Rabu, 12 Agustus 2015

DARI EDEN KE EDEN, TIGA PANGGILAN KELUAR DARI BABEL, KEDATANGAN TUHAN (Bagian I)

DARI EDEN KE EDEN,
TIGA PANGGILAN KELUAR DARI BABEL,
KEDATANGAN TUHAN (Bagian I)



1. GAYA KARANGAN ALKITAB DAN GAYA KARANGAN MODERN

Di sekolah, kita diajari mengarang. Seni mengarang tradisional biasanya terdiri dari 3 bagian: a) pendahuluan, b) isi pokok, dan c) penutup. Pendahuluan belum mengungkapkan isi cerita yang sebenarnya. Serba-serbi mengapa cerita itu dibuat dan sebagainya ditulis dalam pendahuluan. Setelah itu, baru isi ceritanya dikemukakan. Sesudah pokok ceritanya ditulis, karangan itu diakhiri dengan satu kesimpulan, nasihat, atau kata-kata penutup lainnya yang sesuai.

Belakangan ini terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan dari gaya mengarang tersebut. Gaya modern menampilkan ringkasan inti ceritanya yang paling menawan perhatian terlebih dahulu. Cara ini rupanya dianggap lebih berhasil untuk membuat orang membaca karangan tersebut. Alkitab bukan merupakan tulisan yang tertua, tetapi Alkitab adalah buku pertama yang dicetak. Oleh sebab itu, Alkitab tergolong dalam jajaran buku-buku kuno. Walaupun begitu, di bagian nubuatan-nubuatannya, Alkitab sudah menggunakan gaya mengarang modern di atas.

Hal ini penting sekali untuk diketahui oleh para pelajar Alkitab. Banyak penafsiran yang salah yang telah timbul karena anggapan bahwa apa yang ditulis dalam ayat-ayat yang kemudian pasti menyusul kejadian-kejadian yang ditulis dalam ayat-ayat sebelumnya.

Misalnya; Dalam Wahyu 7:1-4 ditulis bahwa sejumlah orang akan dimeteraikan sebelum malaikat-malaikat dari empat penjuru mata angin dilepas untuk membinasakan dunia ini. Kemudian, dalam ayat 5, terlihat satu kumpulan orang banyak yang tidak terhitung jumlahnya. Karena ayat 5 menyusul ayat 1-4, ditarik kesimpulan bahwa kumpulan orang banyak itu adalah orang-orang yang akan diselamatkan oleh penginjilan kelompok yang dimeteraikan. Apakah benar begitu? Hal ini akan kita pelajari dengan lebih teliti di kemudian hari. Hari ini kita akan memperlihatkan cara Alkitab menampilkan kebenarannya dari Eden ke Eden dengan pemusatan perhatian pada KEDATANGAN TUHAN dan panggilan-panggilannya untuk keluar dari segala peribadatan yang salah, yaitu Babel.

WAHYU 12
Kita sudah terlalu sering membaca Wahyu 12. Walaupun begitu, kita akan mempelajari bersama beberapa ayat yang terdapat di dalamnya.

“Maka tampaklah suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan.”—Ayat 1 & 2.

Diperkenalkan kepada kita ‘bintang/cerita’ yang pertama, yaitu seorang wanita dengan bakal keturunannya.

“Maka tampaklah suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan melemparkannya ke atas bumi.”—Ayat 3 & 4.

Diperkenalkan kepada kita ‘bintang/cerita’ yang kedua. Naga, ular tua (ular di Eden), si Iblis yang mempunyai pengikut sepertiga dari jumlah malaikat-malaikat surga.

“Dan naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari lamanya.”—Ayat 4-6.



Setelah dua pelaku di dalam cerita ini diperkenalkan, kita diberi tahu bahwa mereka berperang. Kasihan sekali perempuan itu, karena nampaknya ia tidak berdaya. Yang mempunyai kuat kuasa adalah Anaknya, karena Ia akan memerintah semua bangsa dengan gada besi. Tetapi Anaknya itu terangkat ke surga dan meninggalkan perempuan itu berperang “sendirian” dengan naga, si ular tua itu. Ia nampaknya kalah terkejar. Ia melarikan diri ke padang gurun di mana ia telah dilindungi oleh Tuhan selama 1260 tahun.

Sesudah inti dari peperangan yang besar yang terjadi di bumi di antara perempuan (yang hendak melahirkan seorang Anak Laki-laki) dan naga (si ular tua itu) diungkapkan, di dalam ayat-ayat berikutnya di pasal ini diceritakan dari mana sebenarnya si ular tua itu telah datang. Dengan begitu, kita telah dibawa kepada satu kejadian yang menjelaskan kepada kita mengapa sampai terjadi satu peperangan di bumi ini.

“Maka timbullah peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya.”—Ayat 7-9.

Agar kita tidak menjadi bingung, dan agar kita dapat memusatkan perhatian kita kepada satu inti pokok pelajaran untuk hari ini, kita tidak akan membahas bahwa ada kalanya beberapa ayat Alkitab mempunyai penerapan-penerapan lebih dari satu kali—termasuk ayat-ayat di atas. Agar kita tidak digolongkan dalam kelompok Desmond Ford karena mengemukakan kebenaran ini, kita akan mengutip satu kutipan dari Roh Nubuat untuk menunjukkan bahwa memang ada ayat-ayat Alkitab yang mempunyai penerapan lebih dari satu kali.

“Saya sering diarahkan kepada perumpamaan anak sepuluh dara, lima di antara mereka bijaksana dan lima bodoh. Perumpamaan ini telah digenapi (pada tahun 1844) dan akan digenapi (pada akhir zaman) sampai pada huruf-hurufnya karena mempunyai kegenapan yang khusus untuk masa ini...”—R&H, 19 Agustus 1890.

Jadi, naga besar, si ular tua, yang disebut Iblis atau Setan yang berhadapan dengan perempuan di bumi ini berasal dari surga. Ia berperang melawan Yesus dengan malaikat-malaikatNya, tetapi ia tak dapat bertahan. Ia dengan sepertiga dari malaikat-malaikat yang mengikutinya telah dikalahkan dan dilempar ke bumi.


2. PEPERANGAN YANG BERKELANJUTAN DI ANTARA PEREMPUAN DAN ULAR TUA

Pelemparannya ke bumi ini membuat Setan bertemu dengan perempuan, si Hawa. Kekalahannya di surga belum membuatnya menyerah. Pemberontakannya harus ia lanjutkan sampai akhirnya menang atau kalah.

“Adapun ular ialah yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’”—Kej. 3:1.

Inilah kegenapan pertama dari apa yang tertulis dalam Wahyu 12 tentang pertemuan antara perempuan dan si ular tua yang sebelumnya terlempar ke bumi.

“Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.’”—Kej. 3:2-3.

Adam dan Hawa telah diberitahu tentang Setan—siapa dia, dari mana datangnya, dan apa maksudnya. Kristus dan malaikat-malaikatNya telah berbuat segala sesuatu untuk mempersenjatai kedua insan manusia itu dengan KEBENARAN. Mereka diberitahu tentang tempat-tempat yang sangat rawan, yaitu tempat di dekat pohon pengetahuan baik dan jahat di tengah-tengah taman. Tetapi selain daripada itu, Tuhan tidak berbuat apa-apa lagi. KEBENARAN menuntut agar manusia dibebaskan untuk membuat pilihannya sendiri. Tuhan telah menyatakan KEBENARANNYA, selanjutnya manusia harus memilih sendiri apakah mau menurut kebenaran Allah atau berbuat yang lain.

Sewaktu penataran para pekerja dan para istri pekerja, Pendeta Schmidt bertanya berapa lama jangka waktu di antara penciptaan manusia, sebagaimana tercatat dalam Kejadian 1, dan kejatuhan manusia dalam Kejadian 3. Tidak ada seorangpun yang tahu. Tetapi kita dapat menyimpulkan bahwa Setan penuh panjang sabar untuk menunggu saat mangsanya lengah. Kewaspadaan mereka sangat tinggi karena mereka telah diberitahukan segala KEBENARAN. Tetapi, menurut Roh Nubuat dalam buku Para Nabi dan Bapa, karena Hawa sibuk dengan pekerjaannya yang sangat menyenangkan hati, ia telah menyendiri dan tanpa sadar, ia telah mendekati tempat yang rawan. Itulah kesempatan Iblis. Ia tidak menampakkan dirinya dalam bentuk malaikat. Hawa akan mengenalinya. Ia memilih untuk berbicara dengan perempuan itu dalam bentuk binatang yang dikagumi manusia karena keindahannya. Sewaktu Hawa sendirian, ia sebenarnya sudah memiliki rasa ragu karena mengingat pesan Tuhan, tetapi Hawa mengira bahwa ia cukup mengetahui KEBENARAN dan ia akan dapat mengenal si jahat. Tetapi Hawa terjebak. Dalam sifatnya yang masih belum mengetahui kejahatan, Hawa tidak menyangka sampai di mana bengisnya, hebatnya, serta cerdiknya penipu yang jahat itu. Seperti anak kecil, Hawa mengira bahwa ular indah yang berbicara itu mengatakan sesuatu yang benar. Ia tidak tahu bahwa kata-kata yang manis yang mengandung banyak kebaikan-kebaikan untuk kelengkapan kebahagiaan hidupnya itu berisikan racun yang mematikan.
“Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.’ Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.”—Kej. 3:4-7.

Itulah cerita Eden. Manusia jatuh. Setan telah menang. Bagaimana sikap Yesus setelah manusia jatuh? Apakah Ia mengutuk manusia dan membuang manusia itu? Apakah Ia berbuat sebagaimana kebanyakan di antara kita telah berbuat apabila ada saudara yang telah tergoda dan jatuh? Yesus mencari manusia yang telah jatuh itu. “Di manakah engkau?” tanyaNya. Manusia menjawab, “Aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku sembunyi.” Apa sebabnya kita menjauh dari Yesus? Apa sebabnya kita bersembunyi dari Dia? Apa sebabnya kita merasa takut kepadaNya? Benar! Kita telanjang dan seharusnya kita merasa telanjang! Tetapi apakah Yesus membuang kita karena kita telanjang? Cerita di Eden telah membuktikan bahwa Yesus tidak membuang manusia yang terjebak oleh Iblis, dan telah jatuh di dalam dosa dan menjadi telanjang. Yesus mencari manusia dan mengganti pakaian cawat yang mereka buat dari pohon ara dengan pakaian kulit binatang yang mengibaratkan diriNya yang harus mati untuk memberikan kebenaranNya kepada kita. Setanlah yang membuat kita merasa takut dan lalu lari dari Yesus. Ia membisikkan kepada kita bahwa kita sudah telanjang dan supaya kita mengenakan cawat kebenaran kita terlebih dahulu sebelum kita menghadap Dia. Setan setuju bahwa Yesus memang suka mengampuni dosa, tetapi bukan dosa yang berulang-ulang kali dibuat. Kesabaran Yesus digambarkan sebagai kesabaran yang terbatas. Apabila kita tidak bertobat dan mengatasi dosa-dosa kita, kita akan hilang. Hal ini terus didesakkan kepada kita. Kita dibujuk untuk menjadi suci sebelum datang kepada Yesus. Ia tahu bahwa apabila kita berbuat begitu, kita tidak akan berhasil, dan karena kita tidak berhasil, maka kita tidak akan datang kepada Yesus. Terjaminlah kesuksesannya untuk menceraikan kita dari Tuhan. Setan kuat. Ia akan menggoda kita dan ia tahu kita akan jatuh. Kebenaran di Eden tidak mengajarkan kepada kita apa yang diajarkan Setan. Tuhan tidak mengutuk manusia yang jatuh. Tuhan telah mengutuk Setan yang telah menjatuhkan manusia. Asalkan mau, manusia boleh datang kepada Tuhan. Tak ada batasnya!
“Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan... Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kej. 3:14, 15.
Setan, penyebab dosa, telah dikutuk oleh Tuhan. Seringkali kita beranggapan bahwa manakala seorang wanita melahirkan anak dengan banyak kesakitan dan susah payah, dan orang laki harus bekerja keras dengan mengeluarkan banyak peluh, sedangkan bumi mengeluarkan semak dan rumput duri senantiasa untuk lebih mempersulit dan menghambat usahanya itu, Tuhan telah memukul dan menghajar manusia sebagai hukumannya. Biarlah kita mengerti bahwa semua kesulitan yang ada di dunia ini, yang sudah diatur untuk menjadi akibat dari kejatuhan manusia, adalah untuk memungkinkan manusia berpaling kembali kepada Khaliknya. Kesulitan bukanlah ‘kutuk’ dalam arti yang sesungguhnya. Kesulitan hanya merupakan berkat Tuhan yang terselubung agar kita tidak senang dengan dunia ini dan dijerat Iblis sampai kepada kematian kekal. Semua ini merupakan bukti bahwa Allah begitu mengasihi manusia sehingga Ia menyediakan jalan bagi siapa saja yang mau, walaupun masih terus-menerus dikalahkan oleh Setan, untuk dirujukkan kembali dengan Dia. Puncak kasih Allah itu diucapkan di dalam kutukannya terhadap Iblis, bahwa keturunan perempuan yang ia kalahkan itu akan meremukkan kepalanya walaupun ia pun akan berhasil untuk meremukkan tumitnya.

3. PANGGILAN KELUAR DARI BABEL YANG PERTAMA DAN KEDATANGAN YESUS
Alkitab merupakan jalan selamat bagi manusia sepanjang zaman. Oleh sebab itu, Alkitab harus memuat berita Injil (kabar keselamatan) yang ditulis satu kali saja tanpa ditambah atau dikurangi (Baca Wahyu 22:18-19), yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yang mau cari selamat di segala zaman. Alkitab harus padat, singkat, dan ringkas, tetapi mengandung segala informasi yang perlu untuk menyelamatkan manusia. Sampai pada akhir zaman yang termodern, tetapi yang akan menghadapi kebinasaan, Alkitab harus membuktikan dirinya sanggup untuk berdiri menahan segala serangan dan cukup untuk membawa yang percaya ke pelabuhan kesentosaan untuk diperdamaikan dengan Tuhan! Ditulis satu kali tanpa dapat diubah lagi, ditulis dari zaman dahulu kala untuk memberitahukan apa yang akan terjadi di akhir zaman. ITULAH ALKITAB! FIRMAN ALLAH! KALAM KEBENARAN! YESUS KRISTUS!
Dari cerita kejatuhan manusia dalam Kejadian 3, Alkitab menulis tentang pembunuhan manusia yang pertama dalam pasal 4. Perlu diperhatikan bahwa pembunuhan itu dilakukan karena masalah PERIBADATAN. Peribadatan yang salah (pimpinan Setan) marah terhadap peribadatan yang benar (pimpinan Kristus). Yang menjadi pelaku adalah ‘keturunan ular tua’ dan ‘keturunan perempuan.’ Cerita di Eden dilanjutkan!
Dari pembunuhan yang pertama, kejahatan manusia meningkat dengan pesat (pasal 6). Roh Tuhan sia-sia saja membujuk manusia untuk berpaling kepada yang BENAR. “Kejahatan manusia besar di bumi.” “Segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Maka dunia dengan segala isinya telah dibinasakan oleh Allah dengan air bah (pasal 7).
Dunia telah dibersihkan dari ‘segala keturunan Setan.” Hanya 8 orang ‘keturunan perempuan’ yang setia kepada Kristus yang tertinggal. Tetapi si ular tua masih ada. Ia belum dibinasakan! Oleh sebab itu, dengan cepat ia menghasut manusia untuk memberontak terhadap Allah. Keturunan perempuan dikalahkan sekali lagi. Mereka membuat menara Babel dan hendak menjamin diri mereka sendiri supaya tidak lagi dibinasakan apabila air bah yang lain datang.
“Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.”—Kej. 11:6.
Mereka dicerai-beraikan oleh Tuhan dan kota di mana mereka dikacaukan oleh Tuhan dinamakan Babel = kekacauan.
Ada seorang benar di tanah Sinear di negeri Ur-Kasdim atau Babel. Ia bernama Abram. Abram berkenan di hadapan Tuhan. Ia merupakan ‘keturunan perempuan’ yang masih setia kepada Allah. Berfirmanlah Tuhan kepada Abram:
“Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.”–Kej. 12:1.
Inilah seruan pertama untuk keluar dari Babel yang kita jumpai dalam Alkitab. Babel merupakan pusat peribadatan yang salah. Satu peribadatan di bawah pimpinan Setan. Sebelum penduduk kota Babel itu dikacaukan oleh Allah, mereka merupakan ‘satu bangsa dengan satu bahasa.’ Tuhan berkata bahwa dalam keadaan mereka yang seperti itu, tidak ada sesuatu yang mereka rencanakan yang tidak akan dapat terlaksana. Besarlah kekuatan ‘keturunan ular’ itu. Kita akan menjumpai keadaan yang sama pada akhir zaman. Waspadalah, hai benih perempuan yang sisa, karena Iblis akan turun kepadamu ‘di dalam geramnya yang dahsyat, karena ia tahu, bahwa waktunya sudah singkat.’ Ia akan mengumpulkan segenap kekuatan yang ada di bumi ini dan mereka akan dibuatnya ‘seia sekata’ (Wahyu 17:13).
Setelah Abram sampai di tanah Kanaan, Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan berfirman:
“Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.”—Kej. 12:7.
Banyak di antara kita mempunyai pendapat bahwa janji Tuhan kepada Abram yang di atas merupakan janji bahwa dunia akan diberikan kepada orang-orang yang setia kepada Tuhan. Walaupun secara sepintas lalu hal itu betul, tetapi sebagai berita Injil keselamatan pendapat itu belum cukup. Paulus dalam Galatia 3:16 menulis:
“Adapun kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak orang, tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu,’ yaitu Kristus.”
Abraham tidak diberi milik pusaka setapak tanah pun. Bangsa Israel pun tidak sebelum segala sesuatu digenapi oleh Kristus. Adalah Kristus yang berbicara kepada Abraham. Ia memanggil Abraham keluar dari Babel dan membawanya ke satu negeri di mana Ia sendiri akan datang untuk bertemu dengan umatNya. Di dalam negeri itu, Ia akan melanjutkan peperanganNya melawan Iblis. Di negeri itu akan digenapi sebutanNya bahwa ‘keturunan Iblis’ akan meremukkan tumitNya. Tetapi semua itu adalah di dalam kerangka selengkapnya untuk akhirnya meremukkan kepala Setan, dan mendirikan suatu kerajaan yang mempunyai suatu dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (Ibrani 11:10).



Disadur ulang dari seri Pelajaran Alkitab & Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo, Arief Margono, 6 Maret 1982


Diketik ulang oleh Monik Amelia, Florida – USA, Juli 2007
dipublikasi di blog oleh klavierlenk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar