Sabtu, 25 Juli 2015

ARMAGEDDON

- ARMAGEDDON - APAKAH TERMASUK INJIL BERITA KESUKAAN BAGI KITA ?



1. Gembala Yang Baik Dan Orang-Orang Upahan

Kata-kata vested interest ( kepentingan pribadi yang tetap ) telah membudaya di masyarakat Indonesia. Kebenaran dapat dibelokkan karena vested interest. Keadilan dapat dikorbankan karena vested interest. Kejahatan dapat dibenarkan karena vested interest.

Walau secara tidak langsung, dalam injil Yohanes 10 : 11-15, Yesus membahas soal vested interest ini. Ia berkata :

“Akulah gembala yang baik, gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya; sedangkan seorang upahan yang bukan gembala, dan yang bukan pemilik domba-domba itu sendiri, ketika melihat srigala datang, meninggalkan domba-domba itu lalu lari, sehingga srigala itu menerkam dan mencerai-beraikan domba-domba itu, Akulah gembala yang baik….dan Aku memberikan nyawaku bagi domba-dombaKu.”

Orang upahan dalam perumpamaan Yesus yang di atas merupakan orang yang mempunyai vested interest. Ia tidak memperhatikan domba-domba dengan kesungguhan hati. Ia hanya menjaga domba-domba secara sepintas lalu oleh karena ia diupah. Apabila hanya datang, ia tidak memikirkan keselamatan domba-domba itu. Ia melarikan diri dan meninggalkan domba-domba itu diterkam dan dicerai-beraikan oleh serigala.
Apa motif kita mengejar orang? Sudahkah kita memperhatikan perumpamaan Yesus yang diatas? Sudahkan kita mengeti bahwa jika kegembalaan Yesus bagi domba-dombaNya itu dituntut dari masing-masing kita yang diberi tangtgung jawab? Sudahkah kita meresapi ucapan Yesus bahwa seorang gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya? Seorang gembala yang baik tidak mempunyai vested interest. Ia bukan orang upahan.

Bukanlah suatu perkara kecil untuk menjadi pendeta, ketua sidang, pemimpin diakon atau guru. Semua jabatan di dalam gereja merupakan jabatan yang besar tanggung jawabnya sebab jiwa kegembalaan Yesus dituntut dari tiap jabatan tersebut. Betapa seringnya kita berlomba untuk jabatan-jabatan di dalam gereja dengan tidak memikir panjang mengenai tanggung jawab kita terhadap keselamatan domba-domba Allah. Ya!! Seringkali kita bertindak seperti orang-orang upahan saja. Kita belum menyadari hal ini, mungkin, tetapi apabila kita berani menganalisa motif kita, kita akan melihat bahwa kita masih banyak melakukan perkara-perkara yang kita lakukan hanya karena kepentingan kita pribadi dan bukan karena perhatian kita yang sungguh-sungguh bagi keselamatan domba-domba yang ada di dalam gereja.

Zaman kita ini terkenal sebagai zaman silat lidah, zaman berpolitik tinggi. Banyak kata-kata diucapkan, tetapi kata-kata kita itu makin hari makin menjadi kurang nilai harganya. Murah janji, sedikit digenapi. Tetapi nilai-nilai sorga tetap tinggal sama. Tuhan tidak mengharapkan kata-kata yang muluk dari kita. Ia hanya menunggu untuk melihat siapa-siapa yang akan menjadi gembala-gembala yang baik dalam mengikuti jejak-jejakNya. Siapa yang bekerja tanpa vested interest.


2. Gembala Yang Baik Mengatakan Apa Yang Perlu Untuk Keselamatan Domba-Domba

Hampir 600 tahun sebelum kedatanganNya yang pertama, Yesus telah memperlihatkan malaikat Gibrail untuk memberitahu kepada Daniel bahwa setelah diurapi ( dibaptis dan dihinggapi Roh Kudus ), Ia akan menetapkan perjanjian dengan umatNya selama 3 ½ tahun setelah mana yang Ia akan “disingkirkan”. WaktuNya hanya singkat. Dalam waktu yang singkat itu, Yesus harus menyatakan Allah Bapa dan misiNya kepada umat pilihanNya. Ia juga harus memberitahu apa yang bakal terjadi pada umatNya khususnya dan pada dunia umumnya. Di samping itu Ia harus memberitahukan jalan keselamatan melalui kelahiran kembali, satu jalan yang sempit yang tidak ada komprominya dengan kebesaran hidup dunia ini, satu jalan yang bakal tidak popular di antara umatNya.

Yesus tahu bahwa pemberitaan kebenaran itu akan membuatNya dibenci bahkan dibunuh. Tetapi gembala yang baik telah memberikan nyawaNya bagi domba-dombaNya. Ia tidak mempunyai vested interest. Ia bukan orang upahan. Walaupun nyawaNya terancam, ia menyatakan kebenaran demi keselamatan domba-dombaNya. Yesus tidak datang di dunia ini untuk bersikap manis di mulut untuk menyenangkan manusia yang sedang tersekap dosa menuju kebinasaan. Ia menyatakan jalan keselamatan walaupun jalan itu tidak akan membuatNya disenangi orang. HatiNya tulus dalam kecintaanNya bagi manusia. Manusia adalah ciptaanNya sendiri dan milikNya sendiri. Itu sebabnya ia mengasihi mereka sampai pada kematian sekalipun. Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih yang sudah dinyatakan. Walau begitu, kasih itu dibenci !!

Dalam pelajaran 5 halaman 2, kita sudah mengutip sebuah kutipan dari buku Pendeta Morris Venden. Supaya bacaan ini tidak terputus, kita akan mengutip lagi tulisan yang dimaksud.

“Sedini tahun 1850 umat Advent sudah dinyatakan sebagai suam-suam kuku, tidak dingin pun tidak panas. Allah mulai mengirimkan amaran-amaran kepada mereka untuk membelokkan mereka dari arah yang mereka tuju dan untuk menolong mereka melihat perbedaannya di antara sekedar beragama, yaitu menjadi pendukung-pendukung organisasi dan menjadi rohani yang mengenal Allah secara pribadi.”

Arah perjalanan kita perlu dibelokkan. Mayoritas kita pada dewasa ini hanya sekedar beragama. Yang membaca ini diharap supaya tidak marah. Yang sudah mulai mengenal Yesus secara pribadi mengkin hanya beberapa orang seperti Pendeta Morris Venden saja. Kita yang mengadakan penyelidikan Alkitab saat sekarang ini masih berada di dalam satu kapal yaitu, kita masih sekedar beragama saja. Apa definisi Pendeta Venden mengenai sebutan “sekedar beragama”? Menurut Pendeta kita kalau kita hanya menjadi pendukung-pendukung organisasi dan belum mengenal Yesus secara pribadi, kita masih hanya sekedar beragama.

Hidup Yesus merupakan suatu teladan yang perlu dipelajari. Yesus sudah menyatakan kepada kita bagaimana kita dapat mengenal Dia secara pribadi. Dengan jalan memikul kukNya, dan dengan jalan bersama dengan Dia di dalam mengikuti jejak-jejakNya, kita akan belajar untuk mengenal Dia secara pribadi. Dengan lain kata, selama ini kita berada di gereja atas dasar sekedar beragama saja, yaitu untuk hidup kesosialan kita, untuk menggabung di dalam organisasi saja, kita tidak mengenal Yesus secara perorangan. Kalau kita mencari kedudukan, kalau kita mencari ketenaran, ataupun kita tidak mencari semua itu tetapi hanya bergabung dengan gereja secara pasif, kita tidak akan mengenal Yesus sebagaimana yang diharapkan olehNya.

Apakah kita semua ingin mengenal Yesus? Inilah masalahnya! Belum semua ingin mengenal Yesus. Yang kita inginkan hanyalah bergabung di dalam organisasi tanpa kesukaan kita terlalu diusik-usik. Kita bersedia menyerahkan sebagian saja dari kesukaan-kesukaan kita, tetapi kita belum mau menyerahkan semua kepada Tuhan. Untuk menjadi orang Advent, kita harus bersedia untuk menyerahkan sebagian dari kesukaan hidup ini.

Kita sudah bersedia untuk memelihara hari Sabat Tuhan. Kita sudah bersedia untuk menyerahkan perpuluhan kita kepada Tuhan. Kita sudah bersedia untuk meninggalkan perhiasan-perhiasan, makanan-makanan yang haram dan minuman-minuman yang mengandung racun. Kita sudah bersedia menjauhkan diri dari hiburan-hiburan yang tidak menyehatkan kerohanian kita seperti bioskop di gedung-gedung di luar rumah. Tetapi, apakah kita bersedia melangkah lebih lanjut untuk belajar mengenal Yesus secara pribadi yang lebih sempurna? Dalam hal ini kita sering terantuk pada batu sandungan. Kita merasa kesukaan kita terlalu diusik. Agama mempunyai tempatnya untuk menjadikan kita “baik”. Tetapi jangan lebih dari itu. Kalau lebih, hal itu menjurus kepada kefanatikan. Itu berbahaya! Kita yang berpikiran sehat harus menjauhkan diri dari segala bentuk kefanatikan.

Alasan-alasan kita nampaknya sangat masuk akal. Tetapi apakah kita sudah betul-betul mengerti dimana terletak garis pemisah di antara kefanatikan dan penyerahan total kepada kehendak Allah? Yesus tidak fanatik. Mengapa tidak? Karena Yesus tahu apa yang Ia lakukan. Orang fanatik adalah orang yang tidak tahu apa yang ia kerjakan. Ia tidak dapat membedakan permulaan dari penghabisannya. Yang akhir ia tempatkan di depan dan yang di depan ia tempatkan di belakang. Tahukah kita, bahwa dalam hal menolak untuk menghidupkan kebenaran Allah kita justru menjadi orang-orang yang fanatik dalam kebutaan kita?

Pertimbangkan bangsa Yahudi yang menolak Kristus. Siapa yang fanatik? Orang-orang Yahudi itu atau Kristus? Orang-orang Yahudi diulurkan tangan untuk keselamatan, tetapi orang-orang Yahudi secara buta menolak. Siapa yang fanatik? Pada akhir zaman ini siapa kira-kira yang fanatik, yang buta tetapi tidak mau mengakui kebutaannya atau saksi yang Setiawan yang berbicara kepada sidang Laodikea supaya sidang itu boleh diselamatkan?

Marilah kita belajar untuk mengenal Yesus secara perorangan. Tetapi bagaimana hal itu dapat terlaksana? Kita harus terlebih dahulu mempelajari sifat-sifat dari gembala kita yang baik. Gembala kita itu tidak mempunyai vested interest. Gembala kita itu mengasihi domba-dombaNya dengan suatu kasih yang murni. Kalau kita berharap mau mengenal Dia, biarlah kita senantiasa berdoa agar kasih sorga itu dipertambahkan di dalam diri kita. Gembala kita itu menyatakan jalan yang benar walaupun kebenaran itu tidak membuatNya disukai orang. Kita harus belajar untuk menolong orang dengan menyatakan jalan kebenaran sekalipun kita akan dicurigai, dibenci dan tidak akan menjadi tenar karena kebenaran itu. Kita tidak akan menyinggung bahwa Gembala kita yang baik menyerahkan nyawaNya demi domba-dombaNya. Ini terlalu tinggi bagi kita. Ini merupakan puncak kesempurnaan orang yang beriman. Kita belum akan berdoa untuk ini, tetapi seyogianya kita akan berdoa untuk perkara-perkara yang ada di dalam jangkuan kita. Kita perlu berdoa untuk diberi kemauan untuk mempelajari kebenaran firmanNya. Ini ada di dalam jangkuan masing-masing kita. Sekiranya kita mulai mau menghargai kebenaran dan mau mempercayai kebenaran yang sudah dinyatakan melalui pimpinan Roh Kudus, kita akan membuat pilihan yang pertama ke arah pengenalan kepada Gembala kita yang baik.


3. Firman Tuhan Merupakan Satu Keutuhan

Seringkali kita membuat pilihan-pilihan di antara begitu banyak kebenaran yang dinyatakan kepada kita. Kita masih belum terlepas dari keadaan kemanusiaan kita sehingga tentu saja masih ada bagian-bagian tertentu dari firman Tuhan yang paling mencocoki kepribadian kita. Walaupun begitu, kata harus jujur hati untuk mengakui apa yang benar sebagai benar sekalipun kebenaran itu kita rasakan berat untuk diri kita. Bukanlah diri kita, dengan kemauan keras kita, yang membuat kita menggenapi tuntutan-tuntutan Sabda Allah. Penurutan kita kepada Sabda Allah ada buah-buah pekerjaan Roh Suci.

Kewajiban kita adalah mempercayai seutuh-utuhnya apa yang disaksikan oleh Roh.

Kita bukan saja cenderung untuk menghindari apa yang menemplak kita, kita juga cenderung untuk menghindari apa yang menakutkan kita. Ini sudah lumrah. Tetapi biarlah kita bersama-sama belajar untuk mengerti bahwa Tuhan tidak menciptakan perkara-perkara yang menakutkan. Tuhan tidak menciptakan pembunuhan dan kekerasan. Tuhan menciptakan segala sesuatu yang indah yang berisikan kasih. Tetapi manusia sudah menyerah kepada setan sehingga buah-buah perkerjaan jahat setan harus mambayangi dirinya. Tuhan tidak mau berceritera khayalan. Tuhan menghadapi kenyataan hidup ini. Manusia diancam kemusnahan melalui kejahatan dan kekerasan. Tuhan menyatakan semua itu dan memberi jalan pelepasan bagi setiap orang yang mempercayai firmanNya.


4. Seorang Hamba Tidaklah Lebih Tinggi Daripada Tuannya ( Yoh 15: 20)

Dalam Injil Yohanes pasal 15 ayat 20 dan seterusnya, Yesus menyatakan suatu kebenaran. Kebenaran ini bukannya mudah untuk ditelan, tetapi karena ini adalah kebenaran, inipun merupakan Injil keselamatan kita.

“Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu; seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga menganiaya kamu.”

Yesus mengulangi suatu kebenaran yang sudah pernah Ia ucapkan kepada murid-muridNya. Dalam Yohanes 13 : 16, Ia berkata bahwa seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Pada saat itu Yesus berkta-kata sehubungan dengan pelayanan yang harus dilakukan oleh murid-muridnya. Kalau Yesus sebagai tuan, melayani, maka murid-muridNya juga harus melayani. Tetapi bukan hanya dibidang pelayanan yang murid-muridNya harus mengalami apa yang telah dialami Yesus, aniayapun harus mereka alami. Ini merupakan ucapan yang sangat mengecewakan dan mungkin sekali dapat mematahkan harapan seseorang yang ingin mengikuti Yesus. Yesus rindu untuk menghibur orang, tetapi ia tidak dapat menghibur dengan cara menyembunyikan kenyataan. Dunia telah dikuasai Setan, dan setiap orang yang memilih untuk mengikuti Yesus akan dijadikan sasaran amarahnya. Ini diketahui Yesus oleh sebab itu Ia memberi tahu kepada kita supaya kita boleh berjaga-jaga.

Bagaimana cara kita berjaga-jaga? Yesus memberitahu caranya dan dalam hal inilah, Ia menyampaikan penghiburanNya. Roh tidak dapat diperangi oleh daging. Roh harus dihadapi dengan Roh, setan harus dihadapi dengan Roh Suci. Sebagaimana Yesus dalam keadaan kemanusiaanNya dapat memperoleh kemenangan dengan bantuan Roh Suci, kita harus menempuh jalan yang sama. Tidak bakal ada kemenangan di luar Roh Suci.

“Lihatlah, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu dicerai-beraikan masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri. Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku….Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”( Yoh 16 : 32,33 )

“Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang,….Ia akan bersaksi tentang Aku…..Ia akan memimpin kamu ke dalam seluruh kebenaran….dan Ia akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.”(Yoh 15 : 12; 16 : 13 )

Inilah cara Gembala kita yang baik meratakan jalan bagi kita selaku domba-dombaNya. Ia tidak membertiakan yang palsu. Ia menyatakan yang benar, termasuk segala kesulitan, ancaman-ancaman dan aniaya yang akan dihadapkan oleh setan kepada kita. Tetapi Ia menjamin kemenangan dengan cara dan jalan yang sudah Ia tempuh.


5. Penting Sekali Jalan Persatuan Dengan Roh Melalui Kebenaran

Caranya bagi kita untuk tidak sekedar beragama tetapi belajar untuk mengenal Yesus secara perorangan adalah untuk mendengarkan bisikan Roh yang akan bersaksi dari hal Dia. Roh Penghibur ini akan memimpin kita ke dalam seluruh kebenaran dan akan memberitakan hal-hal yang akan datang. Roh Suci akan bernubuat itulah sebabnya Ia disebut ROH NUBUAT. Ia akan berbicara lagi melalui seorang hamba pilihannNya. Kaalu begitu, maukah kita mengatur kehidupan kita agar supaya kita dapat menyatu dengan Dia?

Yesus membujuk bangsaNya untuk berdamai dengan Dia, dan menyatu dengan Dia agar supaya boleh selamat. Yesus tidak beruntung kalau umatNya mau bersatu dengan Dia. Dengan atau tanpa umatNya, Yesus hanya menyediakan jalan keselamatan bagi mereka. Apakah mereka mau memanfaatkan jalan yang sudah dibuka itu merupakan pilihan bebas mereka.

Begitu juga dengan kita pada akhir zaman ini. Roh Suci sudah berkenan untuk membuka jalan perdamaian dengan diriNya. Ia sudah bersaksi dari hal Yesus, Ia sudah menyatakan kebenaran dan memberitakan kepada kita hal-hal yang akan terjadi. Apakah kita mau memanfaatkan kesempatan untuk berdamai dengan Dia merupakan pilihan kesukaan hati kita sendiri-sendiri. Roh Suci tidak ikut diuntungkan atau dirugikan oleh pilihan kita. Kita sendiri yang akan diuntungkan atau dirugikan. Kalau kita memilih jalan yang benar, yaitu jalan iman, ini akan membuka jalan bagi pencurahan Hujan Akhir yang akan menjamin kemenangan kita. Kalau jalan tidak percaya yang kita pilih, kita akan hilang atau risiko kita sendiri.

Oleh sebab itu, adalah penting sekali untuk menempuh jalan persatuan dengan Roh melalui kebenaran. Kita diminta untuk menggali kebenaran Alkitab.


6. Armageddon - Pemberitaan Roh Tentang Perkara-Perkara Yang Akan Datang

Dalam pelajaran yang lalu, kita sudah memperhatikan bahwa Roh Suci menghendaki kita meneliti kembali asas-asas doktrin Advent dan menganggap asas-asas doktrin yang sudah diletakkan sejak semula sebagai peninggalan –peninggalan yang suci.

Kebenaran merupakan satu lingkaran rantai yang berdiri atas banyak mata-mata rantainya. Kalau satu mata rantai terputus dan hilang, walaupun rantai itu dapat diusahakan untuk  disambung dengan cara-cara kita, rantai itu tidak kembali pada keadaan asal mulanya. Rantai itu mungkin menjadi terlalu pendek untuk dapat mengerakkan roda peginjilan menurut perputaran dan kecepatan yang sudah direncanakan Roh. Kita harus memberi mata rantai aslinya yang sudah hilang dan menempatkan mata rantai itu kembali ke dalam susunan rantainya. Dengan cara ini barulah kita akan melihat apa yang  dilihat nabi Yehezkhiel dalam bukunya pasal 1 ayat 15-21. Roda-roda berputar di dalam roda-roda, bergerak ke atas, ke bawah, ke depan dan ke belakang secara harmonis tanpa benturan karena semua digerakkan dengan irama-iramanya sendiri-sendiri yang ditentukan oleh Roh.

Yang dilihat Yehezkiel adalah gambar mesin organisasi Advent yang seharusnya. Gambar itulah yang perlu difoto-copy, diperbanyak dan dipelajari. Mengapa kita didorong untuk mencari hubungan secara pribadi dengan Yesus Kristus? Tiap roda harus dapat berputar sendiri oleh kuasa Roh. Tidak ada bahaya di sini. Sebab kalau penggerak roda-roda itu adalah Roh Kebenaran yang satu, semua roda akan bergerak dengan kecepatan dan arah yang ditentukan Roh. Maka, satu roda dapat bergerak di dalam roda yang lainnya tanpa benturan dab pekerjaan Yesus di dalam bilik yang mahasuci akan terselesaikan.

Tetapi kalau masing-masing anggota tidak mengenal Yesus secara perorangan, dan anggota-anggota itu tidak berada di bawah kendali Roh Suci oleh kebenaranNya, roda-roda itu akan sukar berputar. Roda-roda itu macet. Kalau sebagian roda macet atau jalan arahnya berbeda dengan arah roda-roda lainnya, akan terjadi benturan-benturan yang menimbulkan kesulitan-kesulitan. Yang sangat penting untuk diperhatikan dalam gambar yang dilihat Yehezkiel adalah unsure Roh yang menjadi pusat pengendali. Roh Suci tidak mungkin akan menjadi pusat pengendali apabila kebenaranNya diabaikan. Inilah kuncinya! Organisasi dapat mengeluarkan instruksi-instruksi, tetapi kalau yang menerima intruksi-instruksi masih hanya sekedar beragama saja, yaitu hanya sekedar menjadi pendukung-pendukung organisasi tanpa mempunyai hubungan yang hidup dengan Yesus, maka roda-roda itu tidak akan berputar dengan mulus. Sebaliknya, kalau yang mengeluarkan instruksi-instruksi itu sendiri indtruksi yang tidak seirama dengan kemauan Roh, artinya kalau yang mengeluarkan intruksi-instruksi itu sendiri masih sekedar beragama saja, atau hanya sebagai pendukung organisasi dan belum mempunyai pengalaman pribadi dengan Yesus, roda-roda juga tidak akan berputar sebagaimana yang dikehendaki Roh. Perhatikan bahwa ada roda-roda yang besar dan ada roda-roda yang kecilan. Roda berputar di dalam roda secara terpisah tetapi sangat harmonis. Roda-roda yang besar mengibaratkan pimimpin yang diatas ( atau organisasi pusat), roda-roda yang kecil mengibaratkan yang ada di bawah sampai kepada anggota-anggota awamnya. Roda-roda yang mana yang harus berputar atas kendali Roh? Dari yang terbesar sampai yang terkecil, tidak boleh ada satu roda yang berputar atas kemauan sendiri. Juga tidak boleh berputar atas kendali roda yang lain. Semua harus berputar seirama atas kendali Roh. Inilah organisasi Advent yang seharusnya. Boleh dibaca tulisan-tulisan atas ilham Roh Nubuat kalau tidak begitu. Pemimpin dilarang menguasai dan mengendalikan yang bawahan. Semua diminta untuk menaklukkan diri di bawah pengusaan Roh. ( baca T.M. 213-216; 208-209; 189-197; datanya )

Oleh sebab itu, apabila segala sesuatu dipertimbangkan dan diperhatikan, obat yang dapat menyembuhkan penyakit Laodikea adalah satu saja, yaitu supaya kebenaran firman Tuhan dipulihkan kembali dan kebenaran itu dipercaya oleh kita semua.

Kita masih ingat bahwa dari tahun 1848 sampai tahun 1850, diadakan konperensi-konperensi Sabat pada saat mana landasan-landasan kebenaran Advent telah diletakkan. Dalam penyelidikannya, Pendeta R. F. Cottrell yang menjabat Associate Editor SDA Bible Commentary kita, menulis bahwa pada tahun 1852 kita menerbitkan buku nyanyian kita, Adventist Hymna yang pertama. Dalam buku nyanyian itu terdapat sebuah nyanyian judul “Armageddon”.

Nyanyian menyatakan kepercayaan kita. Kalau pada tahun 1852 kita mencantumkan sebuah nyanyian yang berjudul Armageddon, itu berarti bahwa sebagai satu umat, pada saat itu kita menaruh harapan besar pada Armageddon sebagai “kabar baik” bagi kita. Armageddon merupakan salah satu landasan kepercayaan kita yang kita pegang teguh.

Mengapa nyanyian itu melenyap? Tentunya karena dianggap tidak cocok lagi. Tidak cocok dalam hal apa? Tentu macam-macam sebabnya. Salah satu sebab adalah bahwa sebagai satu umat, konsep kita tentang Armageddon sudah berubah dari konsep yang orisinal.

Apa yang diajarkan oleh nyanyian yang orisinal itu? Coba kita perhatikan dari tulisan Pendeta Cottrell :

“Nyanyian ‘Armageddon’perlu diperhatikan baik karena apa yang dikatakan maupun karena apa yang ditinggal tidak terkatakan. Tiga ayat yang pertama, menekankan bagian yang dimainkan oleh Kristus dan malaikat-malaikat dalam peperangan besar yang terakhir itu dengan kata-kata yang didasarkan Wahyu 14 : 14-20 dan 19 : 11-21. Ayat yang keempa,t menunjuk pada krisis yang akan dihadapi umat Allah dalam peperangan itu, dalam ayat kelima, kekalahan terakhir dari orang-orang jahat dilukiskan dengan bahasa kiasan yang dipinjam dari Wahyu 19 : 17, 18. Yang keenam, memuliakan Kristus sebagai pemenang di lembah Yosafat, sedangkan ayat yang terakhir menceriterakan puncak peperangan itu manakala orang-orang saleh bangkit dan naik ke langit untuk bertemu dengan Tuhan mereka.”( Pioneer Views on Daniel Eleven and Armageddon)


Tidak ada sepatahpun yang menghubungkan Armageddon dengan perang internasional di antara bangsa. Armageddon adalah ekor dari pekabaran tiga malaikat. Kalau kita semua bersatu dengan Roh Kudus, dan kita sudah dijiwai oleh kasih Kristus karena pengenalan kita secara pribadi dengan Dia, kita akan memanggil dunia untuk menyembah Allah yang benar yang menjadikan langit dan bumi dengan segala isinya dan yang sudah mengasingkan Sabat sebagai hari tanda ke-KhalikanNya itu. Pekabaran ini akan membangkitkan amarah setan, yang akan memaksa suatu tanda yang kontra dengan tanda ke-Khalikan Allah. Akan timbul krisis bagi umat Allah. Tetapi krisis itu tidak akan menghentikan jalannya pekabaran tiga malaikat. Dengan kuasa Roh Suci yang datang sebagai Hujan Akhir, panggilan kepada dunia malah terjadi dengan suara yang nyaring. Segenap bumi akan dipenuhi dengan kemuliaan Allah. Pekabaran malaikat yang ketiga akan sampai kepada ujung bumi dan pekerjaan Yesus akan terselesaikan. Aniaya sebagaimana yang dituturkan Yesus akan terjadi, tetapi Yesus sudah menjanjikan kemenangan, maka kemenangan akan terjadi.

Armageddon tidak terpisah dari pekabaran tiga malaikat. Armageddon adalah hasil dari pekabaran tiga malaikat. Armageddon adalah sebagian dari Injil yang akan dibawa ke seluruh muka bumi sebelum Yesus datang. Armageddon merupakan peperangan besar yang terakhir antara Yesus dan setan, di antara pengikut-pengikut Yesus dan pengikut-pengikut setan, di antara yang menyembah Allah dan yang menyembah binatang serta patungnya, yang memilihara hokum-hukum Allah dan yang tunduk kepada tanda binatang dan bilangan namanya.



Pertanyaan : Mungkinkah kita ikut serta dalam pemberitaan pekabaran Malaikat yang ketiga kalau kita tidak meyakini akan makna pekabaran itu termasuk resiko yang akan kita hadapi dalam perang besar Armageddon ??






Disadur ulang dari Seri Pelajaran Alkitab & Roh Nubuat oleh Gito Siswojo Kadarman Alm. Anjasmoro-Surabaya, hari Sabat, 14 Januari 1984.


Diketik oleh Chris Suryanto – BSD, Oktober 2006

Tidak ada komentar:

Posting Komentar