DARI EDEN KE EDEN,
TIGA PANGGILAN KELUAR DARI BABEL,
KEDATANGAN TUHAN (Bagian I)
1. GAYA KARANGAN ALKITAB DAN GAYA
KARANGAN MODERN
Di sekolah, kita
diajari mengarang. Seni mengarang tradisional biasanya terdiri dari 3 bagian:
a) pendahuluan, b) isi pokok, dan c) penutup. Pendahuluan belum mengungkapkan
isi cerita yang sebenarnya. Serba-serbi mengapa cerita itu dibuat dan
sebagainya ditulis dalam pendahuluan. Setelah itu, baru isi ceritanya
dikemukakan. Sesudah pokok ceritanya ditulis, karangan itu diakhiri dengan satu
kesimpulan, nasihat, atau kata-kata penutup lainnya yang sesuai.
Belakangan ini
terlihat adanya penyimpangan-penyimpangan dari gaya mengarang tersebut. Gaya
modern menampilkan ringkasan inti ceritanya yang paling menawan perhatian
terlebih dahulu. Cara ini rupanya dianggap lebih berhasil untuk membuat orang
membaca karangan tersebut. Alkitab bukan merupakan tulisan yang tertua, tetapi
Alkitab adalah buku pertama yang dicetak. Oleh sebab itu, Alkitab tergolong
dalam jajaran buku-buku kuno. Walaupun begitu, di bagian nubuatan-nubuatannya,
Alkitab sudah menggunakan gaya mengarang modern di atas.
Hal ini penting
sekali untuk diketahui oleh para pelajar Alkitab. Banyak penafsiran yang salah
yang telah timbul karena anggapan bahwa apa yang ditulis dalam ayat-ayat yang
kemudian pasti menyusul kejadian-kejadian yang ditulis dalam ayat-ayat
sebelumnya.
Misalnya; Dalam
Wahyu 7:1-4 ditulis bahwa sejumlah orang akan dimeteraikan sebelum
malaikat-malaikat dari empat penjuru mata angin dilepas untuk membinasakan
dunia ini. Kemudian, dalam ayat 5, terlihat satu kumpulan orang banyak yang
tidak terhitung jumlahnya. Karena ayat 5 menyusul ayat 1-4, ditarik kesimpulan
bahwa kumpulan orang banyak itu adalah orang-orang yang akan diselamatkan oleh
penginjilan kelompok yang dimeteraikan. Apakah benar begitu? Hal ini akan kita
pelajari dengan lebih teliti di kemudian hari. Hari ini kita akan
memperlihatkan cara Alkitab menampilkan kebenarannya dari Eden ke Eden dengan
pemusatan perhatian pada KEDATANGAN TUHAN dan panggilan-panggilannya untuk
keluar dari segala peribadatan yang salah, yaitu Babel.
WAHYU 12
Kita sudah terlalu
sering membaca Wahyu 12. Walaupun begitu, kita akan mempelajari bersama
beberapa ayat yang terdapat di dalamnya.
“Maka tampaklah
suatu tanda besar di langit: Seorang perempuan berselubungkan matahari, dengan
bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari dua belas bintang di atas
kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan penderitaannya hendak
melahirkan ia berteriak kesakitan.”—Ayat 1 & 2.
Diperkenalkan
kepada kita ‘bintang/cerita’ yang pertama, yaitu seorang wanita dengan bakal
keturunannya.
“Maka tampaklah
suatu tanda yang lain di langit; dan lihatlah, seekor naga merah padam yang
besar, berkepala tujuh dan bertanduk sepuluh, dan di atas kepalanya ada tujuh
mahkota. Dan ekornya menyeret sepertiga dari bintang-bintang di langit dan
melemparkannya ke atas bumi.”—Ayat 3 & 4.
Diperkenalkan
kepada kita ‘bintang/cerita’ yang kedua. Naga, ular tua (ular di Eden), si
Iblis yang mempunyai pengikut sepertiga dari jumlah malaikat-malaikat surga.
“Dan naga itu
berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya,
segera sesudah perempuan itu melahirkan-Nya. Maka ia melahirkan seorang Anak
laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba
Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke takhta-Nya. Perempuan
itu lari ke padang gurun, di mana telah disediakan suatu tempat baginya oleh
Allah, supaya ia dipelihara di situ seribu dua ratus enam puluh hari
lamanya.”—Ayat 4-6.
Setelah dua pelaku
di dalam cerita ini diperkenalkan, kita diberi tahu bahwa mereka berperang.
Kasihan sekali perempuan itu, karena nampaknya ia tidak berdaya. Yang mempunyai
kuat kuasa adalah Anaknya, karena Ia akan memerintah semua bangsa dengan gada
besi. Tetapi Anaknya itu terangkat ke surga dan meninggalkan perempuan itu
berperang “sendirian” dengan naga, si ular tua itu. Ia nampaknya kalah
terkejar. Ia melarikan diri ke padang gurun di mana ia telah dilindungi oleh
Tuhan selama 1260 tahun.
Sesudah inti dari
peperangan yang besar yang terjadi di bumi di antara perempuan (yang
hendak melahirkan seorang Anak Laki-laki) dan naga (si ular tua itu)
diungkapkan, di dalam ayat-ayat berikutnya di pasal ini diceritakan dari mana
sebenarnya si ular tua itu telah datang. Dengan begitu, kita telah dibawa
kepada satu kejadian yang menjelaskan kepada kita mengapa sampai terjadi satu
peperangan di bumi ini.
“Maka timbullah
peperangan di sorga. Mikhael dan malaikat-malaikatnya berperang melawan naga
itu, dan naga itu dibantu oleh malaikat-malaikatnya, tetapi mereka tidak dapat
bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si
ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia,
dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan
malaikat-malaikatnya.”—Ayat 7-9.
Agar kita tidak
menjadi bingung, dan agar kita dapat memusatkan perhatian kita kepada satu inti
pokok pelajaran untuk hari ini, kita tidak akan membahas bahwa ada kalanya
beberapa ayat Alkitab mempunyai penerapan-penerapan lebih dari satu
kali—termasuk ayat-ayat di atas. Agar kita tidak digolongkan dalam kelompok
Desmond Ford karena mengemukakan kebenaran ini, kita akan mengutip satu kutipan
dari Roh Nubuat untuk menunjukkan bahwa memang ada ayat-ayat Alkitab yang
mempunyai penerapan lebih dari satu kali.
“Saya sering
diarahkan kepada perumpamaan anak sepuluh dara, lima di antara mereka bijaksana
dan lima bodoh. Perumpamaan ini telah digenapi (pada tahun 1844) dan akan
digenapi (pada akhir zaman) sampai pada huruf-hurufnya karena mempunyai
kegenapan yang khusus untuk masa ini...”—R&H, 19 Agustus 1890.
Jadi, naga besar,
si ular tua, yang disebut Iblis atau Setan yang berhadapan dengan perempuan di
bumi ini berasal dari surga. Ia berperang melawan Yesus dengan
malaikat-malaikatNya, tetapi ia tak dapat bertahan. Ia dengan sepertiga dari
malaikat-malaikat yang mengikutinya telah dikalahkan dan dilempar ke bumi.
2. PEPERANGAN YANG BERKELANJUTAN DI
ANTARA PEREMPUAN DAN ULAR TUA
Pelemparannya ke
bumi ini membuat Setan bertemu dengan perempuan, si Hawa. Kekalahannya di surga
belum membuatnya menyerah. Pemberontakannya harus ia lanjutkan sampai akhirnya
menang atau kalah.
“Adapun ular ialah
yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan oleh TUHAN
Allah. Ular itu berkata kepada perempuan itu: ‘Tentulah Allah berfirman: Semua
pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya, bukan?’”—Kej. 3:1.
Inilah kegenapan
pertama dari apa yang tertulis dalam Wahyu 12 tentang pertemuan antara
perempuan dan si ular tua yang sebelumnya terlempar ke bumi.
“Lalu sahut
perempuan itu kepada ular itu: ‘Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami
makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah
berfirman: Jangan kamu makan ataupun raba buah itu, nanti kamu mati.’”—Kej.
3:2-3.
Adam dan Hawa
telah diberitahu tentang Setan—siapa dia, dari mana datangnya, dan apa
maksudnya. Kristus dan malaikat-malaikatNya telah berbuat segala sesuatu untuk
mempersenjatai kedua insan manusia itu dengan KEBENARAN. Mereka diberitahu
tentang tempat-tempat yang sangat rawan, yaitu tempat di dekat pohon
pengetahuan baik dan jahat di tengah-tengah taman. Tetapi selain daripada itu,
Tuhan tidak berbuat apa-apa lagi. KEBENARAN menuntut agar manusia dibebaskan
untuk membuat pilihannya sendiri. Tuhan
telah menyatakan KEBENARANNYA, selanjutnya manusia harus memilih sendiri apakah
mau menurut kebenaran Allah atau berbuat yang lain.
Sewaktu penataran
para pekerja dan para istri pekerja, Pendeta Schmidt bertanya berapa lama
jangka waktu di antara penciptaan manusia, sebagaimana tercatat dalam Kejadian
1, dan kejatuhan manusia dalam Kejadian 3. Tidak ada seorangpun yang tahu.
Tetapi kita dapat menyimpulkan bahwa Setan penuh panjang sabar untuk menunggu
saat mangsanya lengah. Kewaspadaan mereka sangat tinggi karena mereka telah
diberitahukan segala KEBENARAN. Tetapi, menurut Roh Nubuat dalam buku Para Nabi
dan Bapa, karena Hawa sibuk dengan pekerjaannya yang sangat menyenangkan hati,
ia telah menyendiri dan tanpa sadar, ia telah mendekati tempat yang rawan.
Itulah kesempatan Iblis. Ia tidak menampakkan dirinya dalam bentuk malaikat.
Hawa akan mengenalinya. Ia memilih untuk berbicara dengan perempuan itu dalam bentuk
binatang yang dikagumi manusia karena keindahannya. Sewaktu Hawa sendirian, ia
sebenarnya sudah memiliki rasa ragu karena mengingat pesan Tuhan, tetapi Hawa
mengira bahwa ia cukup mengetahui KEBENARAN dan ia akan dapat mengenal si
jahat. Tetapi Hawa terjebak. Dalam sifatnya yang masih belum mengetahui
kejahatan, Hawa tidak menyangka sampai di mana bengisnya, hebatnya, serta
cerdiknya penipu yang jahat itu. Seperti anak kecil, Hawa mengira bahwa ular
indah yang berbicara itu mengatakan sesuatu yang benar. Ia tidak tahu bahwa
kata-kata yang manis yang mengandung banyak kebaikan-kebaikan untuk kelengkapan
kebahagiaan hidupnya itu berisikan racun yang mematikan.
“Tetapi ular itu berkata kepada perempuan itu:
‘Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu
kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu
tentang yang baik dan yang jahat.’ Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu
baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati
karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan
diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun
memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka
telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.”—Kej. 3:4-7.
Itulah cerita Eden. Manusia jatuh. Setan telah menang.
Bagaimana sikap Yesus setelah manusia jatuh? Apakah Ia mengutuk manusia dan
membuang manusia itu? Apakah Ia berbuat sebagaimana kebanyakan di antara kita
telah berbuat apabila ada saudara yang telah tergoda dan jatuh? Yesus mencari
manusia yang telah jatuh itu. “Di manakah engkau?” tanyaNya. Manusia menjawab,
“Aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku sembunyi.” Apa sebabnya
kita menjauh dari Yesus? Apa sebabnya kita bersembunyi dari Dia? Apa sebabnya
kita merasa takut kepadaNya? Benar! Kita telanjang dan seharusnya kita merasa
telanjang! Tetapi apakah Yesus membuang kita karena kita telanjang? Cerita di
Eden telah membuktikan bahwa Yesus tidak membuang manusia yang terjebak oleh
Iblis, dan telah jatuh di dalam dosa dan menjadi telanjang. Yesus mencari
manusia dan mengganti pakaian cawat yang mereka buat dari pohon ara dengan
pakaian kulit binatang yang mengibaratkan diriNya yang harus mati untuk
memberikan kebenaranNya kepada kita. Setanlah yang membuat kita merasa takut
dan lalu lari dari Yesus. Ia membisikkan kepada kita bahwa kita sudah telanjang
dan supaya kita mengenakan cawat kebenaran kita terlebih dahulu sebelum kita menghadap
Dia. Setan setuju bahwa Yesus memang suka mengampuni dosa, tetapi bukan dosa
yang berulang-ulang kali dibuat. Kesabaran Yesus digambarkan sebagai kesabaran
yang terbatas. Apabila kita tidak bertobat dan mengatasi dosa-dosa kita, kita
akan hilang. Hal ini terus didesakkan kepada kita. Kita dibujuk untuk menjadi
suci sebelum datang kepada Yesus. Ia tahu bahwa apabila kita berbuat begitu,
kita tidak akan berhasil, dan karena kita tidak berhasil, maka kita tidak akan
datang kepada Yesus. Terjaminlah kesuksesannya untuk menceraikan kita dari
Tuhan. Setan kuat. Ia akan menggoda kita dan ia tahu kita akan jatuh. Kebenaran
di Eden tidak mengajarkan kepada kita apa yang diajarkan Setan. Tuhan tidak
mengutuk manusia yang jatuh. Tuhan telah mengutuk Setan yang telah menjatuhkan
manusia. Asalkan mau, manusia boleh datang kepada Tuhan. Tak ada
batasnya!
“Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di
antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan... Aku akan
mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan
keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan
tumitnya.”—Kej. 3:14, 15.
Setan, penyebab dosa, telah dikutuk oleh Tuhan.
Seringkali kita beranggapan bahwa manakala seorang wanita melahirkan anak
dengan banyak kesakitan dan susah payah, dan orang laki harus bekerja keras
dengan mengeluarkan banyak peluh, sedangkan bumi mengeluarkan semak dan rumput
duri senantiasa untuk lebih mempersulit dan menghambat usahanya itu, Tuhan
telah memukul dan menghajar manusia sebagai hukumannya. Biarlah kita mengerti bahwa
semua kesulitan yang ada di dunia ini, yang sudah diatur untuk menjadi akibat
dari kejatuhan manusia, adalah untuk memungkinkan manusia berpaling kembali
kepada Khaliknya. Kesulitan bukanlah ‘kutuk’ dalam arti yang sesungguhnya. Kesulitan hanya
merupakan berkat Tuhan yang terselubung agar kita tidak senang
dengan dunia ini dan dijerat Iblis sampai kepada kematian kekal. Semua ini
merupakan bukti bahwa Allah begitu mengasihi manusia sehingga Ia menyediakan
jalan bagi siapa saja yang mau, walaupun masih terus-menerus dikalahkan oleh
Setan, untuk dirujukkan kembali dengan Dia. Puncak kasih Allah itu diucapkan di
dalam kutukannya terhadap Iblis, bahwa keturunan perempuan yang ia kalahkan itu
akan meremukkan kepalanya walaupun ia pun akan berhasil untuk meremukkan
tumitnya.
3. PANGGILAN KELUAR DARI BABEL YANG
PERTAMA DAN KEDATANGAN YESUS
Alkitab merupakan jalan selamat bagi manusia sepanjang
zaman. Oleh sebab itu, Alkitab harus memuat berita Injil (kabar keselamatan)
yang ditulis satu kali saja tanpa ditambah atau dikurangi (Baca Wahyu
22:18-19), yang dapat memenuhi kebutuhan manusia yang mau cari selamat di
segala zaman. Alkitab harus
padat, singkat, dan ringkas, tetapi mengandung segala informasi yang perlu
untuk menyelamatkan manusia. Sampai pada akhir zaman yang termodern, tetapi
yang akan menghadapi kebinasaan, Alkitab harus membuktikan dirinya sanggup
untuk berdiri menahan segala serangan dan cukup untuk membawa yang percaya ke
pelabuhan kesentosaan untuk diperdamaikan dengan Tuhan! Ditulis satu kali tanpa
dapat diubah lagi, ditulis dari zaman dahulu kala untuk memberitahukan apa yang
akan terjadi di akhir zaman. ITULAH ALKITAB! FIRMAN ALLAH! KALAM KEBENARAN!
YESUS KRISTUS!
Dari cerita kejatuhan manusia dalam Kejadian 3, Alkitab
menulis tentang pembunuhan manusia yang pertama dalam pasal 4. Perlu
diperhatikan bahwa pembunuhan itu dilakukan karena masalah PERIBADATAN.
Peribadatan yang salah (pimpinan Setan) marah terhadap peribadatan yang benar
(pimpinan Kristus). Yang menjadi pelaku adalah ‘keturunan ular tua’ dan
‘keturunan perempuan.’ Cerita di Eden dilanjutkan!
Dari pembunuhan yang pertama, kejahatan manusia meningkat
dengan pesat (pasal 6). Roh Tuhan sia-sia saja membujuk manusia untuk berpaling
kepada yang BENAR. “Kejahatan manusia besar di bumi.” “Segala kecenderungan
hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata.” Maka dunia dengan segala
isinya telah dibinasakan oleh Allah dengan air bah (pasal 7).
Dunia telah dibersihkan dari ‘segala keturunan Setan.”
Hanya 8 orang ‘keturunan perempuan’ yang setia kepada Kristus yang tertinggal.
Tetapi si ular tua masih ada. Ia belum dibinasakan! Oleh sebab itu, dengan
cepat ia menghasut manusia untuk memberontak terhadap Allah. Keturunan
perempuan dikalahkan sekali lagi. Mereka membuat menara Babel dan hendak
menjamin diri mereka sendiri supaya tidak lagi dibinasakan apabila air bah yang
lain datang.
“Mereka ini satu bangsa dengan satu bahasa untuk
semuanya. Ini barulah permulaan usaha mereka; mulai dari sekarang apapun juga
yang mereka rencanakan, tidak ada yang tidak akan dapat terlaksana.”—Kej. 11:6.
Mereka dicerai-beraikan oleh Tuhan dan kota di mana
mereka dikacaukan oleh Tuhan dinamakan Babel = kekacauan.
Ada seorang benar di tanah Sinear di negeri Ur-Kasdim
atau Babel. Ia bernama Abram. Abram berkenan di hadapan Tuhan. Ia merupakan
‘keturunan perempuan’ yang masih setia kepada Allah. Berfirmanlah Tuhan kepada
Abram:
“Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari
rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu.”–Kej. 12:1.
Inilah
seruan pertama untuk keluar dari Babel
yang kita jumpai dalam Alkitab. Babel
merupakan pusat peribadatan yang salah. Satu peribadatan di bawah pimpinan
Setan. Sebelum penduduk kota Babel itu dikacaukan oleh Allah, mereka
merupakan ‘satu bangsa dengan satu bahasa.’ Tuhan berkata bahwa dalam keadaan
mereka yang seperti itu, tidak ada sesuatu yang mereka rencanakan yang tidak
akan dapat terlaksana. Besarlah kekuatan ‘keturunan ular’ itu. Kita akan menjumpai
keadaan yang sama pada akhir zaman. Waspadalah, hai benih perempuan yang sisa,
karena Iblis akan turun kepadamu ‘di dalam geramnya yang dahsyat, karena ia
tahu, bahwa waktunya sudah singkat.’ Ia akan mengumpulkan segenap kekuatan yang
ada di bumi ini dan mereka akan dibuatnya ‘seia sekata’ (Wahyu 17:13).
Setelah
Abram sampai di tanah Kanaan, Tuhan menampakkan diri kepada Abram dan
berfirman:
“Aku akan
memberikan negeri ini kepada keturunanmu.”—Kej. 12:7.
Banyak di
antara kita mempunyai pendapat bahwa janji Tuhan kepada Abram yang di atas
merupakan janji bahwa dunia akan diberikan kepada orang-orang yang setia kepada
Tuhan. Walaupun secara sepintas lalu hal itu betul, tetapi sebagai berita Injil
keselamatan pendapat itu belum cukup. Paulus dalam Galatia 3:16 menulis:
“Adapun
kepada Abraham diucapkan segala janji itu dan kepada keturunannya. Tidak
dikatakan ‘kepada keturunan-keturunannya’ seolah-olah dimaksud banyak orang,
tetapi hanya satu orang: ‘dan kepada keturunanmu,’ yaitu Kristus.”
Abraham tidak diberi milik pusaka setapak tanah pun. Bangsa Israel pun tidak sebelum segala
sesuatu digenapi oleh Kristus. Adalah Kristus yang berbicara kepada Abraham. Ia
memanggil Abraham keluar dari Babel
dan membawanya ke satu negeri di mana Ia sendiri akan datang untuk bertemu
dengan umatNya. Di dalam negeri itu, Ia akan melanjutkan peperanganNya melawan
Iblis. Di negeri itu akan digenapi sebutanNya bahwa ‘keturunan Iblis’ akan
meremukkan tumitNya. Tetapi semua itu adalah di dalam kerangka selengkapnya
untuk akhirnya meremukkan kepala Setan, dan mendirikan suatu kerajaan yang
mempunyai suatu dasar yang direncanakan dan dibangun oleh Allah (Ibrani 11:10).
Disadur ulang dari seri Pelajaran Alkitab
& Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo, Arief Margono, 6 Maret 1982
Diketik ulang oleh Monik Amelia, Florida –
USA, Juli 2007
dipublikasi di blog oleh klavierlenk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar