“Karena
iman Henokh terangkat, supaya ia tidak mengalami kemati-an, dan ia tidak
ditemukan, karena Allah telah mengangkatnya. Se-bab sebelum ia terangkat, ia
memperoleh kesaksian, bahwa ia berke-nan kepada Allah.”—Ibrani 11:5
Beribu-ribu tahun lalu Henokh, seseorang yang
mengasihi dan takut akan TUHAN, berjalan di atas bumi ini. Kehidupan Henokh
merupakan suatu kontras yang mutlak
dibandingkan dengan keba-nyakan orang pada zaman itu. Kehidupannya merupakan suatu integritas, tabiatnya tak bercela, rasa
hormat dan kesetiaannya kepada Tuhan tak tergoyahkan. Kasih Henokh terhadap
Allah dan sesama manusia dibuktikan melalui kehidupannya yang tidak me-mentingkan diri sendiri. “...Henokh...
memperoleh kesaksian, bah-wa ia berkenan kepada Allah.”—Ibrani 11:5.
Selain sebagai seorang suami, ayah, teman,
dan warganegara yang setia, Henokh juga adalah seorang pengkhotbah mengenai ke-benaran
yang sering pergi ke tempat-tempat umum untuk mem-peringatkan orang-orang tentang akibat yang pasti dari
ketidakpa-tuhan terhadap Tuhan. “Juga tentang mereka Henokh, keturunan ke-tujuh
dari Adam, telah bernubuat, katanya: ‘Sesungguhnya Tuhan da-tang dengan
beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi se-mua orang
dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik,
yang mereka lakukan dan karena semua ka-ta-kata nista, yang diucapkan
orang-orang berdosa yang fasik itu ter-hadap Tuhan.’” –Yudas 1:14,15.
Selama kehidupannya di dunia, Henokh dikenal karena integri-tas dan pelayanannya kepada Tuhan.
Hari ini Henokh dikenal kare-na sebuah kebenaran bahwa Tuhan mengangkatnya
langsung ke surga.
“Setelah
Henokh hidup enam puluh lima tahun, ia memper-anakkan Metusalah. Dan
Henokh hidup bergaul dengan Allah selama tiga ratus tahun lagi, setelah ia
memperanakkan Metusalah, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan. Jadi Henokh mencapai umur tiga ratus enam puluh lima tahun. Dan Henokh hidup bergaul dengan Allah, lalu ia tidak ada lagi,
sebab ia telah diangkat oleh Allah.”—Kejadian
5:21-24.
Mengenai Henokh, ada tertulis bahwa ia hidup selama 65 ta-hun, dan
memperanakkan seorang anak laki-laki. Setelah itu, ia ber-jalan dengan Allah
selama 300 tahun. Selama tahun-tahun sebelum-nya, Henokh telah mengasihi dan
takut akan TUHAN dan telah me-nuruti hukum-hukumNya. Ia merupakan salah satu
keturunan yang suci, pemelihara iman yang sejati, nenek moyang dari benih yang
di-janjikan. Dari mulut Adam, ia telah mempelajari kisah kelam me-ngenai kejatuhan
manusia, dan kisah sukacita akan kasih Allah se-perti yang terlihat di dalam
perjanjian, dan ia bertumpu kepada Sang Penebus untuk datang.
Setelah kelahiran putranya yang pertama, Henokh mencapai sebuah
pengalaman yang lebih tinggi; ia ditarik ke dalam sebuah hu-bungan yang lebih
dekat dengan TUHAN. Henokh lebih menyadari kewajiban-kewajiban dan tanggung
jawabnya sebagai putra Tuhan. Dan saat ia melihat kasih anaknya terhadap
ayahnya, rasa percaya-nya yang lugu akan penjagaan ayahnya; ketika ia merasakan
kele-mahlembutan hatinya sendiri yang dalam dan kuat terhadap putranya yang
pertama itu, ia mempelajari suatu pelajaran yang sangat berhar-ga akan kasih
TUHAN mengagumkan terhadap manusia di dalam anugerah berupa AnakNya, dan rasa percaya
yang mana anak-anak TUHAN dapat taruh kepada Bapa Surgawi. Kasih Tuhan yang tak
ter-batas dan tak dapat diduga melalui Kristus menjadi tema renungan-nya pagi
dan malam; dan dengan segenap kekuatan jiwanya, ia beru-saha untuk mengabarkan
kasih itu kepada orang-orang di mana ia tinggal.
Henokh berjalan dengan TUHAN bukan dalam keadaan tidak sadar atau
sebuah penglihatan, tetapi terjadi di
dalam segala tugas-tugasnya setiap hari. Ia tidak menjadi seorang pertapa,
menutup di-rinya sendiri dari dunia; karena ia memiliki suatu tugas untuk
dilaksa-nakan buat Tuhan di dunia ini. Di dalam keluarganya dan hubungan-nya
dengan manusia, sebagai seorang suami dan ayah, teman, war-ga negara, ia adalah
seorang hamba Tuhan yang setia dan
teguh.
Hatinya selaras dengan kehendak Tuhan; karena “Berjalankah dua orang
bersama-sama, jika mereka belum berjanji?”—Amos 3:3.
Dan perjalanan ini berlangsung selama tiga ratus tahun. Ada bebe-rapa orang
Kristen yang tidak akan menjadi lebih sungguh-sungguh dan setia apabila mereka
mengetahui bahwa mereka memiliki waktu yang singkat untuk hidup, atau bahwa
kedatangan Kristus hendak segera terjadi. Tetapi iman Henokh tumbuh menjadi
lebih kuat, kasih-nya menjadi lebih berkobar-kobar dengan berjalannya abad demi
abad.
Henokh adalah seorang manusia dengan akal budi yang kuat dan
berpendidikan dan memiliki pengetahuan yang luas; ia dikaruniai
penglihatan-penglihatan yang khusus dari Tuhan; walaupun berada di dalam
hubungan yang dekat dengan surga secara konstan, de-ngan kesadaran akan
kebesaran dan kesempurnaan ilahi di hadap-annya, ia merupakan salah satu orang
yang paling rendah hati. Se-makin dekat hubungannya dengan Tuhan, semakin dalam
ia menya-dari akan kelemahan dan ketidaksempurnaan dirinya sendiri.
Merasa terbebani dengan kejahatan orang-orang kafir yang se-makin
bertambah, dan takut bahwa kejahatan mereka akan mengu-rangi rasa takutnya akan
Tuhan, Henokh menghindari hubungan yang
terus-menerus dengan mereka, dan
mengunakan banyak waktu dalam
kesendirian, menyediakan dirinya sendiri untuk merenung dan berdoa. Demikianlah
ia menunggu akan Tuhan, mencari pengertian
yang lebih jelas akan kehendakNya, agar ia da-pat melaksanakannya. Baginya,
doa merupakan napas jiwa; ia hidup tepat di tengah-tengah suasana surgawi.
Melalui malaikat-malaikat suci, Tuhan menunjukkan kepada Henokh kehendakNya
untuk membinasakan dunia dengan air bah, dan Ia juga membukakan kepadanya
rencana keselamatanNya de-ngan lebih jelas.
Melalui roh nubuatan, Ia membawanya melalui ge-nerasi-generasi yang akan
hidup setelah air bah, dan menunjukkan kepadanya peristiwa-peristiwa dahsyat
yang berhubungan dengan kedatangan Kristus yang kedua dan akhir zaman dunia
ini.
“Manusia-manusia ini memiliki
kepandaian yang mengesankan dan kecakapan yang luar biasa. Mereka memiliki misi
yang besar dan suci—untuk mengembangkan tabiat akan kebenaran dan untuk me-ngajarkan
suatu pelajaran keilahian.”
“Pelajaran-pelajaran mereka bukanlah untuk manusia di
zaman mereka saja, melainkan juga untuk generasi-generasi yang akan da-tang.
Hanya beberapa manusia yang menonjol di antara mereka yang disebutkan di dalam
Alkitab, tetapi melalui segala zaman Allah memiliki saksi-saksi setia, pengikut
yang sungguh-sungguh. Ada orang-orang seperti ini hidup di zaman sekarang.”
Henokh telah bergumul dengan masalah kematian. Sepertinya bagi dia
orang-orang benar dan jahat akan kembali menjadi debu bersama-sama, dan ini
akan menjadi kesudahan bagi mereka. Ia tak dapat melihat kehidupan akan
orang-orang benar melebihi kubur. Di dalam penglihatan nubuatan, ia
diberitahukan mengenai kematian Kristus, dan ditunjukkan kedatanganNya dalam
kemuliaan, dikawal oleh semua malaikat-malaikat suci, untuk menebus umatNya
dari ku-bur. Ia juga melihat keadaan dunia yang jahat di saat Kristus akan
kembali kedua kalinya—bahwa akan ada generasi yang sombong, angkuh, dan keras
kepala, menyangkal satu-satunya TUHAN dan Tuhan Yesus Kristus, menginjak-injak
hukum, dan melecehkan pene-busan dosa. Ia melihat orang benar dimahkotai dengan
kemuliaan dan kehormatan, dan orang jahat dihapuskan dari kehadiran TUHAN, dan
dimusnahkan oleh api.Henokh menjadi seorang pengkhotbah ke-benaran, mengamarkan
kepada orang-orang apa yang Allah telah beritahukan kepadanya. Mereka yang
takut akan Tuhan mencari-cari orang suci ini, untuk membagikan ajaran dan
doanya. Ia juga bekerja di muka umum, membawa pekabaran-pekabaran Allah kepada
mere-ka yang mau mendengar kata-kata amaran. Pekerjaannya tidak diba-tasi di
kalangan keturunan Set. Di tanah di mana Kain melarikan diri dari hadirat
ilahi, nabi Allah menjelaskan penglihatan-penglihatan yang menakjubkan yang
melintasi penglihatannya. “Sesungguhnya,” ia
nyatakan, “Tuhan
datang dengan beribu-ribu orang kudus-Nya, hendak menghakimi semua orang dan
menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik.”—Yudas 14, 15. Ia adalah penegur dosa
yang tak kenal takut. Sementara ia menga-barkan kasih Allah melalui
Kristus kepada manusia di zamannya, dan memohon kepada mereka untuk
meninggalkan jalan merekah yang jahat, ia menegur kejahatan yang tengah
meliputi dan memperingat-kan manusia-manusia generasinya bahwa penghakiman akan
tiba di atas para pelanggar dosa. Adalah Roh Kristus yang berbicara melalui
Henokh; bahwa Roh itu dinyatakan, bukan hanya di dalam ungkapan-ungkapan kasih,
belas kasihan, dan permohonan; bukanlah
hal-hal yang menenangkan yang dikabarkan oleh orang-orang kudus. Tuhan
menaruh ke dalam hati dan mulut-mulut pembawa kabarnya kebenaran untuk diungkapkan yang tajam dan menusuk seperti pedang
bermata dua.
Kuasa Tuhan yang bekerja di dalam hambaNya dirasakan oleh mereka yang
mendengar. Beberapa orang mendengarkan amaran itu, dan meninggalkan dosa-dosa
mereka, tetapi sejumlah besar orang
mengolok-olok pekabaran yang suci itu, dan melanjutkan de-ngan lebih tidak malu
jalan mereka yang jahat. Hamba-hamba Tuhan adalah untuk membawa pekabaran yang
sama kepada dunia di akhir zaman, dan hal itu akan juga diterima dengan
ketidakpercayaan dan olokan. Dunia zaman sebelum air bah menolak kata-kata
amaran dari dia yang berjalan dengan Tuhan. Begitu pula generasi akhir me-nyepelekan amaran-amaran pembawa pesan Tuhan.
Di tengah-tengah kehidupannya yang penuh dengan kerja ke-ras, Henokh dengan setia menjaga hubungannya dengan TUHAN.
Semakin besar dan semakin menekan pekerjaannya, semakin sering dan
bersungguh-sungguh doa-doanya. Ia terus memisahkan dirinya di saat-saat
tertentu, dari masyarakat. Setelah tinggal
selama bebe-rapa waktu di antara orang-orang, bekerja untuk memberikan keun-tungan
bagi mereka melalui nasihat dan teladan,
ia mengundurkan diri, untuk melewatkan
waktu sendirian, lapar dan dahaga akan hikmat ilahi yang mana hanya Allah
dapat berikan. Dengan berko-munikasi dengan Tuhan, Henokh semakin memantulkan
rupa ilahi. Wajahnya bercahaya dengan terang ilahi, seperti terang yang bersi-nar
di wajah Yesus. Saat ia meninggalkan persekutuan-persekutuan ilahinya, bahkan
orang-orang kafir memandang dengan kagum kesan surgawi di wajahnya.
Kejahatan manusia telah mencapai suatu tahap di mana kebinasaan
diputuskan di atas mereka. Dengan tahun demi tahun berlalu, semakin dalam dan
dalam gelombang kekhilafan manusia bertumbuh, semakin gelap dan gelaplah awan
penghakiman ilahi menggumpal. Tetapi Henokh, saksi iman, bertahan di jalannya,
memperingatkan, meminta, memohon dengan sungguh-sungguh, berjuang untuk
meredakan gelombang kekhilafan dan untuk menenangkan petir-petir pembalasan.
Walaupun amaran-amarannya tidak dihiraukan oleh orang-orang yang berdosa dan
mencintai kesenangan, ia memiliki kesaksian yang Tuhan setujui, dan ia
meneruskan dengan setia perjuangannya melawan kejahatan yang meliputi, sampai
Allah mengangkat dia dari dunia yang penuh dosa ke dalam sukacita surgawi yang
sejati.
Manusia-manusia generasi itu telah mengolok-olok
kebodohan ia yang tidak mencari emas atau perak atau untuk menimbun harta benda
di dunia. Tapi hati Henokh ada pada harta surgawi yang kekal. Ia telah
melihat kota surgawi. Ia telah melihat Raja di dalam kemuliaanNya di
tengah-tengah Sion. Pikirannya, hatinya,
percakapannya, berada di surga. Semakin besar kejahatan yang ada, semakin
sungguh-sungguh kerinduannya akan rumah Bapa. Semasih tinggal di dunia, ia tinggal, dengan iman, di dalam ruang
lingkup terang.
“Berbahagialah
orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”—Mat. 5:8. Selama tiga ratus tahun lamanya Henokh telah mencari kekudusan jiwa, agar ia dapat
selaras dengan surga. Selama tiga abad ia telah berjalan dengan Allah. Hari
demi hari ia telah merindukan suatu kesatuan yang lebih dekat; semakin dekat
dan dekatlah persekutuan itu, hingga Allah membawa ia ke DiriNya sendiri. Ia telah
berdiri di ambang pintu dunia baka, hanya selangkah antara dirinya dan tanah
orang suci; dan sekarang gerbang itu terbuka, perjalanan dengan Tuhan, yang
telah lama dijalani di dunia, dilanjutkan dan ia melewati gerbang-gerbang Kota
Suci—yang pertama di antara manusia untuk memasukinya.
Rasa kehilangan akan dirinya terasa di bumi. Suara yang telah terdengar
hari demi hari dalam amaran dan nasihat dirindukan. Ada beberapa orang yang
benar dan yang jahat, yang telah menyaksikan kepergiannya; dan melakukan
pencarian yang seksama, sama seperti di kemudian hari anak-anak para nabi
mencari Eliah; tapi tanpa hasil. Mereka melaporkan bahwa ia tidak ada, karena
Allah telah mengangkatnya.
Melalui pengangkatan Henokh, Allah merancang untuk mengajarkan suatu
pelajaran yang penting. Ada suatu bahaya bahwa manusia akan menyerah kepada
keputusasaan dikarenakan akibat-akibat dosa Adam yang menakutkan. Banyak orang
bersedia untuk berseru, “Apa keuntungannya kita telah takut akan Tuhan dan
telah menurut hukum-hukumNya, tetapi sebuah kutukan yang berat ada di atas
keturunan manusia, dan kematian menjadi bagian kita semua?” Tetapi
instruksi-instruksi yang TUHAN berikan kepada Adam, dan yang mana diulang
kembali kepada Set, dan dihidupkan oleh Henokh, menyirnakan kesuraman dan
kegelapan, dan memberikan harapan kepada
manusia, bahwa sama seperti melalui Adam muncul kematian, maka melalui Sang
Penebus yang dijanjikan terdapatlah kehidupan dan kekekalan. Setan mendesak
manusia untuk mempercayai bahwa tak ada upah bagi orang benar atau hukuman bagi
orang jahat, dan bahwa mustahil bagi manusia untuk menuruti hukum-hukum ilahi.
Tapi mengenai Henokh, Tuhan menyatakan, “bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada
orang yang sungguh-sungguh mencari Dia.”—Ibrani 11:6.
Ia menunjukkan apa yang Ia dapat lakukan kepada orang-orang yang menurut
hukum-hukumNya. Manusia diajar bahwa adalah
mungkin untuk menuruti hukum TUHAN; bahkan dengan hidup di tengah dosa dan
ketidakmurnian, mereka dapat, melalui kasih Tuhan, untuk menolak pencobaan, dan
menjadi murni dan suci. Mereka melihat di dalam teladannya (Henokh) suatu
kehidupan yang penuh berkat; dan pengangkatannya merupakan bukti akan kebenaran
dari nubuatan mengenai alam baka, dengan upah akan kesukacitaan dan kemuliaan
dan hidup kekal bagi yang menurut, dan akan penghukuman, celaka, dan kematian
bagi pelanggar hukum.
Dengan iman, Henokh “terangkat, supaya ia
tidak mengalami kematian... Sebab sebelum ia terangkat, ia memperoleh
kesaksian, bahwa ia berkenan kepada Allah.”—Ibrani 11:5. Di tengah dunia yang
melalui kejahatannya ditakdirkan kepada kehancuran, Henokh menghidupkan suatu
kehidupan akan suatu hubungan yang dekat dengan Tuhan sehingga ia tidak
diizinkan untuk jatuh ke dalam kuasa kematian. Tabiat yang saleh dari nabi ini mewakili keadaan kesucian yang harus
didapati oleh mereka yang akan “ditebus dari bumi itu” (Wahyu 14:3) di saat
kedatangan Kristus kedua kali. Lalu, sama seperti dunia sebelum air bah, kejahatan akan menang. Mengikuti
bisikan-bisikan dari hati mereka yang jahat dan ajaran-ajaran filosofi yang
menipu, manusia akan memberontak melawan kuasa Surgawi. Tetapi seperti Henokh,
umat Allah akan mencari kemurnian hati
dan keselarasan dengan kehendakNya, sampai
mereka akan memantulkan keserupaan dengan Kristus. Seperti Henokh, mereka
akan mengamarkan dunia akan kedatangan
Tuhan yang kedua kali dan akan penghukuman yang akan ditimpakan atas
pelanggaran, dan melalui ucapan dan teladan kudus mereka, mereka akan menghukum
dosa-dosa orang jahat. Sama seperti Henokh diangkat ke surga sebelum
kehancuran dunia oleh air bah, maka orang benar akan diangkat dari bumi sebelum
pemusnahannya melalui api. Kata sang rasul, “kita tidak akan mati semuanya,
tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada
waktu bunyi nafiri yang terakhir.” “Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada
waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan
sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih
dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih
tinggal, akan diangkat bersama-sama
dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan
selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan. “Karena itu
hiburkanlah seorang akan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.”—1 Kor.
15:51, 52; 1 Tes. 4:16-18. (Para Nabi dan
Bapa, 1890, hal 84-89).
Allah ingin engkau untuk berjalan denganNya
sama seperti Henokh, di bagian ini engkau akan mengenal Allah yang dikasihi dan
dihormati oleh Henokh.
2. KASIH ALLAH BAGI
MANUSIA
Alam
dan wahyu secara sama membuktikan kasih TUHAN. Bapa kita di surga adalah sumber
kehidupan, hikmat, dan kebahagiaan. Lihatlah hal-hal luar biasa dan indah dari
alam. Renungkan akan adaptasi mereka yang hebat akan kebutuhan dan kebahagiaan,
bukan hanya dari manusia, tapi semua makhluk hidup. Sinar matahari dan hujan,
yang menyejukkan dan menyegarkan bumi, bukit-bukit dan lautan dan
dataran-dataran, semua mengungkapkan kepada kita akan kasih Sang Pencipta.
Adalah Tuhan yang memenuhi kebutuhan semua ciptaanNya. Melalui kata-kata yang
indah dari sang pemazmur—
“Mata
sekalian orang menantikan Engkau, dan Engkaupun memberi mereka makanan pada
waktunya; Engkau yang membuka tangan-Mu dan yang berkenan
mengenyangkan segala yang hidup.”—Maz. 145:15, 16.
Tuhan menciptakan manusia dengan kesucian dan
kebahagiaan yang sempurna; dan bumi yang indah, seraya datang dari tangan Sang
Pencipta, tanpa ada kerusakan sedikitpun atau bayangan kutukan. Pelanggaran
akan hukum Tuhan—yaitu hukum kasih—yang telah membawa bencana dan kematian.
Walaupun begitu, di tengah penderitaan akibat dari dosa, kasih Tuhan tetap dinyatakan.
Ada tertulis bahwa Tuhan mengutuk tanah demi kepentingan manusia. Kejadian
3:17. Semak duri dan rumput duri—kesusahan dan pencobaan yang membuat hidupnya
suatu kerja keras dan kekhawatiran—ditujukan demi kebaikannya
sebagai bagian dari latihan yang dibutuhkan di dalam rencana Tuhan untuk
mengangkatnya dari puing-puing kehancuran yang diakibatkan oleh dosa. Dunia,
walaupun telah jatuh, tidak semuanya merupakan kesedihan dan kesengsaraan. Di alam
sendiri ada pesan-pesan pengharapan dan penghiburan. Ada bunga-bunga di
tumbuhan berduri, dan duri-duri ditutupi oleh mawar-mawar. “TUHAN adalah kasih”
tertulis di setiap kuncum yang mekar, di setiap pucuk rerumputan yang bersemi.
Burung-burung yang indah bernyanyi di udara dengan lagu-lagu riang gembira
mereka, bunga-bunga yang diwarnai dengan lemah lembut di dalam kesempurnaan
mereka mengharumkan udara, pepohonan hutan yang tinggi dengan dedaunan hijau
yang semarak—semuanya memberikan kesaksian akan pemeliharaan Tuhan kita yang
lembut dan bagaikan seorang bapa, dan akan kehendakNya untuk membuat
anak-anakNya bahagia.
Sabda TUHAN menyatakan tabiatNya. Ia sendiri
telah menyatakan kasihNya yang tak terbatas dan berbelas kasihan. Ketika Musa
berdoa, “Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku.” Tuhan menjawab, “Aku
akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu.”—Keluaran 33:18, 19. Ini
adalah kemuliaanNya. Tuhan berjalan melewati Musa, dan berseru, “TUHAN, TUHAN,
Allah penyayang dan pengasih, panjang sabar, berlimpah kasih-Nya dan setia-Nya,
yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang,
yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa.”—Kel. 34:6, 7. Ia “panjang
sabar dan berlimpah kasih setia” (karena) “berkenan kepada kasih setia.”—Yunus
4:2, Mikha 7:18.
Tuhan telah mengikat hati kita kepadaNya
melalui bukti yang tak terhitung di langit dan di bumi. Melalui hal-hal di alam, dan ikatan-ikatan yang
terdalam dan terlembut yang ada di dunia ini yang kenal hati manusia, Dia telah
berusaha untuk menyatakan DiriNya sendiri kepada kita. Tapi hal-hal ini tidak
menunjukkan kasihNya dengan sempurna.
Melalui semua bukti-bukti yang telah diberikan, musuh kebaikan membutakan
pikiran manusia, sehingga mereka melihat TUHAN dengan rasa takut; mereka memandang
Dia kejam dan tak bersedia mengampuni.
Setan memimpin manusia untuk memahami Tuhan
sebagai suatu makhluk yang sifat utamanya adalah keadilan yang keras—seseorang
yang adalah seorang hakim yang kejam, kreditor(pemberi pinjaman) yang kejam dan
suka menuntut. Ia menggambarkan Sang Pencipta sebagai makhluk yang mengawasi
dengan mata cemburu untuk membedakan pelanggaran dan kesalahan manusia,
sehingga Ia dapat memberi hukuman ke atas mereka. Adalah untuk menghapuskan
bayangan gelap ini, dengan menyatakan kepada dunia kasih Tuhan yang tak
terbatas, maka Yesus datanglah untuk hidup di antara manusia.
Anak Allah turun dari surga untuk menyatakan
Sang Bapa. “Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal
Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya..”—Yoh. 1:18.
“...Tidak seorangpun mengenal Anak selain Bapa, dan tidak seorangpun mengenal
Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan
menyatakannya.”—Mat. 11:27. Ketika salah satu murid memohon, “Tuhan,
tunjukkanlah Bapa itu kepada kami,” Yesus menjawab, “Telah
sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.”—Yoh. 14:8, 9.
Di dalam menjelaskan misiNya di dunia, Yesus
berkata, Allah “telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi
orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas."—Luk.
4:18, 19. Ini adalah pekerjaanNya.
Ia berkeliling melakukan perbuatan baik dan menyembuhkan mereka yang ditindas
oleh Setan. Ada beberapa desa yang mana tak ada rintihan sakit penyakit di tiap
rumah, karena Ia telah mengunjungi mereka dan menyembuhkan semua orang sakit.
PekerjaanNya membuktikan akan urapan ilahiNya. Kasih, kemurahan hati, dan belas
kasihan dinyatakan di setiap perbuatan di dalam kehidupanNya; hatiNya luluh di
dalam simpati yang lembut bagi anak manusia. Ia mengambil rupa manusia, supaya
Ia dapat memenuhi kebutuhan manusia. Orang
termiskin dan paling rendah tidak takut untuk mendekatiNya. Bahkah
anak-anak kecil tertarik kepadaNya. Mereka suka naik ke atas pangkuannya dan
menatap ke wajah yang sendu, yang penuh dengan kasih.
Yesus tidak menyembunyikan satu kata pun dari
kebenaran, tapi Ia menyatakannya selalu dengan kasih. Ia menggunakan
kebijaksanaan yang terbesar dan perhatian yang penuh pengertian dan ramah di
dalam hubunganNya dengan orang-orang. Ia tidak pernah kasar, tak pernah
mengucapkan tanpa perlu kata yang kasar, tak pernah menyakiti tanpa perlu jiwa
yang lemah. Ia tidak mencela kelemahan manusia. Ia mengatakan kebenaran, tapi
selalu dalam kasih. Ia mencela kemunafikan, ketidakpercayaan, dan kejahatan;
tapi air mata selalu terdengar di dalam suaranya ketika Ia mengutarakan
peringatanNya yang keras. Ia menangisi Yerusalem, kota yang Ia kasihi, yang
menolak untuk menerimaNya, jalan, kebenaran, dan hidup. Mereka telah
menolakNya, Sang JuruSelamat, tapi Ia memandang mereka dengan kelemahlembutan
yang penuh belas kasihan. KehidupanNya merupakan suatu penyangkalan diri dan
perhatian yang penuh pengertian bagi orang lain. Setiap jiwa berharga di
hadapanNya. Walaupun Ia memperlihatkan DiriNya sendiri dengan kewibawaan ilahi,
Ia bersujud dengan hormat yang paling dalam kepada anggota keluarga TUHAN. Di
dalam setiap manusia, Ia melihat jiwa-jiwa yang telah jatuh yang mana adalah
misiNya untuk selamatkan.
Inilah tabiat Kristus seperti yang dinyatakan
di dalam kehidupanNya. Ini adalah tabiat TUHAN. Adalah datang dari hati Bapa
aliran-aliran belas kasihan ilahi, dinyatakan dalam Kristus, mengalir ke anak
manusia. Yesus, JuruSelamat yang lemah lembut dan berbelas kasihan, adalah
Tuhan “dalam rupa manusia.”—1 Tim. 3:16.
Adalah
untuk menebus kita bahwa Yesus hidup dan menderita dan mati. Ia menjadi
“Seorang yang penuh Kesengsaraan,” sehingga kita dapat ambil bagian dalam
sukacita kekal. Tuhan mengizinkan PutraNya yang terkasih, penuh dengan kasih
dan kebenaran, untuk turun dari dunia dengan kemuliaan yang tak dapat
dilukiskan, ke dalam dunia yang dirusak dan dicemari dosa, menjadi gelap dengan
bayangan kematian dan kutuk. Ia memperbolehkan Ia untuk meninggalkan pelukan
kasihNya, pujian malaikat-malaikat, untuk menderita malu, olokan, penghinaan,
benci, dan kematian. “Ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita
ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh.”—Yes. 53:5.
Pandanglah Ia di padang belantara, di Getsemani, di atas kayu salib! Anak Allah
yang tak ternoda menaruh beban dosa ke atas DiriNya sendiri. Ia yang pernah
menjadi satu dengan TUHAN, merasakan di dalam jiwaNya perpisahan yang
mengerikan yang dosa ciptakan antara Allah dan manusia. Ini keluar dari
bibirnya tangisan yang memilukan, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau
meninggalkan Aku?”—Mat. 27:46. Adalah
beban dosa, rasa kekejaman yang mengerikan dari dosa, perpisahan jiwa dari
Allah—hal inilah yang menghacurkan hati Anak Allah.
Tapi pengorbanan besar ini tidak dilakukan
untuk menumbuhkan kasih bagi manusia di dalam hati Bapa, tidak untuk membuatNya
bersedia menyelamatkan. Tidak, tidak! “Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.”—Yoh. 3:16.
Bapa mengasihi kita, bukan karena pendamaian yang luar biasa itu, tapi Ia
menyediakan pendamaian itu karena Ia mengasihi kita. Kristus adalah sarana di
mana Ia dapat mengalirkan kasihNya yang tak terbatas ke atas dunia yang telah
jatuh. Melalui penderitaan di Getsemani, kematian di Kalvari, hati Kasih yang
tak terbatas telah membayar biaya keselamatan kita.
Yesus berkata, “Bapa mengasihi Aku, oleh
karena Aku memberikan nyawa-Ku untuk menerimanya kembali.”—Yoh. 10:17. Hal itu
berarti, “BapaKu begitu mengasihi engkau tetapi Ia lebih mengasihi Aku karena
Aku memberikan nyawaKu untuk menebusmu. Dengan menjadi Pengganti dan
Penjaminmu, dengan menyerahkan hidupKu, dengan menanggung tanggung jawabmu,
pelanggaranmu, Aku dikasihi BapaKu; karena melalui pengorbananKu, Allah dapat
menjadi adil, dan terlebih Pembuat Benar (Justifier)
bagi mereka yang percaya Yesus.”
Tak seorang pun kecuali Anak Allah dapat
menyempurnakan penebusan kita; karena hanya Dialah yang bersandar di dada TUHAN
dapat menyatakan Dia. Hanya Dia yang mengetahui tinggi dan dalamnya kasih Allah
dapat menyatakannya. Tak ada yang kurang dari pengorbanan tak terbatas
dilakukan oleh Kristus demi kepentingan manusia yang jatuh dapat
mengekspresikan kasih Tuhan kepada kemanusiaan yang hilang.
”Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal.” Ia mengutus Yesus
bukan hanya untuk tinggal di antara manusia, untuk menanggung dosa mereka, dan
mati demi menjadi korban bagi mereka. Ia mengutus Dia kepada bangsa yang jatuh.
Kristus adalah untuk mengenali DiriNya sendiri dengan minat dan kebutuhan
manusia. Ia yang menjadi satu dengan Allah telah menghubungkan DiriNya sendiri
dengan anak manusia dengan ikatan-ikatan yang tak dapat diputus. Yesus “tidak
malu menyebut mereka saudara” (Ibr. 2:11); Ia adalah Korban kita, Pembela kita,
Saudara kita, memakai bentuk manusiawi kita di hadapan takhta Bapa, dan
sepanjang zaman yang kekal menajdi satu dengan keturunan yang Ia telah
tebus—Anak manusia. Dan semua ini dilakukan agar manusia dapat diangkat dari
puing-puing dan kehancuran dosa sehingga ia dapat memancarkan kasih Allah dan
membagikan sukacita kesucian.
Harganya telah dibayar untuk penebusan kita,
pengorbanan ilahi Bapa surgawi kita dalam pemberian PutraNya untuk mati bagi
kita, seharusnya memberi kita konsepsi-konsepsi yang lebih mulia tentang apa
kelak jadinya kita melalui Kristus. Seperti Rasul Yohanes yang terinspirasi
memandang tinggi, dalam, dan luasnya kasih TUHAN kepada bangsa yang binasa, ia
dipenuhi dengan pujian dan rasa hormat; dan, tak dapat menemukan kata yang
tepat yang dapat mengekspresikan kebesaran dan kelembutan kasih ini, ia
memanggil dunia untuk memandangnya. “Lihatlah, betapa besarnya kasih yang
dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah.”—1 Yoh.
3:1. Suatu nilai yang luar biasa telah ditaruh atas manusia! Melalui
pelanggaran anak-anak manusia menjadi milik Setan. Melalui iman dalam pengorbanan Kristus yang mendamaikan, anak-anak Adam
dapat menjadi anak-anak TUHAN. Dengan mengenakan bentuk manusiawi, Kristus
mengangkat kemanusiaan. Manusia yang jatuh ditempatkan di mana, melalui
hubungan dengan Kristus, mereka benar-benar menjadi layak disebut “anak-anak
TUHAN.”
Kasih seperti ini tiada bandingnya. Anak-anak
Raja Surgawi! Janji yang berharga! Tema untuk renungan yang paling mendalam!
Kasih Allah yang tiada tandingnya untuk dunia yang tidak mengasihiNya!
Pemikiran ini memiliki kuasa yang menaklukkan di atas jiwa dan menawan pikiran
kepada kehendak Tuhan. Semakin kita belajar tabiat ilahi dalam terang salib,
semakin kita melihat kemurahan hati, kelembutan, dan pengampunan tercampur
dengan persamaan dan keadilan, dan semakin jelas kita mengenali bukti-bukti
kasih yang tak terbatas dan belas kasihan yang lembut melebihi kasih sayang
yang merindu seorang ibu kepada anaknya yang berkeras hati.
3. KEBUTUHAN ORANG
BERDOSA AKAN KRISTUS
Manusia pada mulanya dikaruniai dengan kuasa
yang berbudi luhur dan pikiran yang seimbang. Ia sempurna di dalam rupanya, dan
selaras dengan Allah. Pikirannya murni, tujuannya suci. Tetapi melalui ketidakpenurutan, kekuatannya disesatkan, dan keegoisan
menggantikan kasih. Parasnya menjadi lemah melalui pelanggaran yang
mustahil bagi dia, yang dengan kekuatannya sendiri, untuk menolak kekuatan yang
jahat. Ia ditawan oleh Setan, dan akan tetap seperti itu apabila Tuhan tidak
turun tangan. Adalah tujuan si penggoda untuk merintangi rencana ilahi dalam
penciptaan manusia, dan memenuhi dunia dengan kebinasaan dan kehancuran. Dan ia
akan menunjukkan semua kejahatan ini seakan-akan akibat dari pekerjaan TUHAN
dalam menciptakan manusia.
Dalam keadaannya yang tak berdosa, manusia
memiliki hubungan yang dekat dan penuh sukacita denganNya “sebab di dalam
Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan.”—Kol. 2:3. Tetapi
setelah dosanya, ia tak dapat lagi menemukan sukacita dalam kemuliaan, dan ia
berusaha untuk bersembunyi dari hadirat Allah. Seperti inilah keadaan hati yang
belum diperbaharui. Ia tidak selaras dengan TUHAN, dan tak menemukan sukacita
dalam persekutuan denganNya. Orang berdosa tak dapat menjadi gembira dalam
hadirat Allah; ia akan menjauhkan diri dari persekutuan makhluk-makhluk suci. Andaikan ia diizinkan untuk memasuki surga,
tak akan ada rasa senang di dalam dirinya. Roh kasih yang tak mementingkan
diri sendiri yang memerintah di sana—setiap hati memberi tanggapan kepada hati
Kasih Ilahi—tak akan menyentuh nada di dalam jiwanya. Pikirannya, minatnya,
motifnya, akan menjadi asing bagi mereka yang menggerakkan penghuni yang tak
berdosa di sana. Ia akan menjadi nada yang tak serasi dalam melodi surgawi.
Bagi dia surga akan merupakan suatu
tempat siksaan; ia akan sangat menginginkan untuk bersembunyi dari Dia yang
merupakan sumber terang dan sumber sukacita surga. Bukanlah hukum yang sewenang-wenang
dari pihak TUHAN bahwa orang jahat tidak diizinkan dari surga; mereka tertutup
oleh ketidakcocokan mereka sendiri akan persekutuan surgawi. Kemuliaan TUHAN
bagi mereka akan menjadi api yang menghanguskan. Mereka akan menerima
kebinasaan, sehingga mereka dapat disembunyikan dari wajahNya yang mati untuk
menebus mereka.
Adalah mustahil bagi kita, dengan usaha kita
sendiri, untuk melarikan diri dari lubang dosa di mana kita tenggelam. Hati
kita jahat, dan kita tak bisa mengubahnya. “Siapa dapat mendatangkan yang tahir
dari yang najis? Seorangpun tidak!” “Sebab keinginan daging adalah perseteruan
terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak
mungkin baginya.” Ayub 14:4, Roma 8:7. Pendidikan,
budaya, hak untuk memilih, usaha manusia, semuanya memiliki daya yang sesuai,
tetapi dalam hal ini semuanya itu tak berkuasa. Hal-hal itu mungkin dapat
menghasilkan tingkah laku yang benar secara
luar, tetapi tak dapat mengubah
hati; tak dapat memurnikan sumber kehidupan. Seharusnya ada suatu kuasa
yang bekerja dari dalam, kehidupan yang baru dari atas, sebelum manusia dapat
diubahkan dari dosa ke kesucian. Kuasa
itu adalah Kristus. BerkatNya saja dapat menghidupkan segi-segi jiwa yang
mati, dan menariknya kepada Allah, kepada kesucian.
Juru Selamat berkata, “jika seorang tidak
dilahirkan kembali,” kecuali ia mendapatkan hati yang baru,
keinginan-keinginan, tujuan, dan motif yang baru, yang menuju ke kehidupan yang
baru, “ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.”—Yoh. 3:3. Konsep yang menyatakan
bahwa adalah penting untuk menumbuhkan hal yang baik yang ada di dalam manusia
secara alamiah, adalah penipuan yang fatal. “Tetapi manusia duniawi tidak
menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu
kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai
secara rohani.” “Janganlah engkau heran, karena Aku berkata kepadamu: Kamu
harus dilahirkan kembali.”—1 Kor. 2:14, Yoh. 3:7. Tentang Kristus ada tertulis,
“Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”—“di bawah kolong
langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita
dapat diselamatkan.”—Yoh. 1:4, Kis. 4:12.
Tidaklah
cukup untuk mengerti kasih Allah, untuk melihat kebaikan, kelembutan seperti
seorang bapa, dari tabiatNya. Tidaklah cukup untuk memahami hikmat dan keadilan
hukumNya, untuk melihat bahwa itu berdasarkan atas prinsip kasih. Paulus sang rasul
melihat semua ini ketika ia berseru, “aku menyetujui, bahwa hukum Taurat itu
baik.” “Jadi hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus,
benar dan baik.” Tapi ia menambahkan, “tetapi aku bersifat daging, terjual di
bawah kuasa dosa.”—Roma 7:16, 12, 14. Ia merindukan kemurnian, kebenaran, yang
mana di dalam dirinya sendiri ia tak memiliki kuasa untuk memperoleh, dan
berseru, “Aku, manusia celaka! Siapakah yang akan melepaskan aku dari tubuh
maut ini?”—Roma 7:24. Seruan seperti inilah yang terangkat dari hati yang
terbeban di seluruh daratan dan segala zaman. Untuk semua ini, hanya ada satu
jawaban, “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”—Yoh. 1:29.
Banyak tokoh yang melalui mana Roh TUHAN
berusaha untuk melukiskan kebenaran ini, dan menyederhanakannya bagi jiwa-jiwa
yang merindu untuk dibebaskan dari beban rasa bersalah. Ketika, setelah dosanya
dalam menipu Esau, Yakub melarikan diri dari rumah bapanya, ia terbebani dengan
rasa bersalah. Kesepian dan terasingkan ia, terpisah dari hal-hal yang membuat
hidupnya berarti, satu pikiran di atas segalanya menekan jiwanya, adalah rasa
takut bahwa dosanya memisahkannya dari Tuhan, bahwa ia tersingkirkan dari
surga.
Dalam kesedihan, ia berbaring untuk
beristirahat di atas tanah, di sekelilingnya hanyalah bukit-bukit sunyi, dan di
atas, langit terang dengan bintang-bintang. Ketika ia tertidur, suatu terang
yang aneh bersinar dalam penglihatannya; dan terlihatlah, dari tempat ia
berbaring, suatu tangga yang lebar dan samar-samar terlihat mengarah ke atas ke
gerbang surga, dan di atasnya malaikat-malaikat Allah sedang naik turun;
sementara dari kemuliaan di atas, suara ilahi terdengar dalam seruan
penghiburan dan pengharapan. Demikianlah ditunjukkan kepada Yakub hal yang
memenuhi kebutuhan dan kerinduan jiwanya—seorang Juru Selamat. Dengan sukacita
dan rasa terima kasih, ia melihat suatu penglihatan di mana ia, seorang yang berdosa,
dapat dipulihkan untuk berhubungan dengan Allah. Tangga yang gaib dalam
mimpinya mewakili Yesus, satu-satunya sarana komunikasi antara Allah dan
manusia.
Ini adalah contoh yang sama yang Kristus
maksud dalam percakapanNya dengan Natanael, ketika Ia berkata, “Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat
Allah turun naik kepada Anak Manusia.”—Yoh 1:51. Di dalam kemurtadan, manusia
mengasingkan dirinya sendiri dari Allah; bumi tertutup dari surga. Melalui sepanjang
jurang yang terbentang, tak mungkin ada hubungan. Tapi melalui Kristus, dunia
sekali lagi terhubung dengan surga. Dengan jasaNya, Kristus telah menjembatani
jurang yang diciptakan oleh dosa, sehingga malaikat-malaikat yang melayani
dapat berkomunikasi dengan manusia. Kristus menghubungkan manusia yang telah
jatuh dalam kelemahan dan ketidakberdayaannya dengan Sumber Kuasa Ilahi.
Tapi sia-sialah cita-cita manusia untuk
bertumbuh, sia-sialah segala usaha untuk meningkatkan kemanusiaan, jika mereka
melupakan satu Sumber pengharapan dan pertolongan bagi umat manusia yang jatuh.
“Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna” (Yak 1:17)
datangnya dari TUHAN. Tak ada tabiat
yang benar dan sejati terpisah dari Dia. Dan satu-satunya jalan ke Allah adalah
Kristus. Ia bersabda, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada
seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”—Yoh. 14.6.
Hati TUHAN merindukan anak-anak duniawiNya
dengan kasih yang lebih kuat daripada kematian. Dengan merelakan PutraNya, Ia
telah memberikan kepada kita seluruh surga dalam satu anugerah. Kehidupan,
kematian, dan pengantaraan Juru Selamat, pelayanan malaikat-malaikat,
permohonan Roh Kudus, Bapa bekerja di atas dan melalui segalanya, minat makhluk
surgawi yang tak berhenti –semuanya termasuk dalam kepentingan penebusan
manusia.
Oh, marilah kita merenungkan pengorbanan yang
luar biasa yang telah dilakukan buat kita! Marilah kita berusaha menghargai
kerja keras dan energi yang Surga lakukan untuk memulihkan yang tersesat, dan
mengembalikan mereka ke dalam rumah Bapa. Motif yang lebih kuat, kuasa-kuasa
yang lebih kuat, tak akan dapat diajak untuk bekerja sama; upah yang melampaui
untuk berbuat benar, nikmat akan surga, perkumpulan malaikat-malaikat, hubungan
dekat dan kasih Allah dan PutraNya, pertumbuhan dan perluasan segala kekuatan
kita di segala zaman—apakah ini bukan upah dan pendorong yang luar biasa untuk
mendesak kita untuk memberikan pelayanan kasih hati kepada Pencipta dan Juru
Selamat kita?
Dan, sebaliknya, penghakiman Tuhan jatuhkan
atas dosa, pembalasan yang tak dapat dihindarkan, penurunan tabiat kita, dan
kebinasaan akhir, dilukiskan di dalam sabda TUHAN untuk memperingatkan kita
akan pekerjaan Setan.
Tidakkah kita akan memandang kemurahan hati
TUHAN? Apa lagikah yang dapat Ia lakukan? Marilah kita menempatkan diri kita
sendiri dalam hubungan yang benar dengan Dia yang telah mengasihi kita dengan
kasih yang mengagumkan. Marilah kita menggunakan sarana-sarana yang telah
disediakan bagi kita sehingga kita dapat diubahkan serupa dengan rupaNya, dan
dipulihkan ke dalam persekutuan dengan malaikat-malaikat yang melayani, ke
keselarasan dan hubungan dengan Bapa dan Anak.
4. PERTOBATAN
“Karena itu rendahkanlah dirimu di bawah
tangan Tuhan yang kuat, supaya kamu ditinggikan-Nya pada waktunya. Serahkanlah
segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.”—1 Ptr. 5:6-7.
“Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua
duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu
jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.”—Luk.
12:6-7.
“...Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung;
dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah
dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.”—Maz. 121:1-2.
Bagaimanakah manusia dapat menjadi layak
dengan Tuhan? Bagaimana orang berdosa dapat menjadi benar? Hanyalah melalui
Kristus bahwa kita dapat diselaraskan dengan Tuhan, dengan kesucian; tetapi
bagaimana kita datang kepada Kristus? Banyak yang menanyakan pertanyaan yang
sama, sama seperti orang banyak di Hari Pantekosta, ketika, disadarkan akan
dosa, mereka berseru, “Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?” Kata
pertama dari jawaban Petrus adalah, “Bertobatlah.”—Kis. 2:37, 38. Di waktu yang
lain, tak lama setelah itu, ia berkata, “Sadarlah dan bertobatlah, supaya
dosamu dihapuskan.”—Kis. 3:19.
Pertobatan termasuk kesedihan akan dosa dan
berbalik darinya. Kita tidak akan
meninggalkan dosa kecuali kita melihat keadaan penuh dosa; sampai kita berbalik
daripadanya dalam hati, tak akan ada perubahan sejati dalam hidup ini.
Banyak
yang gagal
dalam mengerti bentuk sejati pertobatan. Banyak
orang bersedih bahwa mereka telah berdosa dan bahkan membuat reformasi secara luar karena mereka takut bahwa
kesalahan mereka akan membawa penderitaan ke atas mereka sendiri. Tetapi ini
bukanlah pertobatan menurut Alkitab. Mereka
meratapi penderitaan daripada dosa. Seperti inilah penderitaan Esau ketika ia melihat hak lahir telah hilang
darinya selamanya. Bileam, ketakutan
oleh malaikat berdiri di jalannya dengan pedang terhunus, mengakui kesalahannya
kalau-kalau ia kehilangan nyawanya; tetapi tak
ada pertobatan sejati akan dosa, tak perubahan tujuan, tak ada rasa benci akan
kejahatan. Yudas Iskariot,
setelah mengkhianati Tuhannya, berseru, “Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.”—Mat.
27:4.
Pengakuan
itu dipaksakan dari jiwanya yang merasa bersalah akan hukuman yang mengerikan
dan bayangan yang menakutkan akan penghakiman. Konsekuensi
sebagai akibat dosa memenuhinya dengan ketakutan, tetapi tidak ada kesedihan
yang mendalam dan yang menghancurkan hati, bahwa ia telah mengkhianati Anak
Allah yang tak ternoda dan menyangkal Ia yang Suci dari Israel. Firaun, ketika
menderita di bawah penghakiman TUHAN, mengakui dosanya supaya menghindari
hukuman selanjutnya, tetapi kembali ke
pembangkangannya terhadap surga segera setelah tulah-tulah itu reda.
Semuanya meratapi akibat dosa, tapi tidak bersedih akan dosa itu sendiri.
Tetapi
ketika hati berserah kepada pengaruh Roh TUHAN, hati nurani akan dihidupkan,
dan orang berdosa akan memahami dalamnya dan kesuciaan hukum TUHAN, dasar
pemerintahanNya di surga dan di bumi. Sang “Terang yang sesungguhnya, yang
menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia,” (Yoh. 1:9) menerangi
ruang-ruang tersembunyi jiwa, dan hal-hal kegelapan yang tersembunyi
dikemukakan. Kesadaran timbul di dalam pikiran dan hati. Orang berdosa memiliki
gambaran akan kebenaran Yehovah dan merasakan rasa takut, di dalam rasa
bersalah dan kekotorannya sendiri, berdiri di hadapan Pencari jiwa. Ia melihat
kasih TUHAN, keindahan kesuciaan, sukacita kemurnian; ia rindu untuk
dibersihkan dan dipulihkan kepada hubungan dengan Surga.
Doa Daud setelah kejatuhannya, menggambarkan
bentuk kepedihan akan dosa yang sejati. Pertobatannya sungguh-sungguh dan
dalam. Tak ada usaha untuk meringankan
rasa bersalahnya; tak ada minat untuk melarikan diri dari penghakiman yang
mengancam, yang menginspirasi doanya. Daud melihat kekejaman
pelanggarannya; ia melihat pencemaran jiwanya; ia membenci dosanya. Tak hanya
untuk pengampunan saja ia berdoa, tapi untuk kemurnian hati. Ia merindukan
sukacita kesucian—untuk dipulihkan ke dalam keselarasan dan hubungan yang dekat
dengan Allah. Ini adalah bahasa jiwanya:
“Berbahagialah orang yang diampuni
pelanggarannya, yang dosanya ditutupi! Berbahagialah
manusia, yang kesalahannya tidak diperhitungkan TUHAN, dan yang tidak berjiwa
penipu!”—Maz. 32:1, 2.
“Kasihanilah
aku, ya Allah, menurut kasih setia-Mu, hapuskanlah pelanggaranku menurut
rahmat-Mu yang besar! Bersihkanlah aku seluruhnya dari
kesalahanku, dan tahirkanlah aku dari dosaku! Sebab aku
sendiri sadar akan pelanggaranku, aku senantiasa bergumul dengan dosaku…Bersihkanlah aku dari pada dosaku dengan
hisop, maka aku menjadi tahir, basuhlah aku, maka aku menjadi lebih putih dari
salju!... Jadikanlah
hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah
mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah
kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku
dengan roh yang rela! Lepaskanlah aku dari hutang darah, ya Allah, Allah
keselamatanku, maka lidahku akan bersorak-sorai memberitakan keadilan-Mu!”—Maz. 51:1-14.
Pertobatan
seperti inilah, adalah di luar jangkauan kuasa kita untuk kita capai; itu hanya
dapat diperoleh dari Kristus, yang naik tinggi ke atas dan telah memberikan
karunia kepada manusia.
Ini adalah suatu konsep yang mana banyak membuat
kesalahan, dan demikianlah mereka gagal menerima bantuan yang Kristus kehendaki
untuk diberikan kepada mereka. Mereka berpikir mereka tak dapat datang kepada
Kristus kecuali mereka bertobat terlebih dahulu, dan bahwa pertobatan
mempersiapkan untuk pengampunan dosa mereka. Hal itu benar bahwa pertobatan
mendahului pengampunan dosa; karena hanyalah hati yang hancur dan menyesal yang
akan merasakan perlunya seorang Juru Selamat. Tapi haruskah orang berdosa
menunggu sampai ia telah bertobat sebelum ia datang kepada Yesus? Apakah
pertobatan dibuat menjadi suatu halangan antara orang berdosa dan Juru Selamat?
Alkitab tidak mengajarkan bahwa orang berdosa harus
bertobat terlebih dahulu sebelum ia dapat menerima undangan Kristus. “Marilah kepada-Ku, semua
yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”—Mat. 11:28. Adalah jasa yang keluar dari Kristus yang membaca ke
pertobatan yang sejati. Petrus membuat masalah ini menjadi jelas dalam
pernyataannya kepada bangsa Israel ketika ia berkata, “Dialah yang telah
ditinggikan oleh Allah sendiri dengan tangan kanan-Nya menjadi Pemimpin dan
Juruselamat, supaya Israel dapat bertobat dan menerima pengampunan dosa.”—Kis. 5:31. Kita tak dapat lebih lagi bertobat tanpa Roh Kristus untuk
membangunkan hati nurani daripada kita dapat dimaafkan tanpa Kristus.
Kristus adalah sumber
segala dorongan yang benar. Ia satu-satunya yang dapat menanamkan dalam hati
rasa benci terhadap dosa. Setiap hasrat akan kebenaran dan kesucian, setiap
kesadaran akan keadaan penuh dosa kita sendiri, adalah suatu bukti bahwa RohNya
bergerak dalam hati kita.
Yesus telah bersabda, “Dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku
akan menarik semua orang datang kepada-Ku.”—Yoh. 12:32. Kristus haruslah
dinyatakan kepada orang berdosa sebagai Juru Selamat yang mati bagi dosa-dosa
dunia; dan seraya kita memandang Domba Allah di atas kayu salib Kalvari,
misteri penebusan mulai terbukakan kepada pikiran kita dan kebaikan Allah
membawa kita ke pertobatan. Melalui kematian bagi orang berdosa, Kristus
menunjukkan kasih yang tak dapat dimengerti; dan saat orang berdosa memandang
kasih itu, kasih itu melembutkan hati , memberikan kesan di dalam pikiran, dan
mengilhami penyesalan di dalam jiwa.
Adalah benar bahwa manusia kadang kala menjadi malu
akan jalan mereka yang berdosa, dan meninggalkan kebiasaan buruk mereka sebelum
mereka sadar bahwa mereka sedang ditarik kepada Kristus. Tetapi kapan saja
mereka berusaha untuk berubah, dari keinginan yang tulus untuk berbuat yang
benar, adalah kuasa Kristus yang menarik mereka. Suatu pengaruh yang tak mereka
sadari bekerja dalam jiwa, dan hati nurani disadarkan, dan kehidupan secara
luar diubahkan. Dan ketika Kristus menarik mereka untuk memandang ke salibNya,
untuk memandang Ia yang dosa mereka telah tusuk, hukum itu pulang kembali ke
dalam hati nurani. Kejahatan dalam kehidupan mereka, dosa jiwa mereka terdalam,
dinyatakan kepada mereka. Mereka mulai memahami sesuatu akan kebenaran Kristus,
dan berseru, “Apakah dosa, sehingga itu mengharuskan pengorbanan sedemikian
rupa demi penebusan korban-korbannya? Apakah semua kasih ini, semua
penderitaan, semua penghinaan, dituntut, sehingga kita tidak binasa, melainkan
beroleh hidup kekal?”
Orang berdosa boleh menolak kasih ini, boleh menolak
untuk ditarik kepada Kristus; tetapi
apabila ia tidak menolak ia akan ditarik
kepada Yesus; suatu hikmat akan rencana keselamatan akan menuntunnya ke kaki
salib dalam pertobatan dosa-dosanya yang telah menyebabkan penderitaan Putra
Allah yang terkasih.
Akal budi ilahi yang sama yang bekerja dalam hal-hal di
alam sedang berbicara kepada hati-hati manusia dan menimbulkan suatu kerinduan
yang tak terlukiskan akan sesuatu yang mereka tak punyai. Hal-hal duniawi tak dapat memuaskan kerinduan mereka. Roh Allah sedang memohon kepada mereka
untuk mencari hal-hal tersebut sajalah yang dapat memberikan damai dan
tenang—anugerah Kristus, sukacita kemuliaan. Melalui pengaruh-pengaruh yang
dapat dilihat dan yang tak dapat dilihat, Juru Selamat kita secara
terus-menerus bekerja untuk menarik pikiran manusia dari kesenangan yang tak
dapat memuaskan kepada berkat-berkat tak terbatas yang dapat menjadi milik
mereka dalam Dia. Kepada jiwa-jiwa ini, yang dengan sia-sia mencari untuk
meminum dari sumur duniawi yang bocor, nasihat ilahi ditujukan, “Dan barangsiapa yang
haus, hendaklah ia datang, dan barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air
kehidupan dengan cuma-cuma!”—Wah. 22:17.
Engkau yang di dalam hati merindukan sesuatu yang lebih baik daripada
apa yang dunia ini dapat berikan, kenalilah kerinduan ini sebagai suara Tuhan
kepada jiwamu. Mintalah kepada Dia untuk memberimu pertobatan, untuk
menunjukkan Kristus kepadamu dalam kasihNya yang tak terbatas, dalam
kesucianNya yang sempurna. Dalam
kehidupan Juru Selamat, prinsip-prinsip hukum TUHAN—kasih kepada Tuhan dan
manusia—dinyatakan dengan sempurna. Kebaikan, kasih yang tak egois, adalah
kehidupan jiwaNya. Dengan memandangNya, seraya cahaya dari Juru Selamat kita
jatuh ke atas kita, kita melihat keadaan hati kita yang penuh dosa.
Kita mungkin telah memuji diri kita sendiri, seperti Nikodemus, bahwa hidup kita telah
benar, bahwa tabiat moral kita benar, dan berpikir bahwa kita tidak perlu
merendahkan hati di hadapan Allah, seperti si pemungut cukai yang berdosa;
tetapi ketika terang Kristus menyinari jiwa kita, kita akan melihat betapa
kotornya kita; kita akan dapat melihat dengan jelas motif yang egois, kebencian
akan Allah, yang telah menodai setiap tindakan kehidupan. Maka kita akan
mengetahui bahwa kebenaran kita sendiri adalah seperti kain kotor, dan bahwa
darah Kristus sajalah dapat membersihkan kita dari kekotoran dosa, dan
memperbarui hati kita menjadi serupa seperti hatiNya.
Satu terang dari kemuliaan
Tuhan, satu sinar dari kesucian Kristus, menembusi jiwa, membuat setiap noda kekotoran
menjadi jelas, dan membeberkan dengan terang-terangan keburukan dan kecacatan
tabiat manusia. Itu membuat keinginan yang tak suci, kejahatan hati, kekotoran
mulut, menjadi jelas. Tindakan orang berdosa yang tidak setia dan membuat hukum
TUHAN tidak berlaku, dinyatakan di hadapannya, dan rohnya terpukul dan pilu di
bawah pengaruh Roh TUHAN. Ia membenci dirinya sendiri ketika ia memandang
tabiat Kristus yang murni dan tak bernoda.
Ketika nabi Daniel memandang
kemuliaan menyelimuti pembawa pesan surgawi yang diutus kepada dirinya, ia
diliputi dengan perasaan yang lemah dan tidak sempurna. Menjelaskan pengaruh
dari penglihatan yang menakjubkan itu, ia berkata, “Hilanglah kekuatanku;
aku menjadi pucat sama sekali, dan tidak ada lagi kekuatan padaku.”—Dan. 10:8. Jiwa yang tersentuh
akan membenci keegoisannya dan membenci pencarian kasih dan kehendak yang
mementingkan diri sendiri melalui kebenaran Kristus, demi kesucian hati yang
selaras dengan hukum Tuhan dan tabiat Kristus.
Paulus berkata bahwa “tentang kebenaran dalam mentaati hukum Taurat”—sejauh perbuatan secara luar—ia “tidak bercacat” (Fil. 3:6); tetapi
ketika berbicara tentang tabiat rohani hukum, ia melihat dirinya sendiri
sebagai orang berdosa. Dihakimi oleh kata-kata dalam hukum sebagaimana manusia
menerapkannya dalam kehidupan secara luar, ia telah menjauhkan diri dari dosa;
tetapi ketika ia melihat kedalaman hukum suci, dan memandang dirinya sendiri
sama seperti TUHAN melihat dirinya, ia bersujud dalam kerendahan diri dan
mengakui dosanya. Ia berkata, “Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah
datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati.”—Roma 7:9. Ketika ia melihat wujud rohani hukum, dosa terlihat dalam
kekejamannya yang sesungguhnya, dan rasa percaya dirinya hilang.
Tuhan tidak memandang semua dosa sama besarnya; ada
ukuran dosa menurut pendapatNya, demikian juga sama dengan manusia menurut
pendapat mereka; tetapi bagaimanapun remehnya perbuatan ini itu di mata
manusia, tak ada dosa kecil di mata
Tuhan. Pemikiran manusia adalah tidak utuh, tak sempurna; tetapi Tuhan
mengukur semua sebagaimana adanya. Si pemabuk dibenci dan dikatakan bahwa
dosanya akan mencegahnya dari surga; sementara itu kesombongan, keegoisan, dan keserakahan seringkali tak pernah
ditegur. Tetapi dosa-dosa inilah yang terlebih menjijikkan bagi Tuhan; karena
mereka berlawanan dengan kebaikan tabiatNya, dengan kasih yang tak mementingkan
diri itu yang merupakan atmosfer dunia yang belum jatuh dalam dosa. Ia yang
jatuh dalam dosa yang lebih dalam mungkin merasakan rasa malu dan miskin dan
kebutuhannya akan anugerah Kristus; tapi
kesombongan tidak membutuhkan apa-apa,dan demikianlah kesombongan menutup hati
dari Kristus dan kasih yang tak terbatas Ia datang untuk berikan.
Si pemungut cukai yang berdoa, “Ya Allah, kasihanilah
aku orang berdosa ini” (Luk. 18:13), menganggap dirinya sendiri
sebagai orang yang sangat jahat, dan orang lain memandangnya sama; tetapi ia
merasakan kebutuhannya, dan dengan beban rasa bersalah dan malu ia mendatangi
Tuhan, meminta pengampunanNya. Hatinya terbuka bagi Roh Allah untuk
melaksanakan pekerjaan kasihNya dan melepaskan dirinya dari kuasa dosa. Doa
orang Farisi yang sombong dan merasa benar diri menunjukkan bahwa hatinya
tertutup dari pengaruh Roh Kudus. Karena jarak dirinya dari Allah, ia tidak
memiliki kesadaran akan kekotorannya sendiri, dibandingkan dengan kesempurnaan
kesucian ilahi. Ia tidak merasakan kebutuhan, dan ia tak menerima satupun.
Jika kau melihat kondisimu yang penuh dosa, jangan menunggu sampai
engkau menjadi lebih baik. Berapa banyak di luar sana yang berpikir mereka
tidak cukup baik untuk datang kepada Kristus. Apakah kau mengharapkan untuk
menjadi lebih baik melalui usahamu sendiri? “Dapatkah orang Etiopia mengganti
kulitnya atau macan tutul mengubah belangnya? Masakan kamu dapat berbuat baik,
hai orang-orang yang membiasakan diri berbuat jahat?”—Yer. 13:23. Hanya ada
pertolongan dalam TUHAN buat kita. Kita janganlah menunggu bujukan-bujukan yang
lebih kuat, kesempatan-kesempatan yang lebih baik, atau sifat-sifat yang lebih
suci. Kita tak dapat berbuat apa pun bagi diri kita sendiri. Kita harus datang
kepada Kristus sebagaimana kita ada.
Tetapi jangan biarkan seseorangpun menipu dirinya sendiri dengan
pikiran bahwa TUHAN, dalam kasih dan kebaikanNya yang luar biasa, akan
menyelamatkan bahkan penolak rahmatNya. Keadaan yang bergelimang dosa hanya
dapat diperhitungkan dalam terang salib. Ketika manusia mendesak bahwa Tuhan
terlalu baik untuk membuang orang berdosa, biarkan mereka melihat ke Kalvari.
Karena tak ada cara lain bagi manusia untuk diselamatkan, karena tanpa
pengorbanan ini mustahil bagi umat
manusia untuk melarikan diri dari kuasa dosa yang penuh noda, dan dipulihkan
kepada hubungan dengan makhluk-makhluk suci,--mustahil bagi mereka untuk ambil bagian dalam kehidupan
rohani,--karena inilah Kristus menanggung di atas DiriNya dosa orang yang tak
mau menurut dan menderita menggantikan orang berdosa. Kasih dan penderitaan dan
kematian Anak Allah membuktikan kepada kekejaman dosa dan menyatakan bahwa tak
ada jalan keluar dari kuasanya, tak ada harapan bagi kehidupan yang lebih
mulia, tapi melalui penyerahan jiwa kepada Kristus.
Orang yang tak mau bertobat
kadang kala membenarkan diri mereka sendiri dengan berkata kepada orang
Kristen, “Aku sama baiknya dengan mereka. Mereka tidak lebih menyangkal diri,
tenang, atau berhati-hati dalam perilaku mereka daripada aku. Mereka mencintai
kesenangan dan suka menyenangkan diri sama seperti aku.” Sehingga mereka
membuat kesalahan orang lain sebagai alasan untuk kelalaian akan kewajiban
mereka. Tetapi dosa dan kekurangan orang lain tidak membebaskan siapa saja,
karena TUHAN tidak memberikan teladan manusia yang dapat berbuat kesalahan.
Anak Allah yang tak ternoda telah diutus untuk menjadi teladan kita, dan mereka
yang mengeluh akan kelakuan yang salah oleh orang Kristen adalah mereka yang
seharusnya menunjukkan kehidupan yang lebih baik dan teladan yang berbudi
luhur. Jika mereka memiliki pandangan yang tinggi tentang bagaimana seorang
Kristen seharusnya, bukankah dosa mereka jauh lebih besar? Mereka tahu apa yang
benar, tapi menolak untuk melakukannya.
Berhati-hatilah terhadap
penundaan. Jangan menunda pekerjaan untuk meninggalkan dosa-dosamu dan mencari
kesucian hati melalui Yesus. Di sinilah
beribu-ribu orang berbuat kesalahan kepada kerugian kekal mereka. Aku di sini
tak akan merenungi pendeknya dan tak menentunya kehidupan; tetapi ada bahaya
yang menakutkan—yaitu suatu bahaya yang
dimengerti sepenuhnya—dalam menunda untuk berserah kepada suara permohohan Roh
Kudus Allah, dalam memilih untuk hidup dalam dosa; karena penundaan seperti ini
sesungguhnya adalah dosa. Dosa, tak peduli seberapa kecilnya, dapat
dinikmati dengan resiko kerugian abadi. Apa yang tidak kita taklukkan, akan
menaklukkan kita dan menghasilkan kehancuran kita.
Adam dan Hawa meyakinkan diri mereka sendiri bahwa dalam hal kecil seperti memakan buah terlarang tak mungkin
menghasilkan akibat begitu buruknya seperti yang Tuhan sabdakan. Tapi hal kecil inilah pelanggaran hukum
Allah yang tak dapat diubah dan suci, dan hal ini memisahkan manusia dari TUHAN
dan membukakan gerbang kematian dan kebinasaan yang tak dapat diuraikan ke atas
dunia kita. Zaman demi zaman telah dipanjatkan dari bumi kita tangisan
berkabung yang terus-menerus, dan seluruh ciptaan merintih dan bekerja keras
bersama dalam kesakitan sebagai akibat dari ketidakpenurutan manusia. Surga
sendiri telah merasakan akibat pemberontakan melawan Tuhan. Kalvari berdiri
sebagai peringatan pengorbanan luar biasa yang diharuskan untuk menebus pelanggaran
dari hukum ilahi. Marilah kita tidak menganggap dosa sebagai hal yang sepele.
Setiap tindakan pelanggaran, setiap kelalaian atau penolakan anugerah
Kristus yang bekerja dalam dirimu; adalah pengerasan hati, perusakan moral,
menumpulkan pengertian, dan tak hanya membuatmu kurang cenderung untuk
berserah, tetapi juga kurang mampu untuk menghiraukan permohonan Roh Kudus
Allah yang lembut.
Banyak orang mendiamkan
hati nurani yang tergerak dengan pemikiran bahwa mereka dapat mengubah suatu
tindakan yang jahat ketika mereka membuat pilihan itu; bahwa mereka dapat
meremehkan panggilan kasih, dan tapi sekali lagi dan lagi dapat tersentuh. Mereka berpikir bahwa setelah berbuat dosa tak memperdulikan Roh
Karunia, setelah memberikan pengaruh mereka ke pihak Setan, di saat kesusahan
mereka dapat berubah. Tapi hal ini tidak dapat dilakukan dengan mudah. Pengalaman, pendidikan sepanjang hidup,
telah membentuk tabiat seluruhnya sehingga sedikit yang mau menerima rupa
Yesus.
Bahkan satu sifat tabiat,
satu keinginan yang berdosa, ditanam dengan gigih, akhirnya akan menetralkan
semua kuasa Injil. Setiap
kesenangan diri yang berdosa menguatkan keengganan jiwa akan TUHAN. Manusia
yang menunjukkan keberanian yang tak peduli agama, atau ketidakpedulian yang
dingin akan kebenaran ilahi, adalah tak lain menuai panen yang ia sendiri telah
tabur. Di seluruh Alkitab, tak ada amaran yang lebih menakutkan melawan
meremehkan kejahatan daripada kata-kata orang bijaksana bahwa orang fasik “tertangkap dalam
kejahatannya, dan terjerat dalam tali dosanya sendiri.”—Amsal 5:22.
Kristus siap membebaskan kita dari dosa, tetapi Ia tidak memaksakan kehendak; dan jika dengan pelanggaran yang
terus-menerus kehendak itu condong sepenuhnya kepada kejahatan, dan kita tak
bersedia dibebaskan, jika kita tidak menerima karuniaNya, apa lagi yang dapat
Ia lakukan? Kita telah menghancurkan diri kita sendiri oleh penolakan kita yang
gigih akan kasihNya. “Sesungguhnya,
waktu ini adalah waktu perkenanan itu; sesungguhnya, hari ini adalah hari
penyelamatan itu.” “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.”—2 Kor. 6:2, Ibr. 3:7, 8.
“Manusia
melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati”—hati manusia, dengan emosi
sukacita dan kesedihannya yang bertentangan; hati yang mengembara dan berkeras
hati, yang merupakan tempat tinggal bagi banyak kekotoran dan tipuan. (1
Sam. 16:7). Ia mengetahui motifnya, maksud dan tujuannya. Pergilah kepada Dia
dengan segala jiwamu ternoda seperti adanya. Seperti si pemazmur, membuka
hatinya kepada Mata yang dapat melihat semuanya, berseru, “Selidikilah aku, ya
Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan
tuntunlah aku di jalan yang kekal!”—Mzm. 139:23,
24.
Banyak menerima agama yang menggunakan kepandaian, suatu bentuk
kesalehan, ketika hati tidak dimurnikan. Biarkan ini menjadi doamu, “Jadikanlah hatiku
tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh!”—Mzm. 51:10. Hadapilah hatimu
sendiri dengan jujur. Jadilah setulus, segigih, sebagaimana kau akan
apabila kehidupan fanamu menjadi taruhan. Ini adalah masalah yang harus
diputuskan antara TUHAN dan jiwamu, diputuskan untuk kekekalan. Harapan yang
diduga-duga, dan tak ada lagi yang lain, akan membuktikan kehancuranmu.
Pelajari firman Tuhan dengan penuh doa. Firman itu menunjukkan kepadamu, melalui hukum Tuhan dan kehidupan
Kristus, prinsip-prinsip menakjubkan akan kesucian, yang mana tanpanya “tidak
seorangpun akan melihat Tuhan.”—Ibr. 12:14. Hal itu menyadarkan akan dosa;
menunjukkan dengan terang-terangan jalan keselamatan. Perhatikan firman itu
seperti suara Tuhan yang berbicara kepada jiwamu.
Ketika kau melihat kekejaman dosa, ketika kau melihat dirimu sendiri
sebagaimana kau ada, janganlah putus asa dalam kesedihan. Adalah orang berdosa
sehingga Kristus datang untuk menyelamatkan. Kita tidak harus mendamaikan TUHAN
kepada kita, tapi—O kasih yang ajaib!—Allah dalam Kristus “mendamaikan dunia
dengan diri-Nya.”—2 Kor. 5:19. Ia sedang membujuk dengan kasihNya yang lembut
hati anak-anakNya yang berbuat kesalahan. Dalam berhadapan dengan pelanggaran
dan kesalahan anaknya, tak ada orang tua di dunia ini sesabar Tuhan terhadap
mereka yang Ia cari untuk mengasihi. Tak ada yang dapat memohon lebih lemah
lembut kepada pelanggar hukum. Tak ada bibir manusia mengutarakan permohonan
yang lebih lembut kepada pengembara seperti Dia. Semua janjiNya, amaranNya,
bukan lain adalah napas kasih yang tak teruraikan.
Ketika Setan datang untuk memberitahu kepadamu bahwa engkau adalah
orang yang sangat berdosa, pandanglah
Juru Selamatmu dan bicarakanlah akan kebaikanNya. Hal ini akan menolongmu
untuk memandang cahayaNya. Akui dosamu,
tapi beritahu sang musuh bahwa “Kristus Yesus datang ke dunia untuk
menyelamatkan orang berdosa” dan sehingga kau dapat
diselamatkan oleh kasihnya yang tiada bandingnya. 1 Tim. 1:15. Yesus bertanya
kepada Simon suatu pertanyaan mengenai 2 orang yang berhutang. Satu berhutang
jumlah yang kecil, dan yang satunya berhutang jumlah yang banyak; tetapi ia
memaafkan keduanya, dan Kristus bertanya kepada Simon orang yang berhutang yang
mana yang akan paling mengasihi tuannya. Simon menjawab, “Dia yang paling
banyak dihapuskan hutangnya.”—Luk. 7:43.
Kita telah berdosa banyak, tetapi Kristus mati sehingga kita dapat
diampuni. Jasa pengorbanannya adalah cukup untuk dipersembahkan kepada Bapa
atas nama kita. Mereka yang telah Ia ampuni paling banyak akan paling mengasihi
Dia, dan akan berdiri paling dekat takhtaNya untuk memuji Dia akan kebesaran
kasih dan pengorbanan ilahiNya. Saat kita
paling memahami kasih Allah, kita menyadari sepenuhnya keadaan penuh dosa akan
dosa. Ketika kita melihat panjangnya rantai yang telah dijatuhkan bagi
kita, ketika kita mengerti pengorbanan ilahi yang Kristus telah buat demi
kepentingan kita, hati ini luluh dengan kelemahlembutan dan penyesalan.
DI MANAKAH HENOKH TINGGAL DAN MENGAPA?
Henokh tinggal di luar kota di daerah pedesaan. Ada pemisahan yang terjadi, antara pengikut Allah yang benar dan mereka
yang tak mau menurut.
Sementara kita tidak tahu dengan pasti di mana Henokh tinggal, kita
tahu bahwa ia tidak tinggal di kota,
seperti Lot di Sodom. Lot mungkin
berpikir bahwa pengaruhnya di Sodom akan menyelamatkan orang yang tinggal di
sana. Tetapi, Lot akhirnya kehilangan
sebagian besar keluarganya, rumahnya, kekayaannya, dan ia menjadi bapa dari
beberapa musuh terbesar bangsa Israel.
HENOKH BUKANLAH SEORANG PERTAPA
Henokh juga bukanlah seorang pertapa, dari waktu ke waktu Henokh
meninggalkan rumahnya dipedesaan untuk
mengamarkan akibat ketidakpenurutan kepada Allah. Setiap perjalanan untuk
menginjili orang-orang di kota adalah menyakitkan bagi dia karena hatinya yang
penuh simpati dan kasih dapat melihat jebakan yang menipu di mana orang-orang
terperangkap.
5. KAU DAPAT MENJADI SALAH
SATU ORANG BIJAK!
“Kalau
orang bijak melihat malapetaka, bersembunyilah ia, tetapi orang yang tak
berpengalaman berjalan terus, lalu kena celaka.”—Amsal
22:3
“Ada
empat binatang yang terkecil di bumi, tetapi yang sangat cekatan: semut, bangsa yang tidak kuat, tetapi yang menyediakan
makanannya di musim panas, pelanduk, bangsa yang lemah,
tetapi yang membuat rumahnya di bukit batu, belalang yang
tidak mempunyai raja, namun semuanya berbaris dengan teratur,cicak yang dapat kau tangkap dengan tangan,tetapi yang juga ada di istana-istana
raja.”—Amsal 30:24-28.
Murid Kristus bertanya kepadaNya, “Bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda
kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?”—Mat. 24:3. Yesus menjawab mereka dengan memberikan
daftar banyak tanda yang akan terjadi, setelah itu Ia melanjutkan dengan
memberikan mereka gambaran, dalam bentuk simbolik, tentang apa yang akan
terjadi di dalam gereja.
PERUMPAMAAN SEPULUH ANAK
DARA DIJELASKAN
Kristus bersama dengan para rasulNya berada di Bukit Zaitun. Matahari
telah terbenam di belakang pegunungan, dan langit tertutupi oleh bayangan
senja. Tampaklah dengan jelas sebuah rumah menyala dengan terang seperti adanya
suatu perayaan. Cahayanya menembusi dari setiap pintu, dan sekumpulan orang
yang menanti menunggu di sekeliling, menunjukkan bahwa upacara pernikahan
segera berlangsung. Di banyak bagian di Timur, perayaan pernikahan
diselenggarakan di petang hari. Pengantin laki-laki pergi untuk menemui
pengantinnya dan membawanya ke rumahnya. Dengan obor api, rombongan pernikahan
bergerak dari rumah ayah pengantin wanita ke rumah pengantin pria, di mana
suatu pesta diselenggarakan bagi para tamu yang diundang. Di dalam pandangan
yang Kristus lihat, ada suatu kelompok yang menunggu munculnya rombongan
pernikahan, bermaksud untuk bergabung dengan arak-arakan tersebut.
Berdiri dekat rumah pengantin wanita adalah sepuluh anak dara berjubah
putih. Tiap anak dara membawa sebuah pelita yang menyala dan sebuah botol besar
tempat minyak. Semua berjaga dengan cemas akan kehadiran sang mempelai pria. Tapi
ada suatu penundaan. Jam demi jam berlalu; mereka yang berjaga menjadi lelah
dan jatuh tertidur. Di tengah malam seruan nyaring terdengar, “Mempelai datang!
Songsonglah dia.” Mereka yang tertidur, tiba-tiba terbangun, berdiri di atas
kaki mereka. Mereka melihat arak-arakan tersebut bergerak maju, menyala dengan
obor api dan penuh sukacita dengan musik. Mereka mendengar suara sang mempelai
laki-laki dan pengantin wanita. Sepuluh gadis itu segera mengambil pelita
mereka dan mulai menyalakan pelita mereka dengan terburu-buru untuk dapat
segera pergi. Tapi lima gadis telah lalai untuk mengisi botol mereka dengan
minyak. Mereka tidak mengira akan adanya
penundaan yang lama, dan mereka tidak
bersedia untuk keadaan darurat. Dengan kesusahan mereka memohon kepada
teman-teman mereka yang lebih bijak sambil berkata, “Berikanlah kami
sedikit dari minyakmu itu, sebab pelita kami hampir padam.” Tetapi lima dara yang sedang menunggu, dengan lampu mereka yang
menyala terang, telah menghabiskan isi botol mereka. Mereka tidak memiliki
minyak untuk dibagikan, dan mereka menjawab, “Tidak, nanti tidak cukup untuk kami
dan untuk kamu. Lebih baik kamu pergi kepada penjual minyak dan beli di situ.”
Sementara mereka pergi untuk membeli, arak-arakan tersebut bergerak
maju, dan meninggalkan mereka. Lima dara dengan pelita yang menyala bergabung
dengan arak-arakan dan memasuki rumah bersama-sama dengan iring-iringan
pengantin, kemudian pintunya tertutup. Ketika anak dara yang bodoh mencapai
tempat pesta, mereka menerima penolakan yang tak terduga. Tuan pesta
menyatakan, “Sesungguhnya
aku tidak mengenal kamu.” Mereka ditinggalkan berdiri sendirian di
jalan yang kosong, di dalam kegelapan malam.
Saat Kristus memandang rombongan yang menanti sang mempelai laki-laki,
Ia menceritakan kepada para muridNya perumpamaan sepuluh anak dara, melalui
pengalaman mereka dilukiskan pengalaman
gereja yang akan hidup sesaat sebelum kedatanganNya yang kedua.
Dua kelompok yang berjaga-jaga mewakili dua kelompok yang mengaku
sedang menunggu kedatangan Tuhan mereka. Mereka disebut perawan karena mereka mengakui akan iman yang murni. Pelita mewakili firman Allah. Si
pemazmur berkata, “Firman-Mu
itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku.”—Mzm.
119:105. Minyak adalah simbol Roh Kudus.
Demikianlah Roh Kudus diwakilkan dalam nubuatan Zakharia. “Datanglah
kembali malaikat yang berbicara dengan aku itu,” katanya, “lalu dibangunkannyalah aku seperti
seorang yang dibangunkan dari tidurnya. Maka
berkatalah ia kepadaku: ‘Apa yang engkau lihat?’ Jawabku: ‘Aku
melihat: tampak sebuah kandil, dari emas seluruhnya, dan tempat minyaknya di
bagian atasnya; kandil itu ada tujuh pelitanya dan ada tujuh corot pada
masing-masing pelita yang ada di bagian atasnya itu. Dan
pohon zaitun ada terukir padanya, satu di sebelah kanan tempat minyak itu dan
satu di sebelah kirinya.’ Lalu
berbicaralah aku, kataku kepada malaikat yang berbicara dengan aku itu: ‘Apakah arti semuanya ini, tuanku?’... Maka
berbicaralah ia, katanya: ‘Inilah
firman TUHAN kepada Zerubabel bunyinya: Bukan dengan keperkasaan dan bukan
dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam’... Untuk kedua kalinya
berbicaralah aku kepadanya: ‘Apakah
arti kedua dahan pohon zaitun yang di samping kedua pipa emas yang menyalurkan
cairan emas dari atasnya itu?’... Lalu ia berkata: ‘Inilah kedua orang yang diurapi yang berdiri di dekat Tuhan
seluruh bumi!’—Zakh. 4:1-14.
Dari kedua pohon zaitun cairan minyak emas disalurkan
melalui pipa-pipa emas ke dalam tempat minyak kandil, dan kemudian ke dalam
pelita emas yang memberikan sinar ke dalam bait Allah. Jadi dari mereka yang suci yang berdiri di hadirat TUHAN RohNya
disalurkan melalui alat-alat manusia yang mengabdi kepada pekerjaanNya.
Misi dari kedua orang yang diurapi adalah untuk memberitakan kepada umat Allah
bahwa karunia surgawi sajalah yang dapat membuat firmanNya pelita bagi kaki dan
terang bagi jalan. “Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan
dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam.”—Zakh. 4:6.
Di dalam perumpamaan, semua sepuluh anak dara keluar
untuk menemui sang mempelai laki-laki. Semuanya memiliki pelita dan tempat
untuk minyak. Untuk beberapa waktu sepertinya tak ada perbedaan di antara
mereka. Begitu juga dengan gereja yang
hidup sesaat sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Semuanya memiliki hikmat
tentang Alkitab. Semua telah mendengar amaran tentang kedatangan Kristus yang
segera, dan dengan penuh percaya diri menantikan kedatanganNya. Tapi sama
seperti di dalam perumpamaan, begitu juga saat ini. Suatu waktu penantian
berselang, iman diuji; dan ketika seruan itu terdengar, “Mempelai datang! Songsonglah dia,” banyak
yang diketemukan tidak siap. Mereka tidak memiliki minyak dalam pelita mereka.
Mereka miskin akan Roh Kudus.
Tanpa Roh Kudus,
pengetahuan akan firmanNya tak berarti apa-apa. Teori kebenaran, tanpa disertai
oleh Roh Kudus, tak dapat menghidupkan jiwa atau menyucikan hati. Seseorang mungkin mengenali perintah-perintah dan janji-janji
Alkitab; tetapi kecuali Roh TUHAN
menanamkan kebenaran, tabiat tak akan pernah terubahkan. Tanpa penerangan Roh
Kudus, manusia tidak dapat membedakan kebenaran dari kesalahan, dan mereka akan
jatuh ke dalam pencobaan Setan yang penuh kendali.
Kelompok yang diwakili oleh anak dara yang bodoh bukanlah orang munafik. Mereka menghargai kebenaran, mereka telah
membela kebenaran, mereka tertarik kepada mereka yang percaya akan kebenaran;
tapi mereka tidak menyerahkan diri mereka sendiri kepada pekerjaan Roh Kudus.
Mereka tidak jatuh ke atas Batu, Yesus
Kristus, dan mengizinkan manusia yang lama untuk dihancurkan. Kelompok ini
diwakili juga oleh biji yang jatuh di atas tanah berbatu. Mereka menerima
firman dengan kesediaan, tapi mereka gagal dalam menghidupkan
prinsip-prinsipnya. Pengaruhnya tidak bertahan lama. Roh bekerja dalam hati
manusia, sesuai dengan keinginan dan persetujuannya, menanamkan di dalam
dirinya manusia baru; tetapi kelompok yang diwakili oleh anak dara yang bodoh merasa puas dengan pekerjaan yang hanya
dari luar saja. Mereka tidak mengenal TUHAN. Mereka tidak mempelajari tabiatNya;
mereka tidak memiliki hubungan yang dekat denganNya; sehingga mereka tidak tahu
siapa yang dapat dipercaya, bagaimana cara memandang dan hidup. Pelayananan
mereka kepada TUHAN menurun menjadi formalitas. “Dan mereka datang
kepadamu seperti rakyat berkerumun dan duduk di hadapanmu sebagai umat-Ku,
mereka mendengar apa yang kauucapkan, tetapi mereka tidak melakukannya;
mulutnya penuh dengan kata-kata cinta kasih, tetapi hati mereka mengejar
keuntungan yang haram.”—Yeh. 33:31. Rasul Paulus menunjukkan bahwa ini akan menjadi ciri khas mereka yang
hidup sesaat sebelum kedatangan Kristus yang kedua. Ia berkata, “Ketahuilah bahwa pada
hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar. Manusia akan
mencintai dirinya sendiri... lebih menuruti hawa nafsu dari pada menuruti
Allah. Secara lahiriah mereka menjalankan ibadah mereka,
tetapi pada hakekatnya mereka memungkiri kekuatannya.”—2 Tim. 3:1-5.
Ini adalah
kelompok yang pada masa yang sukar ditemukan berseru, Damai dan Sejahtera.
Mereka menenangkan hati mereka dengan jaminan dan tidak mengharapkan bahaya.
Ketika terbangunkan dari kelesuan mereka, mereka menyadari kemelaratan mereka,
dan memohon orang lain untuk memenuhi kekurangan mereka; tapi dalam hal rohani
tak seorang pun dapat melengkapi kekurangan orang lain. Karunia Tuhan telah
ditawarkan dengan cuma-cuma kepada tiap jiwa. Pesan Injil telah dikumandangkan, “Dan barangsiapa yang haus, hendaklah ia datang, dan
barangsiapa yang mau, hendaklah ia mengambil air kehidupan dengan cuma-cuma!”—Wah. 22:17. Tetapi tabiat tak
dapat dipindahkan. Tak ada seorang pun dapat percaya untuk orang lain. Tak ada
seorang pun dapat menerima Roh untuk orang lain. Tak ada seorang pun dapat
membagikan kepada orang lain tabiat buah dari pekerjaan Roh. “Dan biarpun Nuh,
Daniel dan Ayub berada di [negeri itu], demi Aku yang
hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, mereka tidak akan menyelamatkan baik
anak laki-laki maupun anak perempuan, melainkan mereka akan menyelamatkan hanya
nyawanya sendiri karena kebenaran mereka.”—Yeh. 14:20
Dalam keadaan krisislah
tabiat dinyatakan. Ketika seruan yang sungguh-sungguh diserukan
di tengah malam, “Mempelai datang! Songsonglah dia,” dan anak dara yang
tertidur terbangun dari tidur mereka, terlihatlah siapa yang telah membuat
persiapan untuk kejadian ini. Kedua kelompok itu terkejut; tetapi satu kelompok
bersedia menghadapi keadaan darurat ini, dan yang lainnya diketemukan tanpa
persiapan. Jadi sekarang, bencana yang tiba-tiba dan tak diharapkan, sesuatu
yang membawa jiwa menghadapi kematian muka dengan muka, akan menunjukkan apakah
ada iman sejati dalam janji-janji Tuhan. Hal itu akan menunjukkan apakah jiwa
itu ditumpu oleh kasih karunia. Ujian akhir yang hebat datang pada penutupan
pintu kasihan, saat itu akan menjadi
terlambat untuk memenuhi kebutuhan jiwa.
Sepuluh anak dara sedang
mengamati sejarah akhir dunia. Semuanya mengaku sebagai Kristen. Semuanya
memiliki panggilan, sebuah nama, dan semua mengaku melakukan pekerjaan Tuhan.
Semuanya rupanya menunggu kedatangan Tuhan. Tapi lima di antaranya tidak siap.
Lima akan diketemukan terkejut, cemas, di luar tempat pesta.
Di hari akhir, banyak
menuntut untuk masuk ke kerajaan Kristus, berkata, “Kami
telah makan dan minum di hadapan-Mu dan Engkau telah mengajar di jalan-jalan
kota kami.” “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi
nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi
nama-Mu juga?” Tetapi
jawabanNya adalah, “Aku
tidak tahu dari mana kamu datang, enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian
yang melakukan kejahatan!”—Luk. 13:26, Mat. 7:22, Luk. 13:27. Dalam kehidupan ini mereka tidak memasuki
persekutuan dengan Kristus; sehingga mereka tidak mengetahui bahasa surgawi,
mereka merasa asing akan sukacitanya. “Siapa gerangan di antara manusia yang tahu,
apa yang terdapat di dalam diri manusia selain roh manusia sendiri yang ada di
dalam dia? Demikian pulalah tidak ada orang yang tahu, apa yang terdapat di
dalam diri Allah selain Roh Allah.”—1 Kor. 2:11.
Kata-kata yang paling menyedihkan yang pernah terdengar oleh telinga
manusia fana adalah kata-kata malapetaka, “Aku tidak pernah mengenal kamu!” Persekutuan Roh, yang
telah kau hina, sajalah yang dapat mempersatukan kamu dengan arak-arakan
sukacita di pesta pernikahan. Dalam acara itu kau tak dapat berpartisipasi.
Cahayanya akan jatuh pada mata yang buta, melodinya pada telinga yang tuli.
Kasihnya dan sukacitanya tak dapat membangunkan nada kegembiraan di dalam hati
duniawi yang tumpul. Kau dikucilkan dari surga oleh ketidaklayakanmu akan
persekutuannya.
Kita tak dapat bersedia untuk bertemu dengan Tuhan dengan terbangun
ketika seruan itu terdengar, “Mempelai datang!” dan kemudian mengumpulkan
pelita kosong kita untuk mengisinya. Kita
tak dapat menjauhkan Kristus dari kehidupan kita di sini, dan tapi tetap
menjadi layak untuk persekutuanNya di surga.
Dalam perumpamaan, anak dara yang bijaksana memiliki
minyak di dalam tempat bersama dengan pelita mereka. Pelita mereka menyala
tanpa terang yang redup sepanjang malam penjagaan. Hal itu membantu untuk
menambah penerangan demi penghormatan bagi mempelai laki-laki. Menyala di dalam
kegelapan, pelita itu membantu menyinari jalan ke rumah mempelai laki-laki, ke
pesta pernikahan.
Jadi pengikut Kristus adalah untuk menyalakan terang ke
dalam kegelapan ke dunia. Melalui Roh Kudus, firman Allah adalah terang saat
itu mulai menjadi kuasa yang mengubahkan
di dalam kehidupan orang yang menerima. Dengan menanamkan dalam hati mereka prinsip-prinsip firmanNya, Roh
Kudus menumbuhkan dalam manusia sifat-sifat Allah. Terang
kemuliaanNya—tabiatNya—bersinar terang dalam pengikut-pengikutNya. Demikianlah
mereka memuliakan TUHAN, untuk menyinari jalan ke rumah mempelai laki-laki, ke
kota TUHAN, ke perjamuan pernikahan Domba.
Kedatangan mempelai laki-laki terjadi pada tengah
malam—jam tergelap. Demikianlah
kedatangan Kristus akan terjadi di saat sejarah dunia yang tergelap. Zaman Nuh dan Lot menggambarkan keadaan
dunia sesaat sebelum kedatangan Anak Manusia. Alkitab menunjuk ke depan ke
masa ini menyatakan bahwa Setan akan bekerja dengan segala kuasa dan “dengan rupa-rupa tipu
daya jahat.”—2 Tes. 2:9, 10. Pekerjaannya akan jelas dinyatakan dengan meningkatnya kegelapan dengan
pesat, pelanggaran yang banyak jumlahnya, penyimpangan agama, dan penipuan
akhir zaman. Setan tak hanya menawan dunia, tapi penipuannya mempengaruhi gereja-gereja Tuhan kita Yesus
Kristus. Kemurtadan yang hebat akan
terjadi dalam kegelapan pekat seperti tengah malam, tak tertembus hitam
seperti karung rambut. Kepada umat Allah
itu akan menjadi malam pencobaan, malam tangisan, malam aniaya demi kebenaran.
Tapi di malam kegelapan itu cahaya Allah akan bersinar.
Ia yang membuat “dari dalam gelap akan terbit terang.”—2 Kor 4:6. Ketika “bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi
samudera raya,” “Roh Allah
melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: ‘Jadilah
terang.’ Lalu terang itu jadi.”—Kej. 1:2,3. Jadi di malam kegelapan rohani, firman Allah bergerak
maju, “Jadilah terang.” Kepada umatNya Ia bersabda, “Bangkitlah, menjadi
teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”—Yes 60:1.
“Sebab
sesungguhnya,” kata Alkitab, “kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman
menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya
menjadi nyata atasmu.”—Yes 60:2.
Adalah
kegelapan kesalahpahaman akan Allah yang meliputi dunia. Manusia kehilangan
hikmat mereka akan tabiatNya. Hal itu telah disalahmengerti dan
disalahinterpretasikan. Pada
saat ini pesan dari Tuhan perlu dikumandangkan, suatu pesan yang menyinari
pengaruhnya dan menyelamatkan dalam kuasanya. TabiatNya harus diberitakan. Ke
dalam kegelapan dunialah terang kemuliaanNya, terang kebaikan, kemurahan hati,
dan kebenaranNya harus dipancarkan. Ini adalah pekerjaan yang dituliskan oleh
nabi Yesaya dalam kata-kata, “Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang
tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat,
nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: ‘Lihat,
itu Allahmu!’ Lihat, itu Tuhan
ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat,
mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang
diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.”—Yes 40:9,
10.
Mereka yang menanti kedatangan Mempelai Laki-laki harus berkata kepada
orang-orang, “Pandanglah Tuhanmu.” Sinar akhir akan terang yang murah hati,
amaran akhir akan kemurahan hati harus diberitakan kepada dunia, adalah
pernyataan akan tabiat kasihNya.
Anak-anak Allah adalah untuk menyatakan kemuliaanNya. Di dalam kehidupan dan
tabiat mereka, mereka seharusnya menyatakan apa yang karunia Allah telah
lakukan bagi mereka.
Terang dari Surya
Kebenaran adalah untuk bersinar dalam perbuatan baik—dalam perkataan dan
perbuatan kesucian.
Kristus, lebih cemerlang dari kemuliaan BapaNya, datang ke dunia
sebagai terang. Ia datang untuk menunjukkan
tabiat TUHAN kepada manusia, dan tentang
Dia ada tertulis Ia diurapi “dengan Roh Kudus dan
kuat kuasa,” dan “berjalan berkeliling
sambil berbuat baik.”—Kis. 10:38. Di dalam rumah ibadat di Nazaret
Ia berkata, “Roh
Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar
baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan
pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta,
untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat
Tuhan telah datang.”—Luk. 4:18, 19. Ini adalah pekerjaan yang Ia
perintahkan kepada murid-muridNya untuk dilakukan. “Kamu adalah terang
dunia,” Ia bersabda. “Demikianlah
hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu
yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.”—Mat.
5:14, 16.
Ini adalah pekerjaan yang dijelaskan nabi Yesaya ketika ia berkata, “Supaya engkau
memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin
yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau
memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri! Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan
lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan
kemuliaan TUHAN barisan belakangmu.”—Yes. 58:7,
8.
Demikianlah di malam
kegelapan rohani kemuliaan Allah bersinar melalui gerejaNya dalam mengangkat
yang berlutut dan menghibur mereka yang berduka.
Di sekeliling kita terdengar ratapan
akan kepedihan dunia. Di setiap tempat terdapat orang yang berkekurangan
dan bersedih. Adalah tugas kita untuk
meringankan dan mengurangi penderitaan dan kesengsaraan hidup.
Perbuatan yang praktis
akan memiliki hasil yang lebih daripada khotbah belaka. Kita seharusnya memberikan makanan kepada yang lapar, baju kepada
yang telanjang, dan perlindungan kepada yang tak punya tempat tinggal. Dan kita
dipanggil untuk melakukan lebih daripada ini. Kerinduan jiwa, hanya kasih
Kristus yang dapat memuaskan. Jika
Kristus hidup di dalam kita, hati kita akan penuh dengan belas kasihan ilahi.
Kasih sumber kesungguh-sungguhan yang termeterai, yang serupa dengan Kristus,
akan terbuka meterainya.
TUHAN tak hanya memanggil pemberian kita bagi yang berkurangan, tapi untuk muka kita yang ceria, perkataan
kita yang penuh harapan, jabatan tangan kita yang ramah. Ketika Kristus
menyembuhkan yang sakit, Ia menumpangkan tangan ke atas mereka. Seperti itulah
kita seharusnya ketika berhubungan dengan mereka yang ingin kita tolong.
Ada banyak yang mana pengharapan telah meninggalkan mereka. Bawalah
surya mentari kembali kepada mereka. Banyak telah kehilangan keberanian mereka.
Bisikan kata-kata penghiburan. Ada mereka yang membutuhkan roti kehidupan.
Bacakan kepada mereka firman Tuhan. Di atas banyak orang terjangkit suatu
penyakit jiwa yang mana tak ada balsam dapat sentuh atau seorang dokter dapat
sembuhkan. Berdoalah bagi jiwa-jiwa ini, bawalah mereka kepada Yesus. Ceritakan
kepada mereka bahwa ada balsam di Gilead dan seorang Penyembuh di sana.
Terang adalah suatu
berkat, suatu berkat mendunia, mencurahkan perbendaharaannya ke atas dunia yang
tak tahu berterima kasih, tak suci, dan turun akhlaknya. Demikianlah dengan terang Surya Kebenaran. Seluruh dunia, terliputi dengan
kegelapan dosa, kepedihan, dan sakit hati, adalah untuk diterangi dengan
pengetahuan akan kasih TUHAN. Tak ada
kelompok, derajat, atau kelas masyarakat yang mana terang bersinar dari surga
tak akan sinari.
Pesan pengharapan dan kemurahan hati harus disebarkan sampai ke ujung
dunia. Siapa saja yang bersedia, dapat meraih dan memegang kekuatan TUHAN dan
berdamai dengan TUHAN, dan ia akan membawa damai. Orang kafir tak akan lagi
terliputi dalam kegelapan tengah malam. Kesuraman akan sirna di hadapan terang
Surya Kebenaran. Kuasa neraka telah dikalahkan.
Tetapi tak seorang pun
dapat membagikan apa yang ia sendiri tidak terima. Dalam pekerjaan Tuhan,
kemanusiaan tak dapat membuahkan apa-apa. Tak ada seorang pun dengan usahanya
sendiri dapat menjadikan dirinya pembawa terang bagi TUHAN. Adalah cairan emas disalurkan oleh pembawa pesan surgawi ke dalam
pipa-pipa emas, untuk disalurkan dari tempat minyak emas ke dalam pelita-pelita
bait suci, yang menghasilkan cahaya yang bersinar dan terang terus menerus. Adalah
kasih TUHAN yang terus menerus disalurkan kepada manusia yang memungkinkan ia
untuk membagikan terang. Ke dalam hati mereka, semua yang bersatu dengan Tuhan
dengan iman, cairan emas kasih mengalir dengan bebas, untuk bersinar kembali
dalam perbuatan baik, di dalam pelayanan bagi Tuhan yang sejati dan
sungguh-sungguh.
Di dalam karunia yang luar biasa dan tak terukur dari Roh Kudus
terdapat seluruh sumber surgawi. Bukan karena pembatasan dari pihak TUHAN bahwa
kekayaan karuniaNya tidak mengalir ke dunia kepada manusia. Andaikan semua
bersedia menerima, semua akan dipenuhi RohNya.
Adalah hak istimewa bagi setiap
jiwa untuk menjadi sarana yang hidup yang melaluinya Tuhan dapat
menyampaikan kepada dunia tentang perbendaharaan kasih karuniaNya, yaitu
kekayaan Kristus yang tak dapat diselami.
Tiada yang diinginkan Kristus sebegitu
besar selain wakil-wakilNya yang akan
menunjukkan Roh dan tabiatNya kepada dunia. Tak ada yang dunia butuhkan
sebegitu besar selain pernyataan tentang kasih Juru Slamat melalui kemanusiaanNya.
Segenap surga sedang menunggu sarana-sarana yang melaluinya minyak suci dapat
dicurahkan untuk menjadi sukacita dan
berkat ke dalam hati manusia.
Kristus telah membuat segala ketentuan agar gerejaNya akan menjadi
tubuh yang diubahkan, disinari dengan Terang dunia, memiliki kemuliaan Imanuel.
Adalah kehendakNya bahwa setiap orang Kristen dilingkupi dengan suasana rohani
akan terang dan damai. Ia mengingini bahwa kita menunjukkan sukacitaNya di
dalam kehidupan kita.
Kehadiran Roh dalam hati akan ditunjukkan oleh pencurahan kasih
surgawi. Kesempurnaan surgawi akan mengalir melalui wakil manusia yang
disucikan, untuk dibagikan kepada orang lain.
Surya Kebenaran memiliki “kesembuhan pada sayapnya.”—Mal. 4:2. Jadi
dari setiap murid yang sejati seharusnya tersebarkan suatu pengaruh akan
kehidupan, keberanian, sifat suka menolong, dan kesembuhan sejati.
Agama
Kristus berarti lebih dari pengampunan dosa; hal itu berarti menghapuskan
dosa-dosa kita, dan mengisi kekosongan dengan karunia Roh Kudus. Hal itu berarti
penerangan ilahi, bersukacita dalam Tuhan. Hal itu berarti suatu hati yang dikosongkan dari diri
sendiri, dan diberkati dengan hadirat Kristus yang kekal. Ketika Kristus
bertakhta dalam jiwa, ada kesucian, kebebasan dari dosa. Kemuliaan, kesempurnaan,
keseluruhan dari rencana Injil terpenuhi dalam kehidupan. Penerimaan akan Juru
Selamat membawa cahaya damai yang sempurna, kasih yang sempurna, jaminan yang
sempurna. Keindahan dan keharuman tabiat Kristus dinyatakan dalam kehidupan
yang menyaksikan bahwa TUHAN sesungguhnya telah mengutus PutraNya ke dalam
dunia untuk menjadi Juru Selamatnya.
Kristus
tidak mendorong pengikutNya untuk berjuang untuk bersinar. Ia berkata, biarkan terangmu bercahaya. Jika kau telah
menerima karunia Allah, terang itu ada dalam dirimu. Singkirkan semua
penghalang, dan kemuliaan Allah akan dinyatakan. Terang itu akan bersinar
menembusi dan menghalau kegelapan. Kau
tak mampu bersinar melalui batas pengaruhmu.
Pernyataan kemuliaanNya dalam bentuk manusia akan
membawa surga dekat kepada manusia sehingga keindahan dalam kaabah yang indah
akan tampak di setiap jiwa di mana Juru Selamat berdiam. Manusia akan tertawan
hatinya oleh kemuliaan Kristus yang abadi. Dan dalam pujian dan terima kasih
dari banyak jiwa yang dimenangkan kepada TUHAN, kemuliaan akan mengalir kembali
kepada Sang Pemberi.
“Bangkitlah,
menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu.”—Yes. 60:1. Kepada mereka yang keluar untuk menemui Mempelai
Laki-lakilah pesan ini ditujukan. Kristus datang dengan kuasa dan kemuliaan
yang luar biasa. Ia datang dengan kemuliaanNya dan dengan kemuliaan BapaNya. Ia
datang dengan semua malaikat suci bersamaNya. Sementara seluruh dunia ini
tenggelam dalam kegelapan, akan ada cahaya di dalam kediaman orang suci. Mereka
akan mengenali cahaya pertama dari kedatanganNya. Terang yang tak bercacat itu
akan bersinar dari kemegahanNya, dan Kristus Sang Penebus akan dipuja oleh
semua yang telah melayaniNya. Sementara orang jahat melarikan diri dari
hadiratNya, pengikut Kristus akan bersukacita.
Bapa Ayub, memandang ke masa kedatangan Kristus yang kedua, berkata, “Yang aku sendiri akan
melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain.”—Ayub 19:27. Kepada pengikutNya
yang setia, Kristus telah menjadi Teman setiap hari dan Sahabat yang tak asing
lagi. Mereka telah hidup dalam hubungan yang dekat, berhubungan setiap saat
dengan Tuhan. Di atas mereka kemuliaan Allah telah terbit. Dalam mereka, terang
hikmat akan kemuliaan Allah di wajah Yesus Kristus telah dipantulkan. Sekarang
mereka bersukacita dalam terang yang tak dapat dipadamkan akan kecemerlangan
dan kemuliaan Raja dalam keagunganNya. Mereka siap akan persekutuan dengan
surga; karena mereka memiliki surga dalam hati mereka.
Dengan wajah yang terangkat, dengan cahaya terang Surya Kebenaran
bersinar atas mereka, dengan sukacita bahwa penebusan mereka telah dekat,
mereka bergerak maju untuk menemui Sang Mempelai Laki-laki, dengan berkata, “Sesungguhnya, inilah
Allah kita, yang kita nanti-nantikan, supaya kita diselamatkan.”—Yes. 25:9.
“Lalu
aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak, seperti desau air bah
dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah
kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Marilah kita bersukacita dan
bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah
tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Lalu
ia berkata kepadaku: ‘Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang
diundang ke perjamuan kawin Anak Domba.’” “Ia
adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka
bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang
telah dipilih dan yang setia.”—Wah. 19:6-9, 17:14.
(Dari Buku
Perumpamaan-perumpamaan Tuhan Yesus oleh Ellen G. White)
Penerjemah:
Monik Amelia, September 2007, Florida-USA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar