13. Definisi terbaik
untuk iman adalah percaya (trust). Percaya
(trust) adalah bergantung kepada yang
lain.
Mungkin engkau pernah mendengar cerita tentang pemain akrobat yang berjalan di atas tali yang menyeberangi air terjun
Penonton bertepuk tangan. Mereka merasa yakin dia dapat melakukannya. Namun kemudian dia bertanya, “Siapa yang mau menjadi sukarelawan untuk menaiki gerobak tangan ini?”
Semuanya terdiam.
Yakobus 2:19 menggambarkan perbedaan yang sama ini: “Engkau
percaya (believe) bahwa ada hanya
satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setanpun percaya akan hal itu dan
mereka gemetar.” Untuk memiliki iman yang menyelamatkan, engkau membutuhkan
lebih dari sekedar persetujuan mental. Bahkan setan-setan pun memilikinya,
dan hasilnya mereka gemetar.
Setan-setan percaya (believe)—namun
mereka tidak percaya (trust). Dan
itulah perbedaan pentingnya.
Tiga kata menggambarkan ketergantungan hubungan orang Kristen kepada Allah: iman, percaya (believe), dan percaya (trust). Dalam penggunaan moderen, percaya (believe) sering hanya menunjukkan pemikiran dari sikap mental. Iman kadangkala dicampuradukkan dengan pemikiran positif (positive thinking). Tetapi kata percaya (trust) mungkin datang dari gambaran terdekat Alkitab tentang ketergantungan kepada Allah. Di manapun engkau menemukan kata percaya (believe) atau iman di Alkitab, engkau dapat menggantikannya dengan kata percaya (trust), dan mungkin memahami sebuah dimensi baru terhadap kata yang biasa tersebut.
Contohnya, “Percayalah (believe) kepada TUHAN Yesus Kristus, dan engkau akan selamat,
engkau dan seisi rumahmu.” (Kisah 16:31), akan dibaca,
“Percayalah (trust)
kepada TUHAN Yesus Kristus, dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu.”
Selected Messages, jilid 1, hlm. 398, berkata, “Iman tidak hanya terdiri dari percaya (believe) saja, tetapi juga percaya (trust).” Dan Education, hlm. 253: “Iman adalah bergantung (trusting) kepada TUHAN.”
Selected Messages, jilid 1, hlm. 398, berkata, “Iman tidak hanya terdiri dari percaya (believe) saja, tetapi juga percaya (trust).” Dan Education, hlm. 253: “Iman adalah bergantung (trusting) kepada TUHAN.”
Iman adalah bergantung kepada Yang Lain. Ini mungkin adalah kata yang terdekat untuk kata menyerah yang ditemukan di dalam Alkitab, karena kata itu membawa pemikiran menyerahkan hidupmu di dalam pengendalian TUHAN.”
Orang-orang yang berpencapaian tinggi tidak menyukai ide ketergantungan ini. Ini dapat menjadi sesuatu yang menakutkan untuk memikirkan menempatkan dirimu di bawah kendali orang lain. Ini dapat menghancurkan kesombongan manusia dan rasa puas diri untuk mengizinkan orang lain menjadi penentu. Namun “tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.” (Ibrani 11:6)—atau, “tanpa percaya (trust) tidak mungkin berkenaan di hadapan-Nya.” Hanya ketika kita menyerahkan jalan dan kemauan diri, dan sepenuhnya percaya (trust) di dalam kuasa-Nya untuk diselamatkan, barulah TUHAN dapat memenuhi maksud-Nya di dalam hidup kita.
Seperti anak-anak yang membawa mainan mereka yang rusak; Dengan air mata, agar dapat perhatian
Aku membawa impianku yang hancur kepada TUHAN
Karena Dia adalah Sahabat-ku.
Namun kemudian, daripada membiarkan-Nya
Bekerja sendiri, dalam damai
Aku tetap ada di dekat-Nya dan mencoba membantu
Dengan caraku sendiri
Akhirnya aku merampas kembali impianku dan berseru,
“Mengapa Engkau begitu lambat bekerja?”
“Anakku,” kata-Nya, “Apa yang bisa Aku lakukan?
Engkau tidak pernah menyerahkannya.”Iman yang sejati, atau percaya (trust), berserah. Hal itu bergantung sepenuhnya. Itu sangat rentan. Akal budi dan pengertian dan logika manusia hanya dapat melangkah sejauh yang dapat dibuktikan dan dilihat mata, dan kemudian kita harus melangkah ke dalam sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kecuali oleh pengalaman.Para
sarjana theologia kadang kala menyebutkan kebenaran ini sebagai “lompatan
iman”.
“Mengapa Engkau begitu lambat bekerja?”
“Anakku,” kata-Nya, “Apa yang bisa Aku lakukan?
Engkau tidak pernah menyerahkannya.”Iman yang sejati, atau percaya (trust), berserah. Hal itu bergantung sepenuhnya. Itu sangat rentan. Akal budi dan pengertian dan logika manusia hanya dapat melangkah sejauh yang dapat dibuktikan dan dilihat mata, dan kemudian kita harus melangkah ke dalam sesuatu yang tidak dapat dibuktikan kecuali oleh pengalaman.
Tetapi percaya (trust) kepada TUHAN bukanlah sebuah lompatan di dalam kegelapan. Dia telah memberikan kita bukti-bukti yang cukup untuk menjadi dasar kepercayaan (trust) kita di dalam Dia.
Dalam Matius 15 kita menemukan cerita tentang seorang perempuan Kanaan. Dia datang mencari Yesus, telah berjalan sejauh 50 mil agar pencariannya dapat beroleh hasil. Untuk bertemu Dia yang sedang berjalan di jalan yang berdebu dari negerinya pastilah telah memberikannya kekuatan untuk percaya (believe). Tetapi ketika membawakan permohonannya kepada Yesus, Dia seolah-olah mengabaikannya. Perempuan itu tetap bertahan, dan Yesus kelihatan seperti menghina dia. Namun ada bukti yang cukup di penampilan-Nya dan tekanan suara-Nya, perilaku-Nya yang mendorong dia untuk mempercayai (trust) Dia lebih dalam dari penampilannya yang menjengkelkan, dan dia bertahan hingga imannya memberikan hasil. Jawabannya datang ketika dia tetap dan terus-menerus bergantung kepada-Nya.
Catatan penerjemah:
Believe adalah percaya yang hanya ditunjukkan dalam
sikap mental saja. Hanya berupa pemikiran.
Trust adalah bentuk percaya yang lebih kuat dari believe. Trust tidak hanya dinyatakan dalam sikap mental atau pemikiran, tetapi juga dinyatakan dalam tindakan.. Trust adalah percaya yang diikuti penyerahan dan ketergantungan sepenuhnya kepada TUHAN.
Tesis 3 : Mencari Yesus
tesis 4 : Kekristenan dan Keselamatan tidak didasarkan pada apa yang engkau lakukan, tetapi pada siapa yang engkau kenal.
Tesis 5 : Berbuat benar dengan cara tidak berbuat salah sama dengan tidak berbuat benar.
Tesis 6 : Kebenaran akan membuatmu bermoral, tetapi moralitas tidak akan membuatmu benar.
7. Perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan alasan agar kita diselamatkan. Perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungan-nya dengan alasan agar kita dibinasakan.
8. Setiap orang dilahirkan penuh dosa
tesis 4 : Kekristenan dan Keselamatan tidak didasarkan pada apa yang engkau lakukan, tetapi pada siapa yang engkau kenal.
Tesis 5 : Berbuat benar dengan cara tidak berbuat salah sama dengan tidak berbuat benar.
Tesis 6 : Kebenaran akan membuatmu bermoral, tetapi moralitas tidak akan membuatmu benar.
7. Perbuatan-perbuatan baik kita tidak ada hubungannya dengan alasan agar kita diselamatkan. Perbuatan-perbuatan jahat kita tidak ada hubungan-nya dengan alasan agar kita dibinasakan.
8. Setiap orang dilahirkan penuh dosa
9. TUHAN tidak menuntut pertanggungjawaban kita karena dilahirkan penuh dosa.
10. Kita tidak berdosa karena melakukan dosa. Kita melakukan dosa karena kita orang berdosa.
11. Dosa (tunggal)—hidup terpisah dari Allah, menghasilkan dosa-dosa (jamak)—melakukan hal-hal yang salah.
12. Siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa.
10. Kita tidak berdosa karena melakukan dosa. Kita melakukan dosa karena kita orang berdosa.
11. Dosa (tunggal)—hidup terpisah dari Allah, menghasilkan dosa-dosa (jamak)—melakukan hal-hal yang salah.
12. Siapapun yang hidup terpisah dari Allah, hidup di dalam dosa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar