Jumat, 03 Juli 2015

13. MENU MAKANAN PADA MASA KANAK-KANAK


MENU MAKANAN PADA MASA KANAK-KANAK


N
asihat Berdasarkan Petunjuk Ilahi
Pertanyaan bapa dan ibu seharusnya begini: “Apakah yang harus kami lakukan bagi anak yang akan dilahirkan bagi kami?” Kami telah memaparkan kepada para pembaca apa yang dikatakan Allah tentang kewajiban seorang ibu sebelum memberikan kelahiran kepada anak-anaknya. Tetapi ini belumlah cukup. Malaikat Gabriel diutus dari istana surga untuk memberikan petunjuk bagaimana memelihara anak setelah dilahirkan agar orang tua memahami tugasnya sepenuhnya.
Menjelang kedatangan Kristus yang pertama, Malaikat Gabriel datang kepada Zakharia dengan satu pekabaran yang sama yang pernah diberikan kepada Manoah. Imam tua itu mendapat kabar bahwa istrinya akan melahirkan seorang anak laki-laki, namanya pun ditentukan, yaitu Yohanes. Malaikat itu berkata: “Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita akan kelahirannya itu. Sebab ia akan menjadi besar di hadapan Tuhan, dan ia tidak akan minum anggur dan minuman keras dan ia akan penuh dengan Roh Kudus mulai dari rahim ibunya.” Anak perjanjian ini akan dibesarkan dengan kebiasaan pertarakan ketat. Satu pekerjaan pembaruan yang penting dipercayakan padanya, yaitu merintis jalan bagi Kristus.
Ketidakbertarakan dalam pelbagai bentuk terdapat pada bangsa itu. Pemanjaan diri dengan anggur dan makanan mewah menurunkan kekuatan fisik, dan merendahkan derajat moral begitu rupa sehingga pemberontakan pun tidak lagi dianggap jahat. Suara Yohanes berkumandang di padang belantara sebagai tempelakan kepada bangsa yang memanjakan kejahatan. Kebiasaan hidupnya yang sederhana itu merupakan satu tempelakan bagi perbuatan keterlaluan pada zamannya.

PERMULAAN REFORMASI YANG BENAR
Usaha para pekerja pertarakan tidak cukup jauh menjangkau untuk mengenyahkan kutuk ketidakbertarakan di negeri kita. Sekali kebiasaan dibentuk, kebiasaan itu sukar diubah. Reformasi harus dimulai oleh ibu sebelum melahirkan anak-anaknya. Jikalau kita dengan setia menuruti petunjuk Allah, maka tidak akan ada ketidakbertarakan.
Setiap ibu harus berusaha terus untuk menyesuaikan kebiasaannya dengan kehendak Allah, agar dia dapat bekerjasama dengan Allah untuk memelihara anak-anaknya dari serangan kejahatan yang merusak hidup dan kesehatan pada zaman ini. Biarlah semua ibu menempatkan dirinya tanpa bertangguh dalam hubungan yang benar dengan Pencipta agar mereka menjadi pembantu kemurahan-Nya yang melindungi anak-anak bagaikan benteng terhadap ketidakbertarakan dan kekacauan. Sekiranya ibu-ibu mau menuruti langkah seperti itu, mereka akan dapat melihat anak-anak mereka mencapai moral standar yang tinggi dan kecakapan seperti anak muda, Daniel. Mereka akan menjadi berkat bagi masyarakat dan kemuliaan bagi Penciptanya.

Sang Bayi
Makanan bayi yang terbaik ialah makanan yang disediakan alam. Janganlah memandang enteng masalah ini. Adalah suatu tindakan yang kejam bilamana seorang ibu berusaha membebaskan dirinya dari kewajiban menyusui dan merawat bayinya demi kesenangan atau acara sosial.
Ibu yang membiarkan anak bayinya dirawat oleh orang lain haruslah mempertimbangkan akibatnya. Sedikit banyaknya pengaruh itu akan membagikan perangai dan tabiatnya kepada bayi yang dirawatnya.


Sekali kebiasaan dibentuk, kebiasaan itu sukar diubah. Reformasi harus dimulai oleh ibu sebelum melahirkan anak-anaknya.

Untuk mengikuti mode, sifat dasar telah dilecehkan, bukan lagi tempat bertanya. Kadang-kadang ibu bergantung kepada pembantu, dia tidak lagi menyusuinya, tetapi mengandalkan susu botol. Satu kewajiban memuaskan dan yang paling halus telah dikorbankan kepada kebodohan mode yang bersifat membunuh. Dalam menyusui bayinya, hidupnya berbaur dengan hidup bayi itu, perasaannya yang paling kudus dibangunkan dalam hatinya, dan dia melakukan satu tugas mulia kepada keturunannya.
Banyak ibu yang mengorbankan tugas keibuannya dalam merawat anak-anaknya hanya karena terlalu banyak kesusahannya kalau terikat dengan anak-anaknya yang adalah buah kandungannya. Ruang dansa dan tontonan kepelesiran telah mempengaruhi si ibu sehingga perasaan jiwanya pun jadi lumpuh. Hal-hal seperti ini lebih menarik kepada si ibu daripada tugas keibuan terhadap anak-anak. Mungkin dia menyerahkan anak-anaknya kepada pembantu untuk melakukan tugas itu bagi mereka, yang seharusnya tugas itu menjadi milik pusakanya sendiri. Kebiasaannya yang salah ini telah menjadikan tugas-tugas itu tidak cocok lagi baginya, sedangkan tugas itu harus dilakukan dengan perasaan gembira. Dia takut kalau tugas pemeliharaan anaknya akan mengganggu kehidupan modern. Seorang asing melakukan tugas sang ibu dan menyusui bayi itu untuk kelangsungan hidupnya.


Ibu-ibu yang sebenarnya dapat menyusui anaknya tetapi menggantikannya dengan susu botol adalah ibu yang berbisnis dingin tanpa hati nurani.

Bukan hanya ini, dia juga membagikan perangai dan tabiatnya kepada anak asuhannya. Hidup anak itu terikat kepadanya. Jika pembantu itu tipe wanita kasar, bernafsu dan tidak beres pemikirannya; jikalau dia tidak berhati-hati dalam hal moral, maka anak asuhan akan menjadi sama atau mirip dengan tipe itu, dan ini sangat mungkin. Begitu juga kualitas darah yang mengalir dalam urat nadi bibi pengasuh, akan mengalir dalam tubuh anak itu. Para ibu yang menyerahkan anak dari ribaannya dan menolak tugas keibuan, tak layak menyandang nama atau gelar ibu. Mungkin mereka merasa anak-anak itu jadi beban yang tak dapat dipertahankan. Mungkin juga mereka mengabdikan diri kepada dunia mode. Mereka melecehkan naluri agung dan sifat suci seorang wanita. Mereka memilih jadi kupu-kupu kesenangan dunia mode, yaitu orang yang meremehkan tanggung jawab kepada turunan demi kebrutalan yang bodoh. Banyak ibu menggantikan buah dada dengan botol. Ini boleh dilakukan kalau memang air susu tidak mencukupi untuk kebutuhan anaknya. Tetapi, sembilan di antara sepuluh kasus kebiasaan yang salah dalam hal berpakaian dan hal makan sejak masa muda telah menyebabkan mereka tidak sanggup melakukan tugas alamiah yang diperuntukkan bagi mereka….
Ibu-ibu yang sebenarnya dapat menyusui anaknya tetapi menggantikannya dengan susu botol adalah ibu yang berbisnis dingin tanpa hati nurani sebagaimana tampak kepada saya. Dalam kasus itu, susu haruslah berasal dari sapi yang sehat, botol bersih dan susu itu cukup manis. Biasanya masalah ini diabaikan sebagai akibatnya, bayi itu menderita. Perut bayi dan ususnya boleh jadi terganggu. Kemudian bayi yang malang itu jatuh sakit sekalipun dia sehat waktu dilahirkan.
Masa ketika bayi menerima perawatan sang ibu adalah masa kritis. Banyak ibu yang dibiarkan kerja lembur dan memanaskan darahnya sementara memasak, padahal tugas mereka adalah merawat bayi dan perawatan bayi banyak terganggu, air susu ibu dipanaskan, darah ibu diracuni dengan makanan yang tak menyehatkan, yang mem-bakar seluruh tubuh, dengan demikian mempengaruhi darah sang bayi. Bayi itu juga ter-pengaruh oleh keadaan pikiran si ibu. Jikalau dia tidak berbahagia, mudah tersinggung, mudah marah, hal ini membuka jendela untuk luapan nafsu, maka makanan susu, yang didapat dari itu, akan menyebabkan radang, dan hal ini sering mengakibatkan kejang perut, rasa nyeri, dan dalam kasus tertentu akan mengakibatkan otot tersentak-sentak.
Tabiat anak sedikit banyaknya dipengaruhi oleh cara perawatan sang ibu. Betapa penting bagi seorang ibu memelihara ketenangan pikiran sementara menyusui bayinya, biarlah dia menguasai semangatnya sepenuhnya. Dengan demikian, makanan bayi itu tidak rusak. Sikap ibu yang tenang, konsentrasi penuh sementara menyusui anaknya itu banyak mempengaruhi pembentukan tabiat sang bayi. Jikalau bayi itu gemetar dan mudah terbangun, maka sikap ibu yang berhati-hati dan tidak terburu-buru akan memberikan pengaruh yang menenangkan, maka dengan itu kesehatan bayi sangat ditingkatkan.
Bayi diremehkan dengan perawatan yang tidak wajar. Apabila anak itu rewel, maka dia diberi makan supaya diam. Sebenarnya, pada kebanyakan kasus penyebab utama kerewelannya itu ialah karena telah menerima terlalu banyak makanan. Ini berbahaya karena kebiasaan jelek si ibu. Semakin ditambah makanan, semakin susah bayi itu, karena perutnya terlalu penuh.

Keteraturan Jam Makan
Pendidikan pertama yang harus didapatkan anak-anak dari ibunya semasa kanak-kanak ialah tentang kesehatan tubuh mereka. Mereka harus diberikan makanan sederhana yang berkualitas tinggi dan yang mempertahankan kondisi kesehatan. Makanan ini hanya dimakan pada jam makan yang sudah ditentukan, jangan lebih dari tiga kali sehari, malahan dua kali makan lebih baik daripada tiga kali. Jikalau anak-anak diatur dengan benar, mereka segera dapat mempelajari bahwa mereka tidak akan mendapat apa-apa dengan menangis atau merengek. Ibu yang bijaksana anak mendidik anak-anaknya bukan hanya demi kesenangannya yang sekarang, tetapi kebaikan mereka di kemudian hari. Untuk mencapai maksud ini, dia akan mengajar anak-anaknya satu pelajaran penting, yaitu penguasaan selera dan penyangkalan diri, supaya mereka makan, minum dan berpakaian hanya sehubungan dengan kesehatan.
Janganlah membiarkan anak-anakmu memakan permen, buah-buahan, kacang atau makanan apa saja di antara jam makan. Dua kali makan sehari lebih baik dari tiga kali. Jikalau orang tua memberikan contoh dengan melanggar prinsip, anak-anak akan segera mengikutinya. Ketidakteraturan dalam hal makan akan merusak keserasian alat pencernaan. Bilamana anak-anak datang ke meja makan, mereka tidak menikmati makanan sehat. Selera mereka menginginkan sesuatu yang paling berbahaya bagi mereka. Seringkali anak-anakmu menderita penyakit demam yang menyerang secara mendadak karena kebiasaan makan tidak teratur. Orangtualah yang bertanggung jawab atas penyakit ini. Adalah kewajiban orang tua untuk memperhatikan kebiasaan-kebiasaan yang dibentuk anak-anak, apakah itu menunjang kesehatan sehingga mengurangi banyak kesusahan.
Anak-anak juga terlalu sering diberi makan. Ini menimbulkan demam dan penderitaan dalam pelbagai bentuk. Janganlah memaksa perut itu bertugas terus; biarlah dia mempunyai waktu istirahat. Kalau tidak, anak-anak akan rewel, gelisah dan mudah diserang penyakit.

Pendidikan Selera secara Dini
Pendidikan anak dalam hal kebiasaan makan dapat disalahtafsirkan. Anak kecil perlu mempelajari bahwa mereka makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Latihan harus dimulai pada saat ibu menggendong bayi itu. Bayi itu harus diberi makan hanya pada waktu yang sudah ditentukan. Semakin besar, frekuensinya lebih sedikit. Janganlah memberikan padanya permen atau makanan orang dewasa. Dia tidak dapat mencernanya. Keteraturan dan ketelitian dalam memberikan makan bayi itu bukan hanya meningkatkan kesehatan dan memenangkan dia untuk berlaku manis, tetapi akan meletakkan dasar kebiasaan yang membawa berkat padanya di kemudian hari.
Sementara anak itu beranjak dari masa kanak-kanak, masih diperlukan ketelitian untuk mendidik cita rasa dan seleranya. Sering mereka dibiarkan memilih makanan mereka dan memakannya kapan saja tanpa memperhatikan kesehatan. Sering diguna-kan uang untuk membeli makanan mewah yang tidak menyehatkan sehingga anak-anak dapat berpikir bahwa tujuan utama dalam hidup ialah pemuasan selera. Seringkali mereka dibiarkan memakan makanan pilihannya sendiri tanpa menghiraukan kesehatan. Jerih payah dan uang yang digunakan untuk makanan mewah ini menimbul-kan pemikiran pada otak orang muda bahwa tujuan utama di dalam hidup dan apa yang akan memberikan kebahagiaan yang paling besar adalah memanjakan selera. Akibat latihan seperti ini ialah kerakusan. Kemudian, timbullah penyakit yang biasanya diikuti dengan penggunaan obat-obat beracun.
Orang tua harus melatih selera anak-anak mereka. Janganlah pernah membiarkan anak-anak menggunakan makanan yang tidak menyehatkan. Tetapi usahakanlah mengatur makanan itu. Hati-hatilah, jangan kita bersalah dengan memaksa anak-anak memakan makanan yang tidak enak, atau memakan lebih dari yang diperlukan. Anak-anak mempunyai hak, mereka berhak memilih. Jikalau pilihan mereka masuk diakal, mereka harus dihormati….
Ibu-ibu yang memuaskan keinginan anak-anaknya dengan mengorbankan kesehatan dan perangai yang gembira, mereka menabur benih kejahatan yang akan bertumbuh dan berbuah. Kebiasaan pemanjaan diri bertumbuh bersamaan dengan pertumbuhan si anak. Kesehatan mental dan fisik, keduanya dikorbankan. Ibu yang melakukan hal ini akan menuai dengan rasa pahit. Mereka menyaksikan anak-anak mereka bertumbuh dengan pikiran dan tabiat yang tidak layak untuk melakukan sesuatu yang agung dan berguna di masyarakat atau di rumah. Kekuasaan fisik, mental dan rohani menderita di bawah pengaruh makanan yang tidak menyehatkan. Naluri atau hati nurani dilemahkan, maka daya tangkap otak sudah timpang.
Sementara anak-anak harus diajar menguasai selera dan makan berdasarkan aturan kesehatan, biarlah dijelaskan bahwa mereka menyangkal diri hanya dari yang mem-bahayakan diri mereka. Mereka membuang yang menyakitkan untuk yang lebih baik. Biarlah meja makan itu diatur menarik dan mengundang selera. Biarlah itu diisi dengan makanan yang baik yang diberikan Allah dengan limpahnya. Biarlah waktu makan itu menyenangkan dan menggembirakan. Sementara kita menikmati pemberian Allah, biarlah kita mengucap syukur kepada si Pemberi itu.
Banyak orang tua memanjakan anak-anak dalam hal makan dan minum seenaknya dan kapan saja. Ini dilakukan untuk menghindari tugas mendidik anak akan kebiasaan penyangkalan diri. Mereka tidak menuntun anak-anak bagaimana caranya menggunakan semua berkat Allah dengan benar. Selera dan pemanjaan yang mementingkan diri akan bertumbuh bersamaan dengan pertumbuhan anak dan menjadi kuat bersamaan dengan kekuatan anak, kalau tidak dicegah. Bilamana anak-anak ini memulai kehidupan dengan diri sendiri dan mengambil tempat di tengah-tengah masyarakat, mereka tidak berkuasa melawan pencobaan. Kekotoran moral dan kejahatan besar merajalela di mana-mana. Pencobaan memanjakan selera dan memuaskan keinginan tidak berkurang dengan pertambahan tahun. Umumnya orang muda diperintah oleh perasaan sehingga mereka menjadi hamba selera. Kita dapat melihat kejahatan akibat pendidikan yang timpang di dalam diri orang malas, orang rakus, perokok dan pemabuk.

Pemanjaan dan Kebejatan Moral
Anak-anak yang tidak teratur makan biasanya lemah, pucat, kerdil, gelisah, gampang marah dan mudah tersinggung. Segala sesuatu yang agung telah dikorbankan demi selera dan nafsu kebinatangan. Kehidupan anak-anak dari umur lima sampai sepuluh tahun dan yang berumur lima belas tahun nampaknya ditandai dengan kebejatan moral. Mereka memiliki pengetahuan tentang hampir semua macam kejahatan. Dalam hal ini orangtualah yang bersalah paling banyak. Kepada mereka akan ditimpakan dosa-dosa anak-anak mereka karena tingkah laku merekalah yang menuntun anak-anak ke dalam dosa. Mereka menggoda anak-anak memanjakan selera dengan menyajikan makanan daging di atas meja makan, begitu juga makanan berbumbu rempah-rempah berkadar tinggi yang cenderung membangkitkan nafsu kebinatangan. Dengan teladan hidup, mereka mengajar anak-anak supaya tidak bertarak dalam hal makan. Mereka memanjakan diri untuk makan kapan saja sepanjang hari, sehingga alat pencernaan senantiasa dibebani. Kaum ibu hanya mempunyai sedikit waktu untuk mengajar anak-anak. Waktu yang berharga itu digunakan untuk memasak pelbagai macam makanan yang tidak menyehatkan untuk disajikan di meja makan.
Banyak orang tua telah mengizinkan anak-anak mereka menuju keruntuhan sementara mereka mencoba mengatur kehidupan yang penuh gaya. Jikalau datang tamu, mereka ingin agar mengelilingi meja makan yang penuh makanan mewah seperti menjamu tamu agung. Banyak uang dan waktu digunakan untuk maksud ini. Untuk menjaga gengsi, makanan mewah disediakan, yaitu yang sesuai dengan selera mereka. Orang yang mengaku Kristen pun melakukan hal yang sama. Mereka mengundang sekelompok orang. Tujuan utama para undangan itu ialah menikmati makanan mewah. Orang Kristen harus mengadakan pembaruan dalam hal ini. Sewaktu mereka menjamu tamu-tamu mereka dengan sopan, janganlah mereka menjadi hamba gengsi dan selera.

Belajarlah Sederhana
Makanan harus begitu sederhana sehingga penyediaannya tidak akan menyita seluruh waktu si ibu. Memang benar bawa meja makan harus diisi dengan makanan yang menyehatkan yang juga menarik selera. Janganlah engkau mengira bahwa apa saja yang diramu lalu disajikan sebagai makanan itu sudah cukup baik untuk anak-anak. Gunakanlah sedikit waktu saja untuk penyediaan makanan yang tidak menyehatkan, untuk memuaskan selera yang salah, dan lebih banyak waktu untuk mendidik dan melatih anak-anak. Biarlah tenaga yang engkau gunakan untuk merencanakan apa yang engkau akan makan dan minum, dan apa yang engkau hendak pakai, digunakan untuk memelihara jiwa mereka tetap bersih dan pakaian mereka tetap rapi.
Daging berbumbu kadar tinggi, ditambah dengan makanan cuci mulut yang mewah, semuanya menguras tenaga inti alat pencernaan anak-anak. Sekiranya mereka dibiasakan dengan makanan sederhana yang menyehatkan, maka selera mereka tidak akan menginginkan makanan ekstra yang non-alamiah dan yang bercampur baur. . . . Makanan daging bagi anak-anak bukanlah yang terbaik untuk memastikan sukses. . . . Adalah berbahaya bagi anak-anak untuk mendidik mereka supaya bergantung pada makanan daging. Lebih mudah menciptakan selera non-alamiah daripada membetulkan dan membaiki selera setelah menjadi sifat alamiah sekunder.

Membantu Sifat Tidak Bertarak
Walaupun kaum ibu menangisi sifat tidak bertarak yang terdapat di mana-mana mereka tidak melihat dalam-dalam apa yang menyebabkannya. Setiap hari mereka menyediakan pelbagai macam makanan yang berbumbu kadar tinggi, yang menarik selera dan mendorong orang supaya makan terlalu banyak. Meja makan orang Amerika biasanya dilengkapi begitu rupa sehingga orang menjadi pemabuk. Selera adalah prinsip pengatur bagi kebanyakan orang. Barangsiapa yang memanjakan selera supaya makan terlalu sering, yaitu makanan yang tidak berkualitas menyehatkan, dia melemahkan kuasanya untuk menolak seruan selera dan nafsu dalam segi lain sebanding dengan sifat kebiasaan dia makan yang tidak benar. Kaum ibu perlu diyakinkan akan kewajiban mereka kepada Allah dan kepada dunia untuk mengisi masyarakat dengan anak-anak yang sudah membangun tabiat baik. Laki-laki dan perempuan bertindak dengan prinsip yang teguh akan dapat berdiri teguh pada zaman polusi dan kemerosotan moral ini….
Banyak wanita yang mengaku Kristen mengisi meja makannya setiap hari dengan bermacam-macam jenis makanan yang mengganggu perut dan merusak mesin tubuh. Makanan daging adalah makanan utama yang terdapat di meja makan banyak keluarga, sampai darah mereka mengandung bibit kanker yang merusak. Tubuh mereka terbentuk dari apa yang mereka makan. Tetapi, apabila penderitaan dan penyakit menyerang mereka, mereka menganggap siksaan itu datang dari Tuhan.
Kami ulangi, sifat tidak bertarak dimulai di meja makan kita. Selera dimanjakan sampai pemanjaan itu menjadi sifat alamiah sekunder. Dengan menggunakan teh dan kopi , selera dibentuk untuk menginginkan tembakau, dan tembakau mendorong selera untuk minuman keras.
Biarlah orang tua mulai bergerak untuk membasmi sifat tidak bertarak di ruang keluarga. Dalam prinsip, biarlah mereka mengajar anak-anak untuk mengikuti, sejak bayi, maka mereka dapat mengharapkan sukses.


Dengan menggunakan teh dan kopi, selera dibentuk untuk menginginkan tembakau, dan tembakau mendorong selera untuk minuman keras.

Orang tua harus menjadikan tujuan utama untuk menjadi bijaksana dalam menangai anak-anak dengan cara yang benar. Mereka dapat memperoleh pikiran yang sehat dalam tubuh yang sehat. Prinsip pertarakan harus dijalankan dalam semua aspek kehidupan keluarga. Penyangkalan diri haruslah diajarkan kepada anak-anak, dan menekankannya kepada mereka sejak masa kanak-kanak.
Banyak orang tua mendidik cita rasa anak-anaknya dan membentuk selera. Mereka memanjakan dengan makanan daging dan meminum teh dan kopi; yang sebagian ibu mendorong anak-anak menggunakannya. Ini menyediakan jalan bagi mereka untuk menginginkan bahan perangsang yang lebih keras, seperti tembakau. Penggunaan tembakau mendorong selera untuk minuman keras. Kemudian penggunaan tembakau dan minuman keras melemahkan kuasa saraf.
Jikalau cita rasa orang Kristen dibangkitkan mengenai pelajaran pertarakan dalam segala hal, mereka dapat memulainya di meja makan dengan teladan menolong mereka yang lemah dalam pengendalian diri, yang hampir lumpuh menolak keinginan selera. Jikalau kita menyadari bahwa kebiasaan yang kita bentuk dalam kehidupan ini akan mempengaruhi keinginan kita yang abadi, bahwa tujuan kita sangat bergantung pada kebiasaan pertarakan kita, maka kita akan mengusahakan pertarakan yang ketat dalam hal makan dan minum.
Dengan contoh kehidupan dan usaha pribadi, kita menjadi sarana dalam penyelamatan banyak jiwa dari kemerosotan sifat tidak bertarak, kejahatan dan kematian. Kaum wanita dapat melakukan banyak hal demi keselamatan orang lain dengan mengisi meja makan mereka hanya dengan makanan bergizi yang menyehatkan. Boleh saja mereka menggunakan waktunya yang berharga dalam mendidik cita rasa dan selera anak-anaknya, supaya membentuk kebiasaan bertarak dalam segala hal. Mereka dapat mendorong penyangkalan diri dan kedermawanan demi kebaikan orang lain.
Sekalipun Kristus telah memberikan contoh bagi kita di padang belantara pencobaan, yaitu dengan menyangkal selera, dan mematahkan kuasanya, namun masih banyak ibu yang menyediakan bagi anak-anaknya menjadi orang rakus dan pemabuk. Ini dilakukan dengan contoh kehidupan dan ajaran yang diberikan kepada anak-anak. Anak-anak sering dimanjakan untuk memakan apa yang mereka pilih dan kapan memakannya tanpa memperhatikan kesehatan. Banyak anak-anak yang terdidik menjadi rakus sejak bayi. Melalui pemanjaan selera, mereka menderita kejang perut pada usia yang relatif muda. Pemanjaan diri dan sifat tidak bertarak dalam hal makan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan mereka dan menjadi kuat bersamaan dengan pertambahan kekuatan. Tenaga mental dan fisik dikorbankan karena pemanjaan orang tua. Cita rasa sudah terbentuk bagi bahan makanan tertentu. Dari bahan ini mereka tidak menerima keuntungan, yang ada hanya kerusakan, tubuh dibebani dan seluruhnya lemah.

Ajarkanlah Kebencian terhadap Bahan Perangsang
Ajarlah anak-anakmu supaya membenci bahan perangsang. Berapa banyak yang tanpa sadar memiliki selera bahan-bahan perangsang seperti ini. Di Eropa, saya melihat perawat menaruh gelas anggur atau bir ke bibir anak kecil yang tidak berdosa. Dengan demikian mereka membentuk satu cita rasa untuk bahan perangsang. Sementara mereka bertumbuh dewasa, mereka belajar untuk bergantung sedikit demi sedikit pada zat ini, sampai mereka terkalahkan dan tak dapat ditolong lagi. Akhirnya mereka menjadi pemabuk.
Tetapi bukan hanya itu akibat selera yang diselewengkan dan dijadikan jerat. Makanan itu sering membangkitkan keinginan untuk minuman yang merangsang. Makanan mewah disajikan kepada anak-anak, yaitu makanan berbumbu tinggi, sop lemak hewani, kue dan makanan cuci mulut. Makanan berbumbu kadar tinggi ini mengganggu perut, sehingga menimbulkan satu keinginan untuk bahan perangsang yang lebih keras. Selera bukan hanya digoda untuk makanan yang tidak sesuai yang dimakan anak-anak dengan bebas waktu makan, tetapi mereka dibiarkan makan di antara jam makan. Pada saat mereka berusia empat belas tahun, mereka menjadi penderita sakit kejang perut.
Mungkin engkau pernah melihat gambar lambang seorang pemabuk. Kondisi yang sama dihasilkan oleh pengaruh rempah-rempah pedas yang mengganggu. Dengan perut yang dalam keadaan demikian, ada keinginan akan sesuatu yang lebih pedas untuk memenuhi keinginan selera, sesuatu yang lebih pedas dan lebih pedas lagi. Kemudian engkau akan mendapati anakmu itu merokok di jalanan.

Makanan yang Berbahaya Khusus bagi Anak-anak
Mustahil bagi mereka yang dikekang selera akan memperoleh kesempurnaan tabiat. Perasaan moralitas anak-anakmu tak dapat dibangunkan dengan mudah, kecuali engkau berhati-hati memilih jenis makanan bagi mereka. Banyak ibu yang mengisi meja makan yang menjadi jerat bagi keluarga. Makanan daging, mentega, keju, makanan cuci mulut yang mewah, makanan berbumbu rempah-rempah berkadar tinggi, dan sebagainya dengan bebas disantap oleh orangtua dan anak-anak. Bahan makanan ini menghambat pencernaan, menegangkan saraf dan melemahkan otak. Alat pembuat darah tak dapat mengolah bahan seperti itu menjadi darah yang baik. Lemak yang ada dalam makanan menyulitkan pencernaan. Pengaruh keju membahayakan. Roti yang terbuat dari tepung halus tidak merawat tubuh seperti tepung kasar. Makanan seperti itu tidak memelihara tubuh dalam kondisi puncak. Rempah-rempah mengganggu lapisan halus dari lambung, tetapi akhirnya merusak kepekaan lapisan yang halus ini. Darah mendidih, sifat kebinatangan dibangkitkan, sedangkan kuasa moral dan mental dilemahkan. Akhirnya orang itu menjadi hamba nafsu yang tak terkendalikan. Sang ibu harus mempelajari bagaimana caranya menyajikan makanan sederhana namun bergizi kepada anggota keluarganya.

Memerangi Kecenderungan Jahat
Maukah kaum ibu generasi sekarang merasakan kesucian tugas mereka. Janganlah mencoba bersaing dengan tetangga yang kaya dalam penampilan, tetapi usahakan supaya melebihi mereka dalam melakukan tugas pendidikan anak-anak dengan setia


Jangan mencoba bersaing dengan tetangga yang kaya dalam penampilan, tetapi usahakan supaya melebihi mereka dalam melakukan tugas pendidikan anak-anak dengan setia demi hidup yang terbaik.

demi hidup yang terbaik. Jikalau anak-anak dan orang muda dididik dalam kebiasaan dan penyangkalan diri dan pengendalian diri, agar mereka diajarkan bahwa mereka makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan, maka lebih sedikit penyakit dan kemerosotan moral. Maka, gerakan pertarakan sedikit saja dilakukan yang berarti tidak banyak, jikalau prinsip yang benar tentang pertarakan ditanamkan dalam diri orang muda yang membentuk masyarakat. Barulah mereka mempunyai nilai moral dan kesalehan moral untuk menolak polusi pikiran di zaman akhir ini dengan pertolongan Yesus…. Mungkin orang tua sudah memindahkan kepada anak-anak kecenderungan selera dan nafsu. Itu akan lebih menyulitkan pekerjaan pendidikan dan latihan bagi anak-anak mereka supaya bertarak dengan ketat dan supaya mereka mempunyai kebiasaan murni yang menguntungkan. Jikalau selera yang menginginkan makanan yang tidak menyehatkan, bahan perangsang atau narkotik, telah dipindahkan kepada mereka sebagai warisan dari orang tua, betapa dahsyat tanggung jawab orang tua untuk memerangi kecenderung-an jahat yang telah mereka wariskan kepada anak-anak mereka. Betapa sungguh-sungguh dan rajin orang tua bekerja melakukan tugasnya, dalam iman dan pengharapan, bagi turunannya yang malang itu!
Orangtua harus mendahulukan tugas utama yaitu memahami hukum hidup dan hukum kesehatan, agar apa yang mereka lakukan dalam penyediaan makanan, atau melalui kebiasaan lainnya, tidak akan membangun kecenderungan yang salah dalam diri anak-anak mereka. Seorang ibu harus mempelajari dengan teliti bagaimana caranya menyediakan meja makan dengan makanan yang paling sederhana dan menyehatkan. Alat pencernaan tidak lagi dilemahkan, kuasa saraf tidak lagi timpang, dan anak-anak mereka tidak lagi melawan petunjuk yang mereka dapat. Semuanya itu bersumber dari makanan yang disajikan di hadapan mereka. Makanan ini bisa melemahkan alat pencernaan atau menguatkannya dan itu memegang peranan penting dalam mengatur kesehatan fisik dan moral anak-anak, yang adalah milik Allah yang sudah dibeli dengan darah. Betapa suci tugas yang dipercayakan kepada orangtua untuk menjaga pem-bentukan fisik dan moral anak-anak, agar susunan saraf seimbang dan jiwa tidak terancam bahaya! Mereka yang memanjakan selera anak-anak mereka dan tidak mengendalikan nafsu mereka, akan melihat kesalahan besar yang mereka telah lakukan, contohnya dalam hal kesukaan akan tembakau, hamba minuman keras. Saraf mereka sudah dilumpuhkan dan bibir mereka mengucapkan kepalsuan dan penghinaan atau hujat.

Kejamnya Pemanjaan
Telah ditunjukkan pada saya bahwa satu penyebab utama mengapa terjadi hal-hal yang menyedihkan ialah: Orang tua tidak merasa bertanggung jawab untuk membesarkan anak-anak mereka dalam penyesuaian diri dengan hukum alam. Kaum ibu menyayangi anak-anak mereka dengan kasih akan penyembahan berhala dan memanja-kan seleranya walaupun mereka mengetahui bahwa itu merusak kesehatan dengan demikian anak-anak mendapat penyakit dan ketidakbahagiaan. Kebaikan yang kejam dinyatakan sampai sekian jauh dalam generasi yang sekarang ini. Keinginan anak-anak dipuaskan dengan mengorbankan kesehatan dan perangai gembira, karena untuk sementara, lebih mudah bagi ibu untuk memuaskan mereka daripada menahankan apa yang mereka inginkan.
Kaum ibu menanam benih yang akan bertumbuh dan berbuah. Anak-anak tidak dididik untuk menyangkal selera dan membatasi keinginan lalu mereka mementingkan diri, rewel, suka melawan, tidak berterima kasih dan tidak suci. Para ibu yang melakukan seperti ini akan menuai kepahitan, yaitu buah hasil benih yang mereka telah tanam. Mereka telah berdosa terhadap surga dan terhadap anak-anak mereka. Allah akan menuntut pertanggungjawabannya.
Apabila orangtua dan anak-anak bertemu pada saat perhitungan terakhir, pemandangan yang bagaimanakah akan terlihat? Ribuan anak yang menjadi hamba selera dan kejahatan yang memalukan, yang kehidupan mereka hanyalah reruntuhan moral, mereka akan saling tatap muka dengan orangtua yang membuat mereka demikian. Bukankah orangtua yang harus memikul tanggung jawab yang dahsyat ini? Apakah Tuhan menciptakan anak-anak muda ini bejat? Oh, tidak! Kalau begitu, siapakah yang sudah melakukan pekerjaan yang dahsyat ini? Bukankah dosa orangtua dipindahkan ke dalam diri anak-anak mereka dalam bentuk selera yang salah dan nafsu? Bukankah pekerjaan itu disempurnakan oleh mereka yang mengabaikan pendidikan mereka? Bukankah mereka harus dididik supaya sesuai dengan citra Allah? Sebagaimana pastinya kehadiran mereka, para orang tua ini akan melewati pengadilan Allah.

Perhatian Sementara dalam Perjalanan
Sementara berada dalam mobil, saya mendengar komentar orang tua bahwa selera anak-anak mereka sangat peka. Kalau tidak ada makanan daging atau kue, mereka tidak bisa makan. Sesudah makan siang, saya memperhatikan kualitas makanan yang diberikan kepada anak-anak ini. Makanan itu terbuat dari tepung halus, daging yang dilapisi dengan rempah-rempah hitam, sop yang dibumbui rempah-rempah pedas, kue dan makanan ringan. Wajah anak-anak yang serba pucat itu jelas menunjukkan penyalahgunaan perut yang sedang menderita. Dua di antara anak-anak ini mem-perhatikan anak-anak keluarga lain sedang makan keju bersama makanan lain. Mereka kehilangan selera melihat hal itu, sampai ibu yang memanjakan ini meminta sepotong keju untuk anak-anaknya. Dia takut kalau anak-anak tidak mau makan sama sekali. Si ibu menyeletuk: Anak-anak saya suka ini atau itu begitu banyak. Jadi saya membiarkan mereka memakan apa yang disukai, karena selera menginginkan makanan yang diperlukan tubuh.
Ini mungkin benar kalau selera itu belum diselewengkan. Ada selera alamiah, ada pula selera yang sudah diselewengkan. Orang tua yang sudah mengajar anak-anak mereka supaya memakan makanan yang merangsang dan tidak menyehatkan selama hidup, sampai cita rasa itu sudah dirusakkan sehingga mereka ingin makan tanah liat, batu tulis, kopi gosong, teh kental, kulit manis, bawang putih, rempah-rempah, tidak boleh mengatakan bahwa selera menuntut apa yang diperlukan tubuh. Selera sudah dididik dengan salah, sampai selera itu diselewengkan. Alat pencernaan yang halus sudah dirangsang dan terbakar sampai kehilangan kepekaannya. Makanan sederhana yang menyehatkan nampaknya hambar bagi mereka. Perut yang sudah disalahgunakan itu tidak akan melakukan tugasnya, kecuali didorong dengan bahan yang paling merangsang. Sekiranya anak-anak ini telah dilatih untuk memakan hanya makanan sehat yang disediakan dengan cara yang paling sederhana dan menjaga sari alamiahnya jangan sampai hilang, menghindari makanan daging, lemak, segala jenis rempah-rempah, maka cita rasa dan selera tidak akan rusak. Sebagaimana telah ditunjukkan, makanan alamiah adalah makanan terbaik untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Sementara orangtua dan anak-anak sedang memakan makanan mewah, saya dengan suami pada jam 1:00 siang memakan makanan kami yang sederhana yang terdiri dari roti jelai tanpa mentega bersama buah-buahan yang banyak. Kami makan dengan rasa nikmat dan perasaan bersyukur. Kami tidak harus membawa belanjaan yang limpah untuk memuaskan selera secara bebas. Kami makan dengan sepuas-puasnya tanpa merasa lapar lagi sampai besok paginya. Anak lelaki yang memakan jeruk, kacang, jagung dan permen menganggap kami sebagai pembeli yang tidak mampu. Makanan berkualitas rendah yang mereka makan itu tak dapat diolah menjadi darah yang baik dan perangai yang baik pula. Anak-anak mereka pucat pasi. Ada di antaranya yang mempunyai luka busuk di dahi dan tangan. Yang lain hampir buta dengan mata yang sakit, yang merusak kecantikan wajahnya. Yang lain mempunyai borok di kulit, tersiksa dengan batuk, mata rabun, sakit kerongkongan dan paru-paru. Saya memperhatikan seorang anak lelaki umur tiga tahun yang menderita karena mencret. Dia demam, tetapi tampaknya dia hanya memerlukan makanan. Setiap menit dia meminta kue, daging ayam dan sop. Si ibu memenuhi semua permintaannya seperti seorang hamba penurut. Jikalau makanan yang diminta itu tidak muncul segera setelah diminta, anak itu menangis dan kata-kata itu semakin tidak menyenangkan. Lalu si ibu berkata: “Baik, baik sayang, engkau akan mendapatkannya!” Setelah makanan itu ditempatkan di tangannya, makanan itu dibuang di lantai mobil dengan nada marah, karena makanan itu tidak cepat diberikan kepadanya. Seorang perempuan kecil sedang memakan daging rebus, sop berbumbu rempah-rempah, roti dan mentega. Ketika dia melirik pada piring saya, dia menginginkan sesuatu. Inilah rupanya yang belum pernah dimakannya. Lalu dia merengek dan tidak mau makan. Anak yang berumur enam tahun itu mengatakan dia mau sepiring makanan. Saya kira dia menginginkan apel merah yang sedang saya makan. Meskipun persediaan kami sangat terbatas, saya merasa kasihan kepada orang tua itu. Jadi saya memberikan anak itu sebuah apel besar. Dia merenggutnya dari tangan saya, lalu dengan geram dia melemparkannya dengan cepat ke lantai mobil. Saya berpikir, kalau anak ini terus dibiarkan mengikuti kemauannya, maka dia akan membawa rasa malu kepada ibunya.


Proses pertumbuhan tubuh diperlambat dengan susunan makanan yang tidak baik. Otak dan saraf dipengaruhi, dan nafsu terangsang dengan mudahnya.

Pertunjukan nafsu seperti ini adalah akibat dari pemanjaan si ibu. Kualitas makanan yang disediakannya untuk anak-anaknya membebani alat pencernaan secara terus-menerus. Darah menjadi cemar. Anak itu berpenyakitan dan mudah tersinggung. Makanan yang berkualitas rendah yang diberikan kepada anak ini ialah jenis makanan yang membangkitkan nafsu, merendahkan moral dan intelek. Orangtua membentuk kebiasaan anak mereka. Mereka menjadikannya bersifat mementingkan diri dan tidak mengasihi. Mereka tidak membatasi keinginannya, atau mengendalikan nafsunya. Apakah yang diharapkan dari anak itu setelah dewasa nanti? Banyak yang tidak memahami hubungan pikiran dengan tubuh. Proses pertumbuhan tubuh diperlambat dengan susunan makanan yang tidak baik. Otak dan saraf dipengaruhi, dan nafsu terangsang dengan mudahnya.
Seorang anak berusia sekitar sepuluh tahun menderita. Demam dan menggigil, sehingga tidak mau makan. Sang ibu membujuknya, makanlah sedikit kue agar-agar ini. Ini daging ayam yang enak. Maukah engkau mencicipi makanan yang ini? Akhirnya anak itu memakan makanan cukup banyak untuk seorang yang sehat. Makanan yang dipaksakan padanya tidak baik untuk perut demi kesehatan. Seharusnya makanan itu tidak diberikan kepada orang sakit. Dalam tempo dua jam, sementara membersihkan kepala anak itu, si ibu mengatakan yang ia tidak dapat mengerti mengapa anak itu demam tinggi. Dia telah menambahkan, bahan bakar kepada api, lalu merasa heran mengapa api itu menyala. Sekiranya anak itu dibiarkan sehingga alam yang mengambil alih pengobatan, perut anak itu sempat istirahat seperlunya dan penderitaannya jauh berkurang. Ibu seperti ini tidak siap membesarkan anak-anak atau melahirkannya. Penyebab utama penderitaan manusia ialah karena tidak berpengetahuan tentang bagaimana caranya memperlakukan tubuh kita.
Pertanyaan kebanyakan orang ialah: Apakah yang akan saya makan? Bagaimana caranya saya hidup untuk menikmati masa yang sekarang? Kewajiban dan prinsip disisihkan demi kepuasan hidup sekarang ini. Jika kita mau hidup sehat, kita harus menghidupkannya. Orang tua sangat bertanggung jawab atas kesehatan fisik dan moral anak-anaknya. Mereka harus mengajar anak-anaknya dan mendorong mereka untuk menyesuaikan diri dengan hukum kesehatan demi kesejahteraan mereka, dan untuk menyelamatkan diri dari penderitaan dan kesusahan. Betapa aneh kalau ibu memanja-kan anak-anak mereka untuk merusak kesehatan fisik, mental dan moral bagaimanakah kira-kira tabiat orang seperti itu? Para ibu seperti ini menjadikan anak-anak mereka tidak berbahagia dalam hidup ini, sehingga masa depan anak-anak itu suram.

Penyebab Kegelisahan dan Mudah Tersinggung
Hidup teratur haruslah menjadi peraturan dalam membentuk tabiat anak-anak. Para ibu sering membuat kesalahan yang besar dalam mengizinkan mereka untuk makan sesuatu di antara makan. Perut menjadi kacau oleh praktek hidup seperti itu, dan hal itu telah meletakkan dasar bagi kesulitan pada masa mendatang. Keresahan terjadi karena makanan yang tidak menyehatkan yang masih belum dicerna; namun si ibu merasa bahwa dia tidak mempunyai waktu untuk memikirkan sebab-sebabnya terjadi demikian, dan atau berusaha untuk memperbaikinya. Iapun tidak mau menenangkan kegelisahannya. Ibu pun segera memberikan kepada anaknya yang masih kecil itu sepotong kue atau makanan yang lain untuk menenangkan mereka, namun cara ini hanyalah membuat kesalahan itu lebih besar lagi. Ada ibu-ibu yang lain, dalam kecemasan, mereka melakukan pekerjaan yang begitu banyak, menderita ketegangan sehingga mereka lebih mudah tersinggung daripada anak-anak, lalu memarahi dan malah memukul mereka dan berusaha untuk menakuti anak mereka agar bisa tenang.
Ibu sering mengeluh akan kesehatan anak mereka, lalu meminta nasihat dari dokter, padahal, apabila mereka mau menggunakan sedikit akal sehat, maka mereka akan melihat bahwa kesulitan itu terjadi karena kesalahan dalam makanan.


Orangtua harus memberikan pekerjaan kepada anak-anak mereka. Tidak ada yang lebih pasti sumber kejahatannya daripada tak berbuat apa-apa.

Kita hidup dalam zaman yang penuh kerakusan, dan kebiasaan yang didapatkan oleh anak-anak, bahkan oleh begitu banyak umat Allah, sangatlah bertentangan dengan hukum alam. Pernah saya duduk dengan beberapa orang anak yang berumur di bawah dua belas tahun. Daging disajikan dengan begitu limpahnya, kemudian seorang gadis kecil yang kurus dan agak gugup meminta acar. Sebuah botol berisi irisan sayur yang dibumbui dengan lada dan rempah-rempah dimakan dengan lahap. Anak tersebut terkenal karena selalu gelisah dan mudah tersinggung dan bumbu pedas inilah yang membuat dia mempunyai keadaan seperti apa yang dia miliki. Ada lagi anak-anak yang lebih besar berpikir bahwa mereka tidak bisa makan tanpa daging, dan menunjukkan ketidakpuasan dan malah berlaku tidak menghargai, apabila daging itu tidak disediakan bagi mereka. Ibu begitu memanjakan mereka atas apa yang mereka suka dan apa yang mereka tidak suka sehingga si ibu akhirnya menjadi budak pada kesukaan anak-anaknya. Ada anak yang tidak dibiasakan dengan bekerja, kebanyakan waktu hanya untuk membaca bacaan yang tidak ber-manfaat atau yang lebih jahat lagi. Sering si anak mengeluh sakit kepala, dan tidak mau makan makanan yang sederhana.
Orangtua harus memberikan pekerjaan kepada anak-anak mereka. Tidak ada yang lebih pasti sumber kejahatannya daripada tak berbuat apa-apa. Dengan melakukan pekerjaan akan memberikan kekuatan bagi otot-otot akan memberikan selera makan untuk makanan yang sederhana namun menyehatkan dan anak yang diberikan pekerja-an yang teratur tidak akan bangkit dari meja sambil mengeluh karena tidak ada makanan daging dan berbagai makanan lainnya yang menggoda selera makannya.
Yesus, Anak Allah, dalam bekerja dengan tangan-Nya pada perusahaan kayu, telah memberikan satu teladan kepada orang-orang muda. Biarlah mereka yang enggan untuk melakukan kewajiban hidup itu mengingat bahwa Yesus sangat penurut pada orangtua-Nya, dan berusaha menolong untuk menghidupi keluarga-Nya. Hanya sedikit hal yang mewah terlihat di atas meja makan dari Yusuf dan Maria, karena mereka adalah yang termasuk keluarga miskin dan ramah.

Hubungan Makanan dengan Pembangunan Akhlak
Kuasa Setan sangat dahsyat mempengaruhi anak muda dewasa ini. Kecuali pikiran anak-anak kita teguh dan serasi dengan prinsip agama, moral mereka akan merosot karena contoh jahat dari orang-orang yang mereka hubungi. Bahaya orang muda paling besar ialah kurang pengendalian diri. Para orang tua memanjakan dan tidak mendidik anaknya tentang penyangkalan diri. Makanan yang mereka sajikan di hadapan mereka ialah yang mengganggu perut. Rangsangan yang ditimbulkannya akan dihubung-kan dengan otak, dan sebagai akibatnya, nafsu pun dibangkitkan. Ini tidak boleh terlalu sering berulang. Apa yang dimasukkan ke dalam perut bukan hanya mempengaruhi tubuh, tetapi sangat mempengaruhi pikiran juga. Makanan yang merangsang dan yang kacau susunannya akan memanaskan darah, merangsang saraf, sering menumpulkan persepsi moral sehingga pertimbangan sehat dan hati nurani ditunjang oleh keinginan nafsu. Sulit atau hampir tidak mungkin bagi seorang yang tidak bertarak dalam hal makan untuk melatih kesabaran dan pengendalian diri. Oleh sebab itu, anak-anak perlu diberikan hanya makanan yang menyehatkan dan tidak merangsang, karena tabiat anak belum terbentuk seluruhnya. Dalam kasih sayang, Allah kita yang di surga memancarkan terang reformasi kesehatan untuk melindungi kita dari kejahatan akibat dari pemanjaan selera yang tidak dibatasi.
“Jika engkau makan, atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah.” Apakah orang tua me-lakukan hal ini sementara mereka menyediakan makanan di atas meja makan lalu me-manggil seluruh keluarga untuk menikmatinya? Apakah mereka menyajikan makanan yang mereka tahu hanya itulah yang dapat menjadikan darah yang baik, yang akan memelihara tubuh dalam menghadapi demam ringan, dan menempatkannya pada hubungan yang terbaik dengan hidup dan kesehatan? Atau, apakah mereka menyajikan makanan yang mengganggu, merangsang dan tidak menyehatkan, tanpa memperhatikan masa depan anak-anaknya?
Para pembaru kesehatan pun bisa bersalah dalam hal kuantitas makanan. Mereka dapat makan tanpa batas makanan berkualitas tinggi yang menyehatkan. Mereka belum pernah menentukan pendirian. Sebagian bersalah dalam hal kualitas. Mereka memilih untuk memakan dan meminum apa yang mereka sukai dan melakukan-nya kapan saja. Dalam hal ini mereka sudah merusak tubuh mereka. Bukan hanya itu. Mereka merusak anggota keluarga dengan menyajikan makanan pedas yang menambah sifat kebinatangan anak-anak mereka, sehingga mereka tidak mempedulikan perkara-perkara surgawi. Dengan demikian orangtua menguatkan nafsu kebinatangan dan mengurangi kuasa rohani anak-anak mereka. Betapa besar hukuman yang mereka terima pada akhirnya! Kemudian mereka merasa heran mengapa anak-anak mereka begitu lemah moralnya.

Kejahatan di Antara Anak-anak
Kita hidup pada zaman yang penuh kejahatan. Sekaranglah waktunya ketika Setan tampaknya menguasai hampir seluruhnya pikiran yang tak pasrah kepada Allah. Karena itu, tanggung jawab besar terletak pada orangtua atau wali yang membesarkan anak-anak. Orangtua telah memikul tanggung jawab dalam melahirkan anak-anak ini. Sekarang, apakah tugas mereka? Apakah membiarkan mereka bertumbuh semaunya atau seadanya. Izinkanlah saya berkata: Tanggung jawab berat terletak pada para orang tua ini….
Saya telah mengatakan bahwa beberapa di antara saudara bersifat mementingkan diri. Kamu tidak memahami apa yang saya maksudkan. Kamu telah mempelajari makanan apa yang paling menarik selera. Selera dan kesenanganlah yang menguasai kamu, bukan kemuliaan Allah. Maka tidak ada keinginan untuk maju dalam hidup Ilahi, atau menyempurnakan kesucian di dalam takut akan Allah. Kamu mencari kesenangan diri dan selera sendiri. Sementara kamu melakukannya, Setan berhasil memasuki dirimu sehingga pada umumnya dia mengacaukan usahamu setiap saat.
Sebagian dari para bapa telah membawa anaknya ke dokter untuk pemeriksaan badan. Saya dapat memberitahukan padamu dalam dua menit apa masalahnya. Kesehatan anakmu sudah merosot. Setan telah menguasainya. Dia masuk pada saat engkau sudah atau sedang istirahat, sedang bingung atau sedang tertidur. Setan menyadari posisimu sebagai allah bagi mereka, yang akan melindungi mereka. Allah telah memerintahkan kamu untuk membesarkan mereka di dalam takut akan Allah dan pemeliharaan-Nya. Tetapi Setan telah masuk mendahului engkau. Dia telah mengikat anakmu dengan tali pengikat yang kuat. Lalu kamu tertidur lagi. Kiranya surga mengasihani engkau dan anak-anakmu, karena kamu semuanya memerlukan pengasihan-Nya.


SEKIRANYA BEGINI… KEADAAN PASTI BERUBAH
Sekiranya engkau memegang pendirian dalam reformasi kesehatan; sekiranya engkau menambahkan kebajikan kepada iman, dan pengetahuan kepada kebajikan, dan pertarakan kepada pengetahuan, keadaan pasti berubah. Tetapi engkau hanya setengah terangsang karena kebusukan dan kejahatan yang ada di rumahmu….
Engkau seharusnya mengajar anak-anakmu. Engkau harus mengajar mereka bagaimana menangkal kejahatan dan kebusukan zaman ini. Sebaliknya, banyak orang mengajar bagaimana caranya memperoleh sesuatu yang enak untuk dimakan. Engkau menyajikan di meja makan yaitu makanan seperti mentega, telur dan makanan daging. Lalu anak-anakmu melahapnya. Mereka diberi makan dengan bahan makanan yang merangsang nafsu daging. Lalu engkau datang kepada Allah untuk meminta Dia memberkati anak-anakmu dan menyelamatkan mereka. Berapa jauhkah doamu itu melayang? Engkau mempunyai tugas yang harus dilaksanakan lebih dulu. Setelah melakukan segala sesuatu bagi anak-anakmu yaitu yang ditugaskan Allah padamu, kemudian dengan keyakinan engkau dapat menuntut pertolongan khusus yang dijanjikan Allah kepadamu.
Engkau harus belajar bertarak dalam segala hal. Engkau harus mempelajarinya, apa yang engkau makan dan minum. Tetapi engkau berkata: “Bukan urusan siapa-siapa tentang apa yang saya makan, atau apa yang saya minum, atau apa yang saya sajikan di meja makan saya.” Itu adalah urusan seseorang, kecuali engkau mengurung anak-anakmu lalu pergi ke padang gurun di mana mereka hidup bergaul.

Ajarlah Anak-anakmu Bagaimana Caranya Menghadapi Pencobaan
Awasilah seleramu. Ajarlah anak-anakmu dengan pengajaran dan teladan hidup bagaimana menggunakan makanan sederhana. Ajarlah mereka supaya rajin, bukan hanya sibuk, tetapi melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Usahakan mem-bangunkan kepekaan moral. Ajarlah mereka bahwa Allah menuntut mereka sejak kecil. Beritahukan


Ajarlah anak-anakmu dengan pengajaran dan teladan hidup bagaimana menggunakan makanan sederhana. Ajarlah mereka supaya rajin, bukan hanya sibuk, tetapi melakukan pekerjaan yang bermanfaat.

pada mereka bahwa ada kebejatan moral yang harus dilawan, bahwa mereka perlu datang kepada Yesus dan menyerahkan diri kepada-Nya, baik tubuh dan roh, bahwa di dalam Dia mereka akan menemukan kekuatan untuk melawan setiap pencobaan. Biarlah mereka memikirkan bahwa mereka diciptakan bukan hanya menyenangkan diri mereka sendiri, tetapi menjadi hamba Allah untuk maksud-maksud mulia. Ajarlah mereka begini: Jikalau penggodaan men-dorong pemanjaan diri, bilamana Setan berusaha menutupi wajah Allah dari pandangan mereka, atau memandang pada Yesus dan berkata: “Tolong, Tuhan; jangan sampai saya kalah.” Malaikat akan mengelilingi mereka sebagai jawab kepada doa mereka, lalu menuntunnya kepada jalan yang aman.
Kristus berdoa untuk murid-murid-Nya, bukan supaya mereka diangkat dari dunia ini, tetapi supaya mereka terlindung dari kejahatan, supaya mereka tidak menyerah kepada pencobaan yang mereka hadapi setiap saat. Inilah doa yang harus dilayangkan oleh setiap bapa dan ibu. Tetapi apakah begitu caranya mereka memohon kepada Allah demi anak-anaknya, lalu kemudian meninggalkannya untuk melakukan apa saja yang mereka mau lakukan? Haruskah mereka memanjakan selera sampai selera itu menguasainya, lalu kemudian mereka mengharapkan, anak-anak dapat dibatasi? Tidak! Pertarakan dan pengendalian diri harus diajarkan sejak bayi. Tanggung jawab terletak lebih banyak pada ibu dalam hal ini. Ikatan batin yang paling halus di dunia ialah antara ibu dan anaknya. Anak itu lebih terpengaruh dengan contoh kehidupan ibunya daripada dengan bapanya. Ini terjadi karena ikatan halus yang mempersatukan. Namun tanggung jawab si ibu berat sehingga, dia memerlukan bantuan bapa senantiasa.
Aku akan membayarmu, hai kaum ibu, untuk menggunakan waktu yang berharga yang diberikan Allah bagimu untuk membentuk tabiat anak-anakmu, dan mengajar mereka supaya berpegang teguh pada prinsip pertarakan dalam hal makan dan minum. . . .
Setan melihat bahwa dia tidak dapat menguasai pikiran sepenuhnya jikalau selera itu dikuasai; karena itu dimanjakan, dia senantiasa bekerja untuk menuntun manusia kepada pemanjaannya. Di bawah pengaruh makanan yang tidak menyehatkan, hati nurani jadi lemah, pikiran dikelamkan dan daya ingatan jadi timpang. Tetapi dosa pelanggar itu tidak berkurang karena hati nurani sudah dilanggar sampai menjadi kebal.
Bapa dan ibu, berdoalah senantiasa. Jagalah dengan ketat sifat tidak bertarak dalam bentuk apa pun. Ajarlah anak-anakmu prinsip reformasi kesehatan yang benar. Ajarlah mereka apa yang perlu dihindari untuk memelihara kesehatan. Murka Allah sudah mulai dicurahkan atas anak-anak yang tidak menurut. Kejahatan apa, dosa apa, perbuatan jahat yang bagaimana, semua dinyatakan setiap saat! Sebagai satu umat, kita sangat berhati-hati melindungi anak-anak kita dari teman-teman mereka yang memalukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar