulitan bukan terdapat hanya pada beberapa orang saja dan kita hanya dapat menambahkan hal-hal sebagai berikut:
1.                   Di dalam kasus pelanggaran hukum ketujuh di mana pihak yang bersalah tidak menunjukkan pertobatan yang benar, jika pihak yang tidak bersalah (hanya mendapat sakit hati) boleh mendapat hak cerai tanpa menjadikan keadaannya dan anak-anaknya (kalau ada) lebih buruk dengan berbuat demikian, mereka harus dibiarkan bebas.
2.                   Kalau dengan bercerai ia hanya menempatkan dirinya dan anaknya pada keadaan yang lebih buruk, tidak ada tulisan Alkitab yang kita ketahui yang menyatakan bahwa tidak bersalah itu bersalah oleh tetap tinggal bersama-sama.
3.                   Waktu, pekerjaan, doa, kesabaran, iman dan kehidupan yang suci dapat mengadakan sesuatu perubahan. Untuk hidup dengan seorang yang telah melanggar janji pernikahan dan disalut dengan cinta yang telah bersalah yang mempermalukan, dan menyadari bahwa hal itu bukanlah sebagai penyakit kanker yang menggerogoti jiwa; namun suatu perceraian adalah suatu luka dalam hati seumur hidup. Allah mengasihi pihak yang tidak bersalah. Perkawinan harus dipertimbangkan dengan matang sebelum bersatu dalam janji pernikahan.

4.                   Mengapa! Aduh, Mengapa! Pria dan wanita yang boleh menjadi orang-orang terhormat, manusia yang baik, dan dapat mencapai sorga akhirnya menjual diri mereka kepada kejahatan dengan harga yang sangat murah, melukai hati teman hidupnya, memalukan nama keluarganya, membawa nama buruk kepada pekerjaan dan akhirnya masuk ke neraka? Allah itu mempunyai rakhmat! Mengapa mereka yang telah jatuh dalam kejahatan tidak mau menyatakan pertobatan setimpal dengan besarnya kejahatan mereka dan datang kepada Kristus untuk mendapat belas kasihan dan kesembuhan seberapa dapat, atas luka-luka yang mereka telah perbuat? 13

Tidak ada komentar:

Posting Komentar