Kamis, 13 Agustus 2015

DARI EDEN KE EDEN, TIGA PANGGILAN KELUAR DARI BABEL, KEDATANGAN TUHAN (Bagian 2)

DARI EDEN KE EDEN,
TIGA PANGGILAN KELUAR DARI BABEL,
KEDATANGAN TUHAN (Bagian 2)



Dalam dunia kesusastraan Barat, dikenal satu buku karangan Charles Dickens berjudul “A Tale of Two Cities” (Sebuah Cerita Tentang Dua Kota). Alkitab seringkali disamakan dengan buku tersebut karena inti ceritanya yang berpusat pada dua kota, Yerusalem dan Babel. Yerusalem merupakan pusat peribadatan yang benar dan melambangkan kerajaan Allah. Babel merupakan pusat peribadatan yang salah dan melambangkan kerajaan Setan. Yerusalem dan Babel berdiri saling berhadapan dan berperan di dalam peperangan panjang di antara kuasa baik dan jahat.

Dalam pelajaran yang lalu, kita telah mempelajari bagaimana manusia pertama telah jatuh tergoda Setan, bagaimana pembunuhan yang pertama telah terjadi, bagaimana cepatnya dunia merosot ke dalam kejahatan setelah itu, bagaimana dunia dibinasakan oleh Allah, bagaimana Setan kemudian mengalahkan keturunan Hawa kembali, bagaimana kota Babel terbentuk, dan bagaimana Yesus telah memanggil Abram keluar dari Babel untuk pergi ke tanah Kanaan di mana kerajaan Allah dengan lambangnya Yerusalem akan dibentuk. Panggilan keluar dari Babel untuk mewarisi kerajaan Allah di Yerusalem bukanlah untuk Abram secara langsung, karena semua berita tertuju kepada Kristus yang akan mematahkan kerajaan Setan dan mendirikan kerajaanNya yang kekal.


1. PEPERANGAN YANG DILANJUTKAN, USAHA SETAN UNTUK MEMUSNAHKAN YERUSALEM

Di tanah Kanaan, Abraham melahirkan Ishak. Ishak melahirkan Yakub, dan Yakub menurunkan keduabelas suku bangsanya. Eden yang telah jatuh direncanakan untuk didirikan kembali secara lambangnya di tanah Kanaan. Allah bermaksud agar di Kanaan landasan pemerintahan kasihNya dijunjung tinggi supaya kesentosaan hidup dapat menjadi kenyataan di antara umatNya. Tetapi Setan tidak tinggal diam. Pemimpin pemberontakan di surga itu tidak akan merasa puas sebelum menggagalkan segala rencana Kristus bagi umatNya. Ditulis di dalam Kisah 7:9 bahwa,

“Karena iri hati, bapa-bapa leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir.”

Rasa iri hati disebarkan di tempat di mana pemerintahan kasih Allah terpusat. Hal yang sama dilakukan Setan di mana prinsip-prinsip kerajaan surga diakui dan dijunjung tinggi. Rasa iri hati, curiga, benci, kurang puas, dan sebagainya disebarkan di dalam gereja Tuhan yang dianggap sebagai pusat pemerintahan Allah, di mana kebenaran Allah terdapat. Yerusalem, yaitu sidangNya, harus dihancurkan!

Liku-liku peperangan di antara Kristus dan Setan sangatlah rumit, tetapi bagaimanapun rumitnya dan kompleksnya peperangan itu, kita tidak boleh kehilangan pandangan akan inti sari dari pokok peperangan itu, yaitu usaha Setan untuk menggagalkan rencana Kristus untuk merebut kembali dunia ini dan mendirikan kerajaanNya yang kekal.

Walaupun Setan telah berhasil untuk menaburkan benih iri hati ke dalam hati anak-anak Yakub sehingga terjuallah Yusuf ke Mesir, Tuhan mengumpulkan mereka kembali, karena 12 anak Yakub itu harus menggenapi lambang ‘perempuan’ dengan 12 bintang yang terdapat di dalam Wahyu 12. Mereka belum boleh diceraiberaikan. Yusuf telah dipelihara oleh Tuhan. Ia mendapatkan kasih sayang raja Mesir. Dengan pimpinan Tuhan, Yusuf telah mengambil langkah-langkah yang sangat bijaksana, sehingga saat bahaya kelaparan datang, Yusuf dapat menyelamatkan negeri Mesir dan sekaligus saudara-saudaranya sendiri. Kita melihat bahwa kemenangan Setan untuk menjatuhkan hamba-hamba Tuhan yang Ia kasihi sering diolah oleh Tuhan untuk menggenapi rencana-rencanaNya.


2. BANGSA ISRAEL DITINDAS DI TANAH MESIR: KEPALA NAGA YANG PERTAMA

Kristus telah berhasil untuk mengumpulkan kembali 12 keturunan Yakub. Mereka harus membentuk kerajaanNya yang akan mempunyai ibukota Yerusalem. Mereka berkembang biak dengan sangat pesat. Oleh sebab itu, Setan marah. Si ular tua, naga merah padam berkepala tujuh, menggunakan kepalanya yang pertama, yaitu kerajaan Mesir, untuk memerangi ‘perempuan’ yang mengenakan mahkota dengan 12 bintang, yaitu bangsa Israel. Ceritanya terdapat di Keluaran 1:

“Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan semua orang yang seangkatan dengan dia. Orang-orang Israel beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.”—Kel. 1:6,7.

“Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: ‘Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
Kel. 1:8-10.

Ada 2 hal yang ditakuti Setan: a) jika bangsa Israel bertambah banyak terus, dan b) jika bangsa Israel pergi dari tanah Mesir dan membentuk kerajaan Allah di Yerusalem.

Sama halnya dengan ketakutannya pada dewasa ini. Setan takut jikalau jumlah umat Allah yang sungguh-sungguh beribadat kepada Allah dan mengenal kebenaranNya bertambah terus. Hal itu berarti mereka yang meloloskan diri dari perhambaan dosa menjadi semakin banyak. Dengan begitu kerajaan Allah yang berisikan kebenaranNya akan terbentuk dengan kuat. Oleh sebab itu, Setan berusaha dengan sekuat tenaganya agar dasar pemerintahan KASIH ALLAH dengan segala KEBENARANNYA dikaburkan. Ia tidak takut dengan umat Allah selama mereka masih dapat dibujuk untuk tinggal di Mesir.

Tidak apa-apa menjadi anggota Masehi Advent Hari Ketujuh, asalkan jangan sungguh-sungguh dan masih mau terikat pada dunia ini. Biarkan pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja sibuk mencari keuntungan pribadi mereka. Biarlah mereka menjadi gelisah memikirkan bagaimana menghidupi dan menyekolahkan anak-anak mereka dengan gaji mereka yang serba terbatas. Kalau pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja sudah kehilangan iman dan menyibukkan diri mereka dengan mencari hasil tambahan, Setan bersorak-sorai dalam kemenangan, karena domba-domba Allah terlantarkan dan tidak ada yang memberi makan. Berhasilkah Setan? Maukah kita tinggal diam, melipat tangan terus, dan membiarkan Setan memperhambakan umat Allah?

Saudara-saudara, ingat! Kita tidak dapat berbuat apa-apa dalam peperangan menghadapi Setan. Musuh kebenaran terlalu kuat. Yang dapat menghadapi Setan hanyalah Kristus saja.

Bagaimana bangsa Israel menggulingkan kota Yericho ketika mereka hendak merebut tanah Kanaan? Apakah dengan kuat mereka sendiri? Tidak! Hanya dengan iman saja. Persoalannya adalah mendekatkan diri kita kepada Kristus melalui kebenaranNya. Apabila kita sudah menjadi satu dengan Dia melalui kebenaranNya yang hidup di dalam masing-masing kita, maka kita akan dengan sendirinya ikut menang di dalam kemenanganNya.

“Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa... Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang merasa takut kepada orang Israel itu. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang berat…”—Kel. 1:11-14.

Semakin ditindas, bangsa Israel semakin berkembang biak. Aniaya tidak pernah dapat menghentikan berkembangnya kebenaran. Pada waktu Saulus berusaha membinasakan sidang jemaat di Yerusalem dengan memasuki rumah demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar untuk dimasukkan ke dalam penjara, orang-orang percaya yang tersebar “menjelajah seluruh negeri itu sambil memberitakan Injil” (Kisah 8:3,4). Keadaan yang nyaman dan suasana damai yang disertai dengan kelimpahan materi seringkali lebih membahayakan kerohanian umat Allah. Mungkinkah keadaan suam-suam kuku yang terdapat di dalam sidang Laodikea itu tercipta karena hal yang sama? Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri—apakah pengetahuan teori kita tentang kebenaran Allah yang segudang banyaknya sudah mendatangkan satu keyakinan di dalam diri kita yang akan membuat kita tahan segala goncangan? Sudahkah kebenaran firman Allah membuat kita siap sedia untuk meninggalkan Mesir? Bertambahnya gereja-gereja dan anggota jemaat bukan merupakan bukti bahwa kita sudah siap untuk dipimpin Allah meninggalkan Mesir. Ada kemungkinan besar bahwa jika kita dibawa keluar Mesir oleh Tuhan, kita justru akan bersungut dan ingin kembali menikmati makanan-makanan di Mesir walaupun kita diperbudak. Janganlah kita bersungut apabila hidup ini terasa berat. Barangsiapa yang dengan segenap hati mencari Allah dan KEBENARANNYA akan merasakan hidup ini berat. Tetapi, adalah lebih berbahagia untuk menyatu dengan Tuhan dalam kemiskinan, kesengsaraan, dan penderitaan daripada menyatu dengan Iblis dalam kesukaan di dunia ini. Tuhan akan memimpin umatNya keluar dari Mesir. Hal ini sudah pasti. Pertanyaannya adalah: Maukah kita dipimpin keluar? Apabila diadakan suvey di antara anggota-anggota sidang, kita akan dapati bahwa akan ada banyak anggota gereja yang tidak mau dibawa keluar dari Mesir. Kita tidak akan berbicara banyak. Biarlah kenyataan membuktikannya nanti!

Rencana Tuhan untuk membawa bangsa Israel keluar dari Mesir dan mendirikan kerajaan Allah dalam lambang di tanah Kanaan dikenal Setan. Ia tahu bahwa akan dilahirkan seorang pemimpin yang akan membawa bangsa Israel keluar dari Mesir. Oleh sebab itu, untuk mencegah bertambah banyaknya bangsa Israel yang tidak dapat dibendung dengan jalan kerja berat dan aniaya, dan untuk mencegah datangnya seorang pelepas bagi bangsa Israel,

“Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang menolong perempuan Ibrani... (untuk) memperhatikan waktu anak itu lahir: jika anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia hidup.”—Kel. 1:15,16.

Begitulah berjalan peperangan di antara Yesus dan Setan; di antara keturunan perempuan dan keturunan si ular tua. Roh Suci berbisik di dalam hati bidan-bidan itu dan mereka tidak melaksanakan perintah raja dengan satu dalih yang cerdik, seperti dalih ular tetapi tulus seperti maksud burung merpati.

“Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya: ‘Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.”—Kel. 1:22.

“Setan merupakan otak rencana ini. Ia tahu bahwa seorang pelepas akan bangkit di antara bangsa Israel; dan dengan membuat raja membunuh anak-anak mereka, ia berharap dapat menggagalkan rencana Ilahi.”—PP, 242.

Cerita dalam Wahyu 12 berjalan terus. “Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkanNya.” Musa adalah lambang Yesus Kristus. Kristus merupakan Pelepas bagi bangsaNya dalam segala zaman. Musa adalah lambang Kristus yang akan melepaskan bangsa Israel dari perhambaan Mesir. Itulah sebabnya Setan berdiri di hadapan ‘perempuan’ yang hendak melahirkan Musa untuk menelannya segera sesudah Musa dilahirkan. Musa dibuang di Sungai Nil. Tetapi Tuhan turun tangan dan menyelamatkan nyawanya. Musa menjadi pemimpin yang besar bagi bangsa Israel.

Cerita bagaimana Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir perlu dipelajari secara tersendiri. Ada kebenaran-kebenaran yang dimaksudkan untuk kita yang hidup di akhir zaman. Cukup kita ketahui bahwa bangsa Israel telah dipimpin oleh Musa kembali ke tanah Kanaan untuk membangun ulang apa yang sudah digagalkan oleh Setan.

3. PENINDASAN OLEH ASYUR: KEPALA NAGA YANG KEDUA

Naga, ular tua, sangat gigih di dalam melancarkan peperangan terhadap keturunan Hawa. Ia telah gagal menahan bangsa Israel dalam perhambaan di Mesir. Ia pun gagal dalam rencananya untuk membunuh Musa pada waktu ia dilahirkan. Dengan gigih Setan menyerang umat Israel agar mereka jatuh ke dalam peribadatan yang palsu. Ia bertekad untuk menghancurkan dan memusnahkan kerajaan Kristus yang telah diucapkan kepada Abraham.

Injil Matius mengungkapkan silsilah Yesus Kristus. Silsilah itu dimulai dengan Abraham yang telah menerima panggilan pertama untuk keluar dari Babel ke tanah Kanaan.

“Jadi seluruhnya ada: empat belas keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai Kristus.”—Mat. 1:17.

Adalah sangat bermanfaat untuk menelusuri secara singkat tiap 14 keturunan yang ditulis di atas. Kita akan memperoleh satu pandangan yang luas untuk dapat mengikuti jalannya peperangan di antara Mikhael beserta malaikat-malaikatNya dan Setan beserta malaikat-malaikatnya. Apabila tema pokok ini benar-benar kita pahami, maka akan terbentuk satu keutuhan dalam kebenaran Injil yang kita pelajari, dan sebagaimana yang telah dikatakan oleh Pendeta Wilson, “akan sekali lagi dihasilkan satu kesadaran yang mendesak, menyatukan muda dan tua yang penuh semangat dengan satu keinsafan bekerja yang menjulang tinggi.” (Baca pelajaran 53).
Empat belas keturunan yang pertama telah kita pelajari sampai bangsa Israel dipimpin oleh Musa dan diselesaikan pekerjaan kepemimpinan itu oleh Yoshua hingga bangsa Israel menguasai kembali tanah Kanaan. Secara indah buku-buku Alkitab disusun dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, dan Yoshua untuk menceritakan semua. Peraturan-peraturan untuk menjalankan pemerintahan kerajaan Allah secara bayangan telah diberikan kepada bangsa Israel sebelum mereka masuk ke tanah perjanjian. Setelah mereka merebut tanah Kanaan, tanah itu dibagi-bagi oleh Yosua di antara suku-suku bangsa Israel yang telah disahkan oleh Yakub. Kemudian menyusul kitab Hakim-hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel. Diceritakan bagaimana hakim-hakim diangkat untuk menghakimi perkara-perkara yang terjadi selama pemerintahan bangsa Israel. Samson terpilih. Seorang yang ditakuti oleh musuh-musuh umat Allah karena kekuatannya. Tetapi orang yang terpilih oleh Allah pun telah diserang oleh Setan sehingga gagal.

Kemudian bangsa Israel menolak Kristus sebagai raja. Mereka menghendaki seorang raja seperti yang dimiliki bangsa-bangsa lainnya di sekitar mereka. Walaupun alasan mereka untuk menolak anak-anak Samuel sebagai hakim-hakim bangsa Israel adalah benar, Alkitab dan Roh nubuat mengemukakan bahwa alasan mereka sebenarnya adalah satu keinginan untuk dapat menjadi besar dan kaya seperti bangsa-bangsa lainnya. Mereka menyangka bahwa hal tersebut dapat dicapai apabila seorang raja, dengan mandat penuh, diangkat untuk memerintah mereka.

“Kehidupan Samuel yang suci dan pengabdiannya yang tidak mementingkan diri merupakan suatu teguran yang terus-menerus kepada para imam dan tua-tua yang hanya melayani kepentingan diri, dan juga kepada bangsa Israel yang sombong dan penuh dengan hawa nafsu itu... Bangsa itu telah menjadi jemu akan kesalehan dan pengabdiannya; mereka mencemoohkan wewenangnya yang disertai dengan kerendahan hati itu, dan menolak dia agar diganti dengan seseorang yang akan memerintah mereka sebagai raja.”—Para Nabi & Bapa, jilid 2, hal 213.

Tujuan Setan adalah lebih membahayakan dari apa yang sekedar dapat dilihat dari permukaan. Ia bertujuan agar bangsa itu dapat dipisah dari Tuhan sehingga kerajaan Allah dapat dihancurkan.

“Allah menghendaki agar umatNya memandang kepadaNya saja sebagai Pemberi hukum dan Sumber kekuatan mereka. Dengan merasa bergantung kepada Allah, mereka akan senantiasa ditarik lebih dekat kepadaNya. Mereka akan ditinggikan dan diagungkan, dilayakkan bagi masa depan yang mulia ke tempat mana mereka telah dipanggil sebagai umat pilihanNya. Tetapi bilamana seorang manusia ditempatkan di atas takhta, hal itu akan cenderung untuk memalingkan pikiran bangsa itu dari Allah. Mereka akan lebih berharap kepada kekuatan manusia dan kurang berharap kepada kuasa Ilahi, dan kesalahan-kesalahan raja mereka akan menuntun mereka ke dalam dosa, dan memisahkan bangsa itu dari Tuhan.”—Buku sama, hal 211.

Bahaya yang sama menghadapi umat Advent. Kita dididik agar bergantung secara buta kepada pemimpin-pemimpin kita dan dihalangi-halangi untuk memandang kepada Kristus. Setelah kejadian pada tahun 1888, pada saat di mana banyak di antara pemimpin-pemimpin yang teratas menolak kebenaran Allah, hamba Tuhan berseru agar kita tidak menjadikan manusia kekuatan kita. Kita didorong untuk memandang kepada KRISTUS dan KEBENARANNYA. Setan tahu bahwa apabila umat Allah mengembangkan IMAN melalui penyelidikan firmanNya dengan sungguh-sungguh, kerajaan kegelapannya akan dipatahkan dan umatNya yang mengembangkan IMAN tersebut akan terlepas dari tawanannya.

Bangsa Israel telah memaksa Samuel untuk mengangkat seorang raja bagi mereka. Samuel segera berkonsultasi dengan Tuhan. Kepada Samuel, Kristus mengatakan bahwa bukan dia yang telah ditolak oleh bangsa Israel, tetapi Kristus yang mereka tolak (1 Sam. 8:7). Karena Kristus mengenal hati bangsaNya yang penuh ketinggian dan ambisi untuk kebesaran, dan bahwa mereka menilik dan menilai manusia dari apa yang terlihat di luar, Ia telah memilih Saul yang elok parasnya dan tinggi bentuknya.

“Nilai pribadi calon raja itu adalah sedemikian rupa sehingga memuaskan kesombongan hati yang telah mendorong keinginan untuk mempunyai seorang raja. ‘Di antara bangsa Israel seorangpun tiada yang elok daripadanya” (1 Sam. 19:2). Dengan pembawaannya yang agung dan bermartabat itu, rupawan dan tinggi, ia kelihatan sebagai orang yang telah dilahirkan untuk memerintah. Namun demikian, dengan ketertarikan secara luar ini, Saul tidak memiliki sifat-sifat yang lebih agung yang merupakan hikmat yang sejati. Pada waktu mudanya, ia tidak belajar mengendalikan sifatnya yang kasar dan takabur; ia tidak pernah merasakan kuasa anugerah Ilahi yang membaharui.”—Buku sama, hal 214.
Pada mula pertama, Saul memperlihatkan dirinya sepertinya memiliki kerendahan hati yang sejati. Tetapi setelah terpilih dan dinobatkan di hadapan umum sebagai raja, Setan mengangkat dan meninggikan hati Saul dengan kesuksesan-kesuksesannya yang sebenarnya adalah berkat Tuhan saja. Setan menyanjung-nyanjung manusia karena ia tahu bahwa hati seseorang yang tidak diserahkan kepada Allah mengharapkan sanjungan-sanjungan selalu. Ia mengangkat manusia sampai kepada satu ketinggian untuk selanjutnya dihempaskan ke bawah. Saul telah dikalahkan oleh Setan dan karena Saul tidak memiliki dasar latihan dalam kerendahan hati dan IMAN kepada Allah, kejatuhannya membuatnya tercerai dari Tuhan. Saul hilang. Sebagai ganti Saul, Kristus mengurapi Daud sebagai raja. Samuel diperintahkan untuk pergi ke keluarga Isai (1 Sam. 16). Pada waktu Samuel berhadapan dengan Eliab yang nampaknya cakap karena bentuknya dari luar, Samuel berpikir, “Sungguh, di hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapiNya.” Tetapi Eliab ditolak oleh Yesus. Bukan rupa yang ditilik dan dinilai oleh Tuhan. Adalah hati yang dilihatNya. Daud, yang terkecil, yang termuda, yang tidak dimasukkan dalam hitungan oleh saudara-saudaranya karena kerendahan kedudukannya sebagai penggembala domba, telah dipilih oleh Kristus. IMAN Daud sudah dilatih. Daud mengenal kuasa Tuhannya dan mempunyai kasih sejati bagi Allahnya.

Walaupun begitu, Daud tidak terhindar dari serangan-serangan Setan. Karena Setan mengetahui bahwa dari keturunan Daud akhirnya akan datang PELEPAS dan JURU SELAMAT manusia itu, Setan melancarkan serangan-serangannya yang lebih terpusat terhadap Daud. Sebagaimana Setan bertindak terhadap Saul, ia juga bertindak terhadap Daud. Nilai harga diri dan nilai kepribadian Daud diangkatnya tinggi-tinggi. Kemenangan-kemenangan Daud sebagai berkat dari Allah telah dimanfaatkan oleh Setan untuk mengangkat Daud tinggi-tinggi, sehingga pandangannya kepada Kristus menjadi terhalang. Daud dilimpahi dengan pujian-pujian yang bertumpuk-tumpuk, sehingga penggembala domba yang tadinya tidak dikenal dan selalu bergantung kepada pimpinan Allah, merasa dirinya besar dan mampu untuk mengerjakan perkara-perkara yang hebat-hebat. Daud berkuasa. Ia dapat memiliki segala sesuatu yang ia kehendaki. Tentara Israel berada di bawah perintahnya. Tidak ada seorang pun yang dapat menghalang-halangi dirinya untuk melakukan kehendaknya. Daud telah terpancing oleh Setan. Daud akhirnya kalah. Ia telah jatuh!
Tetapi hati Daud, yang menjadi dasar pilihan Kristus, terbukti tulen. Sifat asalnya yang sudah dilatih dalam penggembalaan domba-domba untuk bergantung kepada Allah, muncul kembali setelah kegagalan menimpa dirinya. Daud sangat mengasihi Tuhan. Ia berseru kepada Allah dengan hancur hati dan Tuhan menyambut dia kembali. Daud berkenan di hadapan Allah sehingga kepadanya diserahkan rencana pembangunan Bait Allah. Pendeta Schmidt bertanya apa yang pernah ditulis oleh jari-jari Kristus sendiri di samping 10 hukum? Ya, kepada Daud telah diserahkan rencana pembangunan Bait Allah yang telah ditulis dengan jari-jari Tuhan sendiri.

Begitulah jalan cerita dari Abraham sampai ke Daud dalam kerangka peperangan di antara kuasa baik dan jahat. Abraham pernah dijatuhkan Setan. Pilihan Tuhan yang lainnya banyak yang dijatuhkan. Daud pun telah dijatuhkan oleh Setan. Tetapi kejatuhan-kejatuhan hamba Tuhan yang sejati tidak menceraikan mereka dari Kristus. Mereka bangkit kembali meneruskan peperangan di bawah pimpinan Kristus untuk menghancurkan kerajaan Setan!

Kita teruskan mempelajari jalannya sejarah dan memperhatikan keturunan Abraham dalam babak yang kedua dari Daud sampai ke pembuangan Babel. Rencana Bait Suci yang diserahkan kepada Daud telah dilaksanakan oleh Salomo. Yerusalem telah didirikan oleh Raja Daud untuk menjadi pusat pemerintahan kerajaan Allah. Kemudian Bait Allah didirikan oleh Salomo untuk menjadi tempat pertemuan antara Kristus dan umatNya. Tetapi, tetap setiakah umat Allah yang berkerajaan di Yerusalem? Bagaimana akhirnya nasib Bait Allah yang telah dibangun sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah dan telah ditahbiskan dengan keharuan yang begitu mendalam?

Hati Salomo telah dicondongkan oleh istri-istrinya kepada allah-allah yang lain (1 Raja-raja 11:4). Tuhan menyatakan murkaNya terhadap Salomo dan bangsa Israel dipecahnya menjadi 2 bagian. Yerobeam dari suku Yehuda—anak Yusuf, memerintah 10 suku yang ada di utara, sedangkan Rehabeam—anak Salomo, memerintah 2 suku yang ada di selatan.

Yerobeam kemudian berbuat jahat di mata Tuhan. Ia membawa 10 suku Israel ke dalam pemberhalaan. Sepuluh suku Israel itu diserang oleh Raja Asyur, dibawa sebagai tawanan dan telah dicerai-beraikan. Kemudian kepala naga yang kedua itu hendak melakukan yang sama terhadap Yehuda—2 suku di selatan (Yehuda dan Benyamin, sering hanya disebut dengan nama satu suku saja, yaitu Yehuda).

“Hari ini juga Asyur akan berhenti di Nob, mengacung-acungkan tangannya ke arah gunung puteri Sion, bukit Yerusalem.”—Yesaya 10:32.

“Sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air ini akan meluap melampaui segenap salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya, serta menerobos masuk ke Yehuda, ibarat banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan sayap-sayapnya yang dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya Imanuel!"—Yesaya 8:7,8.

Nampaknya Setan akan berhasil untuk melenyapkan kerajaan Allah melalui kepalanya yang kedua. Kebenaran janji Kristus kepada Abraham dipertaruhkan. Imanuel yang berarti Allah beserta umatNya yang dilambangkan oleh Bait Sucinya, digenangi air banjir yang meluap sampai ke leher. Tetapi Tuhan turun tangan. Suku Yehuda yang masih harus menurunkan PELEPAS bagi umatNya dan yang terancam pemusnahan, dilindungi oleh Tuhan. Kekuatan bangsa Asyur dipatahkan oleh Kristus dan umatNya dilepaskan.


4. PENINDASAN OLEH BABEL: KEPALA NAGA YANG KETIGA

Memang maha hebat naga merah, si ular tua itu! Bangsa Israel bukannya tidak ingin menjadi setia kepada Tuhan, tetapi mereka tidak dapat menghadapi Setan. Walaupun telah ditolong dari tangan Asyur, Yehuda mendurhaka lagi terhadap Allah. Paulus menulis:

“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.”—Eph. 6:10-12.

Bagaimana kita dapat lebih menekankan pentingnya bersalutkan kebenaran Kristus? Paulus tahu dahsyatnya Iblis. Ia pernah berperang di pihaknya. Ia pernah berusaha untuk melenyapkan kerajaan Kristus. Ia sudah pernah menyeret orang-orang percaya keluar dari rumah mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Ia tahu bahwa bangsa Israel telah gagal, dan berulang kali gagal, dan bangsanya pada waktu zamannya juga telah gagal dan menolak Kristus yang datang di antara umatNya, karena Iblis itu besar sekali kuat kuasanya! Janganlah kita sekali-kali berpikir bahwa kita akan dapat berdiri melawan si jahat dalam keadaan kita yang belum dilengkapi  dengan KEBENARAN FIRMAN ALLAH! Jangan, Saudara-saudara! Kita akan jatuh! Sudah pasti akan jatuh!

“Yoyakim... (yang) memerintah di Yerusalem... melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahnya. Nebukadnezar, raja Babel, maju melawan dia, membelenggunya dengan rantai tembaga untuk membawanya ke Babel. Juga beberapa perkakas rumah TUHAN dibawa Nebukadnezar ke Babel dan ditempatkan di istananya di Babel.”—2 Taw. 36:5-7.

Cambuk Tuhan dikenakan kepada raja Yehuda itu. Karena umat Allah menjauh dari Tuhan mereka, maka beberapa perkakas dari Bait Suci dibiarkan untuk dibawa ke Babel. Gedung-gedung, lembaga-lembaga, gereja-gereja yang indah semua itu tidak mempunyai arti selama Tuhan dan KEBENARANNYA tidak disambut oleh umatNya. Kita boleh saja mempersembahkan gereja kepada Tuhan, tetapi yang penting adalah agar KEBENARAN FIRMANNYA itu dicinta di dalam gereja itu. Memang masih harus berlaku prinsip sedikit demi sedikit! Prinsip pertumbuhan benih harus berjalan. Itu merupakan hukum Allah. Hukum itu tidak dapat dilanggar. Tetapi benih kebenaran itu harus terlebih dahulu diterima. Tidak ada jalan lain untuk menuju kepada PEMBENARAN OLEH IMAN.

“Maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja menggantikan dia… Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Pada pergantian tahun raja Nebukadnezar menyuruh membawa dia ke Babel beserta perkakas-perkakas yang indah-indah dari rumah TUHAN…”—ay. 8-10.

Cambuk lagi dikenakan kepada raja Yehuda yang menggantikan raja Yoyakim. Arus tawanan ke Babel bertambah dan lebih banyak perkakas dari rumah Allah dibawa ke Babel.
“... Zedekia, saudara ayah Yoyakhin, menjadi raja atas Yehuda dan Yerusalem… Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahnya, dan tidak merendahkan diri di hadapan nabi Yeremia, yang datang membawa pesan TUHAN. Lagipula ia memberontak terhadap raja Nebukadnezar, yang telah menyuruhnya bersumpah demi Allah. Ia menegarkan tengkuknya dan mengeraskan hatinya dan tidak berbalik kepada TUHAN, Allah Israel. Juga semua pemimpin di antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem itu dinajiskan mereka. Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan. TUHAN menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang ubanan--semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya. Seluruh perkakas rumah Allah, yang besar dan yang kecil, serta harta benda dari rumah TUHAN, harta benda raja dan harta benda para panglimanya, semuanya dibawanya ke Babel. Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya ke Babel... Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia, sampai... genaplah tujuh puluh tahun.”—ay. 10-21.
Tidak percaya dan meragukan apa yang difirmankan Tuhan tidak nampak sebagai hal sangat membahayakan. Kejatuhan manusia yang pertama dimulai dengan tidak percaya dan meragukan firman Allah. Kita harus sangat berhati-hati dan mengetahui cara-cara Setan memisahkan kita dari Allah. Dosa besar tidak selalu memisahkan umatNya dari Allah, tetapi TIDAK PERCAYA yang dipertahankan akan menghasilkan perceraian itu! Bangsa Yehuda mengolok-olok utusan-utusan yang dikirim oleh Allah untuk membawa mereka kembali kepada Allah. Mereka menghina segala firmanNya dan nabi-nabiNya. Kita harus waspada terhadap kesalahan yang telah dilakukan oleh orang Yehuda. Janganlah kita bertahan di dalam melawan apa yang dibawakan oleh hamba-hamba Allah.
Genaplah sejarah keturunan Abraham babak kedua dari Daud sampai ke tawanan Babel. Tujuh puluh tahun harus dilalui oleh bangsa Yehuda di dalam tawanan.

5. PANGGILAN KELUAR DARI BABEL DAN KEDATANGAN YESUS YANG PERTAMA KALI
Tawanan oleh bangsa Babel membuka tahap yang terakhir dari silsilah Yesus Kristus. Ini merupakan tahap yang paling menentukan bagi bangsa Yahudi. Karena sifat penentuan yang menandai tahap ketiga dan terakhir bagi kerajaan Allah adalah lambang yang diwakili oleh bangsa Israel, maka Kristus dalam belas kasihanNya terhadap umatNya telah memberi Daniel penglihatan-penglihatan untuk membimbing umatNya. Penglihatan-penglihatan itu bukan saja vital bagi bangsa Israel yang sedang diuji coba, tetapi juga vital bagi umat Allah di akhir zaman.
Kitab Daniel memuat kebenaran-kebenaran yang menjadi kunci keberhasilan umat Allah untuk hidup di dalam pembenaran oleh IMAN. Karena hal itu sangat menentukan keselamatan umat percaya di akhir zaman, maka Setan telah berusaha untuk mengaburkan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam buku tersebut.
Di dalam khotbahNya di atas bukit Zaitun yang terdapat dalam Matius 24, Yesus, sehubungan dengan akan dirusaknya kembali BAIT ALLAH yang ada di Yerusalem dan kedatanganNya yang kedua kali, menganjurkan kepada segenap pengikut-pengikutNya untuk membaca dan mengerti apa yang ditulis oleh Daniel dan memperhatikan Pembinasa Keji yang akan menduduki Bait SuciNya itu. Yesus sampai menangisi nasib umatNya yang hendak Ia naungi tetapi selalu menolak. Apa yang dapat Ia lakukan? Ia hanya dapat membayar dosa-dosa umatNya dengan darah kehidupanNya. Tetapi Ia tidak dapat memaksakan umatNya untuk percaya kepadaNya. Untuk itu mereka harus berperang menghadapi Setan. KEBENARAN-KEBENARANNYA telah Ia ungkapkan. Adalah terletak pada umatNya untuk mempercayai KEBENARAN-KEBENARAN tersebut! Tiap orang harus membuat pilihan untuk dirinya sendiri. Orang lain hanya dapat menghadapkan KEBENARAN kepada kita, tetapi kita harus memilih untuk menerima KEBENARAN itu sendiri.
Pada akhir masa tawanan di Babel, Kristus membuat seruan bagi umatNya untuk keluar dari Babel.
“Keluarlah dari Babel, larilah dari Kasdim! Beritahukanlah dengan suara sorak-sorai dan kabarkanlah hal ini! Siarkanlah itu sampai ke ujung bumi! Katakanlah: ‘TUHAN telah menebus Yakub, hamba-Nya!”—Yes. 48:20.
Seruan keluar dari Babel adalah untuk membangun kerajaan Allah di Yerusalem, yaitu di tanah Kanaan. Seruan pertama adalah untuk maksud itu dan seruan kedua adalah untuk maksud yang sama. Seruan pertama adalah untuk memusatkan perhatian kepada keturunan Abraham, yaitu Kristus. Seruan kedua adalah untuk memberitakan kedatangan Kristus yang pertama kali. Begitulah Injil memberitakan kebenaran dengan konsekuensi. Tidak ada pekabaran-pekabaran sampingan yang menjadi beban Injil. Injil menyangkut keselamatan jiwa-jiwa manusia. Keselamatan jiwa ini tidak dapat diberitakan melalui ilmu-ilmu dunia yang ada yang terlepas dari Yesus Kristus. Injil mengandung KEBENARAN Allah yang dapat berdiri sendiri. Injil mempunyai kuasa Allah untuk menciptakan manusia kembali. Yang sudah rusak dapat diperbaiki. Itulah jaminan Allah yang terdapat di dalam InjilNya!




Disadur ulang dari seri Pelajaran Alkitab & Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo, Arief Margono, 20 Maret 1982

Diketik oleh Monik Amelia, Florida – USA, Juli 2007

dipublish di blog by klavierlenk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar