Rabu, 15 Februari 2017

SIAPAKAH HENOKH?





“Karena iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kemati-an, dan ia tidak ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Se-bab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berke-nan kepada Allah.”—Ibrani 11:5
Beribu-ribu tahun lalu Henokh, seseorang yang mengasihi dan takut akan TUHAN, berjalan di atas bumi ini. Kehidupan Henokh merupakan suatu kontras yang mutlak dibandingkan dengan keba-nyakan orang pada zaman itu. Kehidupannya merupakan suatu integritas, tabiatnya tak bercela, rasa hormat dan kesetiaannya kepada Tuhan tak tergoyahkan. Kasih Henokh terhadap Allah dan sesama manusia dibuktikan melalui kehidupannya yang tidak me-mentingkan diri sendiri. “...Henokh... memperoleh kesaksian, bah-wa ia berkenan kepada Allah.”—Ibrani 11:5.
Selain sebagai seorang suami, ayah, teman, dan warganegara yang setia, Henokh juga adalah seorang pengkhotbah mengenai ke-benaran yang sering pergi ke tempat-tempat umum untuk mem-peringatkan orang-orang tentang akibat yang pasti dari ketidakpa-tuhan terhadap Tuhan. “Juga tentang mereka Henokh, keturunan ke-tujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan da-tang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi se-mua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua ka-ta-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu ter-hadap Tuhan.’” –Yudas 1:14,15.
Selama kehidupannya di dunia, Henokh dikenal karena integri-tas dan pelayanannya kepada Tuhan. Hari ini Henokh dikenal kare-na sebuah kebenaran bahwa Tuhan mengangkatnya langsung ke surga.
Setelah Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memper-anakkan Metusalah. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi, sebab ia telah diangkat oleh Allah.”—Kejadian 5:21-24.
Mengenai Henokh, ada tertulis bahwa ia hidup selama 65 ta-hun, dan memperanakkan seorang anak laki-laki. Setelah itu, ia ber-jalan dengan Allah selama 300 tahun. Selama tahun-tahun sebelum-nya, Henokh telah mengasihi dan takut akan TUHAN dan telah me-nuruti hukum-hukumNya. Ia merupakan salah satu keturunan yang suci, pemelihara iman yang sejati, nenek moyang dari benih yang di-janjikan. Dari mulut Adam, ia telah mempelajari kisah kelam me-ngenai kejatuhan manusia, dan kisah sukacita akan kasih Allah se-perti yang terlihat di dalam perjanjian, dan ia bertumpu kepada Sang Penebus untuk datang.
Setelah kelahiran putranya yang pertama, Henokh mencapai sebuah pengalaman yang lebih tinggi; ia ditarik ke dalam sebuah hu-bungan yang lebih dekat dengan TUHAN. Henokh lebih menyadari kewajiban-kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai putra Tuhan. Dan saat ia melihat kasih anaknya terhadap ayahnya, rasa percaya-nya yang lugu akan penjagaan ayahnya; ketika ia merasakan kele-mahlembutan hatinya sendiri yang dalam dan kuat terhadap putranya yang pertama itu, ia mempelajari suatu pelajaran yang sangat berhar-ga akan kasih TUHAN mengagumkan terhadap manusia di dalam anugerah berupa AnakNya, dan rasa percaya yang mana anak-anak TUHAN dapat taruh kepada Bapa Surgawi. Kasih Tuhan yang tak ter-batas dan tak dapat diduga melalui Kristus menjadi tema renungan-nya pagi dan malam; dan dengan segenap kekuatan jiwanya, ia beru-saha untuk mengabarkan kasih itu kepada orang-orang di mana ia tinggal.
Henokh berjalan dengan TUHAN bukan dalam keadaan tidak sadar atau sebuah penglihatan, tetapi terjadi di dalam segala tugas-tugasnya setiap hari. Ia tidak menjadi seorang pertapa, menutup di-rinya sendiri dari dunia; karena ia memiliki suatu tugas untuk dilaksa-nakan buat Tuhan di dunia ini. Di dalam keluarganya dan hubungan-nya dengan manusia, sebagai seorang suami dan ayah, teman, war-ga negara, ia adalah seorang hamba Tuhan yang setia dan teguh.
Hatinya selaras dengan kehendak Tuhan; karena “Berjalankah dua orang bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”—Amos 3:3. Dan perjalanan ini berlangsung selama tiga ratus tahun. Ada bebe-rapa orang Kristen yang tidak akan menjadi lebih sungguh-sungguh dan setia apabila mereka mengetahui bahwa mereka memiliki waktu yang singkat untuk hidup, atau bahwa kedatangan Kristus hendak segera terjadi. Tetapi iman Henokh tumbuh menjadi lebih kuat, kasih-nya menjadi lebih berkobar-kobar dengan berjalannya abad demi abad.
Henokh adalah seorang manusia dengan akal budi yang kuat dan berpendidikan dan memiliki pengetahuan yang luas; ia dikaruniai penglihatan-penglihatan yang khusus dari Tuhan; walaupun berada di dalam hubungan yang dekat dengan surga secara konstan, de-ngan kesadaran akan kebesaran dan kesempurnaan ilahi di hadap-annya, ia merupakan salah satu orang yang paling rendah hati. Se-makin dekat hubungannya dengan Tuhan, semakin dalam ia menya-dari akan kelemahan dan ketidaksempurnaan dirinya sendiri.
Merasa terbebani dengan kejahatan orang-orang kafir yang se-makin bertambah, dan takut bahwa kejahatan mereka akan mengu-rangi rasa takutnya akan Tuhan, Henokh menghindari hubungan yang terus-menerus dengan mereka, dan mengunakan banyak waktu dalam kesendirian, menyediakan dirinya sendiri untuk merenung dan berdoa. Demikianlah ia menunggu akan Tuhan, mencari pengertian yang lebih jelas akan kehendakNya, agar ia da-pat melaksanakannya. Baginya, doa merupakan napas jiwa; ia hidup tepat di tengah-tengah suasana surgawi.

Melalui malaikat-malaikat suci, Tuhan menunjukkan kepada Henokh kehendakNya untuk membinasakan dunia dengan air bah, dan Ia juga membukakan kepadanya rencana keselamatanNya de-ngan lebih jelas.  Melalui roh nubuatan, Ia membawanya melalui ge-nerasi-generasi yang akan hidup setelah air bah, dan menunjukkan kepadanya peristiwa-peristiwa dahsyat yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua dan akhir zaman dunia ini.

Manusia-manusia ini memiliki kepandaian yang mengesankan dan kecakapan yang luar biasa. Mereka memiliki misi yang besar dan suci—untuk mengembangkan tabiat akan kebenaran dan untuk me-ngajarkan suatu pelajaran keilahian.”
“Pelajaran-pelajaran mereka bukanlah untuk manusia di zaman mereka saja, melainkan juga untuk generasi-generasi yang akan da-tang. Hanya beberapa manusia yang menonjol di antara mereka yang disebutkan di dalam Alkitab, tetapi melalui segala zaman Allah memiliki saksi-saksi setia, pengikut yang sungguh-sungguh. Ada orang-orang seperti ini hidup di zaman sekarang.”
Henokh telah bergumul dengan masalah kematian. Sepertinya bagi dia orang-orang benar dan jahat akan kembali menjadi debu bersama-sama, dan ini akan menjadi kesudahan bagi mereka. Ia tak dapat melihat kehidupan akan orang-orang benar melebihi kubur. Di dalam penglihatan nubuatan, ia diberitahukan mengenai kematian Kristus, dan ditunjukkan kedatanganNya dalam kemuliaan, dikawal oleh semua malaikat-malaikat suci, untuk menebus umatNya dari ku-bur. Ia juga melihat keadaan dunia yang jahat di saat Kristus akan kembali kedua kalinya—bahwa akan ada generasi yang sombong, angkuh, dan keras kepala, menyangkal satu-satunya TUHAN dan Tuhan Yesus Kristus, menginjak-injak hukum, dan melecehkan pene-busan dosa. Ia melihat orang benar dimahkotai dengan kemuliaan dan kehormatan, dan orang jahat dihapuskan dari kehadiran TUHAN, dan dimusnahkan oleh api.Henokh menjadi seorang pengkhotbah ke-benaran, mengamarkan kepada orang-orang apa yang Allah telah beritahukan kepadanya. Mereka yang takut akan Tuhan mencari-cari orang suci ini, untuk membagikan ajaran dan doanya. Ia juga bekerja di muka umum, membawa pekabaran-pekabaran Allah kepada mere-ka yang mau mendengar kata-kata amaran. Pekerjaannya tidak diba-tasi di kalangan keturunan Set. Di tanah di mana Kain melarikan diri dari hadirat ilahi, nabi Allah menjelaskan penglihatan-penglihatan yang menakjubkan yang melintasi penglihatannya. “Sesungguhnya,” ia nyatakan, “Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik.”—Yudas 14, 15. Ia adalah penegur dosa yang tak kenal takut. Sementara ia menga-barkan kasih Allah melalui Kristus kepada manusia di zamannya, dan memohon kepada mereka untuk meninggalkan jalan merekah yang jahat, ia menegur kejahatan yang tengah meliputi dan memperingat-kan manusia-manusia generasinya bahwa penghakiman akan tiba di atas para pelanggar dosa. Adalah Roh Kristus yang berbicara melalui Henokh; bahwa Roh itu dinyatakan, bukan hanya di dalam ungkapan-ungkapan kasih, belas kasihan, dan permohonan; bukanlah hal-hal yang menenangkan yang dikabarkan oleh orang-orang kudus. Tuhan menaruh ke dalam hati dan mulut-mulut pembawa kabarnya kebenaran untuk diungkapkan yang tajam dan menusuk seperti pedang bermata dua.
Kuasa Tuhan yang bekerja di dalam hambaNya dirasakan oleh mereka yang mendengar. Beberapa orang mendengarkan amaran itu, dan meninggalkan dosa-dosa mereka, tetapi sejumlah besar orang mengolok-olok pekabaran yang suci itu, dan melanjutkan de-ngan lebih tidak malu jalan mereka yang jahat. Hamba-hamba Tuhan adalah untuk membawa pekabaran yang sama kepada dunia di akhir zaman, dan hal itu akan juga diterima dengan ketidakpercayaan dan olokan. Dunia zaman sebelum air bah menolak kata-kata amaran dari dia yang berjalan dengan Tuhan. Begitu pula generasi akhir me-nyepelekan amaran-amaran pembawa pesan Tuhan.
Di tengah-tengah kehidupannya yang penuh dengan kerja ke-ras, Henokh dengan setia menjaga hubungannya dengan TUHAN. Semakin besar dan semakin menekan pekerjaannya, semakin sering dan bersungguh-sungguh doa-doanya. Ia terus memisahkan dirinya di saat-saat tertentu, dari masyarakat. Setelah tinggal selama bebe-rapa waktu di antara orang-orang, bekerja untuk memberikan keun-tungan bagi mereka melalui nasihat dan teladan, ia mengundurkan diri, untuk melewatkan waktu sendirian, lapar dan dahaga akan hikmat ilahi yang mana hanya Allah dapat berikan. Dengan berko-munikasi dengan Tuhan, Henokh semakin memantulkan rupa ilahi. Wajahnya bercahaya dengan terang ilahi, seperti terang yang bersi-nar di wajah Yesus. Saat ia meninggalkan persekutuan-persekutuan ilahinya, bahkan orang-orang kafir memandang dengan kagum kesan surgawi di wajahnya.
Kejahatan manusia telah mencapai suatu tahap di mana kebinasaan diputuskan di atas mereka. Dengan tahun demi tahun berlalu, semakin dalam dan dalam gelombang kekhilafan manusia bertumbuh, semakin gelap dan gelaplah awan penghakiman ilahi menggumpal. Tetapi Henokh, saksi iman, bertahan di jalannya, memperingatkan, meminta, memohon dengan sungguh-sungguh, berjuang untuk meredakan gelombang kekhilafan dan untuk menenangkan petir-petir pembalasan. Walaupun amaran-amarannya tidak dihiraukan oleh orang-orang yang berdosa dan mencintai kesenangan, ia memiliki kesaksian yang Tuhan setujui, dan ia meneruskan dengan setia perjuangannya melawan kejahatan yang meliputi, sampai Allah mengangkat dia dari dunia yang penuh dosa ke dalam sukacita surgawi yang sejati.
Manusia-manusia generasi itu telah mengolok-olok kebodohan ia yang tidak mencari emas atau perak atau untuk menimbun harta benda di dunia. Tapi hati Henokh ada pada harta surgawi yang kekal. Ia telah melihat kota surgawi. Ia telah melihat Raja di dalam kemuliaanNya di tengah-tengah Sion. Pikirannya, hatinya, percakapannya, berada di surga. Semakin besar kejahatan yang ada, semakin sungguh-sungguh kerinduannya akan rumah Bapa. Semasih tinggal di dunia, ia tinggal, dengan iman, di dalam ruang lingkup terang.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”—Mat. 5:8. Selama tiga ratus tahun lamanya Henokh telah mencari kekudusan jiwa, agar ia dapat selaras dengan surga. Selama tiga abad ia telah berjalan dengan Allah. Hari demi hari ia telah merindukan suatu kesatuan yang lebih dekat; semakin dekat dan dekatlah persekutuan itu, hingga Allah membawa ia ke DiriNya sendiri. Ia telah berdiri di ambang pintu dunia baka, hanya selangkah antara dirinya dan tanah orang suci; dan sekarang gerbang itu terbuka, perjalanan dengan Tuhan, yang telah lama dijalani di dunia, dilanjutkan dan ia melewati gerbang-gerbang Kota Suci—yang pertama di antara manusia untuk memasukinya.
Rasa kehilangan akan dirinya terasa di bumi. Suara yang telah terdengar hari demi hari dalam amaran dan nasihat dirindukan. Ada beberapa orang yang benar dan yang jahat, yang telah menyaksikan kepergiannya; dan melakukan pencarian yang seksama, sama seperti di kemudian hari anak-anak para nabi mencari Eliah; tapi tanpa hasil. Mereka melaporkan bahwa ia tidak ada, karena Allah telah mengangkatnya.
Melalui pengangkatan Henokh, Allah merancang untuk mengajarkan suatu pelajaran yang penting. Ada suatu bahaya bahwa manusia akan menyerah kepada keputusasaan dikarenakan akibat-akibat dosa Adam yang menakutkan. Banyak orang bersedia untuk berseru, “Apa keuntungannya kita telah takut akan Tuhan dan telah menurut hukum-hukumNya, tetapi sebuah kutukan yang berat ada di atas keturunan manusia, dan kematian menjadi bagian kita semua?” Tetapi instruksi-instruksi yang TUHAN berikan kepada Adam, dan yang mana diulang kembali kepada Set, dan dihidupkan oleh Henokh, menyirnakan kesuraman dan kegelapan, dan memberikan harapan kepada manusia, bahwa sama seperti melalui Adam muncul kematian, maka melalui Sang Penebus yang dijanjikan terdapatlah kehidupan dan kekekalan. Setan mendesak manusia untuk mempercayai bahwa tak ada upah bagi orang benar atau hukuman bagi orang jahat, dan bahwa mustahil bagi manusia untuk menuruti hukum-hukum ilahi. Tapi mengenai Henokh, Tuhan menyatakan, bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”—Ibrani 11:6. Ia menunjukkan apa yang Ia dapat lakukan kepada orang-orang yang menurut hukum-hukumNya. Manusia diajar bahwa adalah mungkin untuk menuruti hukum TUHAN; bahkan dengan hidup di tengah dosa dan ketidakmurnian, mereka dapat, melalui kasih Tuhan, untuk menolak pencobaan, dan menjadi murni dan suci. Mereka melihat di dalam teladannya (Henokh) suatu kehidupan yang penuh berkat; dan pengangkatannya merupakan bukti akan kebenaran dari nubuatan mengenai alam baka, dengan upah akan kesukacitaan dan kemuliaan dan hidup kekal bagi yang menurut, dan akan penghukuman, celaka, dan kematian bagi pelanggar hukum.
Dengan iman, Henokh “terangkat, supaya ia tidak mengalami kematian... Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.”—Ibrani 11:5. Di tengah dunia yang melalui kejahatannya ditakdirkan kepada kehancuran, Henokh menghidupkan suatu kehidupan akan suatu hubungan yang dekat dengan Tuhan sehingga ia tidak diizinkan untuk jatuh ke dalam kuasa kematian. Tabiat yang saleh dari nabi ini mewakili keadaan kesucian yang harus didapati oleh mereka yang akan “ditebus dari bumi itu” (Wahyu 14:3) di saat kedatangan Kristus kedua kali. Lalu, sama seperti dunia sebelum air bah, kejahatan akan menang. Mengikuti bisikan-bisikan dari hati mereka yang jahat dan ajaran-ajaran filosofi yang menipu, manusia akan memberontak melawan kuasa Surgawi. Tetapi seperti Henokh, umat Allah akan mencari kemurnian hati dan keselarasan dengan kehendakNya, sampai mereka akan memantulkan keserupaan dengan Kristus. Seperti Henokh, mereka akan mengamarkan dunia akan kedatangan Tuhan yang kedua kali dan akan penghukuman yang akan ditimpakan atas pelanggaran, dan melalui ucapan dan teladan kudus mereka, mereka akan menghukum dosa-dosa orang jahat. Sama seperti Henokh diangkat ke surga sebelum kehancuran dunia oleh air bah, maka orang benar akan diangkat dari bumi sebelum pemusnahannya melalui api. Kata sang rasul, “kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir.” “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. Karena itu hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”—1 Kor. 15:51, 52; 1 Tes. 4:16-18. (Para Nabi dan Bapa, 1890, hal 84-89).
Allah ingin engkau untuk berjalan denganNya sama seperti Henokh, di bagian ini engkau akan mengenal Allah yang dikasihi dan dihormati oleh Henokh.

2. KASIH ALLAH BAGI MANUSIA

Alam dan wahyu secara sama membuktikan kasih TUHAN. Bapa kita di surga adalah sumber kehidupan, hikmat, dan kebahagiaan. Lihatlah hal-hal luar biasa dan indah dari alam. Renungkan akan adaptasi mereka yang hebat akan kebutuhan dan kebahagiaan, bukan hanya dari manusia, tapi semua makhluk hidup. Sinar matahari dan hujan, yang menyejukkan dan menyegarkan bumi, bukit-bukit dan lautan dan dataran-dataran, semua mengungkapkan kepada kita akan kasih Sang Pencipta. Adalah Tuhan yang memenuhi kebutuhan semua ciptaanNya. Melalui kata-kata yang indah dari sang pemazmur—
“Mata sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkaupun memberi mereka makanan pada waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan mengenyangkan segala yang hidup.”—Maz. 145:15, 16.
Tuhan menciptakan manusia dengan kesucian dan kebahagiaan yang sempurna; dan bumi yang indah, seraya datang dari tangan Sang Pencipta, tanpa ada kerusakan sedikitpun atau bayangan kutukan. Pelanggaran akan hukum Tuhan—yaitu hukum kasih—yang telah membawa bencana dan kematian. Walaupun begitu, di tengah penderitaan akibat dari dosa, kasih Tuhan tetap dinyatakan. Ada tertulis bahwa Tuhan mengutuk tanah demi kepentingan manusia. Kejadian 3:17. Semak duri dan rumput duri—kesusahan dan pencobaan yang membuat hidupnya suatu kerja keras dan kekhawatiran—ditujukan demi kebaikannya sebagai bagian dari latihan yang dibutuhkan di dalam rencana Tuhan untuk mengangkatnya dari puing-puing kehancuran yang diakibatkan oleh dosa. Dunia, walaupun telah jatuh, tidak semuanya merupakan kesedihan dan kesengsaraan. Di alam sendiri ada pesan-pesan pengharapan dan penghiburan. Ada bunga-bunga di tumbuhan berduri, dan duri-duri ditutupi oleh mawar-mawar. “TUHAN adalah kasih” tertulis di setiap kuncum yang mekar, di setiap pucuk rerumputan yang bersemi. Burung-burung yang indah bernyanyi di udara dengan lagu-lagu riang gembira mereka, bunga-bunga yang diwarnai dengan lemah lembut di dalam kesempurnaan mereka mengharumkan udara, pepohonan hutan yang tinggi dengan dedaunan hijau yang semarak—semuanya memberikan kesaksian akan pemeliharaan Tuhan kita yang lembut dan bagaikan seorang bapa, dan akan kehendakNya untuk membuat anak-anakNya bahagia.
Sabda TUHAN menyatakan tabiatNya. Ia sendiri telah menyatakan kasihNya yang tak terbatas dan berbelas kasihan. Ketika Musa berdoa, “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” Tuhan menjawab, “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu.”—Keluaran 33:18, 19. Ini adalah kemuliaanNya. Tuhan berjalan melewati Musa, dan berseru, “TUHAN, TUHAN, Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya, yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.”—Kel. 34:6, 7. Ia “panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (karena) “berkenan kepada kasih setia.”—Yunus 4:2, Mikha 7:18.
Tuhan telah mengikat hati kita kepadaNya melalui bukti yang tak terhitung di langit dan di bumi. Melalui hal-hal di alam, dan ikatan-ikatan yang terdalam dan terlembut yang ada di dunia ini yang kenal hati manusia, Dia telah berusaha untuk menyatakan DiriNya sendiri kepada kita. Tapi hal-hal ini tidak menunjukkan kasihNya dengan  sempurna. Melalui semua bukti-bukti yang telah diberikan, musuh kebaikan membutakan pikiran manusia, sehingga mereka melihat TUHAN dengan rasa takut; mereka memandang Dia kejam dan tak bersedia mengampuni.
Setan memimpin manusia untuk memahami Tuhan sebagai suatu makhluk yang sifat utamanya adalah keadilan yang keras—seseorang yang adalah seorang hakim yang kejam, kreditor(pemberi pinjaman) yang kejam dan suka menuntut. Ia menggambarkan Sang Pencipta sebagai makhluk yang mengawasi dengan mata cemburu untuk membedakan pelanggaran dan kesalahan manusia, sehingga Ia dapat memberi hukuman ke atas mereka. Adalah untuk menghapuskan bayangan gelap ini, dengan menyatakan kepada dunia kasih Tuhan yang tak terbatas, maka Yesus datanglah untuk hidup di antara manusia.
Anak Allah turun dari surga untuk menyatakan Sang Bapa. “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya..”—Yoh. 1:18. “...Tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakannya.”—Mat. 11:27. Ketika salah satu murid memohon, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami,” Yesus menjawab, “Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku? Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata: Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.”—Yoh. 14:8, 9.
Di dalam menjelaskan misiNya di dunia, Yesus berkata, Allah “telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas."—Luk. 4:18, 19. Ini adalah pekerjaanNya. Ia berkeliling melakukan perbuatan baik dan menyembuhkan mereka yang ditindas oleh Setan. Ada beberapa desa yang mana tak ada rintihan sakit penyakit di tiap rumah, karena Ia telah mengunjungi mereka dan menyembuhkan semua orang sakit. PekerjaanNya membuktikan akan urapan ilahiNya. Kasih, kemurahan hati, dan belas kasihan dinyatakan di setiap perbuatan di dalam kehidupanNya; hatiNya luluh di dalam simpati yang lembut bagi anak manusia. Ia mengambil rupa manusia, supaya Ia dapat memenuhi kebutuhan manusia. Orang termiskin dan paling rendah tidak takut untuk mendekatiNya. Bahkah anak-anak kecil tertarik kepadaNya. Mereka suka naik ke atas pangkuannya dan menatap ke wajah yang sendu, yang penuh dengan kasih.
Yesus tidak menyembunyikan satu kata pun dari kebenaran, tapi Ia menyatakannya selalu dengan kasih. Ia menggunakan kebijaksanaan yang terbesar dan perhatian yang penuh pengertian dan ramah di dalam hubunganNya dengan orang-orang. Ia tidak pernah kasar, tak pernah mengucapkan tanpa perlu kata yang kasar, tak pernah menyakiti tanpa perlu jiwa yang lemah. Ia tidak mencela kelemahan manusia. Ia mengatakan kebenaran, tapi selalu dalam kasih. Ia mencela kemunafikan, ketidakpercayaan, dan kejahatan; tapi air mata selalu terdengar di dalam suaranya ketika Ia mengutarakan peringatanNya yang keras. Ia menangisi Yerusalem, kota yang Ia kasihi, yang menolak untuk menerimaNya, jalan, kebenaran, dan hidup. Mereka telah menolakNya, Sang JuruSelamat, tapi Ia memandang mereka dengan kelemahlembutan yang penuh belas kasihan. KehidupanNya merupakan suatu penyangkalan diri dan perhatian yang penuh pengertian bagi orang lain. Setiap jiwa berharga di hadapanNya. Walaupun Ia memperlihatkan DiriNya sendiri dengan kewibawaan ilahi, Ia bersujud dengan hormat yang paling dalam kepada anggota keluarga TUHAN. Di dalam setiap manusia, Ia melihat jiwa-jiwa yang telah jatuh yang mana adalah misiNya untuk selamatkan.
Inilah tabiat Kristus seperti yang dinyatakan di dalam kehidupanNya. Ini adalah tabiat TUHAN. Adalah datang dari hati Bapa aliran-aliran belas kasihan ilahi, dinyatakan dalam Kristus, mengalir ke anak manusia. Yesus, JuruSelamat yang lemah lembut dan berbelas kasihan, adalah Tuhan “dalam rupa manusia.”—1 Tim. 3:16.
Adalah untuk menebus kita bahwa Yesus hidup dan menderita dan mati. Ia menjadi “Seorang yang penuh Kesengsaraan,” sehingga kita dapat ambil bagian dalam sukacita kekal. Tuhan mengizinkan PutraNya yang terkasih, penuh dengan kasih dan kebenaran, untuk turun dari dunia dengan kemuliaan yang tak dapat dilukiskan, ke dalam dunia yang dirusak dan dicemari dosa, menjadi gelap dengan bayangan kematian dan kutuk. Ia memperbolehkan Ia untuk meninggalkan pelukan kasihNya, pujian malaikat-malaikat, untuk menderita malu, olokan, penghinaan, benci, dan kematian. “Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”—Yes. 53:5. Pandanglah Ia di padang belantara, di Getsemani, di atas kayu salib! Anak Allah yang tak ternoda menaruh beban dosa ke atas DiriNya sendiri. Ia yang pernah menjadi satu dengan TUHAN, merasakan di dalam jiwaNya perpisahan yang mengerikan yang dosa ciptakan antara Allah dan manusia. Ini keluar dari bibirnya tangisan yang memilukan, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”—Mat. 27:46. Adalah beban dosa, rasa kekejaman yang mengerikan dari dosa, perpisahan jiwa dari Allah—hal inilah yang menghacurkan hati Anak Allah.
Tapi pengorbanan besar ini tidak dilakukan untuk menumbuhkan kasih bagi manusia di dalam hati Bapa, tidak untuk membuatNya bersedia menyelamatkan. Tidak, tidak! “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.”—Yoh. 3:16. Bapa mengasihi kita, bukan karena pendamaian yang luar biasa itu, tapi Ia menyediakan pendamaian itu karena Ia mengasihi kita. Kristus adalah sarana di mana Ia dapat mengalirkan kasihNya yang tak terbatas ke atas dunia yang telah jatuh. Melalui penderitaan di Getsemani, kematian di Kalvari, hati Kasih yang tak terbatas telah membayar biaya keselamatan kita.
Yesus berkata, “Bapa mengasihi Aku, oleh karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.”—Yoh. 10:17. Hal itu berarti, “BapaKu begitu mengasihi engkau tetapi Ia lebih mengasihi Aku karena Aku memberikan nyawaKu untuk menebusmu. Dengan menjadi Pengganti dan Penjaminmu, dengan menyerahkan hidupKu, dengan menanggung tanggung jawabmu, pelanggaranmu, Aku dikasihi BapaKu; karena melalui pengorbananKu, Allah dapat menjadi adil, dan terlebih Pembuat Benar (Justifier) bagi mereka yang percaya Yesus.”
Tak seorang pun kecuali Anak Allah dapat menyempurnakan penebusan kita; karena hanya Dialah yang bersandar di dada TUHAN dapat menyatakan Dia. Hanya Dia yang mengetahui tinggi dan dalamnya kasih Allah dapat menyatakannya. Tak ada yang kurang dari pengorbanan tak terbatas dilakukan oleh Kristus demi kepentingan manusia yang jatuh dapat mengekspresikan kasih Tuhan kepada kemanusiaan yang hilang.
”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Ia mengutus Yesus bukan hanya untuk tinggal di antara manusia, untuk menanggung dosa mereka, dan mati demi menjadi korban bagi mereka. Ia mengutus Dia kepada bangsa yang jatuh. Kristus adalah untuk mengenali DiriNya sendiri dengan minat dan kebutuhan manusia. Ia yang menjadi satu dengan Allah telah menghubungkan DiriNya sendiri dengan anak manusia dengan ikatan-ikatan yang tak dapat diputus. Yesus “tidak malu menyebut mereka saudara” (Ibr. 2:11); Ia adalah Korban kita, Pembela kita, Saudara kita, memakai bentuk manusiawi kita di hadapan takhta Bapa, dan sepanjang zaman yang kekal menajdi satu dengan keturunan yang Ia telah tebus—Anak manusia. Dan semua ini dilakukan agar manusia dapat diangkat dari puing-puing dan kehancuran dosa sehingga ia dapat memancarkan kasih Allah dan membagikan sukacita kesucian.
Harganya telah dibayar untuk penebusan kita, pengorbanan ilahi Bapa surgawi kita dalam pemberian PutraNya untuk mati bagi kita, seharusnya memberi kita konsepsi-konsepsi yang lebih mulia tentang apa kelak jadinya kita melalui Kristus. Seperti Rasul Yohanes yang terinspirasi memandang tinggi, dalam, dan luasnya kasih TUHAN kepada bangsa yang binasa, ia dipenuhi dengan pujian dan rasa hormat; dan, tak dapat menemukan kata yang tepat yang dapat mengekspresikan kebesaran dan kelembutan kasih ini, ia memanggil dunia untuk memandangnya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.”—1 Yoh. 3:1. Suatu nilai yang luar biasa telah ditaruh atas manusia! Melalui pelanggaran anak-anak manusia menjadi milik Setan. Melalui iman dalam pengorbanan Kristus yang mendamaikan, anak-anak Adam dapat menjadi anak-anak TUHAN. Dengan mengenakan bentuk manusiawi, Kristus mengangkat kemanusiaan. Manusia yang jatuh ditempatkan di mana, melalui hubungan dengan Kristus, mereka benar-benar menjadi layak disebut “anak-anak TUHAN.”
Kasih seperti ini tiada bandingnya. Anak-anak Raja Surgawi! Janji yang berharga! Tema untuk renungan yang paling mendalam! Kasih Allah yang tiada tandingnya untuk dunia yang tidak mengasihiNya! Pemikiran ini memiliki kuasa yang menaklukkan di atas jiwa dan menawan pikiran kepada kehendak Tuhan. Semakin kita belajar tabiat ilahi dalam terang salib, semakin kita melihat kemurahan hati, kelembutan, dan pengampunan tercampur dengan persamaan dan keadilan, dan semakin jelas kita mengenali bukti-bukti kasih yang tak terbatas dan belas kasihan yang lembut melebihi kasih sayang yang merindu seorang ibu kepada anaknya yang berkeras hati.

3. KEBUTUHAN ORANG BERDOSA AKAN KRISTUS

Manusia pada mulanya dikaruniai dengan kuasa yang berbudi luhur dan pikiran yang seimbang. Ia sempurna di dalam rupanya, dan selaras dengan Allah. Pikirannya murni, tujuannya suci. Tetapi melalui ketidakpenurutan, kekuatannya disesatkan, dan keegoisan menggantikan kasih. Parasnya menjadi lemah melalui pelanggaran yang mustahil bagi dia, yang dengan kekuatannya sendiri, untuk menolak kekuatan yang jahat. Ia ditawan oleh Setan, dan akan tetap seperti itu apabila Tuhan tidak turun tangan. Adalah tujuan si penggoda untuk merintangi rencana ilahi dalam penciptaan manusia, dan memenuhi dunia dengan kebinasaan dan kehancuran. Dan ia akan menunjukkan semua kejahatan ini seakan-akan akibat dari pekerjaan TUHAN dalam menciptakan manusia.
Dalam keadaannya yang tak berdosa, manusia memiliki hubungan yang dekat dan penuh sukacita denganNya “sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”—Kol. 2:3. Tetapi setelah dosanya, ia tak dapat lagi menemukan sukacita dalam kemuliaan, dan ia berusaha untuk bersembunyi dari hadirat Allah. Seperti inilah keadaan hati yang belum diperbaharui. Ia tidak selaras dengan TUHAN, dan tak menemukan sukacita dalam persekutuan denganNya. Orang berdosa tak dapat menjadi gembira dalam hadirat Allah; ia akan menjauhkan diri dari persekutuan makhluk-makhluk suci. Andaikan ia diizinkan untuk memasuki surga, tak akan ada rasa senang di dalam dirinya. Roh kasih yang tak mementingkan diri sendiri yang memerintah di sana—setiap hati memberi tanggapan kepada hati Kasih Ilahi—tak akan menyentuh nada di dalam jiwanya. Pikirannya, minatnya, motifnya, akan menjadi asing bagi mereka yang menggerakkan penghuni yang tak berdosa di sana. Ia akan menjadi nada yang tak serasi dalam melodi surgawi. Bagi dia surga akan merupakan suatu tempat siksaan; ia akan sangat menginginkan untuk bersembunyi dari Dia yang merupakan sumber terang dan sumber sukacita surga. Bukanlah hukum yang sewenang-wenang dari pihak TUHAN bahwa orang jahat tidak diizinkan dari surga; mereka tertutup oleh ketidakcocokan mereka sendiri akan persekutuan surgawi. Kemuliaan TUHAN bagi mereka akan menjadi api yang menghanguskan. Mereka akan menerima kebinasaan, sehingga mereka dapat disembunyikan dari wajahNya yang mati untuk menebus mereka.
Adalah mustahil bagi kita, dengan usaha kita sendiri, untuk melarikan diri dari lubang dosa di mana kita tenggelam. Hati kita jahat, dan kita tak bisa mengubahnya. “Siapa dapat mendatangkan yang tahir dari yang najis? Seorangpun tidak!” “Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.” Ayub 14:4, Roma 8:7. Pendidikan, budaya, hak untuk memilih, usaha manusia, semuanya memiliki daya yang sesuai, tetapi dalam hal ini semuanya itu tak berkuasa. Hal-hal itu mungkin dapat menghasilkan tingkah laku yang benar secara luar, tetapi tak dapat mengubah hati; tak dapat memurnikan sumber kehidupan. Seharusnya ada suatu kuasa yang bekerja dari dalam, kehidupan yang baru dari atas, sebelum manusia dapat diubahkan dari dosa ke kesucian. Kuasa itu adalah Kristus. BerkatNya saja dapat menghidupkan segi-segi jiwa yang mati, dan menariknya kepada Allah, kepada kesucian.
Juru Selamat berkata, “jika seorang tidak dilahirkan kembali,” kecuali ia mendapatkan hati yang baru, keinginan-keinginan, tujuan, dan motif yang baru, yang menuju ke kehidupan yang baru, “ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”—Yoh. 3:3. Konsep yang menyatakan bahwa adalah penting untuk menumbuhkan hal yang baik yang ada di dalam manusia secara alamiah, adalah penipuan yang fatal. “Tetapi manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani.” “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu harus dilahirkan kembali.”—1 Kor. 2:14, Yoh. 3:7. Tentang Kristus ada tertulis, “Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”—“di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.”—Yoh. 1:4, Kis. 4:12.
Tidaklah cukup untuk mengerti kasih Allah, untuk melihat kebaikan, kelembutan seperti seorang bapa, dari tabiatNya. Tidaklah cukup untuk memahami hikmat dan keadilan hukumNya, untuk melihat bahwa itu berdasarkan atas prinsip kasih. Paulus sang rasul melihat semua ini ketika ia berseru, “aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu baik.” “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik.” Tapi ia menambahkan, “tetapi aku bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa.”—Roma 7:16, 12, 14. Ia merindukan kemurnian, kebenaran, yang mana di dalam dirinya sendiri ia tak memiliki kuasa untuk memperoleh, dan berseru, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh maut ini?”—Roma 7:24. Seruan seperti inilah yang terangkat dari hati yang terbeban di seluruh daratan dan segala zaman. Untuk semua ini, hanya ada satu jawaban, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”—Yoh. 1:29.
Banyak tokoh yang melalui mana Roh TUHAN berusaha untuk melukiskan kebenaran ini, dan menyederhanakannya bagi jiwa-jiwa yang merindu untuk dibebaskan dari beban rasa bersalah. Ketika, setelah dosanya dalam menipu Esau, Yakub melarikan diri dari rumah bapanya, ia terbebani dengan rasa bersalah. Kesepian dan terasingkan ia, terpisah dari hal-hal yang membuat hidupnya berarti, satu pikiran di atas segalanya menekan jiwanya, adalah rasa takut bahwa dosanya memisahkannya dari Tuhan, bahwa ia tersingkirkan dari surga.
Dalam kesedihan, ia berbaring untuk beristirahat di atas tanah, di sekelilingnya hanyalah bukit-bukit sunyi, dan di atas, langit terang dengan bintang-bintang. Ketika ia tertidur, suatu terang yang aneh bersinar dalam penglihatannya; dan terlihatlah, dari tempat ia berbaring, suatu tangga yang lebar dan samar-samar terlihat mengarah ke atas ke gerbang surga, dan di atasnya malaikat-malaikat Allah sedang naik turun; sementara dari kemuliaan di atas, suara ilahi terdengar dalam seruan penghiburan dan pengharapan. Demikianlah ditunjukkan kepada Yakub hal yang memenuhi kebutuhan dan kerinduan jiwanya—seorang Juru Selamat. Dengan sukacita dan rasa terima kasih, ia melihat suatu penglihatan di mana ia, seorang yang berdosa, dapat dipulihkan untuk berhubungan dengan Allah. Tangga yang gaib dalam mimpinya mewakili Yesus, satu-satunya sarana komunikasi antara Allah dan manusia.
Ini adalah contoh yang sama yang Kristus maksud dalam percakapanNya dengan Natanael, ketika Ia berkata, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia.”—Yoh 1:51. Di dalam kemurtadan, manusia mengasingkan dirinya sendiri dari Allah; bumi tertutup dari surga. Melalui sepanjang jurang yang terbentang, tak mungkin ada hubungan. Tapi melalui Kristus, dunia sekali lagi terhubung dengan surga. Dengan jasaNya, Kristus telah menjembatani jurang yang diciptakan oleh dosa, sehingga malaikat-malaikat yang melayani dapat berkomunikasi dengan manusia. Kristus menghubungkan manusia yang telah jatuh dalam kelemahan dan ketidakberdayaannya dengan Sumber Kuasa Ilahi.
Tapi sia-sialah cita-cita manusia untuk bertumbuh, sia-sialah segala usaha untuk meningkatkan kemanusiaan, jika mereka melupakan satu Sumber pengharapan dan pertolongan bagi umat manusia yang jatuh. “Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna” (Yak 1:17) datangnya dari TUHAN. Tak ada tabiat yang benar dan sejati terpisah dari Dia. Dan satu-satunya jalan ke Allah adalah Kristus. Ia bersabda, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”—Yoh. 14.6.
Hati TUHAN merindukan anak-anak duniawiNya dengan kasih yang lebih kuat daripada kematian. Dengan merelakan PutraNya, Ia telah memberikan kepada kita seluruh surga dalam satu anugerah. Kehidupan, kematian, dan pengantaraan Juru Selamat, pelayanan malaikat-malaikat, permohonan Roh Kudus, Bapa bekerja di atas dan melalui segalanya, minat makhluk surgawi yang tak berhenti –semuanya termasuk dalam kepentingan penebusan manusia.
Oh, marilah kita merenungkan pengorbanan yang luar biasa yang telah dilakukan buat kita! Marilah kita berusaha menghargai kerja keras dan energi yang Surga lakukan untuk memulihkan yang tersesat, dan mengembalikan mereka ke dalam rumah Bapa. Motif yang lebih kuat, kuasa-kuasa yang lebih kuat, tak akan dapat diajak untuk bekerja sama; upah yang melampaui untuk berbuat benar, nikmat akan surga, perkumpulan malaikat-malaikat, hubungan dekat dan kasih Allah dan PutraNya, pertumbuhan dan perluasan segala kekuatan kita di segala zaman—apakah ini bukan upah dan pendorong yang luar biasa untuk mendesak kita untuk memberikan pelayanan kasih hati kepada Pencipta dan Juru Selamat kita?
Dan, sebaliknya, penghakiman Tuhan jatuhkan atas dosa, pembalasan yang tak dapat dihindarkan, penurunan tabiat kita, dan kebinasaan akhir, dilukiskan di dalam sabda TUHAN untuk memperingatkan kita akan pekerjaan Setan.
Tidakkah kita akan memandang kemurahan hati TUHAN? Apa lagikah yang dapat Ia lakukan? Marilah kita menempatkan diri kita sendiri dalam hubungan yang benar dengan Dia yang telah mengasihi kita dengan kasih yang mengagumkan. Marilah kita menggunakan sarana-sarana yang telah disediakan bagi kita sehingga kita dapat diubahkan serupa dengan rupaNya, dan dipulihkan ke dalam persekutuan dengan malaikat-malaikat yang melayani, ke keselarasan dan hubungan dengan Bapa dan Anak.

4. PERTOBATAN

“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”—1 Ptr. 5:6-7.
“Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”—Luk. 12:6-7.
“...Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”—Maz. 121:1-2.
Bagaimanakah manusia dapat menjadi layak dengan Tuhan? Bagaimana orang berdosa dapat menjadi benar? Hanyalah melalui Kristus bahwa kita dapat diselaraskan dengan Tuhan, dengan kesucian; tetapi bagaimana kita datang kepada Kristus? Banyak yang menanyakan pertanyaan yang sama, sama seperti orang banyak di Hari Pantekosta, ketika, disadarkan akan dosa, mereka berseru, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Kata pertama dari jawaban Petrus adalah, “Bertobatlah.”—Kis. 2:37, 38. Di waktu yang lain, tak lama setelah itu, ia berkata, “Sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan.”—Kis. 3:19.
Pertobatan termasuk kesedihan akan dosa dan berbalik darinya. Kita tidak akan meninggalkan dosa kecuali kita melihat keadaan penuh dosa; sampai kita berbalik daripadanya dalam hati, tak akan ada perubahan sejati dalam hidup ini.
Banyak yang gagal dalam mengerti bentuk sejati pertobatan. Banyak orang bersedih bahwa mereka telah berdosa dan bahkan membuat reformasi secara luar karena mereka takut bahwa kesalahan mereka akan membawa penderitaan ke atas mereka sendiri. Tetapi ini bukanlah pertobatan menurut Alkitab. Mereka meratapi penderitaan daripada dosa. Seperti inilah penderitaan Esau ketika ia melihat hak lahir telah hilang darinya selamanya. Bileam, ketakutan oleh malaikat berdiri di jalannya dengan pedang terhunus, mengakui kesalahannya kalau-kalau ia kehilangan nyawanya; tetapi tak ada pertobatan sejati akan dosa, tak perubahan tujuan, tak ada rasa benci akan kejahatan. Yudas Iskariot, setelah mengkhianati Tuhannya, berseru, “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.”—Mat. 27:4.
Pengakuan itu dipaksakan dari jiwanya yang merasa bersalah akan hukuman yang mengerikan dan bayangan yang menakutkan akan penghakiman. Konsekuensi sebagai akibat dosa memenuhinya dengan ketakutan, tetapi tidak ada kesedihan yang mendalam dan yang menghancurkan hati, bahwa ia telah mengkhianati Anak Allah yang tak ternoda dan menyangkal Ia yang Suci dari Israel. Firaun, ketika menderita di bawah penghakiman TUHAN, mengakui dosanya supaya menghindari hukuman selanjutnya, tetapi kembali ke pembangkangannya terhadap surga segera setelah tulah-tulah itu reda. Semuanya meratapi akibat dosa, tapi tidak bersedih akan dosa itu sendiri.
Tetapi ketika hati berserah kepada pengaruh Roh TUHAN, hati nurani akan dihidupkan, dan orang berdosa akan memahami dalamnya dan kesuciaan hukum TUHAN, dasar pemerintahanNya di surga dan di bumi. Sang “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia,” (Yoh. 1:9) menerangi ruang-ruang tersembunyi jiwa, dan hal-hal kegelapan yang tersembunyi dikemukakan. Kesadaran timbul di dalam pikiran dan hati. Orang berdosa memiliki gambaran akan kebenaran Yehovah dan merasakan rasa takut, di dalam rasa bersalah dan kekotorannya sendiri, berdiri di hadapan Pencari jiwa. Ia melihat kasih TUHAN, keindahan kesuciaan, sukacita kemurnian; ia rindu untuk dibersihkan dan dipulihkan kepada hubungan dengan Surga.
Doa Daud setelah kejatuhannya, menggambarkan bentuk kepedihan akan dosa yang sejati. Pertobatannya sungguh-sungguh dan dalam. Tak ada usaha untuk meringankan rasa bersalahnya; tak ada minat untuk melarikan diri dari penghakiman yang mengancam, yang menginspirasi doanya. Daud melihat kekejaman pelanggarannya; ia melihat pencemaran jiwanya; ia membenci dosanya. Tak hanya untuk pengampunan saja ia berdoa, tapi untuk kemurnian hati. Ia merindukan sukacita kesucian—untuk dipulihkan ke dalam keselarasan dan hubungan yang dekat dengan Allah.  Ini adalah bahasa jiwanya:
“Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa penipu!”—Maz. 32:1, 2.
Kasihanilah aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku…Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari salju!... Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!”—Maz. 51:1-14.
Pertobatan seperti inilah, adalah di luar jangkauan kuasa kita untuk kita capai; itu hanya dapat diperoleh dari Kristus, yang naik tinggi ke atas dan telah memberikan karunia kepada manusia.
Ini adalah suatu konsep yang mana banyak membuat kesalahan, dan demikianlah mereka gagal menerima bantuan yang Kristus kehendaki untuk diberikan kepada mereka. Mereka berpikir mereka tak dapat datang kepada Kristus kecuali mereka bertobat terlebih dahulu, dan bahwa pertobatan mempersiapkan untuk pengampunan dosa mereka. Hal itu benar bahwa pertobatan mendahului pengampunan dosa; karena hanyalah hati yang hancur dan menyesal yang akan merasakan perlunya seorang Juru Selamat. Tapi haruskah orang berdosa menunggu sampai ia telah bertobat sebelum ia datang kepada Yesus? Apakah pertobatan dibuat menjadi suatu halangan antara orang berdosa dan Juru Selamat?
Alkitab tidak mengajarkan bahwa orang berdosa harus bertobat terlebih dahulu sebelum ia dapat menerima undangan Kristus. “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”—Mat. 11:28. Adalah jasa yang keluar dari Kristus yang membaca ke pertobatan yang sejati. Petrus membuat masalah ini menjadi jelas dalam pernyataannya kepada bangsa Israel ketika ia berkata, “Dialah yang telah ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.”—Kis. 5:31. Kita tak dapat lebih lagi bertobat tanpa Roh Kristus untuk membangunkan hati nurani daripada kita dapat dimaafkan tanpa Kristus.
Kristus adalah sumber segala dorongan yang benar. Ia satu-satunya yang dapat menanamkan dalam hati rasa benci terhadap dosa. Setiap hasrat akan kebenaran dan kesucian, setiap kesadaran akan keadaan penuh dosa kita sendiri, adalah suatu bukti bahwa RohNya bergerak dalam hati kita.
Yesus telah bersabda, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”—Yoh. 12:32. Kristus haruslah dinyatakan kepada orang berdosa sebagai Juru Selamat yang mati bagi dosa-dosa dunia; dan seraya kita memandang Domba Allah di atas kayu salib Kalvari, misteri penebusan mulai terbukakan kepada pikiran kita dan kebaikan Allah membawa kita ke pertobatan. Melalui kematian bagi orang berdosa, Kristus menunjukkan kasih yang tak dapat dimengerti; dan saat orang berdosa memandang kasih itu, kasih itu melembutkan hati , memberikan kesan di dalam pikiran, dan mengilhami penyesalan di dalam jiwa.
Adalah benar bahwa manusia kadang kala menjadi malu akan jalan mereka yang berdosa, dan meninggalkan kebiasaan buruk mereka sebelum mereka sadar bahwa mereka sedang ditarik kepada Kristus. Tetapi kapan saja mereka berusaha untuk berubah, dari keinginan yang tulus untuk berbuat yang benar, adalah kuasa Kristus yang menarik mereka. Suatu pengaruh yang tak mereka sadari bekerja dalam jiwa, dan hati nurani disadarkan, dan kehidupan secara luar diubahkan. Dan ketika Kristus menarik mereka untuk memandang ke salibNya, untuk memandang Ia yang dosa mereka telah tusuk, hukum itu pulang kembali ke dalam hati nurani. Kejahatan dalam kehidupan mereka, dosa jiwa mereka terdalam, dinyatakan kepada mereka. Mereka mulai memahami sesuatu akan kebenaran Kristus, dan berseru, “Apakah dosa, sehingga itu mengharuskan pengorbanan sedemikian rupa demi penebusan korban-korbannya? Apakah semua kasih ini, semua penderitaan, semua penghinaan, dituntut, sehingga kita tidak binasa, melainkan beroleh hidup kekal?”
Orang berdosa boleh menolak kasih ini, boleh menolak untuk ditarik kepada Kristus; tetapi apabila ia tidak menolak  ia akan ditarik kepada Yesus; suatu hikmat akan rencana keselamatan akan menuntunnya ke kaki salib dalam pertobatan dosa-dosanya yang telah menyebabkan penderitaan Putra Allah yang terkasih.
Akal budi ilahi yang sama yang bekerja dalam hal-hal di alam sedang berbicara kepada hati-hati manusia dan menimbulkan suatu kerinduan yang tak terlukiskan akan sesuatu yang mereka tak punyai. Hal-hal duniawi tak dapat memuaskan kerinduan mereka. Roh Allah sedang memohon kepada mereka untuk mencari hal-hal tersebut sajalah yang dapat memberikan damai dan tenang—anugerah Kristus, sukacita kemuliaan. Melalui pengaruh-pengaruh yang dapat dilihat dan yang tak dapat dilihat, Juru Selamat kita secara terus-menerus bekerja untuk menarik pikiran manusia dari kesenangan yang tak dapat memuaskan kepada berkat-berkat tak terbatas yang dapat menjadi milik mereka dalam Dia. Kepada jiwa-jiwa ini, yang dengan sia-sia mencari untuk meminum dari sumur duniawi yang bocor, nasihat ilahi ditujukan, “Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”—Wah. 22:17.
Engkau yang di dalam hati merindukan sesuatu yang lebih baik daripada apa yang dunia ini dapat berikan, kenalilah kerinduan ini sebagai suara Tuhan kepada jiwamu. Mintalah kepada Dia untuk memberimu pertobatan, untuk menunjukkan Kristus kepadamu dalam kasihNya yang tak terbatas, dalam kesucianNya yang sempurna. Dalam kehidupan Juru Selamat, prinsip-prinsip hukum TUHAN—kasih kepada Tuhan dan manusia—dinyatakan dengan sempurna. Kebaikan, kasih yang tak egois, adalah kehidupan jiwaNya. Dengan memandangNya, seraya cahaya dari Juru Selamat kita jatuh ke atas kita, kita melihat keadaan hati kita yang penuh dosa.
Kita mungkin telah memuji diri kita sendiri, seperti Nikodemus, bahwa hidup kita telah benar, bahwa tabiat moral kita benar, dan berpikir bahwa kita tidak perlu merendahkan hati di hadapan Allah, seperti si pemungut cukai yang berdosa; tetapi ketika terang Kristus menyinari jiwa kita, kita akan melihat betapa kotornya kita; kita akan dapat melihat dengan jelas motif yang egois, kebencian akan Allah, yang telah menodai setiap tindakan kehidupan. Maka kita akan mengetahui bahwa kebenaran kita sendiri adalah seperti kain kotor, dan bahwa darah Kristus sajalah dapat membersihkan kita dari kekotoran dosa, dan memperbarui hati kita menjadi serupa seperti hatiNya.
Satu terang dari kemuliaan Tuhan, satu sinar dari kesucian Kristus, menembusi jiwa, membuat setiap noda kekotoran menjadi jelas, dan membeberkan dengan terang-terangan keburukan dan kecacatan tabiat manusia. Itu membuat keinginan yang tak suci, kejahatan hati, kekotoran mulut, menjadi jelas. Tindakan orang berdosa yang tidak setia dan membuat hukum TUHAN tidak berlaku, dinyatakan di hadapannya, dan rohnya terpukul dan pilu di bawah pengaruh Roh TUHAN. Ia membenci dirinya sendiri ketika ia memandang tabiat Kristus yang murni dan tak bernoda.
Ketika nabi Daniel memandang kemuliaan menyelimuti pembawa pesan surgawi yang diutus kepada dirinya, ia diliputi dengan perasaan yang lemah dan tidak sempurna. Menjelaskan pengaruh dari penglihatan yang menakjubkan itu, ia berkata, “Hilanglah kekuatanku; aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku.”—Dan. 10:8. Jiwa yang tersentuh akan membenci keegoisannya dan membenci pencarian kasih dan kehendak yang mementingkan diri sendiri melalui kebenaran Kristus, demi kesucian hati yang selaras dengan hukum Tuhan dan tabiat Kristus.
Paulus berkata bahwa “tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat”—sejauh perbuatan secara luar—ia “tidak bercacat” (Fil. 3:6); tetapi ketika berbicara tentang tabiat rohani hukum, ia melihat dirinya sendiri sebagai orang berdosa. Dihakimi oleh kata-kata dalam hukum sebagaimana manusia menerapkannya dalam kehidupan secara luar, ia telah menjauhkan diri dari dosa; tetapi ketika ia melihat kedalaman hukum suci, dan memandang dirinya sendiri sama seperti TUHAN melihat dirinya, ia bersujud dalam kerendahan diri dan mengakui dosanya. Ia berkata, “Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati.”—Roma 7:9. Ketika ia melihat wujud rohani hukum, dosa terlihat dalam kekejamannya yang sesungguhnya, dan rasa percaya dirinya hilang.
Tuhan tidak memandang semua dosa sama besarnya; ada ukuran dosa menurut pendapatNya, demikian juga sama dengan manusia menurut pendapat mereka; tetapi bagaimanapun remehnya perbuatan ini itu di mata manusia, tak ada dosa kecil di mata Tuhan. Pemikiran manusia adalah tidak utuh, tak sempurna; tetapi Tuhan mengukur semua sebagaimana adanya. Si pemabuk dibenci dan dikatakan bahwa dosanya akan mencegahnya dari surga; sementara itu kesombongan, keegoisan, dan keserakahan seringkali tak pernah ditegur. Tetapi dosa-dosa inilah yang terlebih menjijikkan bagi Tuhan; karena mereka berlawanan dengan kebaikan tabiatNya, dengan kasih yang tak mementingkan diri itu yang merupakan atmosfer dunia yang belum jatuh dalam dosa. Ia yang jatuh dalam dosa yang lebih dalam mungkin merasakan rasa malu dan miskin dan kebutuhannya akan anugerah Kristus; tapi kesombongan tidak membutuhkan apa-apa,dan demikianlah kesombongan menutup hati dari Kristus dan kasih yang tak terbatas Ia datang untuk berikan.
Si pemungut cukai yang berdoa, “Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini” (Luk. 18:13), menganggap dirinya sendiri sebagai orang yang sangat jahat, dan orang lain memandangnya sama; tetapi ia merasakan kebutuhannya, dan dengan beban rasa bersalah dan malu ia mendatangi Tuhan, meminta pengampunanNya. Hatinya terbuka bagi Roh Allah untuk melaksanakan pekerjaan kasihNya dan melepaskan dirinya dari kuasa dosa. Doa orang Farisi yang sombong dan merasa benar diri menunjukkan bahwa hatinya tertutup dari pengaruh Roh Kudus. Karena jarak dirinya dari Allah, ia tidak memiliki kesadaran akan kekotorannya sendiri, dibandingkan dengan kesempurnaan kesucian ilahi. Ia tidak merasakan kebutuhan, dan ia tak menerima satupun.
Jika kau melihat kondisimu yang penuh dosa, jangan menunggu sampai engkau menjadi lebih baik. Berapa banyak di luar sana yang berpikir mereka tidak cukup baik untuk datang kepada Kristus. Apakah kau mengharapkan untuk menjadi lebih baik melalui usahamu sendiri? “Dapatkah orang Etiopia mengganti kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik, hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?”—Yer. 13:23. Hanya ada pertolongan dalam TUHAN buat kita. Kita janganlah menunggu bujukan-bujukan yang lebih kuat, kesempatan-kesempatan yang lebih baik, atau sifat-sifat yang lebih suci. Kita tak dapat berbuat apa pun bagi diri kita sendiri. Kita harus datang kepada Kristus sebagaimana kita ada.
Tetapi jangan biarkan seseorangpun menipu dirinya sendiri dengan pikiran bahwa TUHAN, dalam kasih dan kebaikanNya yang luar biasa, akan menyelamatkan bahkan penolak rahmatNya. Keadaan yang bergelimang dosa hanya dapat diperhitungkan dalam terang salib. Ketika manusia mendesak bahwa Tuhan terlalu baik untuk membuang orang berdosa, biarkan mereka melihat ke Kalvari. Karena tak ada cara lain bagi manusia untuk diselamatkan, karena tanpa pengorbanan ini mustahil bagi umat manusia untuk melarikan diri dari kuasa dosa yang penuh noda, dan dipulihkan kepada hubungan dengan makhluk-makhluk suci,--mustahil bagi mereka untuk ambil bagian dalam kehidupan rohani,--karena inilah Kristus menanggung di atas DiriNya dosa orang yang tak mau menurut dan menderita menggantikan orang berdosa. Kasih dan penderitaan dan kematian Anak Allah membuktikan kepada kekejaman dosa dan menyatakan bahwa tak ada jalan keluar dari kuasanya, tak ada harapan bagi kehidupan yang lebih mulia, tapi melalui penyerahan jiwa kepada Kristus.
Orang yang tak mau bertobat kadang kala membenarkan diri mereka sendiri dengan berkata kepada orang Kristen, “Aku sama baiknya dengan mereka. Mereka tidak lebih menyangkal diri, tenang, atau berhati-hati dalam perilaku mereka daripada aku. Mereka mencintai kesenangan dan suka menyenangkan diri sama seperti aku.” Sehingga mereka membuat kesalahan orang lain sebagai alasan untuk kelalaian akan kewajiban mereka. Tetapi dosa dan kekurangan orang lain tidak membebaskan siapa saja, karena TUHAN tidak memberikan teladan manusia yang dapat berbuat kesalahan. Anak Allah yang tak ternoda telah diutus untuk menjadi teladan kita, dan mereka yang mengeluh akan kelakuan yang salah oleh orang Kristen adalah mereka yang seharusnya menunjukkan kehidupan yang lebih baik dan teladan yang berbudi luhur. Jika mereka memiliki pandangan yang tinggi tentang bagaimana seorang Kristen seharusnya, bukankah dosa mereka jauh lebih besar? Mereka tahu apa yang benar, tapi menolak untuk melakukannya.
Berhati-hatilah terhadap penundaan. Jangan menunda pekerjaan untuk meninggalkan dosa-dosamu dan mencari kesucian hati melalui Yesus. Di sinilah beribu-ribu orang berbuat kesalahan kepada kerugian kekal mereka. Aku di sini tak akan merenungi pendeknya dan tak menentunya kehidupan; tetapi ada bahaya yang menakutkan—yaitu suatu bahaya yang dimengerti sepenuhnya—dalam menunda untuk berserah kepada suara permohohan Roh Kudus Allah, dalam memilih untuk hidup dalam dosa; karena penundaan seperti ini sesungguhnya adalah dosa. Dosa, tak peduli seberapa kecilnya, dapat dinikmati dengan resiko kerugian abadi. Apa yang tidak kita taklukkan, akan menaklukkan kita dan menghasilkan kehancuran kita.
Adam dan Hawa meyakinkan diri mereka sendiri bahwa dalam hal kecil seperti memakan buah terlarang tak mungkin menghasilkan akibat begitu buruknya seperti yang Tuhan sabdakan. Tapi hal kecil inilah pelanggaran hukum Allah yang tak dapat diubah dan suci, dan hal ini memisahkan manusia dari TUHAN dan membukakan gerbang kematian dan kebinasaan yang tak dapat diuraikan ke atas dunia kita. Zaman demi zaman telah dipanjatkan dari bumi kita tangisan berkabung yang terus-menerus, dan seluruh ciptaan merintih dan bekerja keras bersama dalam kesakitan sebagai akibat dari ketidakpenurutan manusia. Surga sendiri telah merasakan akibat pemberontakan melawan Tuhan. Kalvari berdiri sebagai peringatan pengorbanan luar biasa yang diharuskan untuk menebus pelanggaran dari hukum ilahi. Marilah kita tidak menganggap dosa sebagai hal yang sepele.
Setiap tindakan pelanggaran, setiap kelalaian atau penolakan anugerah Kristus yang bekerja dalam dirimu; adalah pengerasan hati, perusakan moral, menumpulkan pengertian, dan tak hanya membuatmu kurang cenderung untuk berserah, tetapi juga kurang mampu untuk menghiraukan permohonan Roh Kudus Allah yang lembut.
Banyak orang mendiamkan hati nurani yang tergerak dengan pemikiran bahwa mereka dapat mengubah suatu tindakan yang jahat ketika mereka membuat pilihan itu; bahwa mereka dapat meremehkan panggilan kasih, dan tapi sekali lagi dan lagi dapat tersentuh. Mereka berpikir bahwa setelah berbuat dosa tak memperdulikan Roh Karunia, setelah memberikan pengaruh mereka ke pihak Setan, di saat kesusahan mereka dapat berubah. Tapi hal ini tidak dapat dilakukan dengan mudah. Pengalaman, pendidikan sepanjang hidup, telah membentuk tabiat seluruhnya sehingga sedikit yang mau menerima rupa Yesus.
Bahkan satu sifat tabiat, satu keinginan yang berdosa, ditanam dengan gigih, akhirnya akan menetralkan semua kuasa Injil. Setiap kesenangan diri yang berdosa menguatkan keengganan jiwa akan TUHAN. Manusia yang menunjukkan keberanian yang tak peduli agama, atau ketidakpedulian yang dingin akan kebenaran ilahi, adalah tak lain menuai panen yang ia sendiri telah tabur. Di seluruh Alkitab, tak ada amaran yang lebih menakutkan melawan meremehkan kejahatan daripada kata-kata orang bijaksana bahwa orang fasik “tertangkap dalam kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.”—Amsal 5:22.
Kristus siap membebaskan kita dari dosa, tetapi Ia tidak memaksakan kehendak; dan jika dengan pelanggaran yang terus-menerus kehendak itu condong sepenuhnya kepada kejahatan, dan kita tak bersedia dibebaskan, jika kita tidak menerima karuniaNya, apa lagi yang dapat Ia lakukan? Kita telah menghancurkan diri kita sendiri oleh penolakan kita yang gigih akan kasihNya. “Sesungguhnya, waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari penyelamatan itu.” “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.”—2 Kor. 6:2, Ibr. 3:7, 8.
“Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”hati manusia, dengan emosi sukacita dan kesedihannya yang bertentangan; hati yang mengembara dan berkeras hati, yang merupakan tempat tinggal bagi banyak kekotoran dan tipuan. (1 Sam. 16:7). Ia mengetahui motifnya, maksud dan tujuannya. Pergilah kepada Dia dengan segala jiwamu ternoda seperti adanya. Seperti si pemazmur, membuka hatinya kepada Mata yang dapat melihat semuanya, berseru, “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”—Mzm. 139:23, 24.
Banyak menerima agama yang menggunakan kepandaian, suatu bentuk kesalehan, ketika hati tidak dimurnikan. Biarkan ini menjadi doamu, “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!”—Mzm. 51:10. Hadapilah hatimu sendiri dengan jujur. Jadilah setulus, segigih, sebagaimana kau akan apabila kehidupan fanamu menjadi taruhan. Ini adalah masalah yang harus diputuskan antara TUHAN dan jiwamu, diputuskan untuk kekekalan. Harapan yang diduga-duga, dan tak ada lagi yang lain, akan membuktikan kehancuranmu.
Pelajari firman Tuhan dengan penuh doa. Firman itu menunjukkan kepadamu, melalui hukum Tuhan dan kehidupan Kristus, prinsip-prinsip menakjubkan akan kesucian, yang mana tanpanya “tidak seorangpun akan melihat Tuhan.”—Ibr. 12:14. Hal itu menyadarkan akan dosa; menunjukkan dengan terang-terangan jalan keselamatan. Perhatikan firman itu seperti suara Tuhan yang berbicara kepada jiwamu.
Ketika kau melihat kekejaman dosa, ketika kau melihat dirimu sendiri sebagaimana kau ada, janganlah putus asa dalam kesedihan. Adalah orang berdosa sehingga Kristus datang untuk menyelamatkan. Kita tidak harus mendamaikan TUHAN kepada kita, tapi—O kasih yang ajaib!—Allah dalam Kristus “mendamaikan dunia dengan diri-Nya.”—2 Kor. 5:19. Ia sedang membujuk dengan kasihNya yang lembut hati anak-anakNya yang berbuat kesalahan. Dalam berhadapan dengan pelanggaran dan kesalahan anaknya, tak ada orang tua di dunia ini sesabar Tuhan terhadap mereka yang Ia cari untuk mengasihi. Tak ada yang dapat memohon lebih lemah lembut kepada pelanggar hukum. Tak ada bibir manusia mengutarakan permohonan yang lebih lembut kepada pengembara seperti Dia. Semua janjiNya, amaranNya, bukan lain adalah napas kasih yang tak teruraikan.
Ketika Setan datang untuk memberitahu kepadamu bahwa engkau adalah orang yang sangat berdosa, pandanglah Juru Selamatmu dan bicarakanlah akan kebaikanNya. Hal ini akan menolongmu untuk memandang cahayaNya. Akui dosamu, tapi beritahu sang musuh bahwa “Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa” dan sehingga kau dapat diselamatkan oleh kasihnya yang tiada bandingnya. 1 Tim. 1:15. Yesus bertanya kepada Simon suatu pertanyaan mengenai 2 orang yang berhutang. Satu berhutang jumlah yang kecil, dan yang satunya berhutang jumlah yang banyak; tetapi ia memaafkan keduanya, dan Kristus bertanya kepada Simon orang yang berhutang yang mana yang akan paling mengasihi tuannya. Simon menjawab, “Dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya.”—Luk. 7:43.
Kita telah berdosa banyak, tetapi Kristus mati sehingga kita dapat diampuni. Jasa pengorbanannya adalah cukup untuk dipersembahkan kepada Bapa atas nama kita. Mereka yang telah Ia ampuni paling banyak akan paling mengasihi Dia, dan akan berdiri paling dekat takhtaNya untuk memuji Dia akan kebesaran kasih dan pengorbanan ilahiNya. Saat kita paling memahami kasih Allah, kita menyadari sepenuhnya keadaan penuh dosa akan dosa. Ketika kita melihat panjangnya rantai yang telah dijatuhkan bagi kita, ketika kita mengerti pengorbanan ilahi yang Kristus telah buat demi kepentingan kita, hati ini luluh dengan kelemahlembutan dan penyesalan.

DI MANAKAH HENOKH TINGGAL DAN MENGAPA?

Henokh tinggal di luar kota di daerah pedesaan. Ada pemisahan yang terjadi, antara pengikut Allah yang benar dan mereka yang tak mau menurut.
Sementara kita tidak tahu dengan pasti di mana Henokh tinggal, kita tahu bahwa ia tidak tinggal di kota, seperti Lot di Sodom. Lot mungkin berpikir bahwa pengaruhnya di Sodom akan menyelamatkan orang yang tinggal di sana. Tetapi, Lot akhirnya kehilangan sebagian besar keluarganya, rumahnya, kekayaannya, dan ia menjadi bapa dari beberapa musuh terbesar bangsa Israel.

HENOKH BUKANLAH SEORANG PERTAPA

Henokh juga bukanlah seorang pertapa, dari waktu ke waktu Henokh meninggalkan rumahnya dipedesaan  untuk mengamarkan akibat ketidakpenurutan kepada Allah. Setiap perjalanan untuk menginjili orang-orang di kota adalah menyakitkan bagi dia karena hatinya yang penuh simpati dan kasih dapat melihat jebakan yang menipu di mana orang-orang terperangkap.

5. KAU DAPAT MENJADI SALAH SATU ORANG BIJAK!

Kalau orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.”—Amsal 22:3
Ada empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah, tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur,cicak yang dapat kau tangkap dengan tangan,tetapi yang juga ada di istana-istana raja.”—Amsal 30:24-28.
Murid Kristus bertanya kepadaNya, “Bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?”—Mat. 24:3. Yesus menjawab mereka dengan memberikan daftar banyak tanda yang akan terjadi, setelah itu Ia melanjutkan dengan memberikan mereka gambaran, dalam bentuk simbolik, tentang apa yang akan terjadi di dalam gereja.

PERUMPAMAAN SEPULUH ANAK DARA DIJELASKAN

Kristus bersama dengan para rasulNya berada di Bukit Zaitun. Matahari telah terbenam di belakang pegunungan, dan langit tertutupi oleh bayangan senja. Tampaklah dengan jelas sebuah rumah menyala dengan terang seperti adanya suatu perayaan. Cahayanya menembusi dari setiap pintu, dan sekumpulan orang yang menanti menunggu di sekeliling, menunjukkan bahwa upacara pernikahan segera berlangsung. Di banyak bagian di Timur, perayaan pernikahan diselenggarakan di petang hari. Pengantin laki-laki pergi untuk menemui pengantinnya dan membawanya ke rumahnya. Dengan obor api, rombongan pernikahan bergerak dari rumah ayah pengantin wanita ke rumah pengantin pria, di mana suatu pesta diselenggarakan bagi para tamu yang diundang. Di dalam pandangan yang Kristus lihat, ada suatu kelompok yang menunggu munculnya rombongan pernikahan, bermaksud untuk bergabung dengan arak-arakan tersebut.
Berdiri dekat rumah pengantin wanita adalah sepuluh anak dara berjubah putih. Tiap anak dara membawa sebuah pelita yang menyala dan sebuah botol besar tempat minyak. Semua berjaga dengan cemas akan kehadiran sang mempelai pria. Tapi ada suatu penundaan. Jam demi jam berlalu; mereka yang berjaga menjadi lelah dan jatuh tertidur. Di tengah malam seruan nyaring terdengar, “Mempelai datang! Songsonglah dia.” Mereka yang tertidur, tiba-tiba terbangun, berdiri di atas kaki mereka. Mereka melihat arak-arakan tersebut bergerak maju, menyala dengan obor api dan penuh sukacita dengan musik. Mereka mendengar suara sang mempelai laki-laki dan pengantin wanita. Sepuluh gadis itu segera mengambil pelita mereka dan mulai menyalakan pelita mereka dengan terburu-buru untuk dapat segera pergi. Tapi lima gadis telah lalai untuk mengisi botol mereka dengan minyak. Mereka tidak mengira akan adanya penundaan yang lama, dan mereka tidak bersedia untuk keadaan darurat. Dengan kesusahan mereka memohon kepada teman-teman mereka yang lebih bijak sambil berkata, “Berikanlah kami sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.” Tetapi lima dara yang sedang menunggu, dengan lampu mereka yang menyala terang, telah menghabiskan isi botol mereka. Mereka tidak memiliki minyak untuk dibagikan, dan mereka menjawab, “Tidak, nanti tidak cukup untuk kami dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.”
Sementara mereka pergi untuk membeli, arak-arakan tersebut bergerak maju, dan meninggalkan mereka. Lima dara dengan pelita yang menyala bergabung dengan arak-arakan dan memasuki rumah bersama-sama dengan iring-iringan pengantin, kemudian pintunya tertutup. Ketika anak dara yang bodoh mencapai tempat pesta, mereka menerima penolakan yang tak terduga. Tuan pesta menyatakan, “Sesungguhnya aku tidak mengenal kamu.” Mereka ditinggalkan berdiri sendirian di jalan yang kosong, di dalam kegelapan malam.
Saat Kristus memandang rombongan yang menanti sang mempelai laki-laki, Ia menceritakan kepada para muridNya perumpamaan sepuluh anak dara, melalui pengalaman mereka dilukiskan pengalaman gereja yang akan hidup sesaat sebelum kedatanganNya yang kedua.
Dua kelompok yang berjaga-jaga mewakili dua kelompok yang mengaku sedang menunggu kedatangan Tuhan mereka. Mereka disebut perawan karena mereka mengakui akan iman yang murni. Pelita mewakili firman Allah. Si pemazmur berkata, “Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”—Mzm. 119:105. Minyak adalah simbol Roh Kudus. Demikianlah Roh Kudus diwakilkan dalam nubuatan Zakharia. “Datanglah kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu,” katanya, “lalu dibangunkannyalah aku seperti seorang yang dibangunkan dari tidurnya. Maka berkatalah ia kepadaku: Apa yang engkau lihat? Jawabku: Aku melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. Dan pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan satu di sebelah kirinya.Lalu berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: Apakah arti semuanya ini, tuanku?’... Maka berbicaralah ia, katanya: Inilah firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam... Untuk kedua kalinya berbicaralah aku kepadanya: Apakah arti kedua dahan pohon zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan cairan emas dari atasnya itu?... Lalu ia berkata: Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan seluruh bumi!’—Zakh. 4:1-14.
Dari kedua pohon zaitun cairan minyak emas disalurkan melalui pipa-pipa emas ke dalam tempat minyak kandil, dan kemudian ke dalam pelita emas yang memberikan sinar ke dalam bait Allah. Jadi dari mereka yang suci yang berdiri di hadirat TUHAN RohNya disalurkan melalui alat-alat manusia yang mengabdi kepada pekerjaanNya. Misi dari kedua orang yang diurapi adalah untuk memberitakan kepada umat Allah bahwa karunia surgawi sajalah yang dapat membuat firmanNya pelita bagi kaki dan terang bagi jalan. “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”—Zakh. 4:6.
Di dalam perumpamaan, semua sepuluh anak dara keluar untuk menemui sang mempelai laki-laki. Semuanya memiliki pelita dan tempat untuk minyak. Untuk beberapa waktu sepertinya tak ada perbedaan di antara mereka. Begitu juga dengan gereja yang hidup sesaat sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Semuanya memiliki hikmat tentang Alkitab. Semua telah mendengar amaran tentang kedatangan Kristus yang segera, dan dengan penuh percaya diri menantikan kedatanganNya. Tapi sama seperti di dalam perumpamaan, begitu juga saat ini. Suatu waktu penantian berselang, iman diuji; dan ketika seruan itu terdengar, “Mempelai datang! Songsonglah dia,” banyak yang diketemukan tidak siap. Mereka tidak memiliki minyak dalam pelita mereka. Mereka miskin akan Roh Kudus.
Tanpa Roh Kudus, pengetahuan akan firmanNya tak berarti apa-apa. Teori kebenaran, tanpa disertai oleh Roh Kudus, tak dapat menghidupkan jiwa atau menyucikan hati. Seseorang mungkin mengenali perintah-perintah dan janji-janji Alkitab; tetapi kecuali Roh TUHAN menanamkan kebenaran, tabiat tak akan pernah terubahkan. Tanpa penerangan Roh Kudus, manusia tidak dapat membedakan kebenaran dari kesalahan, dan mereka akan jatuh ke dalam pencobaan Setan yang penuh kendali.
Kelompok yang diwakili oleh anak dara yang bodoh bukanlah orang munafik. Mereka menghargai kebenaran, mereka telah membela kebenaran, mereka tertarik kepada mereka yang percaya akan kebenaran; tapi mereka tidak menyerahkan diri mereka sendiri kepada pekerjaan Roh Kudus. Mereka tidak jatuh ke atas Batu, Yesus Kristus, dan mengizinkan manusia yang lama untuk dihancurkan. Kelompok ini diwakili juga oleh biji yang jatuh di atas tanah berbatu. Mereka menerima firman dengan kesediaan, tapi mereka gagal dalam menghidupkan prinsip-prinsipnya. Pengaruhnya tidak bertahan lama. Roh bekerja dalam hati manusia, sesuai dengan keinginan dan persetujuannya, menanamkan di dalam dirinya manusia baru; tetapi kelompok yang diwakili oleh anak dara yang bodoh merasa puas dengan pekerjaan yang hanya dari luar saja. Mereka tidak mengenal TUHAN. Mereka tidak mempelajari tabiatNya; mereka tidak memiliki hubungan yang dekat denganNya; sehingga mereka tidak tahu siapa yang dapat dipercaya, bagaimana cara memandang dan hidup. Pelayananan mereka kepada TUHAN menurun menjadi formalitas. Dan mereka datang kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku, mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya; mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar keuntungan yang haram.”—Yeh. 33:31. Rasul Paulus menunjukkan bahwa ini akan menjadi ciri khas mereka yang hidup sesaat sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Ia berkata, “Ketahuilah bahwa pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan mencintai dirinya sendiri... lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka, tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”—2 Tim. 3:1-5.
Ini adalah kelompok yang pada masa yang sukar ditemukan berseru, Damai dan Sejahtera. Mereka menenangkan hati mereka dengan jaminan dan tidak mengharapkan bahaya. Ketika terbangunkan dari kelesuan mereka, mereka menyadari kemelaratan mereka, dan memohon orang lain untuk memenuhi kekurangan mereka; tapi dalam hal rohani tak seorang pun dapat melengkapi kekurangan orang lain. Karunia Tuhan telah ditawarkan dengan cuma-cuma kepada tiap jiwa. Pesan Injil telah dikumandangkan, “Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”—Wah. 22:17. Tetapi tabiat tak dapat dipindahkan. Tak ada seorang pun dapat percaya untuk orang lain. Tak ada seorang pun dapat menerima Roh untuk orang lain. Tak ada seorang pun dapat membagikan kepada orang lain tabiat buah dari pekerjaan Roh. “Dan biarpun Nuh, Daniel dan Ayub berada di [negeri itu], demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.”—Yeh. 14:20
Dalam keadaan krisislah tabiat dinyatakan. Ketika seruan yang sungguh-sungguh diserukan di tengah malam, “Mempelai datang! Songsonglah dia,” dan anak dara yang tertidur terbangun dari tidur mereka, terlihatlah siapa yang telah membuat persiapan untuk kejadian ini. Kedua kelompok itu terkejut; tetapi satu kelompok bersedia menghadapi keadaan darurat ini, dan yang lainnya diketemukan tanpa persiapan. Jadi sekarang, bencana yang tiba-tiba dan tak diharapkan, sesuatu yang membawa jiwa menghadapi kematian muka dengan muka, akan menunjukkan apakah ada iman sejati dalam janji-janji Tuhan. Hal itu akan menunjukkan apakah jiwa itu ditumpu oleh kasih karunia. Ujian akhir yang hebat datang pada penutupan pintu kasihan, saat itu akan menjadi terlambat untuk memenuhi kebutuhan jiwa.
Sepuluh anak dara sedang mengamati sejarah akhir dunia. Semuanya mengaku sebagai Kristen. Semuanya memiliki panggilan, sebuah nama, dan semua mengaku melakukan pekerjaan Tuhan. Semuanya rupanya menunggu kedatangan Tuhan. Tapi lima di antaranya tidak siap. Lima akan diketemukan terkejut, cemas, di luar tempat pesta.
Di hari akhir, banyak menuntut untuk masuk ke kerajaan Kristus, berkata, “Kami telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.” “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?Tetapi jawabanNya adalah, “Aku tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!”—Luk. 13:26, Mat. 7:22, Luk. 13:27. Dalam kehidupan ini mereka tidak memasuki persekutuan dengan Kristus; sehingga mereka tidak mengetahui bahasa surgawi, mereka merasa asing akan sukacitanya.Siapa gerangan di antara manusia yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di dalam diri Allah selain Roh Allah.”—1 Kor. 2:11.
Kata-kata yang paling menyedihkan yang pernah terdengar oleh telinga manusia fana adalah kata-kata malapetaka, “Aku tidak pernah mengenal kamu!Persekutuan Roh, yang telah kau hina, sajalah yang dapat mempersatukan kamu dengan arak-arakan sukacita di pesta pernikahan. Dalam acara itu kau tak dapat berpartisipasi. Cahayanya akan jatuh pada mata yang buta, melodinya pada telinga yang tuli. Kasihnya dan sukacitanya tak dapat membangunkan nada kegembiraan di dalam hati duniawi yang tumpul. Kau dikucilkan dari surga oleh ketidaklayakanmu akan persekutuannya.
Kita tak dapat bersedia untuk bertemu dengan Tuhan dengan terbangun ketika seruan itu terdengar, “Mempelai datang!” dan kemudian mengumpulkan pelita kosong kita untuk mengisinya. Kita tak dapat menjauhkan Kristus dari kehidupan kita di sini, dan tapi tetap menjadi layak untuk persekutuanNya di surga.
Dalam perumpamaan, anak dara yang bijaksana memiliki minyak di dalam tempat bersama dengan pelita mereka. Pelita mereka menyala tanpa terang yang redup sepanjang malam penjagaan. Hal itu membantu untuk menambah penerangan demi penghormatan bagi mempelai laki-laki. Menyala di dalam kegelapan, pelita itu membantu menyinari jalan ke rumah mempelai laki-laki, ke pesta pernikahan.
Jadi pengikut Kristus adalah untuk menyalakan terang ke dalam kegelapan ke dunia. Melalui Roh Kudus, firman Allah adalah terang saat itu mulai menjadi kuasa yang mengubahkan di dalam kehidupan orang yang menerima. Dengan menanamkan dalam hati mereka prinsip-prinsip firmanNya, Roh Kudus menumbuhkan dalam manusia sifat-sifat Allah. Terang kemuliaanNya—tabiatNya—bersinar terang dalam pengikut-pengikutNya. Demikianlah mereka memuliakan TUHAN, untuk menyinari jalan ke rumah mempelai laki-laki, ke kota TUHAN, ke perjamuan pernikahan Domba.
Kedatangan mempelai laki-laki terjadi pada tengah malam—jam tergelap. Demikianlah kedatangan Kristus akan terjadi di saat sejarah dunia yang tergelap. Zaman Nuh dan Lot menggambarkan keadaan dunia sesaat sebelum kedatangan Anak Manusia. Alkitab menunjuk ke depan ke masa ini menyatakan bahwa Setan akan bekerja dengan segala kuasa dan “dengan rupa-rupa tipu daya jahat.”—2 Tes. 2:9, 10. Pekerjaannya akan jelas dinyatakan dengan meningkatnya kegelapan dengan pesat, pelanggaran yang banyak jumlahnya, penyimpangan agama, dan penipuan akhir zaman. Setan tak hanya menawan dunia, tapi penipuannya mempengaruhi gereja-gereja Tuhan kita Yesus Kristus. Kemurtadan yang hebat akan terjadi dalam kegelapan pekat seperti tengah malam, tak tertembus hitam seperti karung rambut. Kepada umat Allah itu akan menjadi malam pencobaan, malam tangisan, malam aniaya demi kebenaran. Tapi di malam kegelapan itu cahaya Allah akan bersinar.
Ia yang membuat “dari dalam gelap akan terbit terang.”—2 Kor 4:6. Ketika “bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: Jadilah terang. Lalu terang itu jadi.”—Kej. 1:2,3. Jadi di malam kegelapan rohani, firman Allah bergerak maju, “Jadilah terang.” Kepada umatNya Ia bersabda, “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”—Yes 60:1.
Sebab sesungguhnya,” kata Alkitab, “kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.”—Yes 60:2.
Adalah kegelapan kesalahpahaman akan Allah yang meliputi dunia. Manusia kehilangan hikmat mereka akan tabiatNya. Hal itu telah disalahmengerti dan disalahinterpretasikan. Pada saat ini pesan dari Tuhan perlu dikumandangkan, suatu pesan yang menyinari pengaruhnya dan menyelamatkan dalam kuasanya. TabiatNya harus diberitakan. Ke dalam kegelapan dunialah terang kemuliaanNya, terang kebaikan, kemurahan hati, dan kebenaranNya harus dipancarkan. Ini adalah pekerjaan yang dituliskan oleh nabi Yesaya dalam kata-kata, “Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: Lihat, itu Allahmu! Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.”—Yes 40:9, 10.
Mereka yang menanti kedatangan Mempelai Laki-laki harus berkata kepada orang-orang, “Pandanglah Tuhanmu.” Sinar akhir akan terang yang murah hati, amaran akhir akan kemurahan hati harus diberitakan kepada dunia, adalah pernyataan akan tabiat kasihNya. Anak-anak Allah adalah untuk menyatakan kemuliaanNya. Di dalam kehidupan dan tabiat mereka, mereka seharusnya menyatakan apa yang karunia Allah telah lakukan bagi mereka.
Terang dari Surya Kebenaran adalah untuk bersinar dalam perbuatan baik—dalam perkataan dan perbuatan kesucian.
Kristus, lebih cemerlang dari kemuliaan BapaNya, datang ke dunia sebagai terang. Ia datang untuk menunjukkan tabiat TUHAN kepada manusia, dan tentang Dia ada tertulis Ia diurapi “dengan Roh Kudus dan kuat kuasa,” dan “berjalan berkeliling sambil berbuat baik.”—Kis. 10:38. Di dalam rumah ibadat di Nazaret Ia berkata, “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.”—Luk. 4:18, 19. Ini adalah pekerjaan yang Ia perintahkan kepada murid-muridNya untuk dilakukan. “Kamu adalah terang dunia,” Ia bersabda. “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”—Mat. 5:14, 16.
Ini adalah pekerjaan yang dijelaskan nabi Yesaya ketika ia berkata, “Supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.”—Yes. 58:7, 8.
Demikianlah di malam kegelapan rohani kemuliaan Allah bersinar melalui gerejaNya dalam mengangkat yang berlutut dan menghibur mereka yang berduka.
Di sekeliling kita terdengar ratapan akan kepedihan dunia. Di setiap tempat terdapat orang yang berkekurangan dan bersedih. Adalah tugas kita untuk meringankan dan mengurangi penderitaan dan kesengsaraan hidup.
Perbuatan yang praktis akan memiliki hasil yang lebih daripada khotbah belaka. Kita seharusnya memberikan makanan kepada yang lapar, baju kepada yang telanjang, dan perlindungan kepada yang tak punya tempat tinggal. Dan kita dipanggil untuk melakukan lebih daripada ini. Kerinduan jiwa, hanya kasih Kristus yang dapat memuaskan. Jika Kristus hidup di dalam kita, hati kita akan penuh dengan belas kasihan ilahi. Kasih sumber kesungguh-sungguhan yang termeterai, yang serupa dengan Kristus, akan terbuka meterainya.
TUHAN tak hanya memanggil pemberian kita bagi yang berkurangan, tapi untuk muka kita yang ceria, perkataan kita yang penuh harapan, jabatan tangan kita yang ramah. Ketika Kristus menyembuhkan yang sakit, Ia menumpangkan tangan ke atas mereka. Seperti itulah kita seharusnya ketika berhubungan dengan mereka yang ingin kita tolong.
Ada banyak yang mana pengharapan telah meninggalkan mereka. Bawalah surya mentari kembali kepada mereka. Banyak telah kehilangan keberanian mereka. Bisikan kata-kata penghiburan. Ada mereka yang membutuhkan roti kehidupan. Bacakan kepada mereka firman Tuhan. Di atas banyak orang terjangkit suatu penyakit jiwa yang mana tak ada balsam dapat sentuh atau seorang dokter dapat sembuhkan. Berdoalah bagi jiwa-jiwa ini, bawalah mereka kepada Yesus. Ceritakan kepada mereka bahwa ada balsam di Gilead dan seorang Penyembuh di sana.
Terang adalah suatu berkat, suatu berkat mendunia, mencurahkan perbendaharaannya ke atas dunia yang tak tahu berterima kasih, tak suci, dan turun akhlaknya. Demikianlah dengan terang Surya Kebenaran. Seluruh dunia, terliputi dengan kegelapan dosa, kepedihan, dan sakit hati, adalah untuk diterangi dengan pengetahuan akan kasih TUHAN. Tak ada kelompok, derajat, atau kelas masyarakat yang mana terang bersinar dari surga tak akan sinari.
Pesan pengharapan dan kemurahan hati harus disebarkan sampai ke ujung dunia. Siapa saja yang bersedia, dapat meraih dan memegang kekuatan TUHAN dan berdamai dengan TUHAN, dan ia akan membawa damai. Orang kafir tak akan lagi terliputi dalam kegelapan tengah malam. Kesuraman akan sirna di hadapan terang Surya Kebenaran. Kuasa neraka telah dikalahkan.
Tetapi tak seorang pun dapat membagikan apa yang ia sendiri tidak terima. Dalam pekerjaan Tuhan, kemanusiaan tak dapat membuahkan apa-apa. Tak ada seorang pun dengan usahanya sendiri dapat menjadikan dirinya pembawa terang bagi TUHAN. Adalah cairan emas disalurkan oleh pembawa pesan surgawi ke dalam pipa-pipa emas, untuk disalurkan dari tempat minyak emas ke dalam pelita-pelita bait suci, yang menghasilkan cahaya yang bersinar dan terang terus menerus. Adalah kasih TUHAN yang terus menerus disalurkan kepada manusia yang memungkinkan ia untuk membagikan terang. Ke dalam hati mereka, semua yang bersatu dengan Tuhan dengan iman, cairan emas kasih mengalir dengan bebas, untuk bersinar kembali dalam perbuatan baik, di dalam pelayanan bagi Tuhan yang sejati dan sungguh-sungguh.
Di dalam karunia yang luar biasa dan tak terukur dari Roh Kudus terdapat seluruh sumber surgawi. Bukan karena pembatasan dari pihak TUHAN bahwa kekayaan karuniaNya tidak mengalir ke dunia kepada manusia. Andaikan semua bersedia menerima, semua akan dipenuhi RohNya.
Adalah hak istimewa bagi setiap jiwa untuk menjadi sarana yang hidup yang melaluinya Tuhan dapat menyampaikan kepada dunia tentang perbendaharaan kasih karuniaNya, yaitu kekayaan  Kristus yang tak dapat diselami. Tiada  yang diinginkan Kristus sebegitu besar selain  wakil-wakilNya yang akan menunjukkan Roh dan tabiatNya kepada dunia. Tak ada yang dunia butuhkan sebegitu besar selain pernyataan tentang kasih Juru Slamat melalui kemanusiaanNya. Segenap surga sedang menunggu sarana-sarana yang melaluinya minyak suci dapat dicurahkan  untuk menjadi sukacita dan berkat ke dalam hati manusia.
Kristus telah membuat segala ketentuan agar gerejaNya akan menjadi tubuh yang diubahkan, disinari dengan Terang dunia, memiliki kemuliaan Imanuel. Adalah kehendakNya bahwa setiap orang Kristen dilingkupi dengan suasana rohani akan terang dan damai. Ia mengingini bahwa kita menunjukkan sukacitaNya di dalam kehidupan kita.
Kehadiran Roh dalam hati akan ditunjukkan oleh pencurahan kasih surgawi. Kesempurnaan surgawi akan mengalir melalui wakil manusia yang disucikan, untuk dibagikan kepada orang lain.
Surya Kebenaran memiliki “kesembuhan pada sayapnya.”—Mal. 4:2. Jadi dari setiap murid yang sejati seharusnya tersebarkan suatu pengaruh akan kehidupan, keberanian, sifat suka menolong, dan kesembuhan sejati.
Agama Kristus berarti lebih dari pengampunan dosa; hal itu berarti menghapuskan dosa-dosa kita, dan mengisi kekosongan dengan karunia Roh Kudus. Hal itu berarti penerangan ilahi, bersukacita dalam Tuhan. Hal itu berarti suatu hati yang dikosongkan dari diri sendiri, dan diberkati dengan hadirat Kristus yang kekal. Ketika Kristus bertakhta dalam jiwa, ada kesucian, kebebasan dari dosa. Kemuliaan, kesempurnaan, keseluruhan dari rencana Injil terpenuhi dalam kehidupan. Penerimaan akan Juru Selamat membawa cahaya damai yang sempurna, kasih yang sempurna, jaminan yang sempurna. Keindahan dan keharuman tabiat Kristus dinyatakan dalam kehidupan yang menyaksikan bahwa TUHAN sesungguhnya telah mengutus PutraNya ke dalam dunia untuk menjadi Juru Selamatnya.
Kristus tidak mendorong pengikutNya untuk berjuang untuk bersinar. Ia berkata, biarkan terangmu bercahaya. Jika kau telah menerima karunia Allah, terang itu ada dalam dirimu. Singkirkan semua penghalang, dan kemuliaan Allah akan dinyatakan. Terang itu akan bersinar menembusi dan menghalau kegelapan. Kau tak mampu bersinar melalui batas pengaruhmu.
Pernyataan kemuliaanNya dalam bentuk manusia akan membawa surga dekat kepada manusia sehingga keindahan dalam kaabah yang indah akan tampak di setiap jiwa di mana Juru Selamat berdiam. Manusia akan tertawan hatinya oleh kemuliaan Kristus yang abadi. Dan dalam pujian dan terima kasih dari banyak jiwa yang dimenangkan kepada TUHAN, kemuliaan akan mengalir kembali kepada Sang Pemberi.
Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”—Yes. 60:1. Kepada mereka yang keluar untuk menemui Mempelai Laki-lakilah pesan ini ditujukan. Kristus datang dengan kuasa dan kemuliaan yang luar biasa. Ia datang dengan kemuliaanNya dan dengan kemuliaan BapaNya. Ia datang dengan semua malaikat suci bersamaNya. Sementara seluruh dunia ini tenggelam dalam kegelapan, akan ada cahaya di dalam kediaman orang suci. Mereka akan mengenali cahaya pertama dari kedatanganNya. Terang yang tak bercacat itu akan bersinar dari kemegahanNya, dan Kristus Sang Penebus akan dipuja oleh semua yang telah melayaniNya. Sementara orang jahat melarikan diri dari hadiratNya, pengikut Kristus akan bersukacita.
Bapa Ayub, memandang ke masa kedatangan Kristus yang kedua, berkata, “Yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain.”—Ayub 19:27. Kepada pengikutNya yang setia, Kristus telah menjadi Teman setiap hari dan Sahabat yang tak asing lagi. Mereka telah hidup dalam hubungan yang dekat, berhubungan setiap saat dengan Tuhan. Di atas mereka kemuliaan Allah telah terbit. Dalam mereka, terang hikmat akan kemuliaan Allah di wajah Yesus Kristus telah dipantulkan. Sekarang mereka bersukacita dalam terang yang tak dapat dipadamkan akan kecemerlangan dan kemuliaan Raja dalam keagunganNya. Mereka siap akan persekutuan dengan surga; karena mereka memiliki surga dalam hati mereka.
Dengan wajah yang terangkat, dengan cahaya terang Surya Kebenaran bersinar atas mereka, dengan sukacita bahwa penebusan mereka telah dekat, mereka bergerak maju untuk menemui Sang Mempelai Laki-laki, dengan berkata, “Sesungguhnya, inilah Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan.”—Yes. 25:9.
Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja.  Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Lalu ia berkata kepadaku: Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’” Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia.”—Wah. 19:6-9, 17:14.
(Dari Buku Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus oleh Ellen G. White)


Penerjemah: Monik Amelia, September 2007, Florida-USA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar