MENGAJAR
ANAK-ANAK BAGAIMANA
MENCARI DAN
MENGGUNAKAN UANG
Ajarkan
Kebiasaan Hidup Sederhana
Dalam Kehidupan Sehari-hari
Para orang tua haruslah membesarkan, mendidik dan melatih anak-anak
dalam kebiasaan pengendalian dan penyangkalan diri. Di hadapan para orang tua
anak-anak itu harus menunaikan kewajibannya untuk menurut kepada firman Allah dan hidup dengan bertujuan untuk melayani Yesus
dalam hidupnya. Mereka wajib mengajarkan anak-anak mereka bahwa adalah perlu
untuk hidup dengan kebiasaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari serta
menghindarkan pakaian-pakaian yang mahal, rumah dan perabot-perabot yang
mahal-mahal. 1
Pada waktu masih muda, anak-anak sudah harus diajar untuk membaca,
menulis, memahami angka-angka, untuk mengurus perhitungan keuangan mereka
sendiri. Mereka dapat maju terus langkah demi langkah dalam pengetahuan ini.
Tetapi sebelum segala sesuatu itu diajarkan, haruslah mereka diajarkan lebih
dahulu bahwa takut akan Allah ialah permulaan segala hikmat. 2
Para
Pemuda Haruslah Menaruh Perhatian Tentang Keuangan Keluarga
Karena mempunyai pendapat yang salah tentang keuangan dan penggunaannya
maka pemuda-pemuda mudah sekali diserang pelbagai macam bahaya. Mereka tidak
boleh dibesarkan dan diberi kebebasan menggunakan uang yang seolah-olah ada
persediaan yang tidak habis-habisnya yang dapat mereka pakai untuk memuaskan
setiap keperluan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Uang itu haruslah
dianggap sebagai karunia yang dipercayakan kepada kita oleh Allah untuk
melakukan pekerjaanNya, membangun kerajaanNya dan para pemuda haruslah belajar
mengurangi keinginan-keinginan hati mereka. 3
Jangan terlalu banyak keinginanmu, khususnya kalau pendapatan sangat
terbatas untuk membiayai keperluan rumah tangga. Sesuaikanlah
keinginan-keinginanmu itu seimbang dengan penghasilan orang tuamu. Tuhan
mengetahui dan menghargai usaha-usahamu yang tidak mementingkan diri itu.
Setialah dalam segala sesuatu teristimewa dalam perkara kecilpun. Niscaya
engkau tidak akan berada dalam bahaya untuk melalaikan kewajiban-kewajiban yang
lebih besar. Firman Allah menandaskan demikian: “Siapa yang setia dengan perkara
yang terlebih kecil, ia setia juga dengan perkara yang besar. “ 4
Berikanlah
Pelajaran Tentang Nilai Uang
Uang yang datang kepada orang muda dengan hanya sedikit usaha pada pihak
mereka tidak akan ada nilainya. Ada orang yang terpaksa bekerja keras mencari
uang dan hidup melarat, tetapi ada lebih baik para pemuda itu mengetahui dari
mana datangnya uang yang mereka belanjakan itu, juga mengetahui berapa harganya
pakaian dan makanan yang mereka pakai, dan berapa besarnya biaya yang
diperlukan untuk membeli sebuah rumah!
Ada banyak cara bagaimana anak-anak itu dapat berusaha mendapat uang
oleh mereka sendiri dan mengambil bagian untuk membawa persembahan syukur
mereka kepada Yesus, yang telah menyerahkan nyawaNya sendiri untuk kepentingan
mereka . . . . Mereka haruslah diajar sedemikian rupa bahwa uang yang mereka
cari itu tidak boleh dibelanjakan sesuka hatinya, melainkan haruslah digunakan
dengan bijaksana dan untuk maksud-maksud penginjilan. Mereka janganlah merasa
puas untuk menerima uang itu dari ayah dan ibu mereka, lalu memasukkan itu ke
dalam pundi-pundi sebagai persembahan karena uang itu bukanlah uang mereka
sendiri: “Patutkah saya memberikannya pada hal saya tidak ada usaha di
dalamnya?” 5
Inilah suatu perkara, sebagaimana memberi pertolongan yang tidak
bijaksana kepada anak-anak kita. Para pemuda yang bekerja sambil belajar sampai
tamat di perguruan tinggi kita, sungguh menghargai keberhasilan mereka itu
lebih dari pemuda-pemuda yang mendapat pertolongan dari pihak tertentu, sebab
mereka tahu nilai pendidikan yang mereka raih itu. Jangan kita membawa anak itu
pada pendirian yang salah supaya mereka jangan menjadi beban yang tidak
berdaya. 6
Para orang tua menjalankan tugasnya dengan salah apabila mereka
memberikan uang secara bebas kepada anak muda manapun, yang mempunyai kekuatan
jasmani memasuki salah satu jurusan di perguruan tinggi untuk menjadi seorang
pendeta atau seorang dokter sebelum dia mempunyai pengalaman yang berguna dan
sulitnya mencari pekerjaan. 7
Beri
Dorongan Kepada Anak-anak Untuk Mencari Uang Sendiri
Banyak anak yang tinggal di luar kota dapat memperoleh sebidang tanah di
mana ia dapat belajar berkebun. Ia dapat diajar untuk memanfaatkan tanah ini
sebagai alat untuk mencari uang yang dapat diberikan menunjang pekerjaan Allah.
Anak-anak pria maupun wanita dapat berusaha dalam pekerjaan ini dan kalau
mereka digembleng dengan benar, niscaya hal ini mengajar mereka bagaimana nilai
uang itu dan bagaimana menghematnya. Adalah perkara yang mungkin bagi
anak-anak, di samping mencari uang untuk maksud-maksud penginjilan, anak-anak
dapat membantu membeli pakaian mereka sendiri dan mereka harus didorong untuk
berbuat demikian. 8
Cegahlah
Pemakaian Uang Dengan Boros
Aduh, betapa banyaknya uang yang diboroskan untuk membeli barang-barang
yang tidak berguna di rumah, untuk membeli pakaian yang serba mewah
berkembang-kembang dan aneh-aneh, untuk membeli manisan permen dan
barang-barang lain yang sebenarnya tidak terlalu perlu. Hai para orang tua,
ajarkanlah anak-anakmu bahwa adalah suatu kesalahan menggunakan uang Allah
untuk memuaskan keinginan sendiri . . . . Berilah dorongan kepada mereka untuk
menabung uang-uang pecahan mereka itu bila ada kemungkinan, untuk digunakan
dalam pekerjaan injil. Mereka akan mendapat banyak pengalaman melalui kebiasaan
penyangkalan diri dan pelajaran-pelajaran yang demikian akan senantiasa
mencegah mereka dari membiasakan diri untuk hidup dengan tidak bertarak. 9
Anak-anak dapat belajar untuk menunjukkan kasih mereka kepada Kristus
dengan menyangkal diri dalam barang-barang kecil yang tidak berharga, untuk hal
mana mereka akan membeli dengan menggunakan banyak uang. Dalam setiap keluarga
usaha ini harus diadakan. Hal ini memerlukan taktik dan cara, tetapi itulah
pendidikan yang terbaik yang dapat diperoleh anak-anak. Seandainya semua anak
kecil mau memberikan persembahan-persembahan mereka kepada Tuhan maka
pemberian-pemberian mereka itu akan seperti sungai-sungai kecil yang apabila
dipersatukan dan dialirkan akan menjadi seperti sungai yang besar. 10
Tempatkanlah sebuah kotak uang kecil di suatu tempat yang dapat dilihat,
di mana anak-anak dapat menaruh persembahan-persembahan mereka untuk Tuhan . .
. . Demikianlah mereka dididik untuk Allah. 11
Ajarlah
Anak-anak Mengembalikan Perpuluhan Dan Memberi Persembahan
Bukan saja Allah menuntut
perpuluhan itu hakNya, tetapi juga memberitahukan kepada kita bagaimana
perpuluhan itu diasingkan untukNya. Dia berkata, “Hormatilah akan Tuhan dengan
mempersembahkan kepadaNya daripada segala hartamu dan dari hulu segala
hasilmu.” Hal ini bukan mengajar kita tidak boleh lebih dahulu membelanjakan
uang kita itu untuk kepentingan kita sendiri lalu membawa sisanya kepada Tuhan,
biarpun dalam keadaan yang sebaliknya uang yang kita serahkan itu adalah
perpuluhan yang diberikan dengan jujur. Biarlah terlebih dahulu diasingkan milik
Allah itu. Petunjuk yang diberikan oleh Roh Kudus melalui Rasul Paulus mengenai
pemberian mengandung suatu prinsip yang berkenan dengan perpuluhan juga. “Pada
setiap hari pertama, hendaklah kamu masing-masing menyimpan uang di dalam
penyimpanan sendiri.” Para orang tua dan anak-anak, semua termasuk dalam
rencana ini. 12
Suatu
Kesalahan Kadang-kadang Dibuat Ayah Hartawan
Keadaan lingkungan di mana anak
itu ditempatkan sering memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap dia
daripada teladan yang diberikan orang tuanya. Banyak orang tua pria
mengharapkan yang anak-anak mereka kelak sama seperti mereka semasa masih muda
dan mempersalahkan kemerosotan zaman kalau anak-anak mereka itu tidak berhemat.
Tetapi mereka tidak dibenarkan menuntut yang demikian, kecuali anak-anak mereka
itu ditempatkan pada lingkungan yang sama dengan keadaan lingkungan yang mereka
alami dahulu. Keadaan lingkungan ayah itulah yang telah menyediakan dirinya
sebagaimana adanya ia sekarang. Pada waktu dia masih muda ditekan oleh kemiskinan
dan ia terpaksa bekerja dengan rajin dan sabar. Tabiatnya telah dibentuk dalam
sekolah kemiskinan yang keras. Ia terpaksa hidup sederhana dan membatasi
keinginan-keinginan hatinya, bergiat dalam pekerjaannya, sederhana dalam
seleranya. Ia harus mengerahkan segenap tenaganya supaya bisa mendapat makanan
dan pakaian. Ia terpaksa membiasakan diri hidup berhemat.
Para bapa berusaha menempatkan
anak-anak mereka langsung pada kedudukan hartawan, padahal seharusnya pada
keadaan lingkungan dari mana mereka mulai berusaha sehingga menjadi hartawan.
Ini adalah suatu kesalahan yang umum. Sekiranya anak-anak zaman ini belajar
dalam sekolah yang sama, yaitu sekolah di mana ayah-ayah mereka sudah belajar
dahulu, niscaya mereka kelak dapat lebih berguna seperti ayah mereka itu. Para
bapa itu telah mengubah keadaan lingkungan yang mengelilingi anak-anak mereka
itu. Kemiskinan ialah yang menjadi guru bapa mereka; uang yang berlimpah yang
mengelilingi anak itu. Segala keperluannya dipenuhi. Tabiat ayahnya dibentuk dalam
disiplin penghematan yang keras; segala sesuatu dimanfaatkan walaupun kecil. Sebaliknya,
kebiasaan dan tabiat anaknya akan dibentuk bukan dengan keadaan lingkungan yang
dahulu melainkan oleh keadaan sekarang yaitu kesenangan dan pemanjaan diri . .
. . Apabila kemewahan berada di segala
segi, bagaimanakah dia dapat menyangkal diri dengan keadaan itu semua? 13
Warisan
Orangtua yang Terbaik Bagi Anak-anak
Warisan yang paling baik dapat
ditinggalkan oleh para orang tua untuk anak-anak mereka ialah pengetahuan
tentang pekerjaan yang bermanfaat dan teladan kehidupan yang diwarnai
sifat-sifat suka memberi dengan teratur yang tidak mementingkan diri. Dengan
kehidupan yang demikian mereka menunjukkan nilai uang yang sesungguhnya, uang
itu dapat dihargai hanya atas kebajikan yang dapat didatangkannya dalam
meringankan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan kebutuhan-kebutuhan orang
lain dan dalam memajukan pekerjaan Allah. 14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar