Jumat, 09 Oktober 2015

PENYEMBAHAN BAAL BAG 1



Beberapa waktu yang lalu sekelompok anak sekolah berkunjung ke kampus Universitas Andrews dan me-ngunjungi Museum Arkeologi Horn yang baru diper-baiki. Mereka keluar dari tempat itu dengan penuh kesan. Lebih dari seorang berminat kepada musuh ku-no Israel setelah melihat patung Baal dalam pajangan. Seorang anak  berkata, “Saya benar-benar suka de-ngan patung Baal, hanya saja ia sangat kurus.” Anak yang lain berkata, “Saya sangat suka dengan patung miniatur Baal itu.”1

Bukan saja anak-anak yang telah terpesona oleh tu-han palsu ini. Patung Baal; penyembahan Baal; dan pengaruh Baal yang begitu halus dan meluas telah menguasai anak-anak manusia dalam belenggu raha-sia yang memilukan sepanjang masa.

Sejarah menunjukkan bahwa jejak penyembahan Baal yang menyimpang menuntun kembali kepada Taman Eden. Tentu saja tidak ada patung yang nyata yang di-letakkan di tempat  yang indah tersebut, tetapi bahwa di dalam dirinya sendiri ada sebuah bagian dari  kha-yalan yang telah kita warisi. Hal terakhir yang dibutuh-kan seseorang tentang penyembahan Baal adalah patung Baal yang sesungguhnya.

Bukti kasat mata dari permusuhan yang berurat bera-kar terhadap Tuhan mulai tampak segera setelah pe-ristiwa Eden. Catatan menunjukkan bahwa kota perta-ma dunia dibangun oleh pembunuh pertama dunia. Kainlah yang “mendirikan suatu kota dan dinamainya kota itu Henokh, menurut nama anaknya” (Kejadian 4:17). Manusia mulai memuji manusia dan memba-ngun monumen-monumen bagi diri mereka. Kain ti-dak terlalu percaya kepada janji perlindungan Tuhan. Imannya akan diletakkan pada karya manusia, keme-gahan bangunan-bangunan, perlindungan dari din-ding-dinding batu. Akar dari aliansi tandingan ini, kha-yalan mistis dari penyembahan Baal dimulai ketika pa-sangan kudus di Eden mulai mempertanyakan firman Tuhan.

“Tentulah Allah berfirman… bukan?” adalah sindiran sinis dari ular naga yang meletakkan dasar bagi pertentangan besar di dunia ini. Kemudian terjadilah peristiwa memakan buah terlarang yang menentukan itu yang hingga sekarang membelenggu manusia dalam perbuatan jahat. Di permukaan ini mungkin tampak tidak berhubungan dengan penyembahan Baal.  Namun pekerjaan musuh itu selalu diselubungi misteri dan kegelapan. Kita harus mengejar ini.

 

Bahkan pahlawan-pahlawan iman yang dihormati di dalam catatan suci menjadi saksi dari penduplikatan kodrat manusia dan jarang kemenangan rohani berdiri tanpa noda karena pemujaan Baal secara terbuka ataupun rahasia. Kebijaksanaan, kasih dan keadilan Tuhan memberi kekuatan untuk mengalahkan setiap jejak dari persekutuan palsu ini. Janji bahwa akan tiba saatnya ketika umat Israel milik Tuhan akan memahami dosa yang mengerikan dari penyembahan Baal, dan “lalu tempat kudus itu akan dipulihkan dalam keadaan yang wajar." (Daniel 8:14). Di dalam pengumuman ini terdapat kabar  baik, yaitu bahwa sebuah proses sedang dipertimbangkan yang untuk selamanya akan membebaskan umat manusia dan Tuhan Sendiri yang akan berdiri terpisah dan dipulihkan dari stigma (pertimbangan) dosa.


Penyembahan Baal selama Berabad-abad

Terlalu banyak orang MAHK yang cenderung mengira bahwa penyembahan Baal berhubungan dengan penyembahan matahari, namun sebagian besar mereka mengira bahwa itulah satu-satunya kesesatan di zaman Elia. Pengingkaran akan Sang Pencipta hanyalah bukti pada zaman itu yang menunjukkan permusuhan lama dari hati manusia yang berakar di Eden.

Kesesatan dari anak lelaki pertama Adam menghasilkan tuaian yang begitu merosot, “maka menyesallah TUHAN, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya” karena “kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata” (Kejadian 6:6, 5). Kain menjadi bapa dari orang yang tidak setia yang menetapkan sebuah sistem pemberontakan yang berpuncak pada air bah. Itu adalah sebuah jalan hidup, sebuah strategi yang menolak firman Tuhan.

Hanya dibutuhkan tiga generasi setelah air bah untuk meletakkan batu penjuru kesesatan besar begitu dalam dan liat yang dapat bertahan hingga akhir zaman. Ham, salah satu dari tiga anak lelaki Nuh yang selamat di dalam bahtera, tampaknya hanya sedikit saja belajar dari pengalamannya. Keturunan Ham adalah terkenal dengan kekejaman mereka. Anaknya, Kanaan adalah bapa dari musuh bangsa Israel yang tak tergantikan, orang-orang Kanaan. Cucunya adalah Nimrod, dan Nimrod adalah “seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN” (Kejadian 10:8) yang menjadi pendiri dan pemimpin pertama Babel. Kota inilah yang ditakdirkan menjadi "Babel besar, ibu dari wanita-wanita pelacur dan dari kekejian bumi" (Wahyu 17:5). Bukanlah kemegahan bangunan-bangunan yang harus agung, kendati para arkeolog hingga saat ini masih terkagum-kagum kepada sisa-sisa reruntuhan kota itu, namun “kekejian” yang menjadi besar dan menyebabkan dunia mabuk. Catatan tentang  kota ini akan bertahan hingga Bait Suci dipulihkan. Kita sekarang ini hidup di masa pemulihan tersebut.

Setelah kira-kira seribu tahun kemudian anak-anak manusia telah mencapai suatu tempat yang sekali lagi Tuhan dihadapkan kepada sebuah krisis. Garis Sem  yang setia hampir punah dari bumi. Apakah yang dapat dilakukan Tuhan? Ia tampaknya telah ditinggalkan hanya dengan keluarga Abraham. Ia harus mencoba lagi. Ia perlu mengeluarkan Abraham dari tanah kelahirannya, jauh dari penyembahan berhala, jauh dari gagasan-gagasan palsu, menuju sebuah tanah yang Tuhan sendiri akan menunjukkan kepadanya. Dan demikianlah terjadi.

Dan setelah ini terjadi kehancuran Sodom; Yusuf di Mesir; Musa memimpin Israel; Peristiwa Paskah; Israel keluar dari Mesir; Kemah Suci dan upacara-upacaranya; mata-mata, yang setia dan tidak setia; kesesatan di perbatasan tanah perjanjian; keinginan memiliki raja duniawi untuk menggantikan Raja Surgawi yang akhirnya membawa Ahab naik ke takhta. Dan kemudian terjadi pertunjukan yang amat menyedihkan tentang penipuan dan kebutaan di Gunung Karmel. Krisis ini adalah buah dari kegagalan bertahun-tahun untuk mendengarkan firman peringatan dan nasehat yang telah dikirimkan oleh Tuhan. Setiap penolakan untuk bertobat telah memperdalam kesalahan mereka dan menggiring mereka lebih jauh dari surga. Dari tahun ke tahun, selama kira-kira seribu tahun, Israel telah menjauh dari jalan Tuhan.


Elia dapat menghadapi Raja Ahab hanya karena ia memiliki iman yang tulus dan kuat kepada kuasa firman Tuhan yang tidak pernah gagal. Ia tidak mencari-cari kerjaan. Pada saat yang sama ia “tidak berani ragu-ragu akan perintah ilahi.”2 Ia mengetahui bahwa “ketidakpercayaan adalah pemisah yang besar pada bangsa pilihan dari Sumber kekuatan mereka…. Seruan yang berulang-ulang, protes, dan peringatan telah gagal membawa Israel kepada pertobatan. Saatnya telah tiba ketika Tuhan harus berbicara kepada mereka melalui penghakiman… sukubangsa Israel yang sesat harus ditunjukkan kebodohannya karena percaya kepada kuasa Baal demi berkat-berkat yang sementara.”3

BERSAMBUNG >>>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar