DARI EDEN KE EDEN,
TIGA
PANGGILAN KELUAR DARI BABEL,
KEDATANGAN TUHAN (Bagian 2)
Dalam dunia kesusastraan Barat, dikenal
satu buku karangan Charles Dickens berjudul “A Tale of Two Cities” (Sebuah
Cerita Tentang Dua Kota). Alkitab seringkali disamakan dengan buku tersebut
karena inti ceritanya yang berpusat pada dua kota ,
Yerusalem dan Babel .
Yerusalem merupakan pusat peribadatan yang benar dan melambangkan kerajaan
Allah. Babel
merupakan pusat peribadatan yang salah dan melambangkan kerajaan Setan. Yerusalem dan
Babel berdiri saling berhadapan dan berperan di dalam peperangan panjang di
antara kuasa baik dan jahat.
Dalam pelajaran
yang lalu, kita telah mempelajari bagaimana manusia pertama telah jatuh tergoda
Setan, bagaimana pembunuhan yang pertama telah terjadi, bagaimana cepatnya
dunia merosot ke dalam kejahatan setelah itu, bagaimana dunia dibinasakan oleh
Allah, bagaimana Setan kemudian mengalahkan keturunan Hawa kembali, bagaimana
kota Babel terbentuk, dan bagaimana Yesus telah memanggil Abram keluar dari
Babel untuk pergi ke tanah Kanaan di mana kerajaan Allah dengan lambangnya
Yerusalem akan dibentuk. Panggilan keluar dari Babel untuk mewarisi kerajaan
Allah di Yerusalem bukanlah untuk Abram secara langsung, karena semua berita
tertuju kepada Kristus yang akan mematahkan kerajaan Setan dan mendirikan
kerajaanNya yang kekal.
1.
PEPERANGAN YANG DILANJUTKAN, USAHA SETAN UNTUK MEMUSNAHKAN YERUSALEM
Di tanah Kanaan,
Abraham melahirkan Ishak. Ishak melahirkan Yakub, dan Yakub menurunkan
keduabelas suku bangsanya. Eden yang telah jatuh direncanakan untuk didirikan
kembali secara lambangnya di tanah Kanaan. Allah bermaksud agar di Kanaan
landasan pemerintahan kasihNya dijunjung tinggi supaya kesentosaan hidup dapat
menjadi kenyataan di antara umatNya. Tetapi Setan tidak tinggal diam. Pemimpin
pemberontakan di surga itu tidak akan merasa puas sebelum menggagalkan segala
rencana Kristus bagi umatNya. Ditulis di dalam Kisah 7:9 bahwa,
“Karena iri hati, bapa-bapa
leluhur kita menjual Yusuf ke tanah Mesir.”
Rasa iri hati
disebarkan di tempat di mana pemerintahan kasih Allah terpusat. Hal yang sama
dilakukan Setan di mana prinsip-prinsip kerajaan surga diakui dan dijunjung
tinggi. Rasa iri hati, curiga, benci, kurang puas, dan sebagainya disebarkan di
dalam gereja Tuhan yang dianggap sebagai pusat pemerintahan Allah, di mana
kebenaran Allah terdapat. Yerusalem, yaitu sidangNya, harus dihancurkan!
Liku-liku
peperangan di antara Kristus dan Setan sangatlah rumit, tetapi bagaimanapun
rumitnya dan kompleksnya peperangan itu, kita tidak boleh kehilangan pandangan
akan inti sari dari pokok peperangan itu, yaitu usaha Setan untuk menggagalkan
rencana Kristus untuk merebut kembali dunia ini dan mendirikan kerajaanNya yang
kekal.
Walaupun Setan telah berhasil untuk menaburkan
benih iri hati ke dalam hati anak-anak Yakub sehingga terjuallah Yusuf ke
Mesir, Tuhan mengumpulkan mereka kembali, karena 12 anak Yakub itu harus
menggenapi lambang ‘perempuan’ dengan 12 bintang yang terdapat di dalam Wahyu
12. Mereka belum boleh diceraiberaikan. Yusuf telah dipelihara oleh Tuhan. Ia
mendapatkan kasih sayang raja Mesir. Dengan pimpinan Tuhan, Yusuf telah
mengambil langkah-langkah yang sangat bijaksana, sehingga saat bahaya kelaparan
datang, Yusuf dapat menyelamatkan negeri Mesir dan sekaligus saudara-saudaranya
sendiri. Kita melihat bahwa kemenangan Setan untuk menjatuhkan hamba-hamba
Tuhan yang Ia kasihi sering diolah oleh Tuhan untuk menggenapi
rencana-rencanaNya.
2.
BANGSA ISRAEL DITINDAS DI TANAH MESIR: KEPALA NAGA YANG PERTAMA
Kristus telah
berhasil untuk mengumpulkan kembali 12 keturunan Yakub. Mereka harus membentuk
kerajaanNya yang akan mempunyai ibukota Yerusalem. Mereka berkembang biak
dengan sangat pesat. Oleh sebab itu, Setan marah. Si ular tua, naga merah padam
berkepala tujuh, menggunakan kepalanya yang pertama, yaitu kerajaan Mesir,
untuk memerangi ‘perempuan’ yang mengenakan mahkota dengan 12 bintang, yaitu
bangsa Israel. Ceritanya
terdapat di Keluaran 1:
“Kemudian matilah Yusuf, serta semua saudara-saudaranya dan
semua orang yang seangkatan dengan dia. Orang-orang Israel
beranak cucu dan tak terbilang jumlahnya; mereka bertambah banyak dan dengan
dahsyat berlipat ganda, sehingga negeri itu dipenuhi mereka.”—Kel. 1:6,7.
“Kemudian bangkitlah seorang raja baru memerintah tanah
Mesir, yang tidak mengenal Yusuf. Berkatalah raja itu kepada rakyatnya: ‘Bangsa
Israel
itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita
bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah
banyak lagi dan--jika terjadi peperangan--jangan bersekutu nanti dengan musuh
kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini.”
—Kel. 1:8-10.
Sama halnya dengan
ketakutannya pada dewasa ini. Setan takut jikalau jumlah umat Allah yang
sungguh-sungguh beribadat kepada Allah dan mengenal kebenaranNya bertambah
terus. Hal itu berarti mereka yang meloloskan diri dari perhambaan dosa menjadi
semakin banyak. Dengan begitu kerajaan Allah yang berisikan kebenaranNya akan
terbentuk dengan kuat. Oleh sebab itu, Setan berusaha dengan sekuat tenaganya
agar dasar pemerintahan KASIH ALLAH dengan segala KEBENARANNYA dikaburkan. Ia
tidak takut dengan umat Allah selama mereka masih dapat dibujuk untuk tinggal
di Mesir.
Tidak apa-apa
menjadi anggota Masehi Advent Hari Ketujuh, asalkan jangan sungguh-sungguh dan
masih mau terikat pada dunia ini. Biarkan pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja
sibuk mencari keuntungan pribadi mereka. Biarlah mereka menjadi gelisah
memikirkan bagaimana menghidupi dan menyekolahkan anak-anak mereka dengan gaji
mereka yang serba terbatas. Kalau pendeta-pendeta dan pekerja-pekerja sudah kehilangan
iman dan menyibukkan diri mereka dengan mencari hasil tambahan, Setan
bersorak-sorai dalam kemenangan, karena domba-domba Allah terlantarkan dan
tidak ada yang memberi makan. Berhasilkah Setan? Maukah kita tinggal diam,
melipat tangan terus, dan membiarkan Setan memperhambakan umat Allah?
Saudara-saudara,
ingat! Kita tidak dapat berbuat apa-apa
dalam peperangan menghadapi Setan. Musuh kebenaran terlalu kuat. Yang dapat
menghadapi Setan hanyalah Kristus saja.
Bagaimana bangsa
Israel menggulingkan kota Yericho ketika mereka hendak merebut tanah Kanaan?
Apakah dengan kuat mereka sendiri? Tidak! Hanya dengan iman saja. Persoalannya adalah mendekatkan diri kita
kepada Kristus melalui kebenaranNya. Apabila kita sudah menjadi satu dengan
Dia melalui kebenaranNya yang hidup di dalam masing-masing kita, maka kita akan
dengan sendirinya ikut menang di dalam kemenanganNya.
“Sebab itu pengawas-pengawas rodi
ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa... Tetapi
makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang mereka, sehingga orang
merasa takut kepada orang Israel itu. Lalu dengan kejam orang Mesir memaksa
orang Israel bekerja, dan memahitkan hidup mereka dengan pekerjaan yang
berat…”—Kel. 1:11-14.
Semakin ditindas,
bangsa Israel semakin berkembang biak. Aniaya
tidak pernah dapat menghentikan berkembangnya kebenaran. Pada waktu
Saulus berusaha membinasakan sidang jemaat di Yerusalem dengan memasuki rumah
demi rumah dan menyeret laki-laki dan perempuan ke luar untuk dimasukkan ke
dalam penjara, orang-orang percaya yang tersebar “menjelajah seluruh negeri itu
sambil memberitakan Injil” (Kisah 8:3,4). Keadaan
yang nyaman dan suasana damai yang disertai dengan kelimpahan materi seringkali
lebih membahayakan kerohanian umat Allah. Mungkinkah keadaan suam-suam
kuku yang terdapat di dalam sidang Laodikea itu tercipta karena hal yang sama?
Kita harus bertanya kepada diri kita sendiri—apakah pengetahuan teori kita
tentang kebenaran Allah yang segudang banyaknya sudah mendatangkan satu
keyakinan di dalam diri kita yang akan membuat kita tahan segala goncangan?
Sudahkah kebenaran firman Allah membuat kita siap sedia untuk meninggalkan
Mesir? Bertambahnya gereja-gereja dan
anggota jemaat bukan merupakan bukti bahwa kita sudah siap untuk dipimpin Allah
meninggalkan Mesir. Ada kemungkinan besar bahwa jika kita dibawa keluar
Mesir oleh Tuhan, kita justru akan bersungut dan ingin kembali menikmati
makanan-makanan di Mesir walaupun kita diperbudak. Janganlah kita bersungut
apabila hidup ini terasa berat. Barangsiapa
yang dengan segenap hati mencari Allah dan KEBENARANNYA akan merasakan hidup
ini berat. Tetapi, adalah lebih berbahagia untuk menyatu dengan Tuhan dalam
kemiskinan, kesengsaraan, dan penderitaan daripada menyatu dengan Iblis dalam
kesukaan di dunia ini. Tuhan akan memimpin umatNya keluar dari Mesir.
Hal ini sudah pasti. Pertanyaannya adalah: Maukah kita dipimpin keluar? Apabila
diadakan suvey di antara anggota-anggota sidang, kita akan dapati bahwa akan
ada banyak anggota gereja yang tidak mau dibawa keluar dari Mesir. Kita tidak akan berbicara banyak.
Biarlah kenyataan membuktikannya nanti!
Rencana Tuhan untuk membawa bangsa Israel
keluar dari Mesir dan mendirikan kerajaan Allah dalam lambang di tanah Kanaan
dikenal Setan. Ia tahu bahwa akan dilahirkan seorang pemimpin yang akan membawa
bangsa Israel
keluar dari Mesir. Oleh sebab itu, untuk mencegah bertambah banyaknya bangsa Israel yang tidak dapat dibendung dengan jalan
kerja berat dan aniaya, dan untuk mencegah datangnya seorang pelepas bagi bangsa
Israel ,
“Raja Mesir juga memerintahkan kepada bidan-bidan yang
menolong perempuan Ibrani... (untuk) memperhatikan waktu anak itu lahir: jika
anak laki-laki, kamu harus membunuhnya, tetapi jika anak perempuan, bolehlah ia
hidup.”—Kel. 1:15,16.
Begitulah berjalan peperangan di antara
Yesus dan Setan; di antara keturunan perempuan dan keturunan si ular tua. Roh
Suci berbisik di dalam hati bidan-bidan itu dan mereka tidak melaksanakan
perintah raja dengan satu dalih yang cerdik, seperti dalih ular tetapi tulus
seperti maksud burung merpati.
“Lalu Firaun memberi perintah kepada seluruh rakyatnya:
‘Lemparkanlah segala anak laki-laki yang lahir bagi orang Ibrani ke dalam
sungai Nil; tetapi segala anak perempuan biarkanlah hidup.”—Kel. 1:22.
“Setan merupakan otak rencana ini. Ia tahu bahwa seorang
pelepas akan bangkit di antara bangsa Israel ; dan dengan membuat raja
membunuh anak-anak mereka, ia berharap dapat menggagalkan rencana Ilahi.”—PP, 242.
Cerita dalam Wahyu 12 berjalan terus.
“Naga itu berdiri di hadapan perempuan yang hendak melahirkan itu, untuk
menelan Anaknya, segera sesudah perempuan itu melahirkanNya.” Musa adalah
lambang Yesus Kristus. Kristus merupakan Pelepas bagi bangsaNya dalam segala
zaman. Musa adalah
lambang Kristus yang akan melepaskan bangsa Israel dari perhambaan Mesir.
Itulah sebabnya Setan berdiri di hadapan ‘perempuan’ yang hendak melahirkan
Musa untuk menelannya segera sesudah Musa dilahirkan. Musa dibuang di Sungai
Nil. Tetapi Tuhan turun tangan dan menyelamatkan nyawanya. Musa menjadi
pemimpin yang besar bagi bangsa Israel.
Cerita bagaimana
Musa memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir perlu dipelajari secara
tersendiri. Ada kebenaran-kebenaran yang dimaksudkan untuk kita yang hidup di
akhir zaman. Cukup kita ketahui bahwa bangsa Israel telah dipimpin oleh Musa
kembali ke tanah Kanaan untuk membangun ulang apa yang sudah digagalkan oleh
Setan.
3. PENINDASAN OLEH ASYUR: KEPALA NAGA YANG KEDUA
Naga, ular tua, sangat gigih di dalam
melancarkan peperangan terhadap keturunan Hawa. Ia telah gagal menahan bangsa Israel
dalam perhambaan di Mesir. Ia pun gagal dalam rencananya untuk membunuh Musa
pada waktu ia dilahirkan. Dengan gigih Setan menyerang umat Israel agar
mereka jatuh ke dalam peribadatan yang palsu. Ia bertekad untuk menghancurkan
dan memusnahkan kerajaan Kristus yang telah diucapkan kepada Abraham.
Injil Matius
mengungkapkan silsilah Yesus Kristus. Silsilah itu dimulai dengan Abraham yang
telah menerima panggilan pertama untuk keluar dari Babel ke tanah Kanaan.
“Jadi seluruhnya ada: empat belas
keturunan dari Abraham sampai Daud, empat belas keturunan dari Daud sampai
pembuangan ke Babel, dan empat belas keturunan dari pembuangan ke Babel sampai
Kristus.”—Mat. 1:17.
Adalah sangat
bermanfaat untuk menelusuri secara singkat tiap 14 keturunan yang ditulis di
atas. Kita akan memperoleh satu pandangan yang luas untuk dapat mengikuti
jalannya peperangan di antara Mikhael beserta malaikat-malaikatNya dan Setan
beserta malaikat-malaikatnya. Apabila tema pokok ini benar-benar kita pahami,
maka akan terbentuk satu keutuhan dalam kebenaran Injil yang kita pelajari, dan
sebagaimana yang telah dikatakan oleh Pendeta Wilson, “akan sekali lagi
dihasilkan satu kesadaran yang mendesak, menyatukan muda dan tua yang penuh
semangat dengan satu keinsafan bekerja yang menjulang tinggi.” (Baca pelajaran
53).
Empat belas
keturunan yang pertama telah kita pelajari sampai bangsa Israel dipimpin oleh
Musa dan diselesaikan pekerjaan kepemimpinan itu oleh Yoshua hingga bangsa
Israel menguasai kembali tanah Kanaan. Secara indah buku-buku Alkitab disusun
dari Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, Ulangan, dan Yoshua untuk
menceritakan semua. Peraturan-peraturan untuk menjalankan pemerintahan kerajaan
Allah secara bayangan telah diberikan kepada bangsa Israel sebelum mereka masuk
ke tanah perjanjian. Setelah mereka merebut tanah Kanaan, tanah itu dibagi-bagi
oleh Yosua di antara suku-suku bangsa Israel yang telah disahkan oleh Yakub.
Kemudian menyusul kitab Hakim-hakim, Rut, 1 dan 2 Samuel. Diceritakan bagaimana
hakim-hakim diangkat untuk menghakimi perkara-perkara yang terjadi selama
pemerintahan bangsa Israel. Samson terpilih. Seorang yang ditakuti oleh
musuh-musuh umat Allah karena kekuatannya. Tetapi orang yang terpilih oleh
Allah pun telah diserang oleh Setan sehingga gagal.
Kemudian bangsa
Israel menolak Kristus sebagai raja. Mereka menghendaki seorang raja seperti
yang dimiliki bangsa-bangsa lainnya di sekitar mereka. Walaupun alasan mereka
untuk menolak anak-anak Samuel sebagai hakim-hakim bangsa Israel adalah benar,
Alkitab dan Roh nubuat mengemukakan bahwa alasan mereka sebenarnya adalah satu
keinginan untuk dapat menjadi besar dan kaya seperti bangsa-bangsa lainnya.
Mereka menyangka bahwa hal tersebut dapat dicapai apabila seorang raja, dengan
mandat penuh, diangkat untuk memerintah mereka.
“Kehidupan Samuel yang suci dan
pengabdiannya yang tidak mementingkan diri merupakan suatu teguran yang
terus-menerus kepada para imam dan tua-tua yang hanya melayani kepentingan
diri, dan juga kepada bangsa Israel yang sombong dan penuh dengan hawa nafsu
itu... Bangsa itu telah menjadi jemu akan kesalehan dan pengabdiannya; mereka
mencemoohkan wewenangnya yang disertai dengan kerendahan hati itu, dan menolak
dia agar diganti dengan seseorang yang akan memerintah mereka sebagai raja.”—Para Nabi &
Bapa, jilid 2, hal 213.
Tujuan Setan
adalah lebih membahayakan dari apa yang sekedar dapat dilihat dari permukaan.
Ia bertujuan agar bangsa itu dapat dipisah dari Tuhan sehingga kerajaan Allah
dapat dihancurkan.
“Allah menghendaki agar umatNya
memandang kepadaNya saja sebagai Pemberi hukum dan Sumber kekuatan mereka.
Dengan merasa bergantung kepada Allah, mereka akan senantiasa ditarik lebih
dekat kepadaNya. Mereka akan ditinggikan dan diagungkan, dilayakkan bagi masa depan
yang mulia ke tempat mana mereka telah dipanggil sebagai umat pilihanNya.
Tetapi bilamana seorang manusia ditempatkan di atas takhta, hal itu akan
cenderung untuk memalingkan pikiran bangsa itu dari Allah. Mereka akan lebih
berharap kepada kekuatan manusia dan kurang berharap kepada kuasa Ilahi, dan
kesalahan-kesalahan raja mereka akan menuntun mereka ke dalam dosa, dan
memisahkan bangsa itu dari Tuhan.”—Buku sama, hal 211.
Bahaya yang sama menghadapi umat
Advent. Kita dididik agar bergantung secara buta kepada pemimpin-pemimpin kita
dan dihalangi-halangi untuk memandang kepada Kristus. Setelah kejadian pada
tahun 1888, pada saat di mana banyak di antara pemimpin-pemimpin yang teratas
menolak kebenaran Allah, hamba Tuhan berseru agar kita tidak menjadikan manusia
kekuatan kita. Kita didorong untuk memandang kepada KRISTUS dan KEBENARANNYA. Setan tahu bahwa apabila umat
Allah mengembangkan IMAN melalui penyelidikan firmanNya dengan
sungguh-sungguh, kerajaan kegelapannya akan dipatahkan dan umatNya yang mengembangkan
IMAN tersebut akan terlepas dari tawanannya.
Bangsa Israel
telah memaksa Samuel untuk mengangkat seorang raja bagi mereka. Samuel segera
berkonsultasi dengan Tuhan. Kepada Samuel, Kristus mengatakan bahwa bukan dia
yang telah ditolak oleh bangsa Israel, tetapi Kristus yang mereka tolak (1 Sam.
8:7). Karena Kristus mengenal hati bangsaNya yang penuh ketinggian dan ambisi
untuk kebesaran, dan bahwa mereka menilik dan menilai manusia dari apa yang
terlihat di luar, Ia telah memilih Saul yang elok parasnya dan tinggi
bentuknya.
“Nilai pribadi calon raja itu adalah
sedemikian rupa sehingga memuaskan kesombongan hati yang telah mendorong
keinginan untuk mempunyai seorang raja. ‘Di antara bangsa Israel seorangpun
tiada yang elok daripadanya” (1 Sam. 19:2). Dengan pembawaannya yang agung dan
bermartabat itu, rupawan dan tinggi, ia kelihatan sebagai orang yang telah
dilahirkan untuk memerintah. Namun demikian, dengan ketertarikan secara luar
ini, Saul tidak memiliki sifat-sifat yang lebih agung yang merupakan hikmat
yang sejati. Pada waktu mudanya, ia tidak belajar mengendalikan sifatnya yang
kasar dan takabur; ia tidak pernah merasakan kuasa anugerah Ilahi yang
membaharui.”—Buku sama, hal
214.
Pada mula pertama, Saul memperlihatkan
dirinya sepertinya memiliki kerendahan hati yang sejati. Tetapi setelah
terpilih dan dinobatkan di hadapan umum sebagai raja, Setan mengangkat dan
meninggikan hati Saul dengan kesuksesan-kesuksesannya yang sebenarnya adalah
berkat Tuhan saja. Setan menyanjung-nyanjung manusia karena ia tahu bahwa hati
seseorang yang tidak diserahkan kepada Allah mengharapkan sanjungan-sanjungan
selalu. Ia mengangkat manusia sampai kepada satu ketinggian untuk selanjutnya
dihempaskan ke bawah. Saul telah dikalahkan oleh Setan dan karena Saul tidak
memiliki dasar latihan dalam kerendahan hati dan IMAN kepada Allah,
kejatuhannya membuatnya tercerai dari Tuhan. Saul hilang. Sebagai ganti Saul,
Kristus mengurapi Daud sebagai raja. Samuel diperintahkan untuk pergi ke
keluarga Isai (1 Sam. 16). Pada waktu Samuel berhadapan dengan Eliab yang
nampaknya cakap karena bentuknya dari luar, Samuel berpikir, “Sungguh, di
hadapan Tuhan sekarang berdiri yang diurapiNya.” Tetapi Eliab ditolak oleh
Yesus. Bukan rupa yang ditilik dan
dinilai oleh Tuhan. Adalah hati yang dilihatNya. Daud, yang terkecil,
yang termuda, yang tidak dimasukkan dalam hitungan oleh saudara-saudaranya
karena kerendahan kedudukannya sebagai penggembala domba, telah dipilih oleh
Kristus. IMAN Daud sudah dilatih. Daud mengenal kuasa Tuhannya dan mempunyai
kasih sejati bagi Allahnya.
Walaupun begitu,
Daud tidak terhindar dari serangan-serangan Setan. Karena Setan mengetahui
bahwa dari keturunan Daud akhirnya akan datang PELEPAS dan JURU SELAMAT manusia
itu, Setan melancarkan serangan-serangannya yang lebih terpusat terhadap Daud. Sebagaimana Setan bertindak terhadap
Saul, ia juga bertindak terhadap Daud. Nilai
harga diri dan nilai kepribadian Daud diangkatnya tinggi-tinggi.
Kemenangan-kemenangan Daud sebagai berkat dari Allah telah dimanfaatkan oleh
Setan untuk mengangkat Daud tinggi-tinggi, sehingga pandangannya kepada Kristus
menjadi terhalang. Daud dilimpahi dengan pujian-pujian yang bertumpuk-tumpuk,
sehingga penggembala domba yang tadinya tidak dikenal dan selalu bergantung
kepada pimpinan Allah, merasa dirinya besar dan mampu untuk mengerjakan
perkara-perkara yang hebat-hebat. Daud berkuasa. Ia dapat memiliki segala
sesuatu yang ia kehendaki. Tentara Israel berada di bawah perintahnya.
Tidak ada seorang pun yang dapat menghalang-halangi dirinya untuk melakukan
kehendaknya. Daud telah terpancing oleh Setan. Daud akhirnya kalah. Ia telah
jatuh!
Tetapi hati Daud,
yang menjadi dasar pilihan Kristus, terbukti tulen. Sifat asalnya yang sudah
dilatih dalam penggembalaan domba-domba untuk bergantung kepada Allah, muncul
kembali setelah kegagalan menimpa dirinya. Daud sangat mengasihi Tuhan. Ia
berseru kepada Allah dengan hancur hati dan Tuhan menyambut dia kembali. Daud berkenan di hadapan Allah sehingga
kepadanya diserahkan rencana pembangunan Bait Allah. Pendeta Schmidt bertanya
apa yang pernah ditulis oleh jari-jari Kristus sendiri di samping 10 hukum? Ya,
kepada Daud telah diserahkan rencana pembangunan Bait Allah yang telah ditulis
dengan jari-jari Tuhan sendiri.
Begitulah jalan cerita dari Abraham sampai
ke Daud dalam kerangka peperangan di antara kuasa baik dan jahat. Abraham
pernah dijatuhkan Setan. Pilihan Tuhan yang lainnya banyak yang dijatuhkan.
Daud pun telah dijatuhkan oleh Setan. Tetapi
kejatuhan-kejatuhan hamba Tuhan yang sejati tidak menceraikan mereka dari
Kristus. Mereka bangkit kembali meneruskan peperangan di bawah pimpinan Kristus
untuk menghancurkan kerajaan Setan!
Kita teruskan mempelajari jalannya
sejarah dan memperhatikan keturunan Abraham dalam babak yang kedua dari Daud
sampai ke pembuangan Babel .
Rencana Bait Suci yang diserahkan kepada Daud telah dilaksanakan oleh Salomo.
Yerusalem telah didirikan oleh Raja Daud untuk menjadi pusat pemerintahan
kerajaan Allah. Kemudian Bait Allah didirikan oleh Salomo untuk menjadi tempat
pertemuan antara Kristus dan umatNya. Tetapi, tetap setiakah umat Allah yang
berkerajaan di Yerusalem? Bagaimana akhirnya nasib Bait Allah yang telah
dibangun sesuai dengan petunjuk-petunjuk Allah dan telah ditahbiskan dengan
keharuan yang begitu mendalam?
Hati Salomo telah dicondongkan oleh
istri-istrinya kepada allah-allah yang lain (1 Raja-raja 11:4). Tuhan
menyatakan murkaNya terhadap Salomo dan bangsa Israel dipecahnya menjadi 2 bagian.
Yerobeam dari suku Yehuda—anak Yusuf, memerintah 10 suku yang ada di utara,
sedangkan Rehabeam—anak Salomo, memerintah 2 suku yang ada di selatan.
Yerobeam kemudian
berbuat jahat di mata Tuhan. Ia membawa 10 suku Israel ke dalam pemberhalaan.
Sepuluh suku Israel itu diserang oleh Raja Asyur, dibawa sebagai tawanan dan
telah dicerai-beraikan. Kemudian kepala naga yang kedua itu hendak melakukan
yang sama terhadap Yehuda—2 suku di selatan (Yehuda dan Benyamin, sering hanya
disebut dengan nama satu suku saja, yaitu Yehuda).
“Hari ini juga Asyur akan berhenti di
Nob, mengacung-acungkan tangannya ke arah gunung puteri Sion, bukit
Yerusalem.”—Yesaya 10:32.
“Sebab itu, sesungguhnya, Tuhan akan
membuat air sungai Efrat yang kuat dan besar, meluap-luap atas mereka, yaitu
raja Asyur dengan segala kemuliaannya; air ini akan meluap melampaui segenap
salurannya dan akan mengalir melampaui segenap tebingnya, serta menerobos masuk
ke Yehuda, ibarat banjir yang meluap-luap hingga sampai ke leher; dan
sayap-sayapnya yang dikembangkan akan menutup seantero negerimu, ya
Imanuel!"—Yesaya 8:7,8.
Nampaknya Setan
akan berhasil untuk melenyapkan kerajaan Allah melalui kepalanya yang kedua.
Kebenaran janji Kristus kepada Abraham dipertaruhkan. Imanuel yang berarti
Allah beserta umatNya yang dilambangkan oleh Bait Sucinya, digenangi air banjir
yang meluap sampai ke leher. Tetapi Tuhan turun tangan. Suku Yehuda yang masih
harus menurunkan PELEPAS bagi umatNya dan yang terancam pemusnahan, dilindungi
oleh Tuhan. Kekuatan bangsa Asyur dipatahkan oleh Kristus dan umatNya
dilepaskan.
4.
PENINDASAN OLEH BABEL: KEPALA NAGA YANG KETIGA
Memang maha hebat
naga merah, si ular tua itu! Bangsa Israel
bukannya tidak ingin menjadi setia kepada Tuhan, tetapi mereka tidak dapat
menghadapi Setan. Walaupun telah ditolong dari tangan Asyur, Yehuda mendurhaka
lagi terhadap Allah. Paulus menulis:
“Akhirnya, hendaklah kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam
kekuatan kuasa-Nya. Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu
dapat bertahan melawan tipu muslihat Iblis; karena perjuangan kita bukanlah
melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan
penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan
roh-roh jahat di udara.”—Eph. 6:10-12.
Bagaimana kita
dapat lebih menekankan pentingnya bersalutkan kebenaran Kristus? Paulus tahu
dahsyatnya Iblis. Ia pernah berperang di pihaknya. Ia pernah berusaha untuk
melenyapkan kerajaan Kristus. Ia sudah pernah menyeret orang-orang percaya
keluar dari rumah mereka untuk dimasukkan ke dalam penjara. Ia tahu bahwa
bangsa Israel telah gagal, dan berulang kali gagal, dan bangsanya pada waktu
zamannya juga telah gagal dan menolak Kristus yang datang di antara umatNya,
karena Iblis itu besar sekali kuat kuasanya! Janganlah kita sekali-kali
berpikir bahwa kita akan dapat berdiri melawan si jahat dalam keadaan kita yang
belum dilengkapi dengan KEBENARAN FIRMAN
ALLAH! Jangan, Saudara-saudara! Kita akan jatuh! Sudah pasti akan jatuh!
“Yoyakim... (yang)
memerintah di Yerusalem... melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahnya. Nebukadnezar, raja Babel ,
maju melawan dia, membelenggunya dengan rantai tembaga untuk membawanya ke Babel . Juga beberapa
perkakas rumah TUHAN dibawa Nebukadnezar ke Babel
dan ditempatkan di istananya di Babel .”—2
Taw. 36:5-7.
Cambuk Tuhan dikenakan kepada raja
Yehuda itu. Karena umat Allah menjauh dari Tuhan mereka, maka beberapa perkakas
dari Bait Suci dibiarkan untuk dibawa ke Babel .
Gedung-gedung, lembaga-lembaga, gereja-gereja yang indah semua itu tidak
mempunyai arti selama Tuhan dan KEBENARANNYA tidak disambut oleh umatNya. Kita
boleh saja mempersembahkan gereja kepada Tuhan, tetapi yang penting adalah agar
KEBENARAN FIRMANNYA itu dicinta di dalam gereja itu. Memang masih harus berlaku prinsip
sedikit demi sedikit! Prinsip pertumbuhan benih harus berjalan. Itu merupakan
hukum Allah. Hukum itu tidak dapat dilanggar. Tetapi benih kebenaran itu harus
terlebih dahulu diterima. Tidak ada jalan lain untuk menuju kepada PEMBENARAN OLEH IMAN.
“Maka Yoyakhin, anaknya, menjadi raja
menggantikan dia… Ia melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. Pada pergantian tahun raja Nebukadnezar menyuruh membawa dia ke Babel beserta
perkakas-perkakas yang indah-indah dari rumah TUHAN…”—ay. 8-10.
Cambuk lagi dikenakan kepada raja
Yehuda yang menggantikan raja Yoyakim. Arus tawanan ke Babel bertambah dan lebih
banyak perkakas dari rumah Allah dibawa ke Babel.
“... Zedekia, saudara ayah Yoyakhin,
menjadi raja atas Yehuda dan Yerusalem… Ia melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN, Allahnya, dan tidak merendahkan diri di hadapan nabi Yeremia, yang datang
membawa pesan TUHAN. Lagipula ia memberontak terhadap raja
Nebukadnezar, yang telah menyuruhnya bersumpah demi Allah. Ia menegarkan tengkuknya dan mengeraskan
hatinya dan tidak berbalik kepada TUHAN, Allah Israel. Juga semua pemimpin di
antara para imam dan rakyat berkali-kali berubah setia dengan mengikuti segala
kekejian bangsa-bangsa lain. Rumah yang dikuduskan TUHAN di Yerusalem itu
dinajiskan mereka. Namun TUHAN, Allah nenek moyang mereka, berulang-ulang
mengirim pesan melalui utusan-utusan-Nya, karena Ia sayang kepada umat-Nya dan
tempat kediaman-Nya. Tetapi mereka mengolok-olok utusan-utusan Allah itu, menghina
segala firman-Nya, dan mengejek nabi-nabi-Nya. Oleh sebab itu murka
TUHAN bangkit terhadap umat-Nya, sehingga tidak mungkin lagi pemulihan. TUHAN
menggerakkan raja orang Kasdim
melawan mereka. Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus
mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau orang
ubanan--semua diserahkan TUHAN ke dalam tangannya. Seluruh perkakas rumah
Allah, yang besar dan yang kecil, serta harta benda dari rumah TUHAN, harta
benda raja dan harta benda para panglimanya, semuanya dibawanya ke Babel.
Mereka membakar rumah Allah, merobohkan tembok Yerusalem dan membakar segala
puri dalam kota itu dengan api, sehingga musnahlah segala perabotannya yang
indah-indah. Mereka yang masih tinggal dan yang luput dari pedang diangkutnya
ke Babel... Dengan demikian genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia,
sampai... genaplah tujuh puluh tahun.”—ay. 10-21.
Tidak
percaya dan meragukan apa yang difirmankan Tuhan tidak nampak sebagai hal
sangat membahayakan. Kejatuhan manusia yang pertama dimulai dengan tidak
percaya dan meragukan firman Allah. Kita harus sangat berhati-hati dan mengetahui
cara-cara Setan memisahkan kita dari Allah. Dosa besar tidak selalu memisahkan
umatNya dari Allah, tetapi TIDAK PERCAYA yang dipertahankan akan menghasilkan
perceraian itu! Bangsa Yehuda mengolok-olok utusan-utusan yang dikirim oleh
Allah untuk membawa mereka kembali kepada Allah. Mereka menghina segala
firmanNya dan nabi-nabiNya. Kita harus waspada terhadap kesalahan yang telah
dilakukan oleh orang Yehuda. Janganlah kita bertahan di dalam melawan apa yang
dibawakan oleh hamba-hamba Allah.
Genaplah sejarah keturunan Abraham babak kedua dari Daud
sampai ke tawanan Babel. Tujuh puluh tahun harus dilalui oleh bangsa Yehuda di
dalam tawanan.
5. PANGGILAN KELUAR DARI BABEL DAN KEDATANGAN YESUS
YANG PERTAMA KALI
Tawanan
oleh bangsa Babel
membuka tahap yang terakhir dari silsilah Yesus Kristus. Ini merupakan tahap
yang paling menentukan bagi bangsa Yahudi. Karena sifat penentuan yang menandai
tahap ketiga dan terakhir bagi kerajaan Allah adalah lambang yang diwakili oleh
bangsa Israel ,
maka Kristus dalam belas kasihanNya terhadap umatNya telah memberi Daniel
penglihatan-penglihatan untuk membimbing umatNya. Penglihatan-penglihatan itu
bukan saja vital bagi bangsa Israel
yang sedang diuji coba, tetapi juga vital bagi umat Allah di akhir zaman.
Kitab
Daniel memuat kebenaran-kebenaran yang menjadi kunci keberhasilan umat Allah
untuk hidup di dalam pembenaran oleh IMAN. Karena hal itu sangat menentukan
keselamatan umat percaya di akhir zaman, maka Setan telah berusaha untuk
mengaburkan kebenaran-kebenaran yang tercantum di dalam buku tersebut.
Di dalam
khotbahNya di atas bukit Zaitun yang terdapat dalam Matius 24, Yesus,
sehubungan dengan akan dirusaknya kembali BAIT ALLAH yang ada di Yerusalem dan
kedatanganNya yang kedua kali, menganjurkan kepada segenap pengikut-pengikutNya
untuk membaca dan mengerti apa yang ditulis oleh Daniel dan memperhatikan
Pembinasa Keji yang akan menduduki Bait SuciNya itu. Yesus sampai menangisi
nasib umatNya yang hendak Ia naungi tetapi selalu menolak. Apa yang dapat Ia
lakukan? Ia hanya dapat membayar dosa-dosa umatNya dengan darah kehidupanNya. Tetapi Ia
tidak dapat memaksakan umatNya untuk percaya kepadaNya. Untuk itu mereka harus
berperang menghadapi Setan. KEBENARAN-KEBENARANNYA telah Ia ungkapkan. Adalah
terletak pada umatNya untuk mempercayai
KEBENARAN-KEBENARAN tersebut! Tiap
orang harus membuat pilihan untuk dirinya sendiri. Orang lain hanya
dapat menghadapkan KEBENARAN kepada kita, tetapi kita harus memilih untuk
menerima KEBENARAN itu sendiri.
Pada akhir masa tawanan di Babel, Kristus membuat seruan
bagi umatNya untuk keluar dari Babel.
“Keluarlah dari Babel, larilah dari
Kasdim! Beritahukanlah dengan suara sorak-sorai dan kabarkanlah hal ini!
Siarkanlah itu sampai ke ujung bumi! Katakanlah: ‘TUHAN telah menebus Yakub,
hamba-Nya!”—Yes. 48:20.
Seruan keluar dari Babel adalah untuk membangun kerajaan
Allah di Yerusalem, yaitu di tanah Kanaan. Seruan pertama adalah untuk maksud itu dan seruan kedua
adalah untuk maksud yang sama. Seruan pertama adalah untuk memusatkan perhatian
kepada keturunan Abraham, yaitu Kristus. Seruan kedua adalah untuk memberitakan
kedatangan Kristus yang pertama kali. Begitulah Injil memberitakan kebenaran
dengan konsekuensi. Tidak ada pekabaran-pekabaran sampingan yang menjadi beban
Injil. Injil menyangkut keselamatan jiwa-jiwa manusia. Keselamatan jiwa ini
tidak dapat diberitakan melalui ilmu-ilmu dunia yang ada yang terlepas dari
Yesus Kristus. Injil mengandung KEBENARAN Allah yang dapat berdiri sendiri.
Injil mempunyai kuasa Allah untuk menciptakan manusia kembali. Yang sudah rusak
dapat diperbaiki. Itulah jaminan Allah yang terdapat di dalam InjilNya!
Disadur ulang dari seri Pelajaran Alkitab
& Roh Nubuat oleh alm. Gito Siswojo, Arief Margono, 20 Maret 1982
Diketik oleh Monik Amelia, Florida – USA, Juli
2007
dipublish di blog by klavierlenk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar