Minggu, 14 Juni 2015

63. MENGAJAR ANAK-ANAK BAGAIMANA MENCARI DAN MENGGUNAKAN UANG

MENGAJAR ANAK-ANAK BAGAIMANA
MENCARI DAN MENGGUNAKAN UANG

Ajarkan Kebiasaan Hidup Sederhana Dalam Kehidupan Sehari-hari

Para orang tua haruslah membesarkan, mendidik dan melatih anak-anak dalam kebiasaan pengendalian dan penyangkalan diri. Di hadapan para orang tua anak-anak itu harus menunaikan kewajibannya untuk menurut kepada firman Allah dan hidup dengan bertujuan untuk melayani Yesus dalam hidupnya. Mereka wajib mengajarkan anak-anak mereka bahwa adalah perlu untuk hidup dengan kebiasaan sederhana dalam kehidupan sehari-hari serta menghindarkan pakaian-pakaian yang mahal, rumah dan perabot-perabot yang mahal-mahal. 1
Pada waktu masih muda, anak-anak sudah harus diajar untuk membaca, menulis, memahami angka-angka, untuk mengurus perhitungan keuangan mereka sendiri. Mereka dapat maju terus langkah demi langkah dalam pengetahuan ini. Tetapi sebelum segala sesuatu itu diajarkan, haruslah mereka diajarkan lebih dahulu bahwa takut akan Allah ialah permulaan segala hikmat. 2

Para Pemuda Haruslah Menaruh Perhatian Tentang Keuangan Keluarga

Karena mempunyai pendapat yang salah tentang keuangan dan penggunaannya maka pemuda-pemuda mudah sekali diserang pelbagai macam bahaya. Mereka tidak boleh dibesarkan dan diberi kebebasan menggunakan uang yang seolah-olah ada persediaan yang tidak habis-habisnya yang dapat mereka pakai untuk memuaskan setiap keperluan yang sebenarnya tidak terlalu penting. Uang itu haruslah dianggap sebagai karunia yang dipercayakan kepada kita oleh Allah untuk melakukan pekerjaanNya, membangun kerajaanNya dan para pemuda haruslah belajar mengurangi keinginan-keinginan hati mereka. 3
Jangan terlalu banyak keinginanmu, khususnya kalau pendapatan sangat terbatas untuk membiayai keperluan rumah tangga. Sesuaikanlah keinginan-keinginanmu itu seimbang dengan penghasilan orang tuamu. Tuhan mengetahui dan menghargai usaha-usahamu yang tidak mementingkan diri itu. Setialah dalam segala sesuatu teristimewa dalam perkara kecilpun. Niscaya engkau tidak akan berada dalam bahaya untuk melalaikan kewajiban-kewajiban yang lebih besar. Firman Allah menandaskan demikian: “Siapa yang setia dengan perkara yang terlebih kecil, ia setia juga dengan perkara yang besar. “ 4


Berikanlah Pelajaran Tentang Nilai Uang

Uang yang datang kepada orang muda dengan hanya sedikit usaha pada pihak mereka tidak akan ada nilainya. Ada orang yang terpaksa bekerja keras mencari uang dan hidup melarat, tetapi ada lebih baik para pemuda itu mengetahui dari mana datangnya uang yang mereka belanjakan itu, juga mengetahui berapa harganya pakaian dan makanan yang mereka pakai, dan berapa besarnya biaya yang diperlukan untuk membeli sebuah rumah!
Ada banyak cara bagaimana anak-anak itu dapat berusaha mendapat uang oleh mereka sendiri dan mengambil bagian untuk membawa persembahan syukur mereka kepada Yesus, yang telah menyerahkan nyawaNya sendiri untuk kepentingan mereka . . . . Mereka haruslah diajar sedemikian rupa bahwa uang yang mereka cari itu tidak boleh dibelanjakan sesuka hatinya, melainkan haruslah digunakan dengan bijaksana dan untuk maksud-maksud penginjilan. Mereka janganlah merasa puas untuk menerima uang itu dari ayah dan ibu mereka, lalu memasukkan itu ke dalam pundi-pundi sebagai persembahan karena uang itu bukanlah uang mereka sendiri: “Patutkah saya memberikannya pada hal saya tidak ada usaha di dalamnya?” 5
Inilah suatu perkara, sebagaimana memberi pertolongan yang tidak bijaksana kepada anak-anak kita. Para pemuda yang bekerja sambil belajar sampai tamat di perguruan tinggi kita, sungguh menghargai keberhasilan mereka itu lebih dari pemuda-pemuda yang mendapat pertolongan dari pihak tertentu, sebab mereka tahu nilai pendidikan yang mereka raih itu. Jangan kita membawa anak itu pada pendirian yang salah supaya mereka jangan menjadi beban yang tidak berdaya. 6
Para orang tua menjalankan tugasnya dengan salah apabila mereka memberikan uang secara bebas kepada anak muda manapun, yang mempunyai kekuatan jasmani memasuki salah satu jurusan di perguruan tinggi untuk menjadi seorang pendeta atau seorang dokter sebelum dia mempunyai pengalaman yang berguna dan sulitnya mencari pekerjaan. 7

Beri Dorongan Kepada Anak-anak Untuk Mencari Uang Sendiri

Banyak anak yang tinggal di luar kota dapat memperoleh sebidang tanah di mana ia dapat belajar berkebun. Ia dapat diajar untuk memanfaatkan tanah ini sebagai alat untuk mencari uang yang dapat diberikan menunjang pekerjaan Allah. Anak-anak pria maupun wanita dapat berusaha dalam pekerjaan ini dan kalau mereka digembleng dengan benar, niscaya hal ini mengajar mereka bagaimana nilai uang itu dan bagaimana menghematnya. Adalah perkara yang mungkin bagi anak-anak, di samping mencari uang untuk maksud-maksud penginjilan, anak-anak dapat membantu membeli pakaian mereka sendiri dan mereka harus didorong untuk berbuat demikian. 8



Cegahlah Pemakaian Uang Dengan Boros

Aduh, betapa banyaknya uang yang diboroskan untuk membeli barang-barang yang tidak berguna di rumah, untuk membeli pakaian yang serba mewah berkembang-kembang dan aneh-aneh, untuk membeli manisan permen dan barang-barang lain yang sebenarnya tidak terlalu perlu. Hai para orang tua, ajarkanlah anak-anakmu bahwa adalah suatu kesalahan menggunakan uang Allah untuk memuaskan keinginan sendiri . . . . Berilah dorongan kepada mereka untuk menabung uang-uang pecahan mereka itu bila ada kemungkinan, untuk digunakan dalam pekerjaan injil. Mereka akan mendapat banyak pengalaman melalui kebiasaan penyangkalan diri dan pelajaran-pelajaran yang demikian akan senantiasa mencegah mereka dari membiasakan diri untuk hidup dengan tidak bertarak. 9
Anak-anak dapat belajar untuk menunjukkan kasih mereka kepada Kristus dengan menyangkal diri dalam barang-barang kecil yang tidak berharga, untuk hal mana mereka akan membeli dengan menggunakan banyak uang. Dalam setiap keluarga usaha ini harus diadakan. Hal ini memerlukan taktik dan cara, tetapi itulah pendidikan yang terbaik yang dapat diperoleh anak-anak. Seandainya semua anak kecil mau memberikan persembahan-persembahan mereka kepada Tuhan maka pemberian-pemberian mereka itu akan seperti sungai-sungai kecil yang apabila dipersatukan dan dialirkan akan menjadi seperti sungai yang besar. 10
Tempatkanlah sebuah kotak uang kecil di suatu tempat yang dapat dilihat, di mana anak-anak dapat menaruh persembahan-persembahan mereka untuk Tuhan . . . . Demikianlah mereka dididik untuk Allah. 11

Ajarlah Anak-anak Mengembalikan Perpuluhan Dan Memberi Persembahan

Bukan saja Allah menuntut perpuluhan itu hakNya, tetapi juga memberitahukan kepada kita bagaimana perpuluhan itu diasingkan untukNya. Dia berkata, “Hormatilah akan Tuhan dengan mempersembahkan kepadaNya daripada segala hartamu dan dari hulu segala hasilmu.” Hal ini bukan mengajar kita tidak boleh lebih dahulu membelanjakan uang kita itu untuk kepentingan kita sendiri lalu membawa sisanya kepada Tuhan, biarpun dalam keadaan yang sebaliknya uang yang kita serahkan itu adalah perpuluhan yang diberikan dengan jujur. Biarlah terlebih dahulu diasingkan milik Allah itu. Petunjuk yang diberikan oleh Roh Kudus melalui Rasul Paulus mengenai pemberian mengandung suatu prinsip yang berkenan dengan perpuluhan juga. “Pada setiap hari pertama, hendaklah kamu masing-masing menyimpan uang di dalam penyimpanan sendiri.” Para orang tua dan anak-anak, semua termasuk dalam rencana ini. 12



Suatu Kesalahan Kadang-kadang Dibuat Ayah Hartawan

Keadaan lingkungan di mana anak itu ditempatkan sering memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap dia daripada teladan yang diberikan orang tuanya. Banyak orang tua pria mengharapkan yang anak-anak mereka kelak sama seperti mereka semasa masih muda dan mempersalahkan kemerosotan zaman kalau anak-anak mereka itu tidak berhemat. Tetapi mereka tidak dibenarkan menuntut yang demikian, kecuali anak-anak mereka itu ditempatkan pada lingkungan yang sama dengan keadaan lingkungan yang mereka alami dahulu. Keadaan lingkungan ayah itulah yang telah menyediakan dirinya sebagaimana adanya ia sekarang. Pada waktu dia masih muda ditekan oleh kemiskinan dan ia terpaksa bekerja dengan rajin dan sabar. Tabiatnya telah dibentuk dalam sekolah kemiskinan yang keras. Ia terpaksa hidup sederhana dan membatasi keinginan-keinginan hatinya, bergiat dalam pekerjaannya, sederhana dalam seleranya. Ia harus mengerahkan segenap tenaganya supaya bisa mendapat makanan dan pakaian. Ia terpaksa membiasakan diri hidup berhemat.
Para bapa berusaha menempatkan anak-anak mereka langsung pada kedudukan hartawan, padahal seharusnya pada keadaan lingkungan dari mana mereka mulai berusaha sehingga menjadi hartawan. Ini adalah suatu kesalahan yang umum. Sekiranya anak-anak zaman ini belajar dalam sekolah yang sama, yaitu sekolah di mana ayah-ayah mereka sudah belajar dahulu, niscaya mereka kelak dapat lebih berguna seperti ayah mereka itu. Para bapa itu telah mengubah keadaan lingkungan yang mengelilingi anak-anak mereka itu. Kemiskinan ialah yang menjadi guru bapa mereka; uang yang berlimpah yang mengelilingi anak itu. Segala keperluannya dipenuhi. Tabiat ayahnya dibentuk dalam disiplin penghematan yang keras; segala sesuatu dimanfaatkan walaupun kecil. Sebaliknya, kebiasaan dan tabiat anaknya akan dibentuk bukan dengan keadaan lingkungan yang dahulu melainkan oleh keadaan sekarang yaitu kesenangan dan pemanjaan diri . . . . Apabila kemewahan berada di segala segi, bagaimanakah dia dapat menyangkal diri dengan keadaan itu semua? 13

Warisan Orangtua yang Terbaik Bagi Anak-anak


Warisan yang paling baik dapat ditinggalkan oleh para orang tua untuk anak-anak mereka ialah pengetahuan tentang pekerjaan yang bermanfaat dan teladan kehidupan yang diwarnai sifat-sifat suka memberi dengan teratur yang tidak mementingkan diri. Dengan kehidupan yang demikian mereka menunjukkan nilai uang yang sesungguhnya, uang itu dapat dihargai hanya atas kebajikan yang dapat didatangkannya dalam meringankan kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri dan kebutuhan-kebutuhan orang lain dan dalam memajukan pekerjaan Allah. 14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar