KELUARLAH
DARI KOTA-KOTA!
(OUT OF THE CITIES!)
Sebuah
seruan mendesak kepada
Umat
Masehi Advent Hari Ketujuh
Dave Westbrook
Back to Enoch
Ministries
PO Box 281 Malo, WA
99150
Pembaca
yang budiman,
Bagi umat Masehi Advent Hari Ketujuh saat ini adalah saat-saat yang penuh
harap. Nubuat-nubuat yang telah kita dengar selama bertahun-tahun sekarang
hendak digenapi dengan ketepatan yang mencengangkan. Daging dan produk dari
daging telah menjadi begitu terkontaminasi sehingga dianggap tidak layak bagi
konsumsi manu-sia. Permintaan maaf dibuat oleh Gereja Katolik Roma atas kejahat-an-kejahatan
yang dilakukan terhadap kemanusian. Suatu kebangun-an rohani palsu meniru hujan
akhir Roh Kudus. Kegenapan-kegenap-an dari nubuatan-nubuatan yang telah
diberikan bertahun-tahun yang lalu, sekarang memberikan kepastian yang baru ke
dalam hati ba-nyak orang, dan membangunkan banyak orang lain akan kenyataan
bahwa kita benar-benar sedang hidup di perbatasan
kedatangan Kristus kembali.
Sementara itu,
kehidupan dalam “Milenium Baru” ini menunjuk-kan keretakan dalam landasan yang
menyebabkan orang bertanya apakah peradaban modern benar-benar seindah yang
selalu dikata-kan. Banyak orang menjadi terilusi dengan gaya hidup cepat yang
penuh tekanan yang kita sebut dengan “kehidupan yang baik.” Di pu-sat-pusat
penduduk yang padat, udara yang kita hirup dan air yang kita minum menjadi
beracun. Media menghujani kita dengan nilai-nilai dan cara-cara berpikir yang
keras bagi perkembangan kerohanian. Kita menemukan diri kita dalam belas
kasihan sistem-sistem dunia ini—daya listrik, komunikasi, bahkan sistem
transportasi. Banyak orang bergantung dengan belanja kilat di pusat
perbelanjaan untuk makan malam mereka. Akan tetapi apakah yang terjadi jikalau
ada masalah dalam penyediaan makanan?
Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. Ia
sedang me-manggil para pengikutNya untuk memilih suatu jalan hidup yang sama
sekali berbeda.
Pada
saat buku ini ditulis, saya sedang berada pada titik utama penentuan hidup saya
sendiri. Dalam beberapa hari ke depan, saya akan membawa keluarga saya ke suatu
tempat di pedesaan yang ka-mi yakini telah dituntun oleh Tuhan dan menukar gaji
sebagai pekerja tetap dengan bekerja di kebun dan taman bunga, dan juga
melayani dengan cara-cara yang baru dan berbeda. Saya akan menghabiskan lebih
banyak waktu bersama keluarga saya dan menjalani gaya hidup yang sangat
berbeda.
Mengapa
saya melakukan hal ini? Anda akan menemukan ja-wabannya dalam tulisan ini. Artikel-artikel
pendek akan membawa anda kepada pelajaran yang menuntun saya untuk membuat kepu-tusan
bahwa ini adalah panggilan Tuhan kepada saya sekarang ini. Selanjutnya, ini
adalah panggilan Tuhan bagi anda juga. Bagaimana-kah saya bisa begitu yakin?
Baik, mengapa kita tidak melihat dengan seksama bukti-buktinya. Mintalah kepada Tuhan untuk memberi-kan
kepada anda hati yang terbuka sementara anda membaca. Kemudian lihatlah
apakah anda akan mendengarkan suaraNya se-perti saya telah mendengarnya! Dan
ketika anda tergoda untuk di-kuasai oleh kebesaran perubahan yang diminta Tuhan
agar anda la-kukan—ingatlah, “Ia yang telah memanggilmu adalah setia yang juga
akan melakukannya.”
Dave
Westbrook, Mei 2001
PEMBINASA
KEJI DI TEMPAT KUDUS!
Sebagaimana pengepungan Yerusalem oleh bala
tentara Roma-wi adalah tanda untuk melarikan diri bagi orang-orang Kristen
Yahudi, demikianlah juga kuasa di dalam negara kita, dalam hu-kum yang
memberlakukan sabat kepausan, akan menjadi peri-ngatan bagi kita. Itulah
saatnya bagi kita untuk meninggalkan kota-kota besar, sebagai persiapan untuk
meninggalkan kota-kota yang lebih kecil menuju rumah-rumah yang tenang di tem-pat-tempat
yang terpencil di tengah pegunungan.—Testimonies,
vol. 5, hlm. 464, 465.
Ellen White membuat pernyataan di atas
didasarkan atas pemaham-annya tentang suatu ramalan yang dibuat oleh Yesus
dalam Lukas 21:20-21: "Apabila
kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa
keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
harus melarikan diri ke pegu-nungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota
harus meng-ungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke
dalam kota.” Ini adalah peristiwa yang sama yang disebut dalam tulisan lain
sebagai “Pembinasa keji berdiri di tempat kudus” (Lihat Matius 24:15-18). Ini akan lebih mudah dipahami dengan melihat
sekilas kepada sejarah.
Ternyata
bahwa ada suatu wilayah di luar tembok-tembok kota Yerusalem yang dirancang
sebagai “tanah Kudus” atau “tempat Ku-dus.” Perhatikan pernyataan ini, “Ketika
standar-standar berhala orang-orang Roma hendak didirikan di tempat kudus, yang
berlang-sung beberapa waktu di luar tembok-tembok kota, maka para pengi-kut Kristus haruslah lari untuk
menyelamatkan diri.” Great Controver-sy, hlm. 26. adalah suatu kebiasaan dari
bala tentara yang hendak menyerang di zaman itu untuk meninggikan standar
mereka sebagai tanda ancaman tentang kekuasaan mereka dan keinginan untuk me-ngalahkan.
Inilah yang disebut dengan “Pembinasa keji berdiri di tempat kudus.”
Perhatikanlah bahwa itu belum menyebabkan kehan-curan, itu hanyalah berdiri
sebagai suatu ancaman akan
kebinasaan yang akan segera datang. Perkataan Yesus dalam Lukas 21:20 se-sungguhnya
menangkap gagasan ini, “Maka ketahuilah, bahwa ke-runtuhannya sudah dekat.”
Nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam
bacaan-bacaan Alki-tab ini memiliki beberapa arti penting bagi orang-orang
yang hidup di hari-hari terakhir. Ini karena nubuatan-nubuatan tentang keruntuh-an Yerusalem ini memiliki
penerapan kedua tentang akhir dunia. Ingatlah bahwa Yesus sedang menjawab
sebuah pertanyaan luas yang diajukan oleh para muridNya,"Katakanlah kepada
kami, bilama-nakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda
kesudahan dunia?" Matius 24:3. Dalam belas kasihan, Yesus tidak
menerangkan bahwa kedatanganNya kedua kali akan jauh lebih lama daripada yang
mereka harapkan. Ia hanya meletakkannya bersama dalam satu gambaran, sehingga
menunjuk kepada kehancuran Yeru-salem sebagai mikrokosmos dari kesudahan dunia.
Akan tetapi mengapa Ellen White
menghubungkan antara pem-binasa keji di tempat kudus dan masalah hukum hari
Minggu? Ja-waban atas pertanyaan itu hanya dapat dipahami ketika kita mengi-dentifikasi
tiruan Roma kuno pada zaman modern ini.
Sejarah me-nunjukkan bahwa kekaisaran Roma kafir menyerahkan kekuasa-annya
kepada sistem Kepausan, atau apa yang sekarang kita se-but dengan gereja
Katolik Roma. Kepausan telah menyatakan secara jelas apa yang dipandangnya
sebagai standar atau “Tanda” dari kewenangannya: Hari Minggu adalah tanda dari
kewenangan kami...Gereja ada di atas Alkitab, dan pengubahan pemeliharaan Sabat
adalah bukti atas fakta ini.” Catholic Re-cord,
1 September 1923.
Akan tetapi kisahnya bahkan menjadi
semakin menantang keti-ka kita mempelajari Wahyu
bab 13. Di sini Kepausan dinyatakan se-bagai seekor binatang aneh dengan
tujuh kepala. Tetapi mulai ayat 11, suatu persekutuan terbentuk, di mana seekor
binatang kedua, yang digambarkan memiliki dua tanduk seperti seekor domba,
menja-di “manusia ujung tombak” bagi Kepausan. Binatang kedua ini adalah
perlambangan bagi USA (pelajaran
lengkap tentang topik ini tersedia dari tuntunan pelajaran yang dikeluarkan
oleh Amazing Facts yang berjudul “Antichrist is Alive Today” dan “The USA in
the Bible Prophe-cy.”) Dalam Wahyu 13
ini kita melihat sementara USA menjadi kuasa yang berusaha untuk memaksakan
hukum ini dengan membentuk “Tanda” kewenangan binatang—kekudusan hari Minggu.
Maka, kita dapat mengidentifikasi
penerapan perkataan Yesus untuk zaman modern ini, "Jadi apabila kamu
melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, ... maka orang-orang yang di
Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.” Matius 24:15-16. peristiwa
ini, yaitu Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, adalah sejajar dengan
ancaman pemaksaan penyembahan palsu di akhir zaman. An-caman ini akan menandai
saat bagi umat Tuhan untuk keluar da-ri kota-kota menuju ke tempat-tempat yang
berpenduduk kurang padat. Pada akhirnya, mereka akan berdiam di tempat-tempat
terpencil di pegunungan ketika Yesus kembali dalam kemuliaan untuk
menyelamatkan mereka.
Seberapa pentingkah bagi umat Tuhan
untuk mengenali ke-munculan tanda ini? Baik,
dalam peristiwa Yerusalem, ini adalah masalah hidup dan mati. Orang-orang
Kristen yang mengenali tan-da ini melarikan diri ke tempat aman di Pella di pegunungan. Krisis yang
kemudian menelan Yerusalem adalan amat mengerikan. Pada akhirnya, dalam
serangan tentara Roma, darah mengalir
seperti air mengalir di anak tangga-anak tangga bait suci, karena ke tempat itu
banyak orang melarikan diri dan berharap memperoleh keamanan.
Kesejajarannya adalah jelas. Kita
harus mengenali tanda itu dan mengikuti petunjuk Tuhan seperti yang dilakukan
oleh para murid mula-mula. Akan tetapi inilah kebenaran yang mengejutkan yang
ha-rus menarik perhatian umat Masehi
Advent Hari Ketujuh di mana saja—tandanya telah tiba! Benar! Sebagian besar
orang me-nunggu di masa depan, mengira bahwa tanda itu belum tiba. Sa-yangnya,
banyak yang kemudian akan terlambat menemukan bahwa mereka sudah ketinggalan.
Ellen White berbicara tentang suatu masa ketika “Akan ada pertikaian dan kekacauan di kota-kota sedemikian sehingga
orang-orang yang ingin meninggal-kan kota tidak akan dapat melakukannya.”
General Conference Bulletin, 6 April 1903.
Anda tidak perlu terkejut. Tuhan telah memberkati kita de-ngan segala
petunjuk yang kita perlukan untuk menuntun de-ngan aman menuju kepada peristiwa
terakhir dalam sejarah Bu-mi—kita hanya perlu mengambil waktu sedikit untuk
membaca buku petunjuk itu. Dalam artikel berikutnya, kita akan melihat secara
tepat kapan tanda itu terjadi dan menemukan bahwa Tuhan menyatakan-nya secara
tegas dalam pelayanan Ellen White.
Tanda
Yang Hampir Terlupakan
Seperti
halnya pengepungan Yerusalem oleh bala tentara Romawi adalah tanda untuk
melarikan diri bagi orang-orang Kristen Yudea, demikianlah kekuasaan negeri
kita ini, dalam undang-undang yang memberlakukan sabat kepausan, akan menjadi peringatan bagi kita. Maka itulah
saatnya untuk meninggalkan kota-kota besar, sebagai persiapan untuk
meninggalkan kota-kota kecil, menuju rumah-rumah yang tenang di tempat-tempat
terpencil di pegunungan.—Testimon-ies vol. 5, hlm. 464, 465.
Umat Masehi Advent
Hari Ketujuh telah lama menunggu berlakunya hukum hari Minggu nasional, dan
mengharapkan bahwa inilah gerakan-gerakan Tuhan yang terakhir dalam menu-tup
peristiwa-peristiwa dunia sebelum kedatanganNya yang ke-dua kali. Mereka juga
memahami bahwa umat Tuhan akan di-panggil untuk meninggalkan kota-kota menuju
rumah-rumah yang sepi di pedesaan, dan pada akhirnya melarikan diri dengan
berjalan kaki menuju tempat-tempat yang terpencil di pegunung-an. Banyak orang
mengetahui bahwa perihal hukum hari Minggu adalah tanda yang ditentukan untuk
menyatakan kepada umat Tuhan kapan meninggalkan kota-kota, namun sangat sedikit
yang menyadari bahwa TANDA INI TELAH TIBA. Ini adalah tanda yang diramalkan
dalam pengepungan Yerusalem.
Yesus berkata, "Apabila kamu
melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa
keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea
harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota
ha-rus mengungsi, …” Lukas 21:20-21.
Tentara Roma pertama kali me-ngepung Yerusalem di bawah kepemimpinan Cestius. Akan tetapi, tanpa alasan yang
jelas, kekuatan itu mundur dan tentara Yahudi me-ngejar mereka. “Tanda yang
dijanjikan telah diberikan kepada orang-orang Kristen yang sedang menunggu, dan
sekarang sebuah kesem-patann diberikan kepada semua orang yang mau untuk
menurut peri-ngatan Sang Juruselamat. Peristiwa-peristiwa begitu tak
terhindarkan sehingga baik orang Yahudi maupun orang Romawi tidak dapat me-rintangi
pelarian orang-orang Kristen. Setelah Cestius mundur, tenta-ra Yahudi keluar
dari Yerusalem dan mengejar tentara Cestius. Dan sementara kedua kekuatan
bertemu, orang-orang Kristen memiliki kesempatan untuk meninggalkan kota itu.
Pada saat itu negeri itu ju-ga bebas dari musuh-musuh yang mungkin berusaha
untuk mengha-langi mereka.” Great Controversy, hlm. 30-31. Para pengikut Kristus
di kota itu telah mengenali tanda yang ditentukan bagi pelarian mere-ka dan
dengan pemeliharaan Tuhan yang terbuka mereka melarikan diri tanpa
menunda-nunda menuju kota Pella di seberang sungai Yor-dan.
Pengepungan kemudian diulangi dalam
kepemimpinan jenderal yang baru, Titus.
Besarnya kehancuran kota Yerusalem pada saat itu adalah sungguh mengerikan.
Jutaan orang Yahudi berada di da-lam tembok-tembok kota untuk merayakan Paskah.
Persediaan ma-kanan dihancurkan oleh kelompok-kelompok yang berperang di da-lam
kota, yang membawa “segala kengerian karena kelaparan.” Great Controversy, hlm.
31. orang-orang memakan ikat pinggang dan sandal kulit mereka. Anggota-anggota
keluarga saling mencuri ma-kanan dan para orangtua bahkan makan anak-anak
mereka. “Pe-mimpin-pemimpin Romawi berusaha menyebabkan kengerian kepa-da
orang-orang Yahudi agar mereka menyerah. Para tawanan yang melawan ketika
ditangkap, disiksa, dicemeti, dan disalibkan di depan tembok kota. Ratusan
orang dibunuh setiap hari dengan cara ini, dan pekerjaan yang mengerikan itu
berlanjut hingga sepanjang Lembah Yehosafat dan di Bukit Kalvari, kayu
salib-kayu salib didirikan dalam jumlah yang besar sampai tidak ada tempat lagi
untuk bergerak di sela-selanya. Begitu mengerikan kegenapan dari kutukan yang
dika-takan di depan kursi penghakiman Pilatus: "Biarlah darah-Nya di-tanggungkan
atas kami dan atas anak-anak kami!" Matius 27:25. Great Controversy, 32.
Pada akhirnya, Titus dan tentaranya
menyerbu kota itu dan da-rah mengalir seperti sungai. Namun tidak ada satupun orang Kris-ten yang
binasa dalam serangan itu. Mengapa? Karena
mereka telah mengenali tanda itu dan meninggalkan kota sesuai dengan petunjuk
Kristus.
Dalam peristiwa-peristiwa menjelang
kejatuhan Yerusalem, kita menemukan kesejajaran yang mencengangkan dengan
peristiwa-pe-ristiwa akhir zaman. Ellen White mengacu kepada peristiwa ini
ketika ia berkata: “Seperti pengepungan
Yerusalem oleh bala tentara Romawi adalah tanda pelarian bagi orang-orang
Kristen Yudea, demikian kekuasan di negeri kita, dalam hukum yang member-lakukan
sabat kepausan, akan menjadi sebuah peringatan bagi kita.” Testimonies vol.
5, 464. Maka kita melihat bahwa pengepung-an di sekitar kota Yerusalem menjadi
sebuah kesejajaran dengan tanda akhir zaman yang akan menyatakan waktu bagi
umat Tuhan untuk meninggalkan kota-kota. Sebagian
besar umat Masehi Advent Hari Ketujuh menunggu ke masa depan untuk melihat
kegenapan dari nubuatan ini. Mereka percaya bahwa ketika hukum hari Minggu
nasional pada akhirnya diberlakukan, pada saat itulah mereka harus berpindah
keluar dari kota-kota dan mencari rumah-rumah di pedesaan yang terpencil. Sementara mereka mengetahui manfaat dari
kehidupan di pedesaan, dan bahkan mengagumi orang-orang yang telah
menjadikan ini sebagai prioritas, mereka per-caya bahwa belum saatnya untuk
membuat gerakan seperti itu seba-gai suatu keharusan yang mendesak.
Kenyataan yang
mengejutkan adalah ini—tanda itu sesung-guhnya TELAH TIBA lebih dari seratus
tahun yang lalu. Itu be-nar! Tanda itu tiba ketika Ellen White masih hidup. Mungkin anda berkata,
mengapa ia tidak mengetahuinya? Ia tahu!
Setelah menun-juk kepada masalah hukum hari Minggu sebagai kesejajaran zaman
modern dengan pengepungan Yerusalem, perhatikanlah apa yang dikatakannya, “Itulah saatnya untuk meninggalkan
kota-kota be-sar, sebagai persiapan untuk meninggalkan kota-kota yang le-bih kecil, menuju rumah-rumah yang
sepi di tempat-tempat ter-pencil di pegunungan.” Testimonies, vol. 5, 464,
465. Apakah anda menangkap pernyataan “Itulah
saatnya”? Nyonya White membuat pernyataan
itu di tahun 1885. Ia tentunya telah mengetahui kege-napannya kemudian,
karena di tahun 1903 ia berkata, “Saatnya te-lah tiba, sekiranya Tuhan
membukakan jalan, maka keluarga-keluarga haruslah keluar dari kota-kota.”
Manuscript 50, 1903. Sesungguhnya, sejak 1897
beliau berkata, “Dunia Protestan telah
mendirikan sebuah sabat berhala di tempat di mana Sabat Tuhan seharusnya, dan
mereka sedang menapaki jejak langkah Kepausan. Dengan alasan ini, saya melihat
perlunya bagi umat Tuhan untuk keluar dari kota-kota menuju tempat-tempat di pe-desaan
yang sepi... Letter 90, 1897. Perhatikan juga bahwa tanda ini akan
menunjukkan kapan saatnya untuk meninggalkan “Kota-kota besar.” Di tahun 1900 ia menulis, “Keluarlah dari kota-kota besar sesegera mungkin.” Testimonies,
vol. 6, hlm. 195. di tahun 1906 tekanannya
semakin meningkat—“Keluarlah dari
kota-kota; kelu-arlah dari kota-kota!” Inilah
pekabaran yang telah diberikan Tuhan kepada saya.” Life Sketches, hlm. 409.
Lalu, apakah yang telah terjadi? Apakah yang telah dikenali oleh Ellen White
sebagai tanda dan kapankan itu tiba?
Ternyata bahwa tahun 1888 adalah tahun yang besar bagi le-bih banyak alasan
daripada sekedar yang disampaikan di Minnea-polis! Tahun yang sama di
Washington D.C., sebuah rancangan un-dang-undang diperkenalkan kepada Konggres
oleh Senator H.W. Blair dari New
Hampshire. RUU itu akan memberlakukan
hari Minggu di seluruh wilayah Federal sebagai “Hari Perbaktian.” Seperti
yang dapat anda duga, umat Masehi Advent Hari Ketujuh ce-mas. Mereka merasa begitu
terancam sehingga mereka mengirim A.T.
Jones ke ibu kota negara untuk melawan bagian ini dari RUU tersebut. Tuhan memberkati usaha ini dan hukum
tersebut tidak disahkan. “Tetapi, tunggu dulu,” kata anda, “Hukum itu tidak
disah-kan! Bagaimana mungkin ini adalah kegenapan dari suatu ramalan?” untuk
memahami ini, sekali lagi kita harus melihat kembali kepada sejarah.
Anda ingat bahwa sesungguhnya ada dua
kali pengepungan kota Yerusalem. Pengepungan
pertama di tahun 66 Masehi di ba-wah kepemimpinan Cestius. Sementara ini adalah
sebuah an-caman bagi Yerusalem, ancaman ini tidak membuahkan pengua-saan kota.
Ancaman ini berakhir tiba-tiba seperti yang telah di-ceritakan di atas. Selama
sekitar tiga setengah tahun kemudian, umat Tuhan memiliki banyak kesempatan
untuk meninggalkan kota menuju pegunungan. Ketika pengepungan terjadi kembali
di tahun 70 Masehi, tidak ada lagi kesempatan untuk melarikan diri, sebelum
pertumpahan darah yang terjadi di bawah kepe-mimpinan Titus. Anda lihat
bahwa adalah suatu keharusan bagi umat
Tuhan untuk meninggalkan kota selagi mereka memiliki kesempatan untuk
melakukannya.
Kembali
ke zaman modern ini. Di tahun 1888
ada sebuah ancaman. RUU hukum hari Minggu diperkenalkan. Ini adalah me-nyatakan
pengambil-alihan kekuasaan di negeri ini dalam bentuk sebuah undang-undang yang
memberlakukan Sabat Kepausan. Dengan
kesamaan yang amat tepat dengan mundurnya Cestius, “Kekuatan-kekuatan”
dikalahkan dengan kekalahan RUU terse-but di tahun 1888. sama seperti
pengepungan pertama Yerusa-lem adalah sebuah ancaman yang tidak berakhir dengan
kebina-saan, demikianlah RUU hukum hari Minggu Blair juga terbukti sebagai
ancaman yang tidak mengakibatkan peristiwa-peristiwa penutup, melainkan sebagian
peringatan tentang apa yang akan datang. Itu diikuti dengan sebuah penangguhan
yang memberi-kan kesempatan besar bagi umat Tuhan untuk menuruti petun-juk-petunjuk
Tuhan dan memulai proses keluar dari “kota-kota besar, sebagai persiapan untuk meninggalkan kota-kota kecil menuju
rumah-rumah yang sepi di tempat-tempat terpencil di pegunungan.”
Testimonies vol. 5, hlm. 464-465.
Deru
kembalinya bala tentara Romawi dapat didengar se-karang. Kepausan sedang
menyerukan hukum hari Minggu se-kali lagi. Jikalau kesejajaran ini benar, maka
pengepungan ke-dua akan lebih dari sekedar ancaman—itu akan menjadi kenya-taan.
Kesesatan nasional akan diikuti oleh kehancuran nasional. Tuhan dalam belas
kasihanNya telah memberikan umatNya lebih dari seratus tahun untuk menanggapi
peringatan ini, namun waktunya akan segera habis. Orang-orang yang tidak bertindak dengan peringatan Tuhan ini akan
mendapati diri mereka sendiri di dalam kedudukan yang tidak dikehendaki,
“segera akan terja-di perselisihan dan kekacauan di kota-kota, sehingga
orang-orang yang ingin meninggalkannya tidak akan dapat melakukan-nya.”
General Conference Bulletin, 6 April 1903.
Di tahun 1900 Ellen White menuliskan perkataan ini: “Saya ti-dak dapat tidur hingga lewat pukul dua pagi ini, Selama malam
itu saya sedang mengadakan pertemuan. Saya memohon agar keluarga-keluarga untuk
menyediakan dari sarana yang telah diberikan Tuhan, agar keluar dari kota-kota
untuk menyelamat-kan anak-anak mereka. Sebagian menunda-nunda, tidak membu-at
usaha-usaha yang pasti.
Malaikat-malaikat
yang berbelas kasihan mendesak Lot dan istrinya dan anak-anak perempuannya
dengan memegang tangan mereka. Seandainya Lot bergegas seperti yang dikehen-daki
Tuhan kepadanya, istrinya tidak akan menjadi tiang garam. Lot memiliki terlalu
banyak roh menunda-nunda. Janganlah kita menjadi seperti dia. Suara yang sama
yang memperingatkan Lot untuk meninggalkan Sodom memohon kepada kita,
“Keluarlah kamu dari antara mereka, dan
pisahkanlah dirimu dari mereka, … dan
janganlah menjamah apa yang najis.” Orang-orang yang menuruti peringatan ini
akan memperoleh perlindungan.” Review and Herald, 11 Desember 1900.
TANYA JAWAB
PERTANYAAN: Oleh karena Kristus
seharusnya telah datang kem-bali menjelang akhir abad ke-19 tetapi tidak
terjadi karena ketidak-percayaan kita, apakah nasihat ini ditunda hingga
saatnya ketika kita akan mendekati “Perbatasan tanah perjanjian” lagi?
Sejak
tahun 1883 kita mengetahui bahwa
Yesus seharusnya telah kembali. “Seandainya
orang-orang Advent, setelah kekecewaan besar di tahun 1884, berpegang teguh
kepada iman mereka dan bersatu mengikuti
kesempatan yang dibukakan oleh Tuhan, de-ngan menerima pekabaran
malaikat ketiga dan dalam kuasa Roh Kudus mengumandangkannya ke seluruh dunia,
mereka tentu-lah telah melihat keselamatan dari Tuhan, Tuhan tentulah akan
bekerja dengan segala kekuatan bersama-sama dengan usaha-usaha mereka,
pekerjaan itu seharuslah telah selesai, dan Kris-tus seharusnya telah datang
untuk memberikan upah bagi umat-Nya.”—Manuscript 4, 1883.
Nyonya White memberikan dua alasan
penundaan itu—belas kasihan bagi orang
yang sesat (lihat Evangelism, 697) dan keti-dakpercayaan
kita (lihat Manuscript 4, 1883). Dalam kutipan berikut kita ditunjukkan
kepada kesejajaran tentang pengalaman ini dalam Perjanjian Lama. Ini ditemukan dalam kisah ketidakpercayaan
bangsa Israel di perbatasan tanah perjanjian. Sesungguhnya me-reka harus
kembali dan mengembara selama empat puluh tahun lagi sebelum kembali ke pintu
gerbang Kanaan.
Akan tetapi, perhatikanlah bahwa Tuhan tidak mengirimkan mereka kembali ke
Mesir. Mereka harus tetap berada di padang be-lantara. Kesejajaran ini amat
jelas. Tuhan telah memanggil kita un-tuk
keluar dari kota dan berpindah ke pedesaan dalam persiapan untuk masuk ke tanah
perjanjian surga. Itu terjadi di akhir tahun 1800-an. Umat Tuhan pada saat itu berada
pada pintu masuk, na-mun karena ketidakpercayaan mereka berbalik. Jikalau kita
me-ngatakan bahwa umat Tuhan harus kembali ke kota-kota atau bahwa nasihat
untuk meninggalkan kota ditarik kembali adalah serupa dengan mengatakan bahwa
Tuhan menyuruh bangsa Israel untuk kembali ke Mesir selama empat puluh tahun me-ngembara.
Gantinya “waktu nubuatan” berputar berlawanan arah, kita diajarkan bahwa “dengan
berlalunya waktu, semakin ba-nyak umat kita harus meninggalkan
kota-kota.’ Review and Herald, 27 September 1906.Telah lama waktu berlalu
sejak Umat Masehi Advent Hari Ketujuh “berbalik” dari nasihat Tuhan yang keluar
dari pena inspirasi: “Siapakah yang akan dinasihati? Lagi kami ber-kata,
Keluarlah dari kota-kota.” Manuscript 85, 1908.
PERTANYAAN: Peringatan Yesus
dalam Injil untuk melarikan diri ke pegunungan adalah amat
mendesak—bagaimanakah RUU Blair da-pat menjadi kegenapan dari “pengepungan
pertama” zaman modern, padahal telah lewat lebih dari seratus tahun sejak
peristiwa waktu itu?
Yesus
tentulah telah memerintahkan tindakan cepat sebagai tang-gapan terhadap tanda
itu. Dalam Matius 24 dikatakan, “maka
orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang yang
sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang
dari rumahnya, dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk
mengambil pakaiannya.” Matius 24:16-18. Buku Great Controversy (Kemenangan
Akhir) menunjuk-kan bahwa umat Tuhan
tidak dapat melarikan diri ketika terjadi pengepungan pertama. Namun Tuhan “membukakan jalan” de-ngan
membuat bala tentara Romawi mundur. Segera setelah ke-munduran ini, jalan
secara khusus menjadi jelas bagi orang-orang Kristen untuk melarikan diri
sementara tentara Yahudi pergi keluar untuk mengejar tentara Romawi. Maka,
mereka da-pat pergi tanpa rintangan. Namun
banyak orang tidak menyadari bahwa pengepungan kedua tidak dimulai hingga
sekitar tiga se-tengah tahun kemudian. Ini tidak bukan berarti mengabaikan
perin-tah yang jelas dari Yesus Sendiri bahwa para pengikutNya harus me-larikan
diri secepatnya. Kita dapat mengatakan demikian dari catatan sejarah bahwa setelah tentara Yahudi kembali, maka
menjadi le-bih sulit untuk melarikan diri dibandingkan dengan ketika masa
pendek itu “ketika negeri itu bersih dari musuh-musuh yang mungkin telah berusaha untuk menghalangi” orang-orang Kris-ten.
(lihat Great Controversy (Kemenangan Akhir), hlm. 30-31).
Pengalaman ini menjadi mikrokosmos
dari hari-hari terakhir. Ji-kalau kesejajaran ini benar, maka kita harus
menduga suatu periode waktu yang cukup panjang di antara kedua “Pengepungan” di
zaman modern. Tentulah orang-orang yang
bertindak jauh sebelumnya mendapati lebih mudah untuk melarikan diri
dibandingkan de-ngan orang-orang yang sekarang berpikir untuk melakukannya.
Rumah dan pekarangannya bukanlah pilihan lagi. Dengan ber-lalunya waktu
tampaknya undang-undang dan peraturan-pera-turan yang semakin ketat menjadikan
semakin sulit dan mahal untuk membangun. Harga tanah dan bahan bangunan semakin meningkat. Semakin sulit untuk
melakukan perpindahan. Namun kita dijanjikan, “Tuhan akan menolong umatNya
untuk menemu-kan rumah-rumah seperti itu diluar kota-kota.” Medical
Ministry, hlm. 310, (1902).
PERTANYAAN: Buku “Country
Living” diakhiri dengan sebuah kutip-an tentang masalah hukum hari Minggu yang
menjadi tanda bagi sa-at pelarian kita. Itu tampak di bagian yang berjudul
“Emergency Flight in Closing Conflict” (Pelarian Darurat dalam Konflik
Penutupan). Apa-kah itu tidak menggiring kepada kesimpulan bahwa itu mengacu ke-pada suatu waktu di masa
depan?
Buku
“Country Living” adalah sebuah kumpulan dengan sub-judul yang diisi oleh
pengumpulnya. Subjudul tersebut “Emergency Flight in Closing Conflict” hampir
sepenuhnya menangkap gagasan tentang pelarian terakhir pada saat perintah
hukuman mati. Namun, pema-haman yang lebih seksama tentang pernyataan itu
membukakan se-buah proses yang terdiri atas dua langkah.
Langkah
pertama meliputi meninggalkan kota-kota besar menuju kota-kota yang lebih kecil
atau kota-kota kecil. Langkah kedua adalah memperoleh tempat tinggal di
tempat-tempat yang terpencil di pegunungan. Ini semuanya adalah sebelum
saat ketika kita harus “Meninggalkan segala sesuatunya di belakang” dan pergi
dengan berjalan kali. Namun perhatikanlah bahwa ini secara jelas adalah
sebanding dengan pelarian orang-orang Kristen keluar dari Yerusalem—“itulah
saatnya untuk meninggalkan kota-kota besar me-nuju kota-kota yang lebih
kecil...dst.” Maka kita melihat bahwa Ellen White memahami penerapan di zaman
modern yang melibatkan se-buah proses,
bukannya sebuah pelarian akhir tunggal.
Bahwa Ellen White mengetahui kegenapan
zaman modern dari nubuatan ini adalah jelas nampak dalam seruannya yang
mendesak untuk mendengarkan tanda peringatan itu. Sesungguhnya dengan rincian yang sangat teliti ia menyerukan kepada
umat Tuhan un-tuk mengambil langkah pertama dalam proses yang dijelaskan di
atas. “Keluarlah dari kota-kota besar secepat mungkin.” Testi-monies, vol.
6, hlm. 195. Perhatikanlah kemendesakan pernyataan-pernyataan berikut ini juga:
“Saatnya telah tiba, ketika, pada saat
Tuhan membukakan jalan, keluarga-keluarga haruslah keluar da-ri kota-kota.” Manuscript
50, 1903. “Dunia Protestan telah mendiri-kan sebuah sabat berhala di tempat di
mana Sabat Tuhan seharus-nya berdiri, dan mereka menapaki jejak langkah
Kepausan. Karena alasan inilah saya
melihat perlunya bagi umat Tuhan untuk ke-luar dari kota-kota ke tempat-tempat
yang sepi di pedesaan... Letter 90, 1897. “Keluarlah dari kota-kota; keluarlah dari kota-kota!”—inilah pekabaran yang
telah diberikan oleh Tuhan kepa-da saya.” Life Sketches, hlm. 409. Maka,
jikalau kita mengatakan bahwa peringatan ini masih mengacu ke masa depan, kita
tidak me-mahaminya. Ini tidak berarti bahwa si pengumpul tulisan itu bermak-sud
untuk membelokkan arah, melainkan hanya mengabaikan butir ini.
PERTANYAAN: Bagaimanakah dengan
orang-orang yang berkata bahwa kita tidak boleh mencoba untuk melindungi diri
kita sendiri dari bencana-bencana yang akan datang di kota-kota karena pada
akhir-nya kita harus bergantung kepada Tuhan?
Roh
Nubuat menjelaskan bahwa salah satu alasan bagi umat Tuhan untuk keluar dari
kota-kota adalah untuk menghindarkan dari penghu-kuman Tuhan yang akan menimpa
kota-kota. Perhatikanlah pernya-taan berikut: “Tuhan memanggil umatNya untuk berdiam jauh da-ri kota-kota, karena
pada jam yang tidak kamu duga, api dan ba-tu belerang akan menghujani kota-kota
ini dari langit. Hukuman bagi mereka adalah setimpal dengan dosa-dosa
mereka...” MR 1518 (10 Mei 1906). “Keluarlah
dari kota-kota; keluarlah dari ko-ta-kota!”—inilah pekabaran yang diberikan
oleh Tuhan kepada saya. Gempa bumi akan
datang; banjir akan datangl dan kita ti-dak boleh berdiam di kota-kota yang
jahat...” Life Sketches, hlm. 409.
Kisah Lut menjadi sebuah contoh yang
baik tentang perkara ini, Tentulah Tuhan dapat menyelamatkan Lut dan
keluarganya semen-tara mereka masih berdiam di kota. Betapa suatu kisah yang
menak-jubkan jikalau itu terjadi—Lut, bersama istri dan anak-anak perempu-annya
berdiri di tengah-tengah kehancuran Sodom yang mendesis-desis. Namun itu
bukanlah metode Tuhan. Ia memerintahkan Lut un-tuk pergi. Tentang peristiwa
ini, pena inspirasi berkata, “ Seandainya
Lut bergegas seperti yang dikehendaki oleh Tuhan, istrinya tentulah tidak
akan menjadi tiang garam. Lut memiliki terlalu banyak roh menunda-nunda. Janganlah kita seperti dia. Suara yang
sama yang memperingatkan Lut untuk meninggalkan Sodom sekarang me-minta kita, “Keluarlah kamu dari antara
mereka, dan pisahkan-lah dirimu dari
mereka, firman Tuhan, dan janganlah
menjamah apa yang najis.” Orang-orang yang mendengarkan peringatan ini akan
memperoleh perlindungan.’ Review and Herald, 11 Desem-ber 1900.
PERTANYAAN: Bukankah Ellen White
menyatakan bahwa kita ha-rus membawa pekabaran Injil kepada orang-orang yang
tinggal di kota-kota?
Panggilan
untuk meninggalkan kota-kota bukanlah panggilan untuk melupakan orang-orang
yang tersesat di sana. Sebaliknya, kita dina-sehatkan untuk membuat
rencana-rencana khusus untuk memperi-ngatkan orang-orang yang hidup di pusat-pusat
penduduk yang pa-dat. “Kita harus
membuat rencana yang bijaksana untuk mempe-ringatkan kota-kota, dan pada saat
yang sama hidup di mana kita dapat melindungi anak-anak kita dan diri kita
sendiri dari pengaruh-pengaruh yang merusak dan meracuni yang begitu meluas di
tempat-tempat ini.’ Life Sketches, hlm. 410. “Kota-kota haruslah digarap
dari pos-pos di luar kota. Kata utusan Tuhan itu, ‘Bukankah kota-kota harus
diperingatkan? Ya; bukan dengan cara
umat Tuhan hidup di sana, melainkan dengan mereka berkunjung ke sana untuk
memperingatkan mereka tentang apa yang akan me-nimpa bumi ini.” Letter 182,
1902. “Sebagai umat pemelihara hu-kum
Tuhan, kita harus meninggalkan kota-kota. Seperti Henokh, kita harus bekerja di
kota-kota namun tidak tinggal di dalamnya.” Evangelism, hlm. 77-78.
PERTANYAAN: Bukankah Ellen White
mengindikasikan bahwa Tuhan akan menyuruh sebagian umatNya untuk tetap tinggal
di kota-kota hingga saat akhir?
Dalam
buku “Last Day Events” setelah judul pada halaman 121, “Some Righteous Still in
the Cities After the Death Decree Has Been Passed’ (Beberapa orang benar masih
berada di kota-kota setelah perintah hukuman mati dikeluarkan). Yang menarik
adalah bahwa ku-tipan ini segera diikuti oleh: “Dalam masa kesukaran kita semua melarikan diri dari kota-kota dan
desa-desa karena kita dikejar oleh orang-orang jahat yang memasuki rumah-rumah
orang ku-dus dengan pedang.” Last Day Events, hlm. 121. Perhatikanlah bahwa rumah-rumah dari “orang-orang
kudus” ini berada di luar kota-kota, bukan di dalam kota. Apakah yang
dilakukan mereka di dalam kota jikalau rumah-rumah mereka tidak berpenghuni?
Seba-gaimana tampak dalam pertanyaan sebelumnya: “Kota-kota harus di-garap dari
pos-pos di luar kota,” kata utusan Tuhan, “Bukankah kota-kota harus
diperingatkan? Ya; bukan dengan cara
umat Tuhan hi-dup di sana, melainkan dengan mereka berkunjung ke sana untuk memperingatkan mereka tentang apa yang akan
menimpa bumi ini.”” Letter 182, 1902.
PERTANYAAN: Tidak dapatkah Tuhan
mengirimkan seseorang un-tuk mengetuk di pintu saya dan menawarkan untuk
membeli rumah saya ketika saya harus meninggalkan kota?
Tuhan
dapat melakukan dan bahkan melakukan banyak hal, sering-kali meskipun kita
tidak percaya. Namun, kita dinasihatkan untuk me-ngambil tindakan atas nasihat
yang telah diberikanNya kepada kita. Perhatikanlah pernyataan berikut; “Sementara waktu berjalan, se-makin banyak
umat kita yang harus meninggalkan kota-kota. Se-lama bertahun-tahun kita telah
diperintahkan bahwa saudara-saudari kita, dan khususnya keluarga dengan anak-anak,
harus berencana untuk meninggalkan kota-kota ketika jalan terbuka bagi mereka
untuk melakukannya. Banyak orang yang akan be-kerja dengan tulus untuk membantu
membukakan jalan. Namun hingga dimungkinkan bagi mereka untuk pindah, sementara
me-reka masih berdiam di kota, mereka harus menjadi paling aktif dalam
melakukan pekerjaan misionaris, betapapun terbatasnya ruang pengaruh mereka.’
Review and Herald, 27 September 1906. “Masa-masa
yang gawat ada di depan kita, dan ada kebutuhan besar bagi keluarga-keluarga
untuk meninggalkan kota-kota me-nuju pedesaan, sehingga kebenaran dapat dibawa
ke jalan-jalan raya dan jalan-jalan sempit di bumi ini. Rencana kita harus ba-nyak
bergantung kepada firman Tunhan dan dengan tenaga yang tekun untuk
melaksanakannya. Lebih banyak bergantung kepada kegiatan yang kudus dan
ketekunan daripada kecer-dasan dan pengetahuan dari buku. Segala talenta dan
kemam-puan yang diberikan kepada manusia, jikalau tidak diperguna-kan, adalah
tidak berharga.” Testimonies, vol. 6, hlm. 178-179.
PERTANYAAN: Bukankah Ellen White
memperingatkan untuk tidak berpindah dengan tergesa-gesa?
Ya,
benar demikian. Ia berbicara tentang
pentingnya berpindah dalam pemeliharaan Tuhan. Carilah Tuhan untuk mendapatkan
petunjuk dan bentangkanlah setiap rencana di hadapanNya. “Mungkin ada
pribadi-pribadi yang akan tergesa-gesa dalam bertindak, dan melakukan tindakan
yang tidak mereka pahami. Ini tidak dituntut oleh Tuhan... Janganlah ada
sesuatu yang di-lakukan dengan cara tidak teratur, sehingga tidak akan terjadi
kehilangan besar atau pengorbanan yang dilakukan atas harta milik karena
ucapan-ucapan yang emosional dan bersemangat yang mendorong antusiasme yang
tidak sesuai dengan aturan Tuhan, sehingga suatu kemenangan yang seharusnya
diperoleh, namun karena kurangnya menahan diri dan perenungan yang tepat dan
prinsip dan tujuan yang masuk akal, berubah menjadi sebuah kekalahan.”
Letter 45, 1893.
Jikalau
berpindah secara terlalu tergesa-gesa, ada bahaya be-sar bahwa kita mendahului
Tuhan. Maju dengan kekuatan kita sen-diri
adalah berbahaya, dan pada akhirnya menggiring kepada ke-gagalan. Maka
Ellen White menasihatkan, “Jikalau dalam
pemeli-haraan Tuhan kita dapat memperoleh tempat-tempat yang jauh dari
kota-kota, Tuhan akan mengizinkan kita melakukan ini.” Ma-nuscript 99. “Pikirkanlah dengan jernih, dengan doa,
pelajarilah Firman Tuhan dengan segala ketelitian dan penuh doa, dengan pikiran
dan hati yang terbuka untuk mendengarkan suara Tuhan ... Memahami kehendak
Tuhan adalah sebuah perkara besar.” Letter 45, 1893.
EMPAT ALASAN LAGI
UNTUK
MENINGGALKAN KOTA
SEKARANG
“Percayalah kepada
TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap te-guh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya,
dan kamu akan berha-sil!" 2 Tawarikh
20:20.
Sejauh
ini kita telah belajar bahwa tanda bagi
umat Tuhan untuk meninggalkan kota-kota terjadi pada akhir tahun 1800-an.
Ini ter-jadi ketika sebuah rancangan undang-undang diperkenalkan kepada
konggres untuk memberlakukan hari Minggu sebagai “Hari perbakti-an” di seluruh
negara-negara bagian Federal. Namun Ellen White ju-ga menunjukkan empat alasan
lainnya untuk meninggalkan kota-ko-ta, sebagai berikut.
Alasan 1: Pengaruh Rohani
Jelaslah
bahwa alasan yang terpenting untuk menjauh dari pusat-pu-sat penduduk yang
padat adalah alasan kerohanian, atau kita kata-kan pengaruh anti-rohani dari kehidupan kota. Ini adalah masalah
prioritas yang serius.—“Dalam memilih
sebuah rumah tinggal, Tuhan mengharuskan kita untuk mempertimbangkan,
pertama-tama, pengaruh-pengaruh keagamaan dan moral yang akan me-ngelilingi
kita dan keluarga kita.” Adventist Home, hlm. 131. Ba-nyak orang tidak
mengenali sifat pengaruh kota yang membahaya-kan, namun perhatikanlah ini: “Kehidupan di kota-kota adalah pal-su dan
permukaan saja. Nafsu terus menerus untuk memperoleh uang, arus kegembiraan dan
mencari kesenangan, haus pamer, kemewahan dan pameran kemewahan, semuanya
adalah kekuat-an-kekuatan yang, dengan jumlah besar manusia, mengalihkan
pikiran dari tujuan kehidupan yang sesungguhnya. Itu semua adalah pintu masuk
ke dalam ribuan kejahatan. Bagi orang mu-da, itu adalah suatu kekuatan yang
hampir tidak dapat ditahan.” Country Living, hlm. 6.
“Apakah
keadaan-keadaan yang dipilih oleh Bapa Yang Mahakuasa bagi PutraNya? Sebuah
rumah yang terpencil di per-bukitan Galilea, ... dini hari atau fajar yang
hening di lembah nan hijau; mempelajari ciptaan dan pemeliharaan Tuhan; dan
perse-kutuan jiwa dengan Tuhan... “ Ministry of Healing, hlm. 365-366. Telah
lama kita diperintahkan bahwa “Iman,
pengharapan kasih, kebahagiaan, dapat diperoleh secara jauh lebih baik di
tempat-tempat yang sepi, di mana terdapat ladang-ladang, bebukitan dan
pepohonan.” Country Living, hlm. 13. Maka tentulah amat pen-ting bagi umat
Tuhan yang hidup di akhir zaman. Misi kita dinyatakan oleh pelayanan Yohanes
Pembaptis yang dipanggil untuk “Mempersi-apkan jalan bagi Tuhan.” Perhatikanlah
bahwa “Adalah menjadi pi-lihan Yohanes
[Pembaptis] untuk meninggalkan kenikmatan dan kemewahan kehidupan kota demi
disiplin padang belantara yang keras. Di sini alam di sekitarnya mendukung kebiasaan-kebiasa-an
kesederhanaan dan penyangkalan diri. Tanpa dirintangi oleh urusan-urusan dunia,
di sini ia dapat belajar tentang pelajaran-pelajaran alam, tentang wahyu, dan
tentang pemeliharaan.” Test-imonies vol. 8, hlm. 221. “Demikianlah juga
sebagian terbesar dari orang-orang yang terbaik dan termulia di segala zaman.
Bacalah ki-sah Abraham, Yakub, dan Yusuf, tentang Musa, Daud, dan Elisa. Pe-lajarilah
kehidupan orang-orang di zaman berikutnya yang mendu-duki posisi-posisi yang
termulia dalam kepercayaan dan tanggung ja-wab, orang-orang yang pengaruhnya
paling efektif bagi terangkatnya dunia. Berapa banyak dari mereka yang dibesarkan di rumah-ru-mah pedesaan.
Mereka hampir tidak mengenal kemewahan. Mereka tidak menghabiskan masa muda
mereka dalam pelesiran. Banyak yang terpaksa bergumul dengan kemiskinan dan kerja keras. Sejak dini
mereka belajar bekerja, dan kehidupan aktif mereka di udara ter-buka memberikan
kebugaran dan kelenturan dalam segala kemam-puan mereka. Dipaksa untuk
bergantung hanya kepada sarana-sara-na yang ada, mereka belajar untuk memerangi
kesulitan-kesulitan dan rintangan-rintangan yang menggunung, dan mereka
memperoleh keberanian dan ketekunan.
Mereka memperoleh pelajaran tentang bergantung kepada diri sendiri dan
penguasaan diri. Terlindung dari hubungan-hubungan jahat,mereka puas dengan
kenikmatan-kenik-matan alam dan hubungan yang utuh. Mereka memiliki selera yang sederhana dan mampu mengekang
kebiasaan-kebiasaan mere-ka. Mereka diatur
dengan prinsip, dan mereka bertumbuh murni dan kuat dan benar. Ketika
dipanggil untuk bekerja seumur hidup,
mereka memiliki kuasa fisik dan mental, semangat hidup, kemampu-an untuk
membuat rencana dan melaksanakannya, dan tetap teguh melawan kejahatan, dan
menjadikan mereka suatu kuasa positif bagi kebaikan dunia.” Country Living,
hlm. 15.
Maka seruan disampaikan,--“Saya
mendesak umat kita untuk menjadikan pencarian
rohani sebagai pekerjaan seumur hidup. Kristus telah ada di ambang pintu.
Inilah sebabnya saya berkata ke-pada umat kita, ‘Janganlah menanggap sebagai
suatu kekurangan ketika engkau dipanggil untuk meninggalkan kota dan menuju tem-pat-tempat
di pedesaan. Di sini menunggu berkat-berkat besar bagi orang-orang yang ingin
memperolehnya. Dengan melihat peman-dangan-pemandangan alam, karya-karya Sang
Pencipta, dengan mempelajari hasil pekerjaan Tuhan, tanpa disadari engkau akan di-ubahkan ke dalam citra yang sama.”
Selected Messages, vol. 2, hlm. 356.
Alasan 2: Gangguan-Gangguan Kesehatan dari Kehidupan Kota
“Lingkungan fisik di
dalam kota-kota seringkali membahayakan kesehatan. Keadaan yang terus
menerus berhubungan dengan pe-nyakit,
udara beracun yang menyebar, air tidak bersih, makanan tidak bersih,...adalah
sebagian dari berbagai kejahatan yang harus dihadapi.” Adventist Home, hlm.
135. Logika intuisi akan mengatakan kepada anda bahwa bahaya penyakit menular semakin meningkat dengan
kehidupan kita yang terus menerus berkontak dengan manusia dalam jumlah besar.
Tentulah Nyonya White memikirkan perkara ini ketika ia menuliskan
perkataan-perkataan ini. Namun per-hatikanlah tulisannya tentang masalah
polusi.
Udara
beracun semakin menjadi masalah ketika jumlah penduduk kota kota terus menerus
membengkak. Dikatakan bah-wa pada “Hari
buruk” di kota Meksiko City, menghirup udara sa-ma artinya dengan menghisap
satu bungkus rokok. Menurut pe-nelitian oleh Harvard School of Public Health,
15%-17 % orang yang hidup di kota-kota yang terpolusi lebih cenderung mening-gal
secara dini dibandingkan dengan orang-orang yang hidup di kota-kota yang
berudara paling bersih.” What’s In The Air, hlm. 83 (Stephen E. Blewett dan
Mary Embree, Seaview Publishing, 1998). Namun perhatikanlah bahwa penelitian
ini membandingkan pendu-duk kota dalam berbagai tingkat kebersihan udara.
Bagaimana jika-lau membandingkannya dengan orang-orang yang hidup di lingkung-an
pedesaan dan padang belantara di mana tidak terdapat kabut asap? Betapa
pentingkah udara itu? “Udara segar
terbukti jauh lebih bermanfaat bagi orang sakit dibandingkan dengan
obat-obatan, dan jauh lebih mendasar bagi mereka daripada makan-an. Mereka akan
menjadi lebih baik, dan pulih lebih cepat, ketika kekurangan makanan,
dibandingkan dengan ketika kekurangan udara segar.” Counsels on Health, 55.
Meningkatnya
polusi air di kota adalah mengganggu, khu-susnya dengan munculnya MTBE—zat
tambahan minyak tanah yang dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh pembakaran pa-da
polusi udara. Perawatan dengan pengeluaran otomatis hanya membawa kecemasan
baru akibat dari MTBE seperti yang tampak di mana-mana. Sebuah majalah berita nasional akhir-akhir ini
mendo-kumentasikan temuan-temuan yang mengganggu dan menyatakan bahwa bahkan
ketika tangki-tangki penyimpanan bahan bakar di tempat-tempat pengisian bahan bakar
digantikan, tidak akan lama lagi MTBE akan muncul kembali sebagai akibat dari
kebocoran baru. Sementara tempat-tempat pengisian bahan bakar menghadapi masa-lah
ini di mana-mana, baik di kota maupun di pedesaan, tempat-tem-pat pengisian
bahan bakar dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang terdapat di wilayah-wilayah
kota-kota metropolitan, menimbul-kan keprihatinan yang lebih besar. Sementara
muncul pertanyaan-pertanyaan tentang apakah akibatnya bagi kesehatan manusia,
satu penelitian mencatat, “Baik di Milwaukee, Wisconsin, maupun Alaska,
terdapat peningkatan keluhan tentang kesehatan setelah MTBE di-perkenalkan.
Masalah-masalah yang dilaporkan adalah sakit kepala, pusing, nyeri kepala,
batuk dan kulit kasar. Lembaga EPA menolak permohonan oleh gubernur Wisconsin
untuk membatalkan bahan bakar yang diformulasi ulang. Namun, di Alaska, ketika
MTBE digan-tikan dengan etanol sebagai zat tambahan, keluhan gangguan kese-hatan
menghilang.” Ibid, hlm. 64. Kepada orang-orang yang menga-takan, “Kita belum
memiliki cukup data ilmiah tentang resiko-resiko potensialnya.”—Saya hanya
memiliki satu pertanyaan: Siapakah yang
mau menjadi tikus percobaan?
Yang menarik adalah bahwa Ellen White
menyebutkan tentang “Makanan tidak bersih” dalam daftarnya. Kita dapat
memikirkan ten-tang bahaya-bahaya dari rendahnya tingkat kebersihan dalam pengo-lahan
makanan. Namun, bahaya-bahaya baru yang bahkan lebih be-sar membayangi kita
dengan munculnya hasil-hasil rekayasa
gene-tika. Anda mungkin bertanya, “Lalu apa hubungannya dengan keluar dari
kota-kota?” Jawaban Ellen White adalah sederhana, yaitu bahwa kehidupan di pedesaan memungkinkan kita
memiliki cukup tem-pat untuk menanam makanan kita sendiri. Sehubungan
dengan hasil-hasil rekayasa genetika, telah ada bukti yang mengejutkan bah-wa
sedang kita hadapi. Misalnya jagung yang direkayasa biologis. Akhir-akhir ini
hasil panen jagung berubah menjadi jagung rekayasa padahal jagung ini tidak
pernah direkayasa genetika—Lalu apakah yang telah terjadi? Tidak ada orang yang
mau menerangkan bahwa angin yang menerbangkan tepung sari dari jagung rekayasa
genetika ke ladang jagung alami! Reaksi
kulit yang kurang baik pada ta-ngan petani yang hanya memegang jagung rekayasa
genetika itu, dan akibat buruk pada kupu-kupu monarki menjadi bayang-an buruk
dari apa yang akan menghadang jikalau kita melanjut-kan langkah ini.
Dalam semua ini kita bahkan tidak menyebutkan akibat-aki-bat dari
kebisingan, stress, dan gerak cepat kehidupan kota ter-hadap kesehatan mental.
Telah lama kita dinasehatkan, “Bawalah anak-anakmu menjadi dari pemandangan dan
kebisingan kota, men-jauh dari derap dan deritan kendaraan di jalan dan
kelompok-kelom-pok, sehingga pikiran mereka akan menjadi lebih sehat.” Country
Living, hlm. 13.
Alasan 3: Masalah-Masalah Ekonomi
“Berulang-ulang
Tuhan telah memerintahkan bahwa umat kita harus membawa keluarga mereka menjauh
dari kota-kota, menuju ke pede-saan, di mana mereka dapat menyediakan kebutuhan
mereka sendi-ri; karena di masa depan masalah
berjual beli akan menjadi masa-lah yang berat.” Adventist Home, p. 141. Di
sini kita melihat bahwa Ellen White mendorong agar kita tidak bergantung kepada
sistem-sis-tem di dunia ini. Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi telah men-dorong
kepada ketergantungan yang luar biasa kepada perusahaan-perusahaan kelistrikan,
penyedia sarana telekomunikasi, bahan ba-kar tambang, dan bahkan sesuatu yang
sederhana seperti supermar-ket dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Banyak
orang yang tidak akan menikmati makan malam mereka kecuali jikalau makanan
mereka ada di rak-rak supermarket dan mereka berhenti untuk mem-belinya dalam
perjalanan pulang. Berita malam seringkali mengung-kapkan
pemandangan-pemandangan rak-rak kosong dalam bebera-pa jam setelah tersiar
berita akan segera ada bencana topan badai. Apakah yang akan terjadi jikalau
bencana alam atau kepanikan bergabung dengan kegagalan dalam sistem
transportasi makanan?
Peristiwa Y2K yang baru lalu memberi
kesempatan berharga bagi kita semua untuk merenungkan skenario-skenario yang
tidak terlalu jauh dari alam yang dapat dipercaya. Namun dengan pergan-tian
milenium yang bahkan tidak menyebabkan satu kedipan pun da-lam layar radar,
banyak orang telah senang hati berbalik berguling dalam tidur malas mereka yang
penuh ketidakacuhan.
Seseorang mungkin berkata, “Tetapi
tunggu dulu! Kita telah di-nasihatkan untuk tidak menyimpan makanan bergunung-gunung.
Ja-nganlah bereaksi berlebihan di sini
dan membangun barak-ba-rak persembunyian seperti milisi! Bukankah kita
hanya perlu per-caya bahwa Tuhan akan menyediakan kebutuhan kita pada saat ke-adaan
buruk?” Jawabannya adalah ya! Sesungguhnya,
kita diajar-kan bahwa orang-orang yang berusaha untuk membangun tem-pat
persembunyian makanan akan melihat makanan itu diambil dari mereka ketika
keadaan memburuk. Tetapi, lihatlah sekali lagi pernyataan ini, “
Berulang-ulang Tuhan telah memerintahkan bahwa umat kita haruslah membawa
keluarga-keluarga mereka keluar dari kota-kota, menuju ke pedesaan, di mana
mereka dapat menanam untuk kebutuhan
mereka sendiri; karena di masa depan
masalah berjual beli akan menjadi sebuah masalah besar.”Adventist Home,
hlm. 141. Jelaslah, akan ada suatu masa di mana orang-orang yang memiliki
kebun-kebun sendiri akan diselamatkan dari kesulitan besar. Sekarang, maukah
anda menyimpulkan secara jujur bahwa umat Tuhan harus berjalan dengan penuh
kegembiraan, bukan menim-bang-nimbang perkara ini? Saya kira tidak.
Alasan 4: Penghukuman-Penghukuman Mendatang
“Tuhan
memanggil umatNya untuk berdiam jauh dari kota-kota, kare-na dalam jam seperti
tidak kamu duga, api dan belerang akan turun dari langit menimpa kota-kota ini.
Hukuman yang menimpa adalah setimpal dengan dosa-dosa mereka... Biarlah semua
orang yang me-mahami arti dari perkara-perkara ini membaca Wahyu bab 11. Baca-lah setiap ayat, dan belajarlah tentang
perkara-perkara yang akan terjadi di kota-kota. Bacalah juga peristiwa-peristiwa
yang digambar-kan dalam Wahyu bab 18.”
Manuscript Release 1518 (10 Mei 1906)
Saya pernah mendengar dikatakan bahwa
Tuhan tidak me-manggil kita untuk keluar dari kota-kota demi perlindungan fisik
kita. Ini tidaklah benar. Ellen White secara jelas melihat ini
sebagai sebuah alasan yang sangat penting untuk meninggalkan kota. Di tahun
1906 ia menuliskan perkataan yang penuh desakan, “Keluar-lah dari kota-kota; keluarlah dari kota-kota!” Inilah pekabaran
yang diberikan Tuhan kepada saya. Gempa bumi akan tiba; ban-jir akan datang;
dan kita tidak boleh berdiam di kota-kota yang jahat...” Life Sketches,
hlm. 410.
Sebuah kisah Alkitab yang akrab
menolong menerangkan per-kara ini. Tuhan tentulah dapat menyelamatkan Lut dan
keluarganya di tengah-tengah kota Sodom. Dapatkah anda membayangkannya?
Lihatlah mereka datang, berjalan dengan tenang—setiap langkah berderak dari
sisa-sisa bara yang terhambur di lembah yang telah hancur tersebut. Itu
bukanlah untuk pertama kalinya Tuhan memeli-hara umat di tengah-tengah api yang
berkobar. Namun ini bukanlah rencana
Tuhan. Perintahnya adalah sederhana—KELUARLAH! Yesus menunjuk kepada pelarian
Lut dari Sodom sebagai sejajar dengan umat Tuhan di akhir zaman (Lihat Lukas 17:28-30).
Janganlah
membuat kesalahan tentang perkara ini. Kita akan sepenuhnya bergantung kepada
perlindungan Tuhan ketika peristi-wa-peristiwa kehancuran terakhir terjadi. Namun tidak dengan me-langgar perintah yang
jelas yang keluar dari bibir Yesus sendiri.
Kesimpulan
Bagaimanakah kita hidup di hari-hari
mendatang akan berkait-an erat dengan apakah
kita percaya kepada Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya atau tidak.
Kita hanya diberikan suatu pilihan sederhana: “Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh!
Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!"
MENGAMBIL LANGKAH
BERIKUTNYA
Kita
telah mempelajari bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita lima alasan yang
kuat untuk meninggalkan kota-kota sekarang. Salah satu dari alasan
ini—pembinasa keji berdiri di tempat kudus—menja-dikan kebutuhan untuk
melakukan ini sangat mendesak. Umat
Tuhan telah memiliki kesempatan lebih dari 100 tahun untuk me-nanggapi
peringatan itu, tetapi waktunya semakin habis dan se-karang kita harus
mengambil tindakan cepat untuk mengikuti perintah-perintah sebelum menjadi
terlalu terlambat.
Jadi, kita harus mulai dari mana?
Banyak orang telah menjadi begitu terbelit
oleh sistem-sistem dunia ini sehingga suatu peru-bahan yang begitu radikal
akan tampak terlalu berat. Yesus berkata, "Bagi manusia hal ini tidak
mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Matius 19:26. Ingatlah,
Tuhanlah yang meminta kita untuk melakukan ini, maka Ia tentulah tahu ke mana
kita harus pergi. Mari-lah kita melihat 6 langkah sederhana yang dapat anda
lakukan yang akan membantu anda menemukan tempat itu.
LANGKAH 1: Pelajarilah sendiri perkara ini
Tidak
ada pengganti dalam mengadakan pelajaran sendiri tentang perkara ini. Informasi
tangan kedua tidak pernah meyakinkan seperti jikalau anda mempelajarinya
sendiri. Terlalu banyak yang dipertaruh-kan jikalau kita tidak menyediakan
waktu untuk melakuan ini. Mulai-lah dengan suatu pelajaran tentang kejatuhan
tembok-tembok Yeru-salem dengan menggunakan Alkitab dan catatan sejarah yang
baik seperti yang terdapat dalam buku “Kemenangan Akhir.” Pikirkanlah tentang
tindakan bangsa Roma dalam mendirikan standar-standar mereka di “Tempat Kudus”
di sekeliling tembok-tembok Yerusalem. Pelajarilah mengapa ini sejajar
dengan pendirian “Standar” atau “Tanda” dari
kewenangan Roma zaman modern—yaitu kekudusan hari Minggu. Pelajarilah catatan
Alkitab tentang apa yang akan me-nimpa kota-kota dunia. Perhatikanlah
pernyataan ini, “Biarlah semua orang yang memahami makna dari perkara-perkara
ini membaca Wahyu bab 11. Bacalah
setiap ayat, dan pelajarilah perkara-perkara yang akan terjadi di kota-kota.
Bacalah juga permandangan-peman-dangan yang digambarkan dalam Wahyu bab 18.” MR 1518 (10 Mei 1906).
Bacalah buku kecil “Country Living” dan bagian tentang topik ini dalam buku
“Last Day Events.”
Bagian dari proses mengetahui
informasi meliputi juga berbica-ra dengan orang-orang yang telah pergi
sebelumnya. Sementara pe-ngalaman setiap orang berbeda-beda, ada banyak manfaat
yang di-peroleh dengan belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain. Dengan
bersekutu bersama dengan umat percaya
yang berpikiran sama, kita akan mendapatkan penghiburan. Namun, ini tidak boleh mengganti-kan perintah untuk berjalan
yang keluar langsung dari kapten kita. “Kita
tidak boleh menempatkan tanggung jawab kewajiban kita kepada orang lain, dan
menunggu mereka untuk mengatakan kepada kita apa yang harus kita lakukan. Kita
tidak boleh ber-gantung kepada nasihat manusia. Tuhan akan mengajarkan kita
tentang kewajiban kita sama seperti Ia akan mengajar orang la-in.” Desire of
Ages, hlm. 668.
LANGKAH 2: Berdoalah memohon tuntunan Tuhan
Langkah
ini bukanlah berdoa bagi apakah kita
harus meninggalkan kota atau tidak. Setelah langkah pertama, haruslah menjadi
jelas bagi kita bahwa ini [perintah untuk meninggalkan kota] adalah perintah
Tuhan bagi umatNya. Berdoa apakah kita
harus menuruti perin-tah-perintahNya adalah sebuah kecongkakan. Apa yang
sedang kita bicarakan di sini adalah mencari
tuntunan Tuhan dalam pro-ses meninggalkan kota-kota. Kemanakah Tuhan
menghendaki agar kita pergi? Apakah yang dikehendakiNya agar kita lakukan da-lam
hal pekerjaan, atau mungkin Ia telah memiliki sebuah tempat yang tidak akan
menuntut anda untuk membuat suatu perubahan da-lam pekerjaan anda. Mintalah
Tuhan untuk menolong anda untuk te-tap berada dalam jalur dan menghindarkan
tipuan-tipuan musuh.
LANGKAH 3: Mulailah bertindak
Pertama-tama,
pertimbangkanlah pilihan-pilihan anda. Barangkali an-da telah memiliki suatu
tempat di pedesaan yang tidak boleh diabai-kan. Barangkali ada sesuatu “di
dalam keluarga” yang dapat dipergu-nakan. Apakah pilihan pekerjaan anda?
Mulailah mencari alternatif-alternatif secara aktif. Saya pernah mendengar
orang berkata, “Keti-ka Tuhan mengirimkan seseorang mengetuk pintu untuk
membeli ru-mah saya, saya kira saya tahu itulah saatnya untuk pergi.”
Barangkali anda perlu meletakkan tanda “Dijual”! Pikirkanlah ini, “Segala se-suatu yang perlu dilakukan tidak
dapat disebutkan secara rinci hingga kita mengambil langkah awal.” Letter
25, 1902.
Seseorang menceritakan kepada saya
bagaimana ia memberi tanda “Dijual”, tetapi tidak terjadi apa-apa. Selama masa
itu, ia men-jadi yakin bahwa Tuhan menghendaki agar ia membuat suatu peru-bahan
dalam pekerjaannya. Dua tahun berlalu, dan ia masih ragu un-tuk mengikuti
tuntunan Tuhan. Akhirnya, ia membuat perubahan, dan ajaibnya, dalam beberapa
hari seseorang datang untuk membeli ru-mahnya.
LANGKAH 4: Janganlah membuat-buat alasan
Tidak
jarang orang berkata,, “Saya tidak benar-benar tinggal di kota, bukan?” Kehidupan kota telah menjadi begitu umum sehingga amat sulit
bagi banyak orang untuk memahami apakah sesung-guhnya rencana Tuhan bagi
umatNya tentang perkara ini.
Ambillah sebuah buku catatan almanak
dan lihatlah catatan penduduk di kota-kota yang terkenal di Amerika seratus
tahun yang lalu. Anda mungkin terkejut. Sementara kota New York adalah amat
luas, bahkan di tahun 1900, kota-kota lain mungkin kita sebut seba-gai kota
kecil saja di zaman sekarang ini. Contoh, pada pergantian abad lalu, Los Angeles memiliki penduduk di bawah 100.000. Saya
pernah bertemu dengan orang-orang yang tinggal di wilayah pinggir-an kota yang
berpenduduk dua kali lipat dan percaya bahwa mereka hidup di pedesaan.
Alasan lain berhubungan dengan apa
arti dari “Keluar” dari ko-ta. Seseorang yang hidup di wilayah yang tenang di
dalam kota per-caya bahwa mereka hidup “di pedesaan.” Orang lain merasa bahwa
kehidupan di pinggiran kota telah memenuhi syarat. Ellen White ber-kata, “Biarlah orang-orang dengan penilaian yang
masuk akal di-pilih, bukan untuk menyebarkan tujuan-tujuan mereka, melain-kan
untuk mencari tempat-tempat di wilayah pedesaan, dengan akses mudah ke
kota-kota, yang layak bagi sekolah-sekolah pe-latihan bagi para pekerja, dan di
mana fasilitas-fasilitas dapat di-sediakan untuk merawat orang sakit dan
jiwa-jiwa yang letih le-su yang tidak mengenal kebenaran. Carilah tempat-tempat
se-perti itu diluar kota-kota besar, di mana bangunan-bangunan yang cocok dapat
diperoleh, baik sebagai pemberian dari si pe-miliknya, atau dibeli dengan harga
murah melalui pemberian dari umat kita. Janganlah mendirikan bangunan-bangunan
di kota-kota yang bising,” dan “di luar kota-kota besar.” Maka, apakah yang
dimaksudkannya dengan kata-kata tersebut?
Untuk mencari jawaban atas pertanyaan
ini, saya memutuskan untuk mempertimbangkan beberapa tempat yang oleh Tuhan
telah diberikan indikasi khusus agar kami peroleh untuk mendirikan seko-lah-sekolah.
Ada sebuah prinsip sederhana di sini. Tempat-tempat itu haruslah cukup dekat
dari pusat-pusat penduduk untuk memberi ke-sempatan bagi para siswa untuk
melayani orang banyak, namun ti-dak terlalu dekat sehingga memberi akses yang
nyaman bagi penco-baan dari kota. Tempat-tempat ini biasanya berjarak sekitar
8-10 mil dari kota atau kota kecil terdekat. Tetapi di sini ada satu poin penting.
Sarana transportasi umum pada saat itu adalah kuda dan bagal. Jika-lau jalanan
baik, ini berarti perjalanan dengan kecepatan 6-7 mil per jam! Dengan perkataan
lain, tempat-tempat ini seringkali berjarak 1-2 jam dari kota dan sudah dianggap
di luar kota!
Sebagian orang berkata, “Apakah anda
benar-benar mengira bahwa Tuhan mengharapkan agar kita berada sejauh itu dari
kota-kota zaman sekarang ini? Ingatlah bahwa Tuhan bahkan menghen-daki agar
kita berpindah lebih jauh dengan berjalannya waktu. Ingat-lah pernyataan ini, “Tinggalkanlah kota-kota besar, sebagai
persi-apan untuk meninggalkan kota-kota yang lebih kecil menuju ru-mah-rumah
yang tenang di tempat-tempat terpencil di tengah pegunungan.” Testimonies.
Vol. 5, hlm. 464, 465. Di sini anda dapat melihat kemajuan langkah demi
langkah. Tuhan telah menyediakan sarang dengan ditemukannya kendaraan mobil.
Jadi, apakah ada satu aturan yang
sesuai untuk setiap orang? Tidak! Langkah Tuhan bagi seseorang mungkin tidak
sama dengan langkah bagi orang lain. Butir
penting di sini adalah agar kita tidak mencari-cari alasan untuk menolak
keyakinan bahwa Tuhan me-nginginkan anda agar pindah dari kota. Ia akan
menunjukkan ke-pada anda seberapa jauh anda harus pindah.
LANGKAH 5: Janganlah berpindah dengan tergesa-gesa
Di
tahun 1893 banyak orang memiliki
minat yang besar untuk mengi-kuti
petunjuk Tuhan dan meninggalkan Battle Creek. Ellen White me-nulis sebuah surat
yang memperingatkan agar tidak melakukan per-pindahan secara tergesa-gesa.
“Mungkin ada orang-orang yang membuat tindakan
tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, dan memasuki suatu pekerjaan yang
tidak mereka kenal. Ini tidak di-tuntut
oleh Tuhan... Janganlah ada sesuatu yang dikerjakan dengan cara yang tidak
teratur, sehingga akan terjadi kehilangan atau pe-ngorbanan yang besar terhadap
kepemilikan karena perkataan yang emosional dan bersemangat yang mendorong
antusiame yang tidak mengikuti aturan Tuhan, sehingga sebuah kemenangan yang se-harusnya
diperoleh, namun karena kurangnya
ketenangan yang masuk akal dan perenungan yang tepat dan prinsip dan tujuan
yang masuk akal, akan berubah menjadi sebuah kekalahan.” Letter 45, 1893.
Ia juga menunjukkan apa yang
seringkali terjadi sebagai akibat dari perpindahan yang tergesa-gesa. “... Ada
banyak orang yang sa-ngat terdorong untuk pindah keluar dari Battle Creek. Ada
kebutuhan, kebutuhan yang besar, bahwa pekerjaan ini harus dilakukan, dan se-karang.
Orang-orang yang merasa pada akhirnya bahwa mereka ha-rus pindah, janganlah mereka tergesa-gesa, dalam
semangat ke-gembiraan, atau secara terburu-buru, atau dengan cara yang ke-mudian
sangat mereka sesali mengapa mereka telah pindah...’ Ibid.
Barangkali bahaya terbesar dari
perpindahan yang terlalu ter-gesa-gesa aalah bahwa kita mungkin mendahului
kehendak Tuhan. Maju dengan kekuatan
kita sendiri adalah suatu kecongkakan, dan pada akhirnya menggiring kepada
kegagalan dan kekalahan. Maka, Ellen White menasihatkan, “Jikalau di dalam
pemeliharaan Tuhan kita dapat memperoleh tempat-tempat di luar kota-kota, Tuhan
akan mengizinkan kita melakukannya.” Manuscript 99. “Berpikirlah secara jernih, dengan penuh doa, pelajarilah Firman Tuhan
de-ngan segala ketelitian dan doa, dengan pikiran dan hati yang ter-buka untuk
mendengar suara Tuhan ... Memahami kehendak Tuhan adalah suatu perkara besar.
LANGKAH 6: Majulah ketika Tuhan membukakan jalan
Ketika
kita melihat pemeliharaan Tuhan, kita dipanggil untuk maju. Setiap rincian
barangkali tidak akan begitu jelas sebelumnya. Ini me-nuntut anda untuk
berjalan lebih mendalam bersama Kristus sehing-ga kita bisa mengenali suaraNya. Sementara kita berjalan keluar dalam
iman, lebih banyak akan dibukakan, lebih banyak rincian akan dinyatakan.
Kisah umat Tuhan di tepi Laut Merah
memberikan suatu wa-wasan. Mereka terjebak! Laut Merah terbentang di depan
mereka sementara tentara Mesir mendesak dari belakang. Tuhan memberi-kan
petunjuk kepada Musa, “Majulah.” Sementara Musa diperintah-kan untuk mengangkat
tongkatnya, orang-orang harus pertama-tama mulai bergerak—kematian di depan! Seberapa
pentingkah bahwa perintah ini harus
dituruti? “Bangsa itu telah lelah dan ketakutan, na-mun jikalau mereka mundur
ketika Musa memerintahkan mereka un-tuk maju, Tuhan tidak akan pernah
membukakan jalan itu bagi mere-ka. “Dengan
imanlah”maka ”mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah
kering.” Ibrani 11:29. Dengan
berja-lan menuju air itu, mereka menunjukkan bahwa mereka percaya ke-pada
firman Tuhan seperti yang dikatakan oleh Musa. Mereka mela-kukan segala yang
mereka dapat lakukan, dan kemudian Yang Ma-hakuasa penguasa Israel membelah
laut itu untuk menjadi jalan bagi kaki-kaki mereka.
Pelajaran besar diajarkan di sini
untuk sepanjang masa. Se-ringkali kehidupan orang Kristen dikepung oleh bahaya,
dan kewajib-an tampaknya sulit dilaksanakan. Imajinasi menggambarkan kehan-curan
yang akan segera terjadi di hadapan dan perbudakan atau ke-matian di belakang.
Namun suara Tuhan berbicara dengan jelas, “Majulah.” Kita harus menuruti
perintah ini, meskipun mata kita tidak dapat menembus kegelapan, dan kita
merasakan gelombang dingin di sekitar kaki-kaki kita. Penghalang-penghalang yang merintangi ke-majuan
kita tidak akan pernah hilang di hadapan roh peragu dan su-ka berhenti.
Orang-orang yang menunda ketaatan hingga setiap ba-yangan ketidakpastian sirna
dan yang tinggal adalah tanpa resiko dan kegagalan atau kekalahan, tidak akan
pernah taat sama sekali, ketidakpercayaan berbisik, “Marilah kita menunggu hingga segala rintangan hilang, dan kita dapat
melihat jalan kita dengan jelas.” Namun iman dengan penuh keberanian mendesak
langkah maju, berharap dalam segala perkara... Jalan yang telah dituntun oleh
Tuhan mungkin melalui padang belantara atau laut, namun itu adalah langkah yang
aman.’ Patriarchs and Prophets, 290.
BAGI ORANG-ORANG YANG
MASIH TINGGAL
“Karena itu pergilah,
jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptis-lah mereka dalam nama Bapa dan Anak
dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah
Kuperintahkan kepa-damu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepa-da akhir zaman." Matius 28:19-20.
Umat
Masehi Advent Hari Ketujuh selalu telah memandang dirinya sendiri sebagai umat
dengan misi penginjilan sedunia. Tanpa diragu-kan lagi, Tuhan telah
membangkitkan gerakan ini untuk membawa kebenaranNya kepada suatu dunia yang
gelap sesaat sebelum Yesus kembali. Namun, apakah sekarang saatnya untuk “Mengakhiri”
penjangkauan orang yang sesat yang masih berdiam di kota-kota, dan seperti yang
dikatakan oleh seorang pemimpin gereja, pergi me-layani “kelinci-kelinci”? Bagaimana
dengan orang-orang yang menga-takan bahwa kita tidak perlu meninggalkan
kota-kota, bukan? Seo-rang pendeta bahkan membuat sebuah seruan kepada
orang-orang yang anak-anaknya sedang bertumbuh, untuk meninggalkan rumah mereka
di pedesaan dan kembali ke kota-kota untuk menginjili orang yang sesat?
Bukanlah ironis bahwa saat ini, ketika
perkara-perkara secara nyata sedang berbalik menjadi lebih buruk—ketika kita
mendekati kembalinya tentara Romawi—justru pada saat kita harus mendengar-kan
suara-suara yang memanggil orang-orang untuk tinggal di kota-kota, atau bahkan
lebih buruk lagi, untuk berpindah balik ke kota se-telah mereka
meninggalkannya? Apakah saya menaruh curiga? Se-karang, janganlah salah paham
terhadap saya—saya tidak menya-rankan bahwa orang-orang yang membuat
pernyataan-pernyataan tersebut secara sengaja berusaha untuk membelokkan arah.
Namun bagaimanakah kita dapat memenuhi perintah Tuhan—bahkan menja-di seperti
Yesus—sementara kita mengabaikan nasihat yang begitu gamblang seperti nasihat
tentang meninggalkan kota-kota?
Namun, perhatikanlah bahwa sementara
Nyonya White mende-sak orang-orang untuk meninggalkan kota-kota, ia juga
membuat pernyataan seperti ini, “Dalam persiapan bagi kedatangan Tuhan kita,
kita harus melakukan pekerjaan besar di kota-kota besar. Kita memiliki
kesaksian yang khidmat untuk disampaikan di pusat-pusat penduduk yang padat
ini.” Words of Encouragement to Self-support-ing Workers (Ph 113), hlm. 5.
Berikut ini ada perintah yang lain: “Hari demi hari pusat-pusat perdagangan dan
perniagaan berkerumun de-ngan pria dan wanita yang membutuhkan kebenaran untuk
masa kini, namun tidak memiliki pengetahuan yang menyelamatkan tentang
prinsip-prinsipnya yang berharga karena usaha-usaha yang tekun dan jujur tidak
dilakukan untuk menjangkau kelompok orang-orang di mana mereka berada,”
Counsels to Writers and Editors, hlm. 14. “Ko-ta-kota kita di mana-mana
menyerukan tenaga kerja yang jujur dan sepenuh hati dari para hamba Tuhan.’
Review and Herald, 17 No-vember 1910.
Satu perkara yang mutlak amat jelas di
dalam pikirannya, “Se-bagai umat pemelihara hukum Tuhan kita harus meninggalkan
kota-kota. Seprti Henokh, kita harus
bekerja di kota-kota namun tidak ber-diam di dalamnya.’ Evangelism, hlm. 77-78.
“Kata utusan-utusan Tuhan, “Bukankah kota-kota ini harus diperingatkan? Ya,
bukan de-ngan cara umat Tuhan hidup di dalamnya melainkan dengan me-ngunjungi
mereka, untuk memperingatkan mereka tentang apa yang akan menimpa bumi ini.”
Selected Messages, vol. 2, hlm. 358. “Keti-ka kejahatan bertambah-tambah di
sebuah negeri selalu terdengar suara yang memberikan peringatan dan petunjuk,
seperti suara Lut terdengar di Sodom. Namun Lut seharusnya dapat menyelamatkan
keluarganya dari banyak kejahatan seandainya ia tidak tinggal di da-lam kota
yang jahat dan rusak ini. Yang dilakukan Lut dan keluarga-nya di Sodom
seharusnya dapat mereka lakukan bahkan jikalau me-reka tinggal di tempat yang
cukup jauh dari kota itu.” Evangelism, hlm. 78.
Rencana itu sederhana saja. Rencana
ini melibatkan tempat-tempat di luar kota dan dari tempat itulah umat Tuhan
menggarap kota-kota. Perhatikanlah apa yang ditulisnya; “Kota-kota harus diga-rap
dari pos-pos di luar kota.” Letter 182, 1902. “Biarlah orang-orang dengan
penilaian yang masuk akal dipilih, bukan untuk menyebarkan tujuan-tujuan
mereka, melainkan untuk mencari tempat-tempat di wi-layah pedesaan, dengan
akses mudah ke kota-kota, yang layak bagi sekolah-sekolah pelatihan bagi para
pekerja, dan di mana fasilitas-fa-silitas dapat disediakan untuk merawat orang
sakit dan jiwa-jiwa yang letih lesu yang tidak mengenal kebenaran. Carilah
tempat-tempat se-perti itu diluar kota-kota besar, di mana bangunan-bangunan
yang cocok daat diperoleh, baik sebagai pemberian dari si pemiliknya, atau
dibeli dengan harga murah melalui pemberian dari umat kita. Ja-nganlah
mendirikan bangunan-bangunan di kota-kota yang bising.” Medical Ministry, hlm.
308-309. Saya percaya bahwa bahkan rumah kita di pedesaan dapat menjadi
pusat-pusat di luar kota yang dari tempat itu kita melayani orang-orang yang
hidup di pusat-pusat pen-duduk yang padat.” “Rancangan Tuhan adalah bahwa umat
kita ha-rus berdiam di luar kota-kota, dan dari tempat-tempat inilah mempe-ringatkan
kota-kota, dan mendirikan di dalamnya peringatan-peringat-an bagi Tuhan. Harus
ada suatu daya pengaruh di dalam kota-kota, sehingga pekabaran peringatan akan
didengar.” Review and Herald, 14 April 1903.
Pernyataan ini membantu kita untuk
memahami sebuah peristi-wa yang penuh misteri yang dituliskan oleh Ellen White
dalam buku Early Writings (Tulisan-Tulisan Permulaan): “Ketika orang-orang ku-dus
meninggalkan kota-kota dan desa-desa mereka dikejar oleh orang-orang jahat,
yang berusaha untuk membunuh mereka. Namun pedang-pedang yang diangkat untuk
membunuh umat Tuhan patah dan jatuh tidak berdaya seperti jerami. Para malaikat
Tuhan melin-dungi orang-orang kudus.”
Early Writings, hlm. 284, 285. Namun per-nyataan lain dijalin dengan rapi dalam
buku yang sama menambah-kan rincian yang menarik: “Dalam masa kesukaran kita
semua mela-rikan diri dari kota-kota dan desa-desa karena dikejar oleh
orang-orang jahat, yang memasuki rumah-rumah orang-orang kudus de-ngan pedang.”
Early Writings, hlm. 34. Apakah anda memahami gambarannya? “Orang-orang Kudus”
digambarkan melarikan diri ke-luar dari kota-kota dan desa-desa. Yang mengikuti
mereka adalah orang-orang jahat dengan “pedang.” Namun kemanakah mereka me-ngejar?
Menuju RUMAH-RUMAH mereka! Benar, rumah-rumah yang berada di luar kota-kota dan
desa-desa. Pertanyaan yang jelas—apa-kah yang dilakukan oleh orang-orang kudus
ini di kota-kota dan desa-desa selama masa yang penuh kekacauan ini jikalau
mereka tidak tinggal di sana? Hanya ada satu jawaban yang logis—mereka pasti-lah
melakukan pekerjaan misionaris!
Inilah saatnya untuk mendaftarkan diri
dalam bala tentara misi-onaris Tuhan yang besar. Bahkan jikalau anda belum
memperoleh rumah di pedesaan, perintah untuk pekerjaan misi adalah jelas. “Se-lama
bertahun-tahun kita telah diperintahkan bahwa saudara-saudari, dan khususnya
keluarga-keluarga dengan anak-anak, harus meren-canakan untuk meninggalkan
kota-kota ketika jalan terbuka di hadap-an kita untuk melakukannya. Banyak
orang akan bekerja dengan ju-jur untuk membantu membuka jalan. Namun hingga
dimungkinkan bagi mereka untuk pergi, sepanjang mereka masih tinggal di kota,
mereka haruslah menjadi paling aktif dalam melakukan pekerjaan misionaris,
betapapun terbatasnya ruang pengaruh mereka.” Review and Herald, 27 September
1906.
PENUTUP
Pada
saat penulisan ini, dalam beberapa hari ke depan saya sesung-guhnya akan
membawa keluarga saya keluar dari kota-kota menuju ke tempat yang kami percaya
bahwa Tuhan telah menuntun kami. Itu adalah suatu perjalanan yang ajaib untuk
sampai ke titik ini.Telah ada banyak kesulitan, rintangan, sukacita dan
kekecewaan, bahkan jalan berbalik yang tidak terduga di sepanjang jalan, namun
kami melihat tangan Tuhan menuntun terus. Ia selalu setia! Dan sementara akan
banyak perkara yang tidak kami ketahui di masa mendatang, kami menunggu bab-bab
yang menyenangkan dalam kisah kami sementa-ra Tuhan membukakan jalannya.
Saya tidak menganggap diri saya
sebagai seorang penulis. Tu-lisan-tulisan ini juga tidak perlu digabungkan
bersama-sama. Penga-laman saya menunjukkan bahwa umat Masehi Advent Hari
Ketujuh adalah orang-orang yang ingin melakukan perkara yang benar. Mere-ka
ingin mengikuti perintah-perintah Tuhan. Seringkali mereka hanya perlu diberi
informasi tentang apakah perintah-perintah Tuhan itu. Ini memang benar dalam
perihal ini. Berapa banyak keluarga dengan anak-anak akan menghadapi kesulitan
besar karena mereka tidak mendengarkan peringatan sebagai berkat yang telah
diberikan oleh Tuhan. Berapa banyak orang yang akan hilang karena mereka kehi-langan
berkat-berkat rohani yang mungkin dapat mereka peroleh me-lalui perpindahan tempat.
Saya mengetahui melalui pengalaman
bahwa memasuki pro-ses pemutusan diri dari sistem-sistem dunia ini tidaklah
mudah. Se-sungguhnya, proses ini menguji kesabaran dan iman anda. Jangan-lah
putus asa! Tuhan akan menolong anda. “Seperti Kristus menghi-dupkan hukum Tuhan
dalam kemanusiaanNya, demikianlah kita da-pat melakukannya jikalau kita
memegang erat Yang Maha Kuat demi memperoleh kekuatan. Akan tetapi kita tidak
boleh meletakkan tang-gung jawab kewajiban kita kepada orang lain, dan menunggu
mereka untuk mengatakan kepada kita apa yang harus dilakukan. Kita tidak boleh
bergantung kepada nasihat manusia. Tuhan akan mengajar kita tentang kewajiban
kita sama seperti Ia dengan sukarela menga-jar orang lain. Jikalau kita datang
kepadaNya dalam iman, Ia akan menyatakan rahasia-rahasiaNya kepada kita secara
pribadi. Hati kita akan seringkali terbakar
ketika Dia mendekat untuk
bersekutu de-ngan kita sebagaimana yang dilakukanNya dengan Henokh.
Orang-orang yang memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa dalam per-kara apapun
yang akan mengecewakan Tuhan, setelah mengajukan perkara mereka di hadapan
Tuhan, akan mengetahui apa jalan yang harus ditempuh. Dan mereka akan menerima
bukan saja hikmat, me-lainkan juga kekuatan. Kuasa untuk menurut, untuk
melayani, akan dikaruniakan kepada mereka, seperti yang telah dijanjikan oleh
Kris-tus.” Desire of Ages, hlm. 668. inilah janji kecil yang telah amat ber-arti
bagi saya: “Para orangtua dapat memperoleh rumah-rumah kecil di pedesaan,
dengan tanah untuk diolah, di mana mereka dapat me-miliki kebun untuk menanam
sayur mayur dan buah-buahan untuk menggantikan daging, karena daging telah
begitu merusak darah ke-hidupan yang melalui pembuluh-pembuluh darah. Di
tempat-tempat seperti ini anak-anak tidak akan dikelilingi oleh pengaruh
kota-kota yang merusak. Tuhan akan menolong umatNya untuk menemukan rumah-rumah
seperti itu di luar kota-kota.” Medical Ministry, hlm. 310, (1902).
Semoga Tuhan
memberkati anda dalam pencarian anda.
(Penerjemah: Ni Ketut
Mirahayuni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar