Jumat, 03 Juli 2015

12. MENU MAKANAN PADA MASA KEHAMILAN


MENU MAKANAN PADA MASA KEHAMILAN


P
engaruh pada Masa Sebelum Kelahiran
Akibat dari pengaruh masa sebelum kelahiran sering dianggap orangtua sebagai satu masalah sepele, tetapi surga tidak menganggapnya demikian. Pekabaran ini disampaikan oleh malaikat Allah, dua kali diberikan dalam suasana yang sangat khidmat. Ini memerlukan pemikiran kita yang paling dalam.
Dalam kata-kata yang diucapkan oleh seorang ibu berkebangsaan Ibrani, Allah berbicara kepada semua ibu di sepanjang masa. Malaikat itu berkara: “Biarlah dia memperhatikan semua yang kuperintahkan padanya, biarlah dia menurutinya.” Kesejahteraan anak akan dipengaruhi oleh kebiasaan sang ibu. Selera dan nafsu dagingnya harus dikuasai dengan prinsip yang kuat. Ada sesuatu yang harus ia hindari, sesuatu yang harus dilawan, jikalau saja dia memenuhi maksud Allah baginya dalam memberikan anak itu kepadanya. Jikalau, sebelum kelahiran anaknya, dia memanjakan diri, mementingkan diri dan kurang sabar atau cerewet, maka perangai seperti ini akan dipantulkan dalam tabiat anak itu. Dengan demikian banyak anak yang mendapat kecenderungan berbuat jahat yang tak dapat dikalahkan sebagai suatu hak asasi.
Tetapi apabila sang ibu berpegang teguh pada prinsip yang benar, jika dia bertarak dan menahan diri, jika dia baik hati, lemah lembut, tidak mementingkan diri, maka dia akan menurunkan sifat-sifat ini kepada anaknya. Jelas sekali perintah kepada si ibu tentang larangan penggunaan air anggur. Setiap tetes minuman keras yang diminumnya untuk memuaskan selera, itu akan membahayakan kesehatan fisik, mental dan moral anaknya, dan itu adalah dosa langsung terhadap Pencipta.
Banyak penasihat yang menganjurkan agar setiap keinginan ibu dikabulkan. Bilamana dia menginginkan sejenis makanan yang ternyata berbahaya sekalipun, dia harus bebas, memuaskan seleranya. Nasihat seperti itu salah dan jahat. Kebutuhan fisik sang ibu bagaimanapun jangan diabaikan. Ada dua nyawa yang bergantung padanya. Keinginannya dipenuhi dengan baik, begitu juga kebutuhannya harus dilengkapi. Tetapi pada saat seperti ini, di atas segala sesuatu, dia harus menghindari apa saja yang mengurangi kekuatan fisik dan mental, apakah dalam hal makanan atau bidang lain. Atas perintah Allah sendiri, dia ditempatkan di bawah kewajiban yang paling ketat untuk melatih pengendalian diri.
Ketika Tuhan membesarkan Simson sebagai penyelamat bangsa-Nya, Dia menegaskan kepada sang ibu kebiasaan hidup yang benar sebelum kelahiran anaknya. Larangan yang sama ditekankan kepada si anak sejak mulanya, karena sejak lahir dia diasingkan bagi Allah sebagai seorang nazir.
Malaikat Allah menampakkan diri kepada istri Manoah. Dia memberitahukan kepadanya bahwa dia akan mengandung seorang anak lelaki. Sehubungan dengan hal ini dia memberikan petunjuk yang penting: “Oleh sebab itu, peliharalah dirimu, jangan minum anggur atau minuman yang memabukkan, dan jangan makan sesuatu yang haram.”


Ibu yang cocok menjadi guru anak-anaknya seharusnya membentuk tabiat penyangkalan diri dan penguasaan diri; karena sang ibu memindahkan tabiatnya kepada anaknya.

Allah menyediakan satu pekerjaan penting untuk dilakukan oleh anak Manoah yang dijanjikan itu. Itulah sebabnya diberikan satu persyaratan penting demi pekerjaan ini, yaitu yang menyangkut kebiasaan si ibu dan si anak yang harus diatur dengan hati-hati. “Janganlah berikan dia minum anggur atau minuman yang memabukkan,” adalah petunjuk malaikat kepada istri Manoah “atau memakan sesuatu yang haram; semua yang kuperintahkan kepadanya, biarlah dia menurutinya.” Anak itu akan dipengaruhi yang jahat atau yang baik oleh kebiasaan sang ibu. Dia sendiri harus dikuasai oleh prinsip, dan harus melatih pertarak-an dan penyangkalan diri, jikalau ia mau memperoleh kesejahteraan anaknya.

“Biarlah Dia berhati-hati”
Kata-kata yang diucapkan kepada istri Manoah mengandung satu kebenaran yang sebaiknya dipelajari oleh ibu-ibu zaman sekarang. Dengan berbicara kepada semua ibu yang gelisah dan susah pada zaman itu, begitu juga kepada ibu-ibu pada generasi yang berikut. Ya, setiap ibu harus memahami kewajibannya. Dia mungkin mengetahui bahwa tabiat anaknya akan lebih banyak bergantung pada kebiasaannya sebelum kelahiran anaknya, dan juga atas usaha pribadinya setelah anak itu lahir, dibanding dengan atas kesempatan yang baik atau yang tidak baik.
“Biarlah dia berhati-hati,” kata malaikat itu. Biarlah dia siap sedia berdiri menghadapi penggodaan. Selera dan nafsu dagingnya harus dikuasai oleh prinsip. Untuk setiap ibu kita dapat mengatakan: “Biarlah dia berhati-hati.” Ada sesuatu yang harus dihindarkannya, sesuatu yang harus dilawan, jikalau dia memenuhi kehendak Allah dalam memberikan kepadanya, seorang anak….
Ibu yang cocok menjadi guru anak-anaknya seharusnya membentuk tabiat penyangkalan diri dan pengendalian diri; karena sang ibu memindahkan tabiatnya kepada anaknya, sifat tabiat yang lemah atau yang kuat. Musuh jiwa lebih memahami masalah ini daripada para orang tua. Dia akan membawa pencobaan kepada sang ibu. Dia tahu kalau si ibu tidak menolaknya, dia dapat mempengaruhi anaknya melalui dia sendiri. Satu-satunya pengharapan si ibu ialah Allah. Dia boleh lari kepada-Nya untuk kekuatan dan kemurahan. Dia tidak akan sia-sia mencari pertolongan. Allah akan menyanggupkan si ibu untuk memindahkan semacam kualitas kepada turunannya, yang dapat menolong mereka dalam mencapai sukses dalam hidup ini dan memenangkan hidup kekal.

Selera Jangan Membabi Buta
Adalah satu kesalahan kalau kita tidak membedakan kehidupan seorang wanita sebelum melahirkan. Pada saat yang penting ini tugas ibu itu harus diringankan. Banyak terjadi perubahan besar dalam tubuhnya. Diperlukan jumlah darah yang lebih banyak, karena itu dibutuhkan penambahan makanan yang berkualitas baik dan paling menyehatkan untuk diolah menjadi darah. Kecuali dia mendapat persediaan makanan yang bergizi, dia tidak dapat mempertahankan kekuatan fisiknya sehingga anaknya tidak bertenaga. Pakaiannya juga menuntut perhatian. Dengan hati-hati, tubuhnya harus dilindungi dari udara dingin. Dia tidak perlu membuang tenaga untuk mencukupkan pakaian. Jikalau si ibu tidak memperoleh cukup makanan bergizi yang menyehatkan, maka dia akan kekurangan darah dalam kualitas dan kuantitas. Peredaran darah tidak lancar, dan sang orok juga mengalami hal yang sama. Anak itu tidak sanggup menyerap sari makanan yang akan diolah menjadi darah yang menghidupkan tubuh. Kesehatan ibu dan anak tergantung pada pakaian yang baik dan hangat dan persediaan makanan yang bergizi. Apa saja yang menunjang vitalitas ibu haruslah diperhatikan dan disediakan.
Tetapi sebaliknya pemikiran bahwa wanita dapat membiarkan seleranya dengan membabi buta karena kondisi khusus, itu adalah kesalahan berdasarkan adat kebiasaan, tetapi bukan berdasarkan perasaan sehat. Selera wanita dalam keadaan seperti ini bervariasi, kuat dan sukar dipuaskan. Adat kebiasaan tidak menghalanginya untuk memakan makanan kesukaannya tanpa memperhatikan pikiran sehat apakah makanan itu dapat memelihara tubuhnya dan menunjang pertumbuhan anaknya. Makanan itu harus bergizi, tetapi yang tidak merangsang. Menurut adat kebiasaan, jikalau dia menginginkan daging, sop, makanan berbumbu rempah-rempah, pastei dan sebagainya, biarlah dia memakannya, seleralah yang menentukan. Ini satu kesalahan besar, yang menimbulkan bahaya. Besarnya bahaya itu tak dapat ditentukan. Jikalau sekiranya diperlukan kesederhanaan makanan dan ketelitian memilih jenis makanan untuk dimakan, inilah saat yang paling penting.
Wanita tidak akan berpaling dari kesederhanaan makanan pada saat seperti ini kalau saja mereka sudah diajar dengan baik dan mereka memiliki prinsip. Mereka akan memperhatikan bahwa satu nyawa bergantung pada mereka. Mereka akan berhati-hati dalam segala kebiasaan termasuk dalam hal makan. Mereka tidak memakan makanan yang merangsang dan tidak bergizi walaupun rasanya lezat. Terlalu banyak penasihat mengajak mereka untuk melakukan hal-hal di luar pertimbangan sehat.
Karena pemuasan selera orang tua, anak-anak dilahirkan berpenyakitan. Tubuh tidak menuntut variasi makanan yang digandrungi pikiran. Satu kesalahan besar bagi perempuan beriman ialah memakan jenis makanan yang setiap saat timbul dalam pikiran. Janganlah membiarkan angan-angan hati menguasai kebutuhan tubuh. Mereka yang membiarkan selera menguasai diri akan menderita hukuman pelanggaran hukum alam fisik. Permasalahannya tidak berhenti di sini. Keturunan mereka yang tidak bersalah itu juga akan menderita.
Alat-alat pembuat darah tidak dapat mengolah rempah-rempah, pastei, sop berbumbu tinggi dan makanan daging yang sudah tercemar, menjadi darah yang baik. Jikalau begitu banyak makanan yang dimasukkan ke dalam perut sehingga alat pencernaan dipaksa, kerja lembur untuk membuangnya, dan membebaskan tubuh dari bahan-bahan yang mengganggu itu, dalam hal ini si ibu telah bertindak tidak adil terhadap dirinya karena dia telah meletakkan dasar penyakit dalam tubuh anaknya. Jika dia harus memakan apa yang ia sukai, apa yang menarik seleranya tanpa mempedulikan akibatnya, maka dia akan menerima hukuman, tetapi bukan sendirian. Anaknya yang tak berdosa itu juga harus menderita karena tindakannya yang tidak terpuji.

Pengaruh Kerja Keras dan Makanan Minim
Dalam banyak kasus sebelum kelahiran anaknya, sang ibu dibiarkan bekerja pagi atau sore memanaskan darahnya…. Tenaganya harus dibangun dengan pelan-pelan…. Beban dan keluhannya jarang diringankan. Maka saat itu yang seharusnya baginya adalah saat untuk istirahat, menjadi saat kelelahan, kesedihan dan kemurungan. Oleh karena bekerja terlalu keras, anaknya tidak mendapatkan gizi yang disediakan alam baginya. Dengan memanaskan darahnya sendiri, maka dia membagikan darah berkualitas rendah kepada anaknya. Maka anak itu kehilangan vitalitas, tenaga fisik dan mental.
Telah ditunjukkan kepada saya cara kehidupan saudara B di dalam keluarga. Dia bertindak kejam dan suka menguasai. Dia menerima reformasi kesehatan dari saudara C, dan, seperti saudara C, dia bersikap keterlaluan. Oleh karena dia tidak mempunyai pertimbangan sehat, maka dia melakukan beberapa kebodohan yang menyusahkan dan akibatnya tak terhapus oleh waktu. Ditambah dengan bahan-bahan yang terkumpul dari beberapa buku, dia mulai melaksanakan teorinya yang diperoleh dari saudara C. Dia menentukan satu titik yang menjadi standarnya sendiri. Dia mengatur keluarganya dengan peraturan yang kaku itu, tetapi gagal menguasai sifat keterlaluannya. Dia gagal mencapai target dan menguasai tubuhnya. Sekiranya dia mempunyai pengetahuan yang benar tentang reformasi kesehatan, dia pasti mengetahui bahwa istrinya bukan berada dalam satu kondisi untuk melahirkan anak yang sehat. Nafsunya yang tak dikuasai itu merajalela tanpa memikirkan masalah sebab akibat.
Sebelum masa kelahiran anaknya, dia tidak memperlakukan istrinya sebagaimana layaknya dalam kondisi seperti itu…. Dia tidak menyediakan makanan berkualitas cukup yang perlu mempertahankan dua nyawa, bukan hanya satu. Satu nyawa yang lain bergantung padanya, namun tubuhnya tidak menerima makanan bergizi yang menyehatkan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Maka tubuhnya berkekurangan baik dalam hal kuantitas atau kualitas. Tubuhnya memerlukan perubahan, yaitu variasi dan kualitas makanan yang menyehatkan. Anak-anaknya dilahirkan dengan alat-alat pencernaan yang lemah dan darah yang berkualitas rendah. Sang ibu tak dapat menghasilkan darah berkualitas tinggi dari makanan yang dipaksakan kepadanya, maka dia melahirkan anak-anak yang lucu-lucu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar