Minggu, 12 Februari 2017

KELUARLAH DARI KOTA-KOTA!


KELUARLAH DARI KOTA-KOTA!
(OUT OF THE CITIES!)

Sebuah seruan mendesak kepada
Umat Masehi Advent Hari Ketujuh




Dave Westbrook

Back to Enoch Ministries
PO Box 281 Malo, WA 99150



Pembaca yang budiman,

Bagi umat Masehi Advent Hari Ketujuh saat ini adalah saat-saat yang penuh harap. Nubuat-nubuat yang telah kita dengar selama bertahun-tahun sekarang hendak digenapi dengan ketepatan yang mencengangkan. Daging dan produk dari daging telah menjadi begitu terkontaminasi sehingga dianggap tidak layak bagi konsumsi manu-sia. Permintaan maaf dibuat oleh Gereja Katolik Roma atas kejahat-an-kejahatan yang dilakukan terhadap kemanusian. Suatu kebangun-an rohani palsu meniru hujan akhir Roh Kudus. Kegenapan-kegenap-an dari nubuatan-nubuatan yang telah diberikan bertahun-tahun yang lalu, sekarang memberikan kepastian yang baru ke dalam hati ba-nyak orang, dan membangunkan banyak orang lain akan kenyataan bahwa kita  benar-benar sedang hidup di perbatasan kedatangan Kristus kembali.
Sementara itu, kehidupan dalam “Milenium Baru” ini menunjuk-kan keretakan dalam landasan yang menyebabkan orang bertanya apakah peradaban modern benar-benar seindah yang selalu dikata-kan. Banyak orang menjadi terilusi dengan gaya hidup cepat yang penuh tekanan yang kita sebut dengan “kehidupan yang baik.” Di pu-sat-pusat penduduk yang padat, udara yang kita hirup dan air yang kita minum menjadi beracun. Media menghujani kita dengan nilai-nilai dan cara-cara berpikir yang keras bagi perkembangan kerohanian. Kita menemukan diri kita dalam belas kasihan sistem-sistem dunia ini—daya listrik, komunikasi, bahkan sistem transportasi. Banyak orang bergantung dengan belanja kilat di pusat perbelanjaan untuk makan malam mereka. Akan tetapi apakah yang terjadi jikalau ada masalah dalam penyediaan makanan?
          Tuhan memiliki rencana yang lebih baik. Ia sedang me-manggil para pengikutNya untuk memilih suatu jalan hidup yang sama sekali berbeda.
          Pada saat buku ini ditulis, saya sedang berada pada titik utama penentuan hidup saya sendiri. Dalam beberapa hari ke depan, saya akan membawa keluarga saya ke suatu tempat di pedesaan yang ka-mi yakini telah dituntun oleh Tuhan dan menukar gaji sebagai pekerja tetap dengan bekerja di kebun dan taman bunga, dan juga melayani dengan cara-cara yang baru dan berbeda. Saya akan menghabiskan lebih banyak waktu bersama keluarga saya dan menjalani gaya hidup yang sangat berbeda.
          Mengapa saya melakukan hal ini? Anda akan menemukan ja-wabannya dalam tulisan ini. Artikel-artikel pendek akan membawa anda kepada pelajaran yang menuntun saya untuk membuat kepu-tusan bahwa ini adalah panggilan Tuhan kepada saya sekarang ini. Selanjutnya, ini adalah panggilan Tuhan bagi anda juga. Bagaimana-kah saya bisa begitu yakin? Baik, mengapa kita tidak melihat dengan seksama bukti-buktinya. Mintalah kepada Tuhan untuk memberi-kan kepada anda hati yang terbuka sementara anda membaca. Kemudian lihatlah apakah anda akan mendengarkan suaraNya se-perti saya telah mendengarnya! Dan ketika anda tergoda untuk di-kuasai oleh kebesaran perubahan yang diminta Tuhan agar anda la-kukan—ingatlah, “Ia yang telah memanggilmu adalah setia yang juga akan melakukannya.”

Dave Westbrook, Mei 2001


PEMBINASA KEJI DI TEMPAT KUDUS!


Sebagaimana pengepungan Yerusalem oleh bala tentara Roma-wi adalah tanda untuk melarikan diri bagi orang-orang Kristen Yahudi, demikianlah juga kuasa di dalam negara kita, dalam hu-kum yang memberlakukan sabat kepausan, akan menjadi peri-ngatan bagi kita. Itulah saatnya bagi kita untuk meninggalkan kota-kota besar, sebagai persiapan untuk meninggalkan kota-kota yang lebih kecil menuju rumah-rumah yang tenang di tem-pat-tempat yang terpencil di tengah pegunungan.—Testimonies, vol. 5, hlm. 464, 465.

Ellen White membuat pernyataan di atas didasarkan atas pemaham-annya tentang suatu ramalan yang dibuat oleh Yesus dalam Lukas 21:20-21: "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegu-nungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota harus meng-ungsi, dan orang-orang yang berada di pedusunan jangan masuk lagi ke dalam kota.” Ini adalah peristiwa yang sama yang disebut dalam tulisan lain sebagai “Pembinasa keji berdiri di tempat kudus” (Lihat Matius 24:15-18). Ini akan lebih mudah dipahami dengan melihat sekilas kepada sejarah.
          Ternyata bahwa ada suatu wilayah di luar tembok-tembok kota Yerusalem yang dirancang sebagai “tanah Kudus” atau “tempat Ku-dus.” Perhatikan pernyataan ini, “Ketika standar-standar berhala orang-orang Roma hendak didirikan di tempat kudus, yang berlang-sung beberapa waktu di luar tembok-tembok kota, maka para  pengi-kut Kristus haruslah lari untuk menyelamatkan diri.” Great Controver-sy, hlm. 26. adalah suatu kebiasaan dari bala tentara yang hendak menyerang di zaman itu untuk meninggikan standar mereka sebagai tanda ancaman tentang kekuasaan mereka dan keinginan untuk me-ngalahkan. Inilah yang disebut dengan “Pembinasa keji berdiri di tempat kudus.” Perhatikanlah bahwa itu belum menyebabkan kehan-curan, itu hanyalah berdiri sebagai suatu ancaman akan kebinasaan yang akan segera datang. Perkataan Yesus dalam Lukas 21:20 se-sungguhnya menangkap gagasan ini, “Maka ketahuilah, bahwa ke-runtuhannya sudah dekat.”
          Nubuatan-nubuatan yang terdapat dalam bacaan-bacaan Alki-tab ini memiliki  beberapa arti penting bagi orang-orang yang hidup di hari-hari terakhir. Ini karena nubuatan-nubuatan  tentang keruntuh-an Yerusalem ini memiliki penerapan kedua tentang akhir dunia. Ingatlah bahwa Yesus sedang menjawab sebuah pertanyaan luas yang diajukan oleh para muridNya,"Katakanlah kepada kami, bilama-nakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?" Matius 24:3. Dalam belas kasihan, Yesus tidak menerangkan bahwa kedatanganNya kedua kali akan jauh lebih lama daripada yang mereka harapkan. Ia hanya meletakkannya bersama dalam satu gambaran, sehingga menunjuk kepada kehancuran Yeru-salem sebagai mikrokosmos dari kesudahan dunia.
          Akan tetapi mengapa Ellen White menghubungkan antara pem-binasa keji di tempat kudus dan masalah hukum hari Minggu? Ja-waban atas pertanyaan itu hanya dapat dipahami ketika kita mengi-dentifikasi tiruan Roma kuno pada zaman modern ini. Sejarah me-nunjukkan bahwa kekaisaran Roma kafir menyerahkan kekuasa-annya kepada sistem Kepausan, atau apa yang sekarang kita se-but dengan gereja Katolik Roma. Kepausan telah menyatakan secara jelas apa yang dipandangnya sebagai standar atau “Tanda” dari kewenangannya: Hari Minggu adalah tanda dari kewenangan kami...Gereja ada di atas Alkitab, dan pengubahan pemeliharaan Sabat adalah bukti atas fakta ini.” Catholic Re-cord, 1 September 1923.
          Akan tetapi kisahnya bahkan menjadi semakin menantang keti-ka kita mempelajari Wahyu bab 13. Di sini Kepausan dinyatakan se-bagai seekor binatang aneh dengan tujuh kepala. Tetapi mulai ayat 11, suatu persekutuan terbentuk, di mana seekor binatang kedua, yang digambarkan memiliki dua tanduk seperti seekor domba, menja-di “manusia ujung tombak” bagi Kepausan. Binatang kedua ini adalah perlambangan bagi USA (pelajaran lengkap tentang topik ini tersedia dari tuntunan pelajaran yang dikeluarkan oleh Amazing Facts yang berjudul “Antichrist is Alive Today” dan “The USA in the Bible Prophe-cy.”) Dalam Wahyu 13 ini kita melihat sementara USA menjadi kuasa yang berusaha untuk memaksakan hukum ini dengan membentuk “Tanda” kewenangan binatang—kekudusan hari Minggu.
          Maka, kita dapat mengidentifikasi penerapan perkataan Yesus untuk zaman modern ini, "Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, ... maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan.” Matius 24:15-16. peristiwa ini, yaitu Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, adalah sejajar dengan ancaman pemaksaan penyembahan palsu di akhir zaman. An-caman ini akan menandai saat bagi umat Tuhan untuk keluar da-ri kota-kota menuju ke tempat-tempat yang berpenduduk kurang padat. Pada akhirnya, mereka akan berdiam di tempat-tempat terpencil di pegunungan ketika Yesus kembali dalam kemuliaan untuk menyelamatkan mereka.
          Seberapa pentingkah bagi umat Tuhan untuk mengenali ke-munculan tanda ini? Baik, dalam peristiwa Yerusalem, ini adalah masalah hidup dan mati. Orang-orang Kristen yang mengenali tan-da ini melarikan diri ke tempat aman di Pella di pegunungan. Krisis yang kemudian menelan Yerusalem adalan amat mengerikan. Pada akhirnya, dalam serangan tentara Roma,  darah mengalir seperti air mengalir di anak tangga-anak tangga bait suci, karena ke tempat itu banyak orang melarikan diri dan berharap memperoleh keamanan.
          Kesejajarannya adalah jelas. Kita harus mengenali tanda itu dan mengikuti petunjuk Tuhan seperti yang dilakukan oleh para murid mula-mula. Akan tetapi inilah kebenaran yang mengejutkan yang ha-rus menarik perhatian umat Masehi Advent Hari Ketujuh di mana saja—tandanya telah tiba! Benar! Sebagian besar orang me-nunggu di masa depan, mengira bahwa tanda itu belum tiba. Sa-yangnya, banyak yang kemudian akan terlambat menemukan bahwa mereka sudah ketinggalan. Ellen White berbicara tentang suatu masa ketika “Akan ada pertikaian dan kekacauan di kota-kota sedemikian sehingga orang-orang yang ingin meninggal-kan kota tidak akan dapat melakukannya.” General Conference Bulletin, 6 April 1903.
          Anda tidak perlu terkejut. Tuhan telah memberkati kita de-ngan segala petunjuk yang kita perlukan untuk menuntun de-ngan aman menuju kepada peristiwa terakhir dalam sejarah Bu-mi—kita hanya perlu mengambil waktu sedikit untuk membaca buku petunjuk itu. Dalam artikel berikutnya, kita akan melihat secara tepat kapan tanda itu terjadi dan menemukan bahwa Tuhan menyatakan-nya secara tegas dalam pelayanan Ellen White.


Tanda Yang Hampir Terlupakan


Seperti halnya pengepungan Yerusalem oleh bala tentara Romawi adalah tanda untuk melarikan diri bagi orang-orang Kristen Yudea, demikianlah kekuasaan negeri kita ini, dalam undang-undang yang memberlakukan sabat kepausan, akan menjadi peringatan bagi kita. Maka itulah saatnya untuk meninggalkan kota-kota besar, sebagai persiapan untuk meninggalkan kota-kota kecil, menuju rumah-rumah yang tenang di tempat-tempat terpencil di pegunungan.—Testimon-ies vol. 5, hlm. 464, 465.
Umat Masehi Advent Hari Ketujuh telah lama menunggu berlakunya hukum hari Minggu nasional, dan mengharapkan bahwa inilah gerakan-gerakan Tuhan yang terakhir dalam menu-tup peristiwa-peristiwa dunia sebelum kedatanganNya yang ke-dua kali. Mereka juga memahami bahwa umat Tuhan akan di-panggil untuk meninggalkan kota-kota menuju rumah-rumah yang sepi di pedesaan, dan pada akhirnya melarikan diri dengan berjalan kaki menuju tempat-tempat yang terpencil di pegunung-an. Banyak orang mengetahui bahwa perihal hukum hari Minggu adalah tanda yang ditentukan untuk menyatakan kepada umat Tuhan kapan meninggalkan kota-kota, namun sangat sedikit yang menyadari bahwa TANDA INI TELAH TIBA. Ini adalah tanda yang diramalkan dalam pengepungan Yerusalem.
          Yesus berkata, "Apabila kamu melihat Yerusalem dikepung oleh tentara-tentara, ketahuilah, bahwa keruntuhannya sudah dekat. Pada waktu itu orang-orang yang berada di Yudea harus melarikan diri ke pegunungan, dan orang-orang yang berada di dalam kota ha-rus mengungsi, …” Lukas 21:20-21. Tentara Roma pertama kali me-ngepung Yerusalem di bawah kepemimpinan Cestius. Akan tetapi, tanpa alasan yang jelas, kekuatan itu mundur dan tentara Yahudi me-ngejar mereka. “Tanda yang dijanjikan telah diberikan kepada orang-orang Kristen yang sedang menunggu, dan sekarang sebuah kesem-patann diberikan kepada semua orang yang mau untuk menurut peri-ngatan Sang Juruselamat. Peristiwa-peristiwa begitu tak terhindarkan sehingga baik orang Yahudi maupun orang Romawi tidak dapat me-rintangi pelarian orang-orang Kristen. Setelah Cestius mundur, tenta-ra Yahudi keluar dari Yerusalem dan mengejar tentara Cestius. Dan sementara kedua kekuatan bertemu, orang-orang Kristen memiliki kesempatan untuk meninggalkan kota itu. Pada saat itu negeri itu ju-ga bebas dari musuh-musuh yang mungkin berusaha untuk mengha-langi mereka.” Great Controversy, hlm. 30-31. Para pengikut Kristus di kota itu telah mengenali tanda yang ditentukan bagi pelarian mere-ka dan dengan pemeliharaan Tuhan yang terbuka mereka melarikan diri tanpa menunda-nunda menuju kota Pella di seberang sungai Yor-dan.
          Pengepungan kemudian diulangi dalam kepemimpinan jenderal yang baru, Titus. Besarnya kehancuran kota Yerusalem pada saat itu adalah sungguh mengerikan. Jutaan orang Yahudi berada di da-lam tembok-tembok kota untuk merayakan Paskah. Persediaan ma-kanan dihancurkan oleh kelompok-kelompok yang berperang di da-lam kota, yang membawa “segala kengerian karena kelaparan.” Great Controversy, hlm. 31. orang-orang memakan ikat pinggang dan sandal kulit mereka. Anggota-anggota keluarga saling mencuri ma-kanan dan para orangtua bahkan makan anak-anak mereka. “Pe-mimpin-pemimpin Romawi berusaha menyebabkan kengerian kepa-da orang-orang Yahudi agar mereka menyerah. Para tawanan yang melawan ketika ditangkap, disiksa, dicemeti, dan disalibkan di depan tembok kota. Ratusan orang dibunuh setiap hari dengan cara ini, dan pekerjaan yang mengerikan itu berlanjut hingga sepanjang Lembah Yehosafat dan di Bukit Kalvari, kayu salib-kayu salib didirikan dalam jumlah yang besar sampai tidak ada tempat lagi untuk bergerak di sela-selanya. Begitu mengerikan kegenapan dari kutukan yang dika-takan di depan kursi penghakiman Pilatus: "Biarlah darah-Nya di-tanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Matius 27:25. Great Controversy, 32. 
          Pada akhirnya, Titus dan tentaranya menyerbu kota itu dan da-rah mengalir seperti sungai. Namun tidak ada satupun orang Kris-ten yang binasa dalam serangan itu. Mengapa? Karena mereka telah mengenali tanda itu dan meninggalkan kota sesuai dengan petunjuk Kristus.
          Dalam peristiwa-peristiwa menjelang kejatuhan Yerusalem, kita menemukan kesejajaran yang mencengangkan dengan peristiwa-pe-ristiwa akhir zaman. Ellen White mengacu kepada peristiwa ini ketika ia berkata: “Seperti pengepungan Yerusalem oleh bala tentara Romawi adalah tanda pelarian bagi orang-orang Kristen Yudea, demikian kekuasan di negeri kita, dalam hukum yang member-lakukan sabat kepausan, akan menjadi sebuah peringatan bagi kita.” Testimonies vol. 5, 464. Maka kita melihat bahwa pengepung-an di sekitar kota Yerusalem menjadi sebuah kesejajaran dengan tanda akhir zaman yang akan menyatakan waktu bagi umat Tuhan untuk meninggalkan kota-kota. Sebagian besar umat Masehi Advent Hari Ketujuh menunggu ke masa depan untuk melihat kegenapan dari nubuatan ini. Mereka percaya bahwa ketika hukum hari Minggu nasional pada akhirnya diberlakukan, pada saat itulah mereka harus berpindah keluar dari kota-kota dan mencari rumah-rumah di pedesaan yang terpencil. Sementara mereka mengetahui manfaat dari kehidupan di pedesaan, dan bahkan mengagumi orang-orang yang telah menjadikan ini sebagai prioritas, mereka per-caya bahwa belum saatnya untuk membuat gerakan seperti itu seba-gai suatu keharusan yang mendesak.
Kenyataan yang mengejutkan adalah ini—tanda itu sesung-guhnya TELAH TIBA lebih dari seratus tahun yang lalu. Itu be-nar! Tanda itu tiba ketika Ellen White masih hidup. Mungkin anda berkata, mengapa ia tidak mengetahuinya? Ia tahu! Setelah menun-juk kepada masalah hukum hari Minggu sebagai kesejajaran zaman modern dengan pengepungan Yerusalem, perhatikanlah apa yang dikatakannya, “Itulah saatnya untuk meninggalkan kota-kota be-sar, sebagai persiapan untuk meninggalkan kota-kota  yang le-bih kecil, menuju rumah-rumah yang sepi di tempat-tempat ter-pencil di pegunungan.” Testimonies, vol. 5, 464, 465. Apakah anda menangkap pernyataan “Itulah saatnya”? Nyonya White membuat pernyataan itu di tahun 1885. Ia tentunya telah mengetahui kege-napannya kemudian, karena di tahun 1903 ia berkata, “Saatnya te-lah tiba, sekiranya Tuhan membukakan jalan, maka keluarga-keluarga haruslah keluar dari kota-kota.” Manuscript 50, 1903. Sesungguhnya, sejak 1897 beliau berkata, “Dunia Protestan telah mendirikan sebuah sabat berhala di tempat di mana Sabat Tuhan seharusnya, dan mereka sedang menapaki jejak langkah Kepausan. Dengan alasan ini, saya melihat perlunya bagi umat Tuhan untuk keluar dari kota-kota menuju tempat-tempat di pe-desaan yang sepi... Letter 90, 1897. Perhatikan juga bahwa tanda ini akan menunjukkan kapan saatnya untuk meninggalkan “Kota-kota besar.” Di tahun 1900 ia menulis, “Keluarlah dari kota-kota besar sesegera mungkin.” Testimonies, vol. 6, hlm. 195. di tahun 1906 tekanannya semakin meningkat—“Keluarlah dari kota-kota; kelu-arlah dari kota-kota!” Inilah pekabaran yang telah diberikan Tuhan kepada saya.” Life Sketches, hlm. 409. Lalu, apakah yang telah terjadi? Apakah yang telah dikenali oleh Ellen White sebagai tanda dan kapankan itu tiba?
          Ternyata bahwa tahun 1888 adalah tahun yang besar bagi le-bih banyak alasan daripada sekedar yang disampaikan di Minnea-polis! Tahun yang sama di Washington D.C., sebuah rancangan un-dang-undang diperkenalkan kepada Konggres oleh Senator H.W. Blair dari New Hampshire. RUU itu akan memberlakukan hari Minggu di seluruh wilayah Federal sebagai “Hari Perbaktian.” Seperti yang dapat anda duga, umat Masehi Advent Hari Ketujuh ce-mas. Mereka merasa begitu terancam sehingga mereka mengirim A.T. Jones ke ibu kota negara untuk melawan bagian ini dari RUU tersebut. Tuhan memberkati usaha ini dan hukum tersebut tidak disahkan. “Tetapi, tunggu dulu,” kata anda, “Hukum itu tidak disah-kan! Bagaimana mungkin ini adalah kegenapan dari suatu ramalan?” untuk memahami ini, sekali lagi kita harus melihat kembali kepada sejarah.
          Anda ingat bahwa sesungguhnya ada dua kali pengepungan kota Yerusalem. Pengepungan pertama di tahun 66 Masehi di ba-wah kepemimpinan Cestius. Sementara ini adalah sebuah an-caman bagi Yerusalem, ancaman ini tidak membuahkan pengua-saan kota. Ancaman ini berakhir tiba-tiba seperti yang telah di-ceritakan di atas. Selama sekitar tiga setengah tahun kemudian, umat Tuhan memiliki banyak kesempatan untuk meninggalkan kota menuju pegunungan. Ketika pengepungan terjadi kembali di tahun 70 Masehi, tidak ada lagi kesempatan untuk melarikan diri, sebelum pertumpahan darah yang terjadi di bawah kepe-mimpinan Titus. Anda lihat bahwa adalah suatu keharusan bagi umat Tuhan untuk meninggalkan kota selagi mereka memiliki kesempatan untuk melakukannya.
          Kembali ke zaman modern ini. Di tahun 1888 ada sebuah ancaman. RUU hukum hari Minggu diperkenalkan. Ini adalah me-nyatakan pengambil-alihan kekuasaan di negeri ini dalam bentuk sebuah undang-undang yang memberlakukan Sabat Kepausan. Dengan kesamaan yang amat tepat dengan mundurnya Cestius, “Kekuatan-kekuatan” dikalahkan dengan kekalahan RUU terse-but di tahun 1888. sama seperti pengepungan pertama Yerusa-lem adalah sebuah ancaman yang tidak berakhir dengan kebina-saan, demikianlah RUU hukum hari Minggu Blair juga terbukti sebagai ancaman yang tidak mengakibatkan peristiwa-peristiwa penutup, melainkan sebagian peringatan tentang apa yang akan datang. Itu diikuti dengan sebuah penangguhan yang memberi-kan kesempatan besar bagi umat Tuhan untuk menuruti petun-juk-petunjuk Tuhan dan memulai proses keluar dari “kota-kota besar, sebagai persiapan  untuk meninggalkan kota-kota kecil menuju rumah-rumah yang sepi di tempat-tempat terpencil di pegunungan.” Testimonies vol. 5, hlm. 464-465.
          Deru kembalinya bala tentara Romawi dapat didengar se-karang. Kepausan sedang menyerukan hukum hari Minggu se-kali lagi. Jikalau kesejajaran ini benar, maka pengepungan ke-dua akan lebih dari sekedar ancaman—itu akan menjadi kenya-taan. Kesesatan nasional akan diikuti oleh kehancuran nasional. Tuhan dalam belas kasihanNya telah memberikan umatNya lebih dari seratus tahun untuk menanggapi peringatan ini, namun waktunya akan segera habis. Orang-orang yang tidak  bertindak dengan peringatan Tuhan ini akan mendapati diri mereka sendiri di dalam kedudukan yang tidak dikehendaki, “segera akan terja-di perselisihan dan kekacauan di kota-kota, sehingga orang-orang yang ingin meninggalkannya tidak akan dapat melakukan-nya.” General Conference Bulletin, 6 April 1903.
          Di tahun 1900 Ellen White menuliskan perkataan ini: “Saya ti-dak dapat tidur hingga lewat pukul dua pagi ini, Selama malam itu saya sedang mengadakan pertemuan. Saya memohon agar keluarga-keluarga untuk menyediakan dari sarana yang telah diberikan Tuhan, agar keluar dari kota-kota untuk menyelamat-kan anak-anak mereka. Sebagian menunda-nunda, tidak membu-at usaha-usaha yang pasti.
          Malaikat-malaikat yang berbelas kasihan mendesak Lot dan istrinya dan anak-anak perempuannya dengan memegang tangan mereka. Seandainya Lot bergegas seperti yang dikehen-daki Tuhan kepadanya, istrinya tidak akan menjadi tiang garam. Lot memiliki terlalu banyak roh menunda-nunda. Janganlah kita menjadi seperti dia. Suara yang sama yang memperingatkan Lot untuk meninggalkan Sodom memohon kepada kita, “Keluarlah kamu dari antara mereka,  dan pisahkanlah dirimu dari mereka, …  dan janganlah menjamah apa yang najis.” Orang-orang yang menuruti peringatan ini akan memperoleh perlindungan.” Review and Herald, 11 Desember 1900.


TANYA JAWAB


PERTANYAAN: Oleh karena Kristus seharusnya telah datang kem-bali menjelang akhir abad ke-19 tetapi tidak terjadi karena ketidak-percayaan kita, apakah nasihat ini ditunda hingga saatnya ketika kita akan mendekati “Perbatasan tanah perjanjian” lagi?

Sejak tahun 1883 kita mengetahui bahwa Yesus seharusnya telah kembali. “Seandainya orang-orang Advent, setelah kekecewaan besar di tahun 1884, berpegang teguh kepada iman mereka dan bersatu mengikuti  kesempatan yang dibukakan oleh Tuhan, de-ngan menerima pekabaran malaikat ketiga dan dalam kuasa Roh Kudus mengumandangkannya ke seluruh dunia, mereka tentu-lah telah melihat keselamatan dari Tuhan, Tuhan tentulah akan bekerja dengan segala kekuatan bersama-sama dengan usaha-usaha mereka, pekerjaan itu seharuslah telah selesai, dan Kris-tus seharusnya telah datang untuk memberikan upah bagi umat-Nya.”—Manuscript 4, 1883.
          Nyonya White memberikan dua alasan penundaan itu—belas kasihan bagi orang yang sesat (lihat Evangelism, 697) dan keti-dakpercayaan kita (lihat Manuscript 4, 1883). Dalam kutipan berikut kita ditunjukkan kepada kesejajaran tentang pengalaman ini dalam Perjanjian Lama. Ini ditemukan dalam kisah ketidakpercayaan bangsa Israel di perbatasan tanah perjanjian. Sesungguhnya me-reka harus kembali dan mengembara selama empat puluh tahun lagi sebelum kembali ke pintu gerbang Kanaan.
          Akan tetapi, perhatikanlah bahwa Tuhan tidak mengirimkan mereka kembali ke Mesir. Mereka harus tetap berada di padang be-lantara. Kesejajaran ini amat jelas. Tuhan telah memanggil kita un-tuk keluar dari kota dan berpindah ke pedesaan dalam persiapan untuk masuk ke tanah perjanjian surga. Itu terjadi di akhir tahun 1800-an. Umat Tuhan pada saat itu berada pada pintu masuk, na-mun karena ketidakpercayaan mereka berbalik. Jikalau kita me-ngatakan bahwa umat Tuhan harus kembali ke kota-kota atau bahwa nasihat untuk meninggalkan kota ditarik kembali adalah serupa dengan mengatakan bahwa Tuhan menyuruh bangsa Israel untuk kembali ke Mesir selama empat puluh tahun me-ngembara. Gantinya “waktu nubuatan” berputar berlawanan arah, kita diajarkan bahwa “dengan  berlalunya waktu, semakin ba-nyak umat kita harus meninggalkan kota-kota.’ Review and Herald, 27 September 1906.Telah lama waktu berlalu sejak Umat Masehi Advent Hari Ketujuh “berbalik” dari nasihat Tuhan yang keluar dari pena inspirasi: “Siapakah yang akan dinasihati? Lagi kami ber-kata, Keluarlah dari kota-kota.” Manuscript 85, 1908.

PERTANYAAN: Peringatan Yesus dalam Injil untuk melarikan diri ke pegunungan adalah amat mendesak—bagaimanakah RUU Blair da-pat menjadi kegenapan dari “pengepungan pertama” zaman modern, padahal telah lewat lebih dari seratus tahun sejak peristiwa waktu itu?

Yesus tentulah telah memerintahkan tindakan cepat sebagai tang-gapan terhadap tanda itu. Dalam Matius 24 dikatakan, “maka orang-orang yang di Yudea haruslah melarikan diri ke pegunungan. Orang yang sedang di peranginan di atas rumah janganlah ia turun untuk mengambil barang-barang dari rumahnya, dan orang yang sedang di ladang janganlah ia kembali untuk mengambil pakaiannya.” Matius 24:16-18. Buku Great Controversy (Kemenangan Akhir) menunjuk-kan bahwa umat Tuhan tidak dapat melarikan diri ketika terjadi pengepungan pertama. Namun Tuhan “membukakan jalan” de-ngan membuat bala tentara Romawi mundur. Segera setelah ke-munduran ini, jalan secara khusus menjadi jelas bagi orang-orang Kristen untuk melarikan diri sementara tentara Yahudi pergi keluar untuk mengejar tentara Romawi. Maka, mereka da-pat pergi tanpa rintangan. Namun banyak orang tidak menyadari bahwa pengepungan kedua tidak dimulai hingga sekitar tiga se-tengah tahun kemudian. Ini tidak bukan berarti mengabaikan perin-tah yang jelas dari Yesus Sendiri bahwa para pengikutNya harus me-larikan diri secepatnya. Kita dapat mengatakan demikian dari catatan sejarah bahwa setelah tentara Yahudi kembali, maka menjadi le-bih sulit untuk melarikan diri dibandingkan dengan ketika masa pendek itu “ketika negeri itu bersih dari musuh-musuh yang mungkin telah  berusaha untuk menghalangi” orang-orang Kris-ten. (lihat Great Controversy (Kemenangan Akhir), hlm. 30-31).
          Pengalaman ini menjadi mikrokosmos dari hari-hari terakhir. Ji-kalau kesejajaran ini benar, maka kita harus menduga suatu periode waktu yang cukup panjang di antara kedua “Pengepungan” di zaman modern. Tentulah orang-orang yang bertindak jauh sebelumnya mendapati lebih mudah untuk melarikan diri dibandingkan de-ngan orang-orang yang sekarang berpikir untuk melakukannya. Rumah dan pekarangannya bukanlah pilihan lagi. Dengan ber-lalunya waktu tampaknya undang-undang dan peraturan-pera-turan yang semakin ketat menjadikan semakin sulit dan mahal untuk membangun. Harga tanah dan bahan bangunan  semakin meningkat. Semakin sulit untuk melakukan perpindahan. Namun kita dijanjikan, “Tuhan akan menolong umatNya untuk menemu-kan rumah-rumah seperti itu diluar kota-kota.” Medical Ministry, hlm. 310, (1902).

PERTANYAAN: Buku “Country Living” diakhiri dengan sebuah kutip-an tentang masalah hukum hari Minggu yang menjadi tanda bagi sa-at pelarian kita. Itu tampak di bagian yang berjudul “Emergency Flight in Closing Conflict” (Pelarian Darurat dalam Konflik Penutupan). Apa-kah itu tidak menggiring kepada kesimpulan  bahwa itu mengacu ke-pada suatu waktu di masa depan?

Buku “Country Living” adalah sebuah kumpulan dengan sub-judul yang diisi oleh pengumpulnya. Subjudul tersebut “Emergency Flight in Closing Conflict” hampir sepenuhnya menangkap gagasan tentang pelarian terakhir pada saat perintah hukuman mati. Namun, pema-haman yang lebih seksama tentang pernyataan itu membukakan se-buah proses yang terdiri atas dua langkah.
          Langkah pertama meliputi meninggalkan kota-kota besar menuju kota-kota yang lebih kecil atau kota-kota kecil. Langkah kedua adalah memperoleh tempat tinggal di tempat-tempat yang terpencil di pegunungan. Ini semuanya adalah sebelum saat ketika kita harus “Meninggalkan segala sesuatunya di belakang” dan pergi dengan berjalan kali. Namun perhatikanlah bahwa ini secara jelas adalah sebanding dengan pelarian orang-orang Kristen keluar dari Yerusalem—“itulah saatnya untuk meninggalkan kota-kota besar me-nuju kota-kota yang lebih kecil...dst.” Maka kita melihat bahwa Ellen White memahami penerapan di zaman modern yang melibatkan se-buah proses, bukannya sebuah pelarian akhir tunggal.
          Bahwa Ellen White mengetahui kegenapan zaman modern dari nubuatan ini adalah jelas nampak dalam seruannya yang mendesak untuk mendengarkan tanda peringatan itu. Sesungguhnya dengan rincian yang sangat teliti ia menyerukan kepada umat Tuhan un-tuk mengambil langkah pertama dalam proses yang dijelaskan di atas. “Keluarlah dari kota-kota besar secepat mungkin.” Testi-monies, vol. 6, hlm. 195. Perhatikanlah kemendesakan pernyataan-pernyataan berikut ini juga: “Saatnya telah tiba, ketika, pada saat Tuhan membukakan jalan, keluarga-keluarga haruslah keluar da-ri kota-kota.” Manuscript 50, 1903. “Dunia Protestan telah mendiri-kan sebuah sabat berhala di tempat di mana Sabat Tuhan seharus-nya berdiri, dan mereka menapaki jejak langkah Kepausan. Karena alasan inilah saya melihat perlunya bagi umat Tuhan untuk ke-luar dari kota-kota ke tempat-tempat yang sepi di pedesaan... Letter 90, 1897. “Keluarlah dari kota-kota; keluarlah dari kota-kota!”—inilah pekabaran yang telah diberikan oleh Tuhan kepa-da saya.” Life Sketches, hlm. 409. Maka, jikalau kita mengatakan bahwa peringatan ini masih mengacu ke masa depan, kita tidak me-mahaminya. Ini tidak berarti bahwa si pengumpul tulisan itu bermak-sud untuk membelokkan arah, melainkan hanya mengabaikan butir ini.

PERTANYAAN: Bagaimanakah dengan orang-orang yang berkata bahwa kita tidak boleh mencoba untuk melindungi diri kita sendiri dari bencana-bencana yang akan datang di kota-kota karena pada akhir-nya kita harus bergantung kepada Tuhan?

Roh Nubuat menjelaskan bahwa salah satu alasan bagi umat Tuhan untuk keluar dari kota-kota adalah untuk menghindarkan dari penghu-kuman Tuhan yang akan menimpa kota-kota. Perhatikanlah pernya-taan berikut: “Tuhan memanggil umatNya untuk berdiam jauh da-ri kota-kota, karena pada jam yang tidak kamu duga, api dan ba-tu belerang akan menghujani kota-kota ini dari langit. Hukuman bagi mereka adalah setimpal dengan dosa-dosa mereka...” MR 1518 (10 Mei 1906). “Keluarlah dari kota-kota; keluarlah dari ko-ta-kota!”—inilah pekabaran yang diberikan oleh Tuhan kepada saya. Gempa  bumi akan datang; banjir akan datangl dan kita ti-dak boleh berdiam di kota-kota yang jahat...” Life Sketches, hlm. 409.
          Kisah Lut menjadi sebuah contoh yang baik tentang perkara ini, Tentulah Tuhan dapat menyelamatkan Lut dan keluarganya semen-tara mereka masih berdiam di kota. Betapa suatu kisah yang menak-jubkan jikalau itu terjadi—Lut, bersama istri dan anak-anak perempu-annya berdiri di tengah-tengah kehancuran Sodom yang mendesis-desis. Namun itu bukanlah metode Tuhan. Ia memerintahkan Lut un-tuk pergi. Tentang peristiwa ini, pena inspirasi berkata, “ Seandainya Lut bergegas seperti yang dikehendaki oleh Tuhan, istrinya tentulah tidak akan menjadi tiang garam. Lut memiliki terlalu  banyak roh menunda-nunda. Janganlah kita seperti dia. Suara yang sama yang memperingatkan Lut untuk meninggalkan Sodom sekarang me-minta kita, “Keluarlah kamu dari antara mereka,  dan pisahkan-lah dirimu dari mereka, firman Tuhan,  dan janganlah menjamah apa yang najis.” Orang-orang yang mendengarkan peringatan ini akan memperoleh perlindungan.’ Review and Herald, 11 Desem-ber 1900.

PERTANYAAN: Bukankah Ellen White menyatakan bahwa kita ha-rus membawa pekabaran Injil kepada orang-orang yang tinggal di kota-kota?

Panggilan untuk meninggalkan kota-kota bukanlah panggilan untuk melupakan orang-orang yang tersesat di sana. Sebaliknya, kita dina-sehatkan untuk membuat rencana-rencana khusus untuk memperi-ngatkan orang-orang yang hidup di pusat-pusat penduduk yang pa-dat. “Kita harus membuat rencana yang bijaksana untuk mempe-ringatkan kota-kota, dan pada saat yang sama hidup di mana kita dapat melindungi anak-anak kita dan diri kita sendiri dari pengaruh-pengaruh yang merusak dan meracuni yang begitu meluas di tempat-tempat ini.’ Life Sketches, hlm. 410. “Kota-kota haruslah digarap dari pos-pos di luar kota. Kata utusan Tuhan itu, ‘Bukankah kota-kota harus diperingatkan? Ya; bukan dengan cara umat Tuhan hidup di sana, melainkan dengan mereka berkunjung ke sana untuk memperingatkan mereka tentang apa yang akan me-nimpa bumi ini.” Letter 182, 1902. “Sebagai umat pemelihara hu-kum Tuhan, kita harus meninggalkan kota-kota. Seperti Henokh, kita harus bekerja di kota-kota namun tidak tinggal di dalamnya.” Evangelism, hlm. 77-78.

PERTANYAAN: Bukankah Ellen White mengindikasikan bahwa Tuhan akan menyuruh sebagian umatNya untuk tetap tinggal di kota-kota hingga saat akhir?

Dalam buku “Last Day Events” setelah judul pada halaman 121, “Some Righteous Still in the Cities After the Death Decree Has Been Passed’ (Beberapa orang benar masih berada di kota-kota setelah perintah hukuman mati dikeluarkan). Yang menarik adalah bahwa ku-tipan ini segera diikuti oleh: “Dalam masa kesukaran kita semua melarikan diri dari kota-kota dan desa-desa karena kita dikejar oleh orang-orang jahat yang memasuki rumah-rumah orang ku-dus dengan pedang.” Last Day Events, hlm. 121. Perhatikanlah bahwa rumah-rumah dari “orang-orang kudus” ini berada di luar kota-kota, bukan di dalam kota. Apakah yang dilakukan mereka di dalam kota jikalau rumah-rumah mereka tidak berpenghuni? Seba-gaimana tampak dalam pertanyaan sebelumnya: “Kota-kota harus di-garap dari pos-pos di luar kota,” kata utusan Tuhan, “Bukankah kota-kota harus diperingatkan? Ya; bukan dengan cara umat Tuhan hi-dup di sana, melainkan dengan mereka berkunjung ke sana untuk memperingatkan mereka tentang apa yang akan menimpa bumi ini.”” Letter 182, 1902.

PERTANYAAN: Tidak dapatkah Tuhan mengirimkan seseorang un-tuk mengetuk di pintu saya dan menawarkan untuk membeli rumah saya ketika saya harus meninggalkan kota?

Tuhan dapat melakukan dan bahkan melakukan banyak hal, sering-kali meskipun kita tidak percaya. Namun, kita dinasihatkan untuk me-ngambil tindakan atas nasihat yang telah diberikanNya kepada kita. Perhatikanlah pernyataan berikut; “Sementara waktu berjalan, se-makin banyak umat kita yang harus meninggalkan kota-kota. Se-lama bertahun-tahun kita telah diperintahkan bahwa saudara-saudari kita, dan khususnya keluarga dengan anak-anak, harus berencana untuk meninggalkan kota-kota ketika jalan terbuka bagi mereka untuk melakukannya. Banyak orang yang akan be-kerja dengan tulus untuk membantu membukakan jalan. Namun hingga dimungkinkan bagi mereka untuk pindah, sementara me-reka masih berdiam di kota, mereka harus menjadi paling aktif dalam melakukan pekerjaan misionaris, betapapun terbatasnya ruang pengaruh mereka.’ Review and Herald, 27 September 1906. “Masa-masa yang gawat ada di depan kita, dan ada kebutuhan besar bagi keluarga-keluarga untuk meninggalkan kota-kota me-nuju pedesaan, sehingga kebenaran dapat dibawa ke jalan-jalan raya dan jalan-jalan sempit di bumi ini. Rencana kita harus ba-nyak bergantung kepada firman Tunhan dan dengan tenaga yang tekun untuk melaksanakannya. Lebih banyak bergantung kepada kegiatan yang kudus dan ketekunan daripada kecer-dasan dan pengetahuan dari buku. Segala talenta dan kemam-puan yang diberikan kepada manusia, jikalau tidak diperguna-kan, adalah tidak berharga.” Testimonies, vol. 6, hlm. 178-179.

PERTANYAAN: Bukankah Ellen White memperingatkan untuk tidak berpindah dengan tergesa-gesa?

Ya, benar demikian. Ia berbicara tentang pentingnya berpindah dalam pemeliharaan Tuhan. Carilah Tuhan untuk mendapatkan petunjuk dan bentangkanlah setiap rencana di hadapanNya. “Mungkin ada pribadi-pribadi yang akan tergesa-gesa dalam bertindak, dan melakukan tindakan yang tidak mereka pahami. Ini tidak dituntut oleh Tuhan... Janganlah ada sesuatu yang di-lakukan dengan cara tidak teratur, sehingga tidak akan terjadi kehilangan besar atau pengorbanan yang dilakukan atas harta milik karena ucapan-ucapan yang emosional dan bersemangat yang mendorong antusiasme yang tidak sesuai dengan aturan Tuhan, sehingga suatu kemenangan yang seharusnya diperoleh, namun karena kurangnya menahan diri dan perenungan yang tepat dan prinsip dan tujuan yang masuk akal, berubah menjadi sebuah kekalahan.” Letter 45, 1893.
Jikalau berpindah secara terlalu tergesa-gesa, ada bahaya be-sar bahwa kita mendahului Tuhan. Maju dengan kekuatan kita sen-diri adalah berbahaya, dan pada akhirnya menggiring kepada ke-gagalan. Maka Ellen White menasihatkan, “Jikalau dalam pemeli-haraan Tuhan kita dapat memperoleh tempat-tempat yang jauh dari kota-kota, Tuhan akan mengizinkan kita melakukan ini.” Ma-nuscript 99. “Pikirkanlah dengan jernih, dengan doa, pelajarilah Firman Tuhan dengan segala ketelitian dan penuh doa, dengan pikiran dan hati yang terbuka untuk mendengarkan suara Tuhan ... Memahami kehendak Tuhan adalah sebuah perkara besar.” Letter 45, 1893.


EMPAT ALASAN LAGI UNTUK
MENINGGALKAN KOTA SEKARANG


“Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap te-guh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berha-sil!" 2 Tawarikh 20:20.

Sejauh ini kita telah belajar bahwa tanda bagi umat Tuhan untuk meninggalkan kota-kota terjadi pada akhir tahun 1800-an. Ini ter-jadi ketika sebuah rancangan undang-undang diperkenalkan kepada konggres untuk memberlakukan hari Minggu sebagai “Hari perbakti-an” di seluruh negara-negara bagian Federal. Namun Ellen White ju-ga menunjukkan empat alasan lainnya untuk meninggalkan kota-ko-ta, sebagai berikut.

Alasan 1: Pengaruh Rohani

Jelaslah bahwa alasan yang terpenting untuk menjauh dari pusat-pu-sat penduduk yang padat adalah alasan kerohanian, atau kita kata-kan pengaruh anti-rohani dari kehidupan kota. Ini adalah masalah prioritas yang serius.—“Dalam memilih sebuah rumah tinggal, Tuhan mengharuskan kita untuk mempertimbangkan, pertama-tama, pengaruh-pengaruh keagamaan dan moral yang akan me-ngelilingi kita dan keluarga kita.” Adventist Home, hlm. 131. Ba-nyak orang tidak mengenali sifat pengaruh kota yang membahaya-kan, namun perhatikanlah ini: “Kehidupan di kota-kota adalah pal-su dan permukaan saja. Nafsu terus menerus untuk memperoleh uang, arus kegembiraan dan mencari kesenangan, haus pamer, kemewahan dan pameran kemewahan, semuanya adalah kekuat-an-kekuatan yang, dengan jumlah besar manusia, mengalihkan pikiran dari tujuan kehidupan yang sesungguhnya. Itu semua adalah pintu masuk ke dalam ribuan kejahatan. Bagi orang mu-da, itu adalah suatu kekuatan yang hampir tidak dapat ditahan.” Country Living, hlm. 6.
          “Apakah keadaan-keadaan yang dipilih oleh Bapa Yang Mahakuasa bagi PutraNya? Sebuah rumah yang terpencil di per-bukitan Galilea, ... dini hari atau fajar yang hening di lembah nan hijau; mempelajari ciptaan dan pemeliharaan Tuhan; dan perse-kutuan jiwa dengan Tuhan... “ Ministry of Healing, hlm. 365-366. Telah lama kita diperintahkan bahwa “Iman, pengharapan kasih, kebahagiaan, dapat diperoleh secara jauh lebih baik di tempat-tempat yang sepi, di mana terdapat ladang-ladang, bebukitan dan pepohonan.” Country Living, hlm. 13. Maka tentulah amat pen-ting bagi umat Tuhan yang hidup di akhir zaman. Misi kita dinyatakan oleh pelayanan Yohanes Pembaptis yang dipanggil untuk “Mempersi-apkan jalan bagi Tuhan.” Perhatikanlah bahwa “Adalah menjadi pi-lihan Yohanes [Pembaptis] untuk meninggalkan kenikmatan dan kemewahan kehidupan kota demi disiplin padang belantara yang keras. Di sini alam di sekitarnya mendukung kebiasaan-kebiasa-an kesederhanaan dan penyangkalan diri. Tanpa dirintangi oleh urusan-urusan dunia, di sini ia dapat belajar tentang pelajaran-pelajaran alam, tentang wahyu, dan tentang pemeliharaan.” Test-imonies vol. 8, hlm. 221. “Demikianlah juga sebagian terbesar dari orang-orang yang terbaik dan termulia di segala zaman. Bacalah ki-sah Abraham, Yakub, dan Yusuf, tentang Musa, Daud, dan Elisa. Pe-lajarilah kehidupan orang-orang di zaman berikutnya yang mendu-duki posisi-posisi yang termulia dalam kepercayaan dan tanggung ja-wab, orang-orang yang pengaruhnya paling efektif bagi terangkatnya dunia. Berapa banyak dari mereka yang dibesarkan di rumah-ru-mah pedesaan. Mereka hampir tidak mengenal kemewahan. Mereka tidak menghabiskan masa muda mereka dalam pelesiran. Banyak yang terpaksa bergumul dengan kemiskinan dan kerja keras. Sejak dini mereka belajar bekerja, dan kehidupan aktif mereka di udara ter-buka memberikan kebugaran dan kelenturan dalam segala kemam-puan mereka. Dipaksa untuk bergantung hanya kepada sarana-sara-na yang ada, mereka belajar untuk memerangi kesulitan-kesulitan dan rintangan-rintangan yang menggunung, dan mereka memperoleh keberanian dan ketekunan. Mereka memperoleh pelajaran tentang bergantung kepada diri sendiri dan penguasaan diri. Terlindung dari hubungan-hubungan jahat,mereka puas dengan kenikmatan-kenik-matan alam dan hubungan yang utuh. Mereka memiliki selera yang sederhana dan mampu mengekang kebiasaan-kebiasaan mere-ka. Mereka diatur dengan prinsip, dan mereka bertumbuh murni dan kuat dan benar. Ketika dipanggil untuk bekerja seumur hidup, mereka memiliki kuasa fisik dan mental, semangat hidup, kemampu-an untuk membuat rencana dan melaksanakannya, dan tetap teguh melawan kejahatan, dan menjadikan mereka suatu kuasa positif bagi kebaikan dunia.” Country Living, hlm. 15.
          Maka seruan disampaikan,--“Saya mendesak umat kita untuk menjadikan pencarian rohani sebagai pekerjaan seumur hidup. Kristus telah ada di ambang pintu. Inilah sebabnya saya berkata ke-pada umat kita, ‘Janganlah menanggap sebagai suatu kekurangan ketika engkau dipanggil untuk meninggalkan kota dan menuju tem-pat-tempat di pedesaan. Di sini menunggu berkat-berkat besar bagi orang-orang yang ingin memperolehnya. Dengan melihat peman-dangan-pemandangan alam, karya-karya Sang Pencipta, dengan mempelajari hasil pekerjaan Tuhan, tanpa disadari engkau akan di-ubahkan ke dalam citra yang sama.” Selected Messages, vol. 2, hlm. 356.

Alasan 2: Gangguan-Gangguan Kesehatan dari Kehidupan Kota

“Lingkungan fisik di dalam kota-kota seringkali membahayakan kesehatan. Keadaan yang terus menerus berhubungan dengan pe-nyakit, udara beracun yang menyebar, air tidak bersih, makanan tidak bersih,...adalah sebagian dari berbagai kejahatan yang harus dihadapi.” Adventist Home, hlm. 135. Logika intuisi akan mengatakan kepada anda bahwa bahaya penyakit menular semakin meningkat dengan kehidupan kita yang terus menerus berkontak dengan manusia dalam jumlah besar. Tentulah Nyonya White memikirkan perkara ini ketika ia menuliskan perkataan-perkataan ini. Namun per-hatikanlah tulisannya tentang masalah polusi.
          Udara beracun semakin menjadi masalah ketika jumlah penduduk kota kota terus menerus membengkak. Dikatakan bah-wa pada “Hari buruk” di kota Meksiko City, menghirup udara sa-ma artinya dengan menghisap satu bungkus rokok. Menurut pe-nelitian oleh Harvard School of Public Health, 15%-17 % orang yang hidup di kota-kota yang terpolusi lebih cenderung mening-gal secara dini dibandingkan dengan orang-orang yang hidup di kota-kota yang berudara paling bersih.” What’s In The Air, hlm. 83 (Stephen E. Blewett dan Mary Embree, Seaview Publishing, 1998). Namun perhatikanlah bahwa penelitian ini membandingkan pendu-duk kota dalam berbagai tingkat kebersihan udara. Bagaimana jika-lau membandingkannya dengan orang-orang yang hidup di lingkung-an pedesaan dan padang belantara di mana tidak terdapat kabut asap? Betapa pentingkah udara itu? “Udara segar terbukti jauh lebih bermanfaat bagi orang sakit dibandingkan dengan obat-obatan, dan jauh lebih mendasar bagi mereka daripada makan-an. Mereka akan menjadi lebih baik, dan pulih lebih cepat, ketika kekurangan makanan, dibandingkan dengan ketika kekurangan udara segar.” Counsels on Health, 55.
          Meningkatnya polusi air di kota adalah mengganggu, khu-susnya dengan munculnya MTBE—zat tambahan minyak tanah yang dimaksudkan untuk mengurangi pengaruh pembakaran pa-da polusi udara. Perawatan dengan pengeluaran otomatis hanya membawa kecemasan baru akibat dari MTBE seperti yang tampak di mana-mana.  Sebuah majalah berita nasional akhir-akhir ini mendo-kumentasikan temuan-temuan yang mengganggu dan menyatakan bahwa bahkan ketika tangki-tangki penyimpanan bahan bakar  di tempat-tempat pengisian bahan bakar digantikan, tidak akan lama lagi MTBE akan muncul kembali sebagai akibat dari kebocoran baru. Sementara tempat-tempat pengisian bahan bakar menghadapi masa-lah ini di mana-mana, baik di kota maupun di pedesaan, tempat-tem-pat pengisian bahan bakar dalam jumlah yang lebih besar, seperti yang terdapat di wilayah-wilayah kota-kota metropolitan, menimbul-kan keprihatinan yang lebih besar. Sementara muncul pertanyaan-pertanyaan tentang apakah akibatnya bagi kesehatan manusia, satu penelitian mencatat, “Baik di Milwaukee, Wisconsin, maupun Alaska, terdapat peningkatan keluhan tentang kesehatan setelah MTBE di-perkenalkan. Masalah-masalah yang dilaporkan adalah sakit kepala, pusing, nyeri kepala, batuk dan kulit kasar. Lembaga EPA menolak permohonan oleh gubernur Wisconsin untuk membatalkan bahan bakar yang diformulasi ulang. Namun, di Alaska, ketika MTBE digan-tikan dengan etanol sebagai zat tambahan, keluhan gangguan kese-hatan menghilang.” Ibid, hlm. 64. Kepada orang-orang yang menga-takan, “Kita belum memiliki cukup data ilmiah tentang resiko-resiko potensialnya.”—Saya hanya memiliki satu pertanyaan: Siapakah yang mau menjadi tikus percobaan?
          Yang menarik adalah bahwa Ellen White menyebutkan tentang “Makanan tidak bersih” dalam daftarnya. Kita dapat memikirkan ten-tang bahaya-bahaya dari rendahnya tingkat kebersihan dalam pengo-lahan makanan. Namun, bahaya-bahaya baru yang bahkan lebih be-sar membayangi kita dengan munculnya hasil-hasil rekayasa gene-tika. Anda mungkin bertanya, “Lalu apa hubungannya dengan keluar dari kota-kota?” Jawaban Ellen White adalah sederhana, yaitu bahwa kehidupan di pedesaan memungkinkan kita memiliki cukup tem-pat untuk menanam makanan kita sendiri. Sehubungan dengan hasil-hasil rekayasa genetika, telah ada bukti yang mengejutkan bah-wa sedang kita hadapi. Misalnya jagung yang direkayasa biologis. Akhir-akhir ini hasil panen jagung berubah menjadi jagung rekayasa padahal jagung ini tidak pernah direkayasa genetika—Lalu apakah yang telah terjadi? Tidak ada orang yang mau menerangkan bahwa angin yang menerbangkan tepung sari dari jagung rekayasa genetika ke ladang jagung alami! Reaksi kulit yang kurang baik pada ta-ngan petani yang hanya memegang jagung rekayasa genetika itu, dan akibat buruk pada kupu-kupu monarki menjadi bayang-an buruk dari apa yang akan menghadang jikalau kita melanjut-kan langkah ini.
          Dalam semua ini kita bahkan tidak menyebutkan akibat-aki-bat dari kebisingan, stress, dan gerak cepat kehidupan kota ter-hadap kesehatan mental. Telah lama kita dinasehatkan, “Bawalah anak-anakmu menjadi dari pemandangan dan kebisingan kota, men-jauh dari derap dan deritan kendaraan di jalan dan kelompok-kelom-pok, sehingga pikiran mereka akan menjadi lebih sehat.” Country Living, hlm. 13.

Alasan 3: Masalah-Masalah Ekonomi

“Berulang-ulang Tuhan telah memerintahkan bahwa umat kita harus membawa keluarga mereka menjauh dari kota-kota, menuju ke pede-saan, di mana mereka dapat menyediakan kebutuhan mereka sendi-ri; karena di masa depan masalah berjual beli akan menjadi masa-lah yang berat.” Adventist Home, p. 141. Di sini kita melihat bahwa Ellen White mendorong agar kita tidak bergantung kepada sistem-sis-tem di dunia ini. Kemajuan-kemajuan di bidang teknologi telah men-dorong kepada ketergantungan yang luar biasa kepada perusahaan-perusahaan kelistrikan, penyedia sarana telekomunikasi, bahan ba-kar tambang, dan bahkan sesuatu yang sederhana seperti supermar-ket dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Banyak orang yang tidak akan menikmati makan malam mereka kecuali jikalau makanan mereka ada di rak-rak supermarket dan mereka berhenti untuk mem-belinya dalam perjalanan pulang. Berita malam seringkali mengung-kapkan pemandangan-pemandangan rak-rak kosong dalam bebera-pa jam setelah tersiar berita akan segera ada bencana topan badai. Apakah yang akan terjadi jikalau bencana alam atau kepanikan bergabung dengan kegagalan dalam sistem transportasi makanan?
          Peristiwa Y2K yang baru lalu memberi kesempatan berharga bagi kita semua untuk merenungkan skenario-skenario yang tidak terlalu jauh dari alam yang dapat dipercaya. Namun dengan pergan-tian milenium yang bahkan tidak menyebabkan satu kedipan pun da-lam layar radar, banyak orang telah senang hati berbalik berguling dalam tidur malas mereka yang penuh ketidakacuhan.
          Seseorang mungkin berkata, “Tetapi tunggu dulu! Kita telah di-nasihatkan untuk tidak menyimpan makanan bergunung-gunung. Ja-nganlah bereaksi berlebihan di sini dan membangun barak-ba-rak persembunyian seperti milisi! Bukankah kita hanya perlu per-caya bahwa Tuhan akan menyediakan kebutuhan kita pada saat ke-adaan buruk?” Jawabannya adalah ya! Sesungguhnya, kita diajar-kan bahwa orang-orang yang berusaha untuk membangun tem-pat persembunyian makanan akan melihat makanan itu diambil dari mereka ketika keadaan memburuk. Tetapi, lihatlah sekali lagi pernyataan ini, “ Berulang-ulang Tuhan telah memerintahkan bahwa umat kita haruslah membawa keluarga-keluarga mereka keluar dari kota-kota, menuju ke pedesaan, di mana mereka dapat menanam untuk kebutuhan mereka sendiri; karena di masa depan masalah berjual beli akan menjadi sebuah masalah besar.”Adventist Home, hlm. 141. Jelaslah, akan ada suatu masa di mana orang-orang yang memiliki kebun-kebun sendiri akan diselamatkan dari kesulitan besar. Sekarang, maukah anda menyimpulkan secara jujur bahwa umat Tuhan harus berjalan dengan penuh kegembiraan, bukan menim-bang-nimbang perkara ini? Saya kira tidak.

Alasan 4: Penghukuman-Penghukuman Mendatang

“Tuhan memanggil umatNya untuk berdiam jauh dari kota-kota, kare-na dalam jam seperti tidak kamu duga, api dan belerang akan turun dari langit menimpa kota-kota ini. Hukuman yang menimpa adalah setimpal dengan dosa-dosa mereka... Biarlah semua orang yang me-mahami arti dari perkara-perkara ini membaca Wahyu bab 11. Baca-lah setiap ayat, dan belajarlah tentang perkara-perkara yang akan terjadi di kota-kota. Bacalah juga peristiwa-peristiwa yang digambar-kan dalam Wahyu bab 18.” Manuscript Release 1518 (10 Mei 1906)
          Saya pernah mendengar dikatakan bahwa Tuhan tidak me-manggil kita untuk keluar dari kota-kota demi perlindungan fisik kita. Ini tidaklah benar. Ellen White secara jelas melihat ini sebagai sebuah alasan yang sangat penting untuk meninggalkan kota. Di tahun 1906 ia menuliskan perkataan yang penuh desakan, “Keluar-lah dari kota-kota; keluarlah dari kota-kota!” Inilah pekabaran yang diberikan Tuhan kepada saya. Gempa bumi akan tiba; ban-jir akan datang; dan kita tidak boleh berdiam di kota-kota yang jahat...” Life Sketches, hlm. 410.
          Sebuah kisah Alkitab yang akrab menolong menerangkan per-kara ini. Tuhan tentulah dapat menyelamatkan Lut dan keluarganya di tengah-tengah kota Sodom. Dapatkah anda membayangkannya? Lihatlah mereka datang, berjalan dengan tenang—setiap langkah berderak dari sisa-sisa bara yang terhambur di lembah yang telah hancur tersebut. Itu bukanlah untuk pertama kalinya Tuhan memeli-hara umat di tengah-tengah api yang berkobar. Namun ini bukanlah rencana Tuhan. Perintahnya adalah sederhana—KELUARLAH! Yesus menunjuk kepada pelarian Lut dari Sodom sebagai sejajar dengan umat Tuhan di akhir zaman (Lihat Lukas 17:28-30).
Janganlah membuat kesalahan tentang perkara ini. Kita akan sepenuhnya bergantung kepada perlindungan Tuhan ketika peristi-wa-peristiwa kehancuran terakhir terjadi. Namun tidak dengan me-langgar perintah yang jelas yang keluar dari bibir Yesus sendiri.

Kesimpulan

          Bagaimanakah kita hidup di hari-hari mendatang akan berkait-an erat dengan apakah kita percaya kepada Tuhan dan menuruti perintah-perintahNya atau tidak. Kita hanya diberikan suatu pilihan sederhana: “Percayalah kepada TUHAN, Allahmu, dan kamu akan tetap teguh! Percayalah kepada nabi-nabi-Nya, dan kamu akan berhasil!"



MENGAMBIL LANGKAH BERIKUTNYA


Kita telah mempelajari bahwa Tuhan telah memberikan kepada kita lima alasan yang kuat untuk meninggalkan kota-kota sekarang. Salah satu dari alasan ini—pembinasa keji berdiri di tempat kudus—menja-dikan kebutuhan untuk melakukan ini sangat mendesak. Umat Tuhan telah memiliki kesempatan lebih dari 100 tahun untuk me-nanggapi peringatan itu, tetapi waktunya semakin habis dan se-karang kita harus mengambil tindakan cepat untuk mengikuti perintah-perintah sebelum menjadi terlalu terlambat.
          Jadi, kita harus mulai dari mana? Banyak orang telah menjadi begitu terbelit oleh sistem-sistem dunia ini sehingga suatu peru-bahan yang begitu radikal akan tampak terlalu berat. Yesus berkata, "Bagi manusia hal ini tidak mungkin, tetapi bagi Allah segala sesuatu mungkin." Matius 19:26. Ingatlah, Tuhanlah yang meminta kita untuk melakukan ini, maka Ia tentulah tahu ke mana kita harus pergi. Mari-lah kita melihat 6 langkah sederhana yang dapat anda lakukan yang akan membantu anda menemukan tempat itu.

LANGKAH 1: Pelajarilah sendiri perkara ini

Tidak ada pengganti dalam mengadakan pelajaran sendiri tentang perkara ini. Informasi tangan kedua tidak pernah meyakinkan seperti jikalau anda mempelajarinya sendiri. Terlalu banyak yang dipertaruh-kan jikalau kita tidak menyediakan waktu untuk melakuan ini. Mulai-lah dengan suatu pelajaran tentang kejatuhan tembok-tembok Yeru-salem dengan menggunakan Alkitab dan catatan sejarah yang baik seperti yang terdapat dalam buku “Kemenangan Akhir.” Pikirkanlah tentang tindakan bangsa Roma dalam mendirikan standar-standar mereka di “Tempat Kudus” di sekeliling tembok-tembok Yerusalem. Pelajarilah mengapa ini sejajar dengan  pendirian “Standar” atau “Tanda” dari kewenangan Roma zaman modern—yaitu kekudusan hari Minggu. Pelajarilah catatan Alkitab tentang apa yang akan me-nimpa kota-kota dunia. Perhatikanlah pernyataan ini, “Biarlah semua orang yang memahami makna dari perkara-perkara ini membaca Wahyu bab 11. Bacalah setiap ayat, dan pelajarilah perkara-perkara yang akan terjadi di kota-kota. Bacalah juga permandangan-peman-dangan yang digambarkan dalam Wahyu bab 18.” MR 1518 (10 Mei 1906). Bacalah buku kecil “Country Living” dan bagian tentang topik ini dalam buku “Last Day Events.”
          Bagian dari proses mengetahui informasi meliputi juga berbica-ra dengan orang-orang yang telah pergi sebelumnya. Sementara pe-ngalaman setiap orang berbeda-beda, ada banyak manfaat yang di-peroleh dengan belajar dari kesalahan-kesalahan orang lain. Dengan bersekutu  bersama dengan umat percaya yang berpikiran sama, kita akan mendapatkan penghiburan. Namun, ini tidak  boleh mengganti-kan perintah untuk berjalan yang keluar langsung dari kapten kita. “Kita tidak boleh menempatkan tanggung jawab kewajiban kita kepada orang lain, dan menunggu mereka untuk mengatakan kepada kita apa yang harus kita lakukan. Kita tidak boleh ber-gantung kepada nasihat manusia. Tuhan akan mengajarkan kita tentang kewajiban kita sama seperti Ia akan mengajar orang la-in.” Desire of Ages, hlm. 668.

LANGKAH 2: Berdoalah memohon tuntunan Tuhan

Langkah ini bukanlah berdoa bagi apakah kita harus meninggalkan kota atau tidak. Setelah langkah pertama, haruslah menjadi jelas bagi kita bahwa ini [perintah untuk meninggalkan kota] adalah perintah Tuhan bagi umatNya. Berdoa apakah kita harus menuruti perin-tah-perintahNya adalah sebuah kecongkakan. Apa yang sedang kita bicarakan di sini adalah mencari tuntunan Tuhan dalam pro-ses meninggalkan kota-kota. Kemanakah Tuhan menghendaki agar kita pergi? Apakah yang dikehendakiNya agar kita lakukan da-lam hal pekerjaan, atau mungkin Ia telah memiliki sebuah tempat yang tidak akan menuntut anda untuk membuat suatu perubahan da-lam pekerjaan anda. Mintalah Tuhan untuk menolong anda untuk te-tap berada dalam jalur dan menghindarkan tipuan-tipuan musuh.

LANGKAH 3: Mulailah bertindak

Pertama-tama, pertimbangkanlah pilihan-pilihan anda. Barangkali an-da telah memiliki suatu tempat di pedesaan yang tidak boleh diabai-kan. Barangkali ada sesuatu “di dalam keluarga” yang dapat dipergu-nakan. Apakah pilihan pekerjaan anda? Mulailah mencari alternatif-alternatif secara aktif. Saya pernah mendengar orang berkata, “Keti-ka Tuhan mengirimkan seseorang mengetuk pintu untuk membeli ru-mah saya, saya kira saya tahu itulah saatnya untuk pergi.” Barangkali anda perlu meletakkan tanda “Dijual”! Pikirkanlah ini, “Segala se-suatu yang perlu dilakukan tidak dapat disebutkan secara rinci hingga kita mengambil langkah awal.” Letter 25, 1902.
          Seseorang menceritakan kepada saya bagaimana ia memberi tanda “Dijual”, tetapi tidak terjadi apa-apa. Selama masa itu, ia men-jadi yakin bahwa Tuhan menghendaki agar ia membuat suatu peru-bahan dalam pekerjaannya. Dua tahun berlalu, dan ia masih ragu un-tuk mengikuti tuntunan Tuhan. Akhirnya, ia membuat perubahan, dan ajaibnya, dalam beberapa hari seseorang datang untuk membeli ru-mahnya.


LANGKAH 4: Janganlah membuat-buat alasan

Tidak jarang orang berkata,, “Saya tidak benar-benar tinggal di kota, bukan?” Kehidupan kota  telah menjadi begitu umum sehingga amat sulit bagi banyak orang untuk memahami apakah sesung-guhnya rencana Tuhan bagi umatNya tentang perkara ini.
          Ambillah sebuah buku catatan almanak dan lihatlah catatan penduduk di kota-kota yang terkenal di Amerika seratus tahun yang lalu. Anda mungkin terkejut. Sementara kota New York adalah amat luas, bahkan di tahun 1900, kota-kota lain mungkin kita sebut seba-gai kota kecil saja di zaman sekarang ini. Contoh, pada pergantian abad lalu, Los  Angeles memiliki penduduk di bawah 100.000. Saya pernah bertemu dengan orang-orang yang tinggal di wilayah pinggir-an kota yang berpenduduk dua kali lipat dan percaya bahwa mereka hidup di pedesaan.
          Alasan lain berhubungan dengan apa arti dari “Keluar” dari ko-ta. Seseorang yang hidup di wilayah yang tenang di dalam kota per-caya bahwa mereka hidup “di pedesaan.” Orang lain merasa bahwa kehidupan di pinggiran kota telah memenuhi syarat. Ellen White ber-kata, “Biarlah orang-orang dengan penilaian yang masuk akal di-pilih, bukan untuk menyebarkan tujuan-tujuan mereka, melain-kan untuk mencari tempat-tempat di wilayah pedesaan, dengan akses mudah ke kota-kota, yang layak bagi sekolah-sekolah pe-latihan bagi para pekerja, dan di mana fasilitas-fasilitas dapat di-sediakan untuk merawat orang sakit dan jiwa-jiwa yang letih le-su yang tidak mengenal kebenaran. Carilah tempat-tempat se-perti itu diluar kota-kota besar, di mana bangunan-bangunan yang cocok dapat diperoleh, baik sebagai pemberian dari si pe-miliknya, atau dibeli dengan harga murah melalui pemberian dari umat kita. Janganlah mendirikan bangunan-bangunan di kota-kota yang bising,” dan “di luar kota-kota besar.” Maka, apakah yang dimaksudkannya dengan kata-kata tersebut?
          Untuk mencari jawaban atas pertanyaan ini, saya memutuskan untuk mempertimbangkan beberapa tempat yang oleh Tuhan telah diberikan indikasi khusus agar kami peroleh untuk mendirikan seko-lah-sekolah. Ada sebuah prinsip sederhana di sini. Tempat-tempat itu haruslah cukup dekat dari pusat-pusat penduduk untuk memberi ke-sempatan bagi para siswa untuk melayani orang banyak, namun ti-dak terlalu dekat sehingga memberi akses yang nyaman bagi penco-baan dari kota. Tempat-tempat ini biasanya berjarak sekitar 8-10 mil dari kota atau kota kecil terdekat. Tetapi di sini ada satu poin penting. Sarana transportasi umum pada saat itu adalah kuda dan bagal. Jika-lau jalanan baik, ini berarti perjalanan dengan kecepatan 6-7 mil per jam! Dengan perkataan lain, tempat-tempat ini seringkali berjarak 1-2 jam dari kota dan sudah dianggap di luar kota!
          Sebagian orang berkata, “Apakah anda benar-benar mengira bahwa Tuhan mengharapkan agar kita berada sejauh itu dari kota-kota zaman sekarang ini? Ingatlah bahwa Tuhan bahkan menghen-daki agar kita berpindah lebih jauh dengan berjalannya waktu. Ingat-lah pernyataan ini, “Tinggalkanlah kota-kota besar, sebagai persi-apan untuk meninggalkan kota-kota yang lebih kecil menuju ru-mah-rumah yang tenang di tempat-tempat terpencil di tengah pegunungan.” Testimonies. Vol. 5, hlm. 464, 465. Di sini anda dapat melihat kemajuan langkah demi langkah. Tuhan telah menyediakan sarang dengan ditemukannya kendaraan mobil.
          Jadi, apakah ada satu aturan yang sesuai untuk setiap orang? Tidak! Langkah Tuhan bagi seseorang mungkin tidak sama dengan langkah bagi orang lain. Butir penting di sini adalah agar kita tidak mencari-cari alasan untuk menolak keyakinan bahwa Tuhan me-nginginkan anda agar pindah dari kota. Ia akan menunjukkan ke-pada anda seberapa jauh anda harus pindah.

LANGKAH 5: Janganlah berpindah dengan tergesa-gesa

Di tahun 1893 banyak orang memiliki minat yang besar untuk  mengi-kuti petunjuk Tuhan dan meninggalkan Battle Creek. Ellen White me-nulis sebuah surat yang memperingatkan agar tidak melakukan per-pindahan secara tergesa-gesa. “Mungkin ada orang-orang yang membuat tindakan tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu, dan memasuki suatu pekerjaan yang tidak mereka kenal. Ini tidak di-tuntut oleh Tuhan... Janganlah ada sesuatu yang dikerjakan dengan cara yang tidak teratur, sehingga akan terjadi kehilangan atau pe-ngorbanan yang besar terhadap kepemilikan karena perkataan yang emosional dan bersemangat yang mendorong antusiame yang tidak mengikuti aturan Tuhan, sehingga sebuah kemenangan yang se-harusnya diperoleh, namun karena kurangnya ketenangan yang masuk akal dan perenungan yang tepat dan prinsip dan tujuan yang masuk akal, akan berubah menjadi sebuah kekalahan.” Letter 45, 1893.
          Ia juga menunjukkan apa yang seringkali terjadi sebagai akibat dari perpindahan yang tergesa-gesa. “... Ada banyak orang yang sa-ngat terdorong untuk pindah keluar dari Battle Creek. Ada kebutuhan, kebutuhan yang besar, bahwa pekerjaan ini harus dilakukan, dan se-karang. Orang-orang yang merasa pada akhirnya bahwa mereka ha-rus pindah, janganlah mereka tergesa-gesa, dalam semangat ke-gembiraan, atau secara terburu-buru, atau dengan cara yang ke-mudian sangat mereka sesali mengapa mereka telah pindah...’ Ibid.
          Barangkali bahaya terbesar dari perpindahan yang terlalu ter-gesa-gesa aalah bahwa kita mungkin mendahului kehendak Tuhan. Maju dengan kekuatan kita sendiri adalah suatu kecongkakan, dan pada akhirnya menggiring kepada kegagalan dan kekalahan. Maka, Ellen White menasihatkan, “Jikalau di dalam pemeliharaan Tuhan kita dapat memperoleh tempat-tempat di luar kota-kota, Tuhan akan mengizinkan kita melakukannya.” Manuscript 99. “Berpikirlah secara jernih, dengan penuh doa, pelajarilah Firman Tuhan de-ngan segala ketelitian dan doa, dengan pikiran dan hati yang ter-buka untuk mendengar suara Tuhan ... Memahami kehendak Tuhan adalah suatu perkara besar.

LANGKAH 6: Majulah ketika Tuhan membukakan jalan

Ketika kita melihat pemeliharaan Tuhan, kita dipanggil untuk maju. Setiap rincian barangkali tidak akan begitu jelas sebelumnya. Ini me-nuntut anda untuk berjalan lebih mendalam bersama Kristus sehing-ga kita bisa mengenali suaraNya. Sementara kita berjalan keluar dalam iman, lebih banyak akan dibukakan, lebih banyak rincian akan dinyatakan.
          Kisah umat Tuhan di tepi Laut Merah memberikan suatu wa-wasan. Mereka terjebak! Laut Merah terbentang di depan mereka sementara tentara Mesir mendesak dari belakang. Tuhan memberi-kan petunjuk kepada Musa, “Majulah.” Sementara Musa diperintah-kan untuk mengangkat tongkatnya, orang-orang harus pertama-tama mulai bergerak—kematian di depan! Seberapa  pentingkah bahwa perintah ini harus dituruti? “Bangsa itu telah lelah dan ketakutan, na-mun jikalau mereka mundur ketika Musa memerintahkan mereka un-tuk maju, Tuhan tidak akan pernah membukakan jalan itu bagi mere-ka. “Dengan imanlah”maka ”mereka telah melintasi Laut Merah sama seperti melintasi tanah kering.” Ibrani 11:29. Dengan berja-lan menuju air itu, mereka menunjukkan bahwa mereka percaya ke-pada firman Tuhan seperti yang dikatakan oleh Musa. Mereka mela-kukan segala yang mereka dapat lakukan, dan kemudian Yang Ma-hakuasa penguasa Israel membelah laut itu untuk menjadi jalan bagi kaki-kaki mereka.
          Pelajaran besar diajarkan di sini untuk sepanjang masa. Se-ringkali kehidupan orang Kristen dikepung oleh bahaya, dan kewajib-an tampaknya sulit dilaksanakan. Imajinasi menggambarkan kehan-curan yang akan segera terjadi di hadapan dan perbudakan atau ke-matian di belakang. Namun suara Tuhan berbicara dengan jelas, “Majulah.” Kita harus menuruti perintah ini, meskipun mata kita tidak dapat menembus kegelapan, dan kita merasakan gelombang dingin di sekitar kaki-kaki kita.  Penghalang-penghalang yang merintangi ke-majuan kita tidak akan pernah hilang di hadapan roh peragu dan su-ka berhenti. Orang-orang yang menunda ketaatan hingga setiap ba-yangan ketidakpastian sirna dan yang tinggal adalah tanpa resiko dan kegagalan atau kekalahan, tidak akan pernah taat sama sekali, ketidakpercayaan berbisik, “Marilah kita menunggu hingga segala rintangan hilang, dan kita dapat melihat jalan kita dengan jelas.” Namun iman dengan penuh keberanian mendesak langkah maju, berharap dalam segala perkara... Jalan yang telah dituntun oleh Tuhan mungkin melalui padang belantara atau laut, namun itu adalah langkah yang aman.’ Patriarchs and Prophets, 290.



BAGI ORANG-ORANG YANG MASIH TINGGAL

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptis-lah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepa-damu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepa-da akhir zaman." Matius 28:19-20.


Umat Masehi Advent Hari Ketujuh selalu telah memandang dirinya sendiri sebagai umat dengan misi penginjilan sedunia. Tanpa diragu-kan lagi, Tuhan telah membangkitkan gerakan ini untuk membawa kebenaranNya kepada suatu dunia yang gelap sesaat sebelum Yesus kembali. Namun, apakah sekarang saatnya untuk “Mengakhiri” penjangkauan orang yang sesat yang masih berdiam di kota-kota, dan seperti yang dikatakan oleh seorang pemimpin gereja, pergi me-layani “kelinci-kelinci”? Bagaimana dengan orang-orang yang menga-takan bahwa kita tidak perlu meninggalkan kota-kota, bukan? Seo-rang pendeta bahkan membuat sebuah seruan kepada orang-orang yang anak-anaknya sedang bertumbuh, untuk meninggalkan rumah mereka di pedesaan dan kembali ke kota-kota untuk menginjili orang yang sesat?
          Bukanlah ironis bahwa saat ini, ketika perkara-perkara secara nyata sedang berbalik menjadi lebih buruk—ketika kita mendekati kembalinya tentara Romawi—justru pada saat kita harus mendengar-kan suara-suara yang memanggil orang-orang untuk tinggal di kota-kota, atau bahkan lebih buruk lagi, untuk berpindah balik ke kota se-telah mereka meninggalkannya? Apakah saya menaruh curiga? Se-karang, janganlah salah paham terhadap saya—saya tidak menya-rankan bahwa orang-orang yang membuat pernyataan-pernyataan tersebut secara sengaja berusaha untuk membelokkan arah. Namun bagaimanakah kita dapat memenuhi perintah Tuhan—bahkan menja-di seperti Yesus—sementara kita mengabaikan nasihat yang begitu gamblang seperti nasihat tentang meninggalkan kota-kota?
          Namun, perhatikanlah bahwa sementara Nyonya White mende-sak orang-orang untuk meninggalkan kota-kota, ia juga membuat pernyataan seperti ini, “Dalam persiapan bagi kedatangan Tuhan kita, kita harus melakukan pekerjaan besar di kota-kota besar. Kita memiliki kesaksian yang khidmat untuk disampaikan di pusat-pusat penduduk yang padat ini.” Words of Encouragement to Self-support-ing Workers (Ph 113), hlm. 5. Berikut ini ada perintah yang lain: “Hari demi hari pusat-pusat perdagangan dan perniagaan berkerumun de-ngan pria dan wanita yang membutuhkan kebenaran untuk masa kini, namun tidak memiliki pengetahuan yang menyelamatkan tentang prinsip-prinsipnya yang berharga karena usaha-usaha yang tekun dan jujur tidak dilakukan untuk menjangkau kelompok orang-orang di mana mereka berada,” Counsels to Writers and Editors, hlm. 14. “Ko-ta-kota kita di mana-mana menyerukan tenaga kerja yang jujur dan sepenuh hati dari para hamba Tuhan.’ Review and Herald, 17 No-vember 1910.
          Satu perkara yang mutlak amat jelas di dalam pikirannya, “Se-bagai umat pemelihara hukum Tuhan kita harus meninggalkan kota-kota.  Seprti Henokh, kita harus bekerja di kota-kota namun tidak ber-diam di dalamnya.’ Evangelism, hlm. 77-78. “Kata utusan-utusan Tuhan, “Bukankah kota-kota ini harus diperingatkan? Ya, bukan de-ngan cara umat Tuhan hidup di dalamnya melainkan dengan me-ngunjungi mereka, untuk memperingatkan mereka tentang apa yang akan menimpa bumi ini.” Selected Messages, vol. 2, hlm. 358. “Keti-ka kejahatan bertambah-tambah di sebuah negeri selalu terdengar suara yang memberikan peringatan dan petunjuk, seperti suara Lut terdengar di Sodom. Namun Lut seharusnya dapat menyelamatkan keluarganya dari banyak kejahatan seandainya ia tidak tinggal di da-lam kota yang jahat dan rusak ini. Yang dilakukan Lut dan keluarga-nya di Sodom seharusnya dapat mereka lakukan bahkan jikalau me-reka tinggal di tempat yang cukup jauh dari kota itu.” Evangelism, hlm. 78.
          Rencana itu sederhana saja. Rencana ini melibatkan tempat-tempat di luar kota dan dari tempat itulah umat Tuhan menggarap kota-kota. Perhatikanlah apa yang ditulisnya; “Kota-kota harus diga-rap dari pos-pos di luar kota.” Letter 182, 1902. “Biarlah orang-orang dengan penilaian yang masuk akal dipilih, bukan untuk menyebarkan tujuan-tujuan mereka, melainkan untuk mencari tempat-tempat di wi-layah pedesaan, dengan akses mudah ke kota-kota, yang layak bagi sekolah-sekolah pelatihan bagi para pekerja, dan di mana fasilitas-fa-silitas dapat disediakan untuk merawat orang sakit dan jiwa-jiwa yang letih lesu yang tidak mengenal kebenaran. Carilah tempat-tempat se-perti itu diluar kota-kota besar, di mana bangunan-bangunan yang cocok daat diperoleh, baik sebagai pemberian dari si pemiliknya, atau dibeli dengan harga murah melalui pemberian dari umat kita. Ja-nganlah mendirikan bangunan-bangunan di kota-kota yang bising.” Medical Ministry, hlm. 308-309. Saya percaya bahwa bahkan rumah kita di pedesaan dapat menjadi pusat-pusat di luar kota yang dari tempat itu kita melayani orang-orang yang hidup di pusat-pusat pen-duduk yang padat.” “Rancangan Tuhan adalah bahwa umat kita ha-rus berdiam di luar kota-kota, dan dari tempat-tempat inilah mempe-ringatkan kota-kota, dan mendirikan di dalamnya peringatan-peringat-an bagi Tuhan. Harus ada suatu daya pengaruh di dalam kota-kota, sehingga pekabaran peringatan akan didengar.” Review and Herald, 14 April 1903.
          Pernyataan ini membantu kita untuk memahami sebuah peristi-wa yang penuh misteri yang dituliskan oleh Ellen White dalam buku Early Writings (Tulisan-Tulisan Permulaan): “Ketika orang-orang ku-dus meninggalkan kota-kota dan desa-desa mereka dikejar oleh orang-orang jahat, yang berusaha untuk membunuh mereka. Namun pedang-pedang yang diangkat untuk membunuh umat Tuhan patah dan jatuh tidak berdaya seperti jerami. Para malaikat Tuhan  melin-dungi orang-orang kudus.” Early Writings, hlm. 284, 285. Namun per-nyataan lain dijalin dengan rapi dalam buku yang sama menambah-kan rincian yang menarik: “Dalam masa kesukaran kita semua mela-rikan diri dari kota-kota dan desa-desa karena dikejar oleh orang-orang jahat, yang memasuki rumah-rumah orang-orang kudus de-ngan pedang.” Early Writings, hlm. 34. Apakah anda memahami gambarannya? “Orang-orang Kudus” digambarkan melarikan diri ke-luar dari kota-kota dan desa-desa. Yang mengikuti mereka adalah orang-orang jahat dengan “pedang.” Namun kemanakah mereka me-ngejar? Menuju RUMAH-RUMAH mereka! Benar, rumah-rumah yang berada di luar kota-kota dan desa-desa. Pertanyaan yang jelas—apa-kah yang dilakukan oleh orang-orang kudus ini di kota-kota dan desa-desa selama masa yang penuh kekacauan ini jikalau mereka tidak tinggal di sana? Hanya ada satu jawaban yang logis—mereka pasti-lah melakukan pekerjaan misionaris!
          Inilah saatnya untuk mendaftarkan diri dalam bala tentara misi-onaris Tuhan yang besar. Bahkan jikalau anda belum memperoleh rumah di pedesaan, perintah untuk pekerjaan misi adalah jelas. “Se-lama bertahun-tahun kita telah diperintahkan bahwa saudara-saudari, dan khususnya keluarga-keluarga dengan anak-anak, harus meren-canakan untuk meninggalkan kota-kota ketika jalan terbuka di hadap-an kita untuk melakukannya. Banyak orang akan bekerja dengan ju-jur untuk membantu membuka jalan. Namun hingga dimungkinkan bagi mereka untuk pergi, sepanjang mereka masih tinggal di kota, mereka haruslah menjadi paling aktif dalam melakukan pekerjaan misionaris, betapapun terbatasnya ruang pengaruh mereka.” Review and Herald, 27 September 1906.



PENUTUP


Pada saat penulisan ini, dalam beberapa hari ke depan saya sesung-guhnya akan membawa keluarga saya keluar dari kota-kota menuju ke tempat yang kami percaya bahwa Tuhan telah menuntun kami. Itu adalah suatu perjalanan yang ajaib untuk sampai ke titik ini.Telah ada banyak kesulitan, rintangan, sukacita dan kekecewaan, bahkan jalan berbalik yang tidak terduga di sepanjang jalan, namun kami melihat tangan Tuhan menuntun terus. Ia selalu setia! Dan sementara akan banyak perkara yang tidak kami ketahui di masa mendatang, kami menunggu bab-bab yang menyenangkan dalam kisah kami sementa-ra Tuhan membukakan jalannya.
          Saya tidak menganggap diri saya sebagai seorang penulis. Tu-lisan-tulisan ini juga tidak perlu digabungkan bersama-sama. Penga-laman saya menunjukkan bahwa umat Masehi Advent Hari Ketujuh adalah orang-orang yang ingin melakukan perkara yang benar. Mere-ka ingin mengikuti perintah-perintah Tuhan. Seringkali mereka hanya perlu diberi informasi tentang apakah perintah-perintah Tuhan itu. Ini memang benar dalam perihal ini. Berapa banyak keluarga dengan anak-anak akan menghadapi kesulitan besar karena mereka tidak mendengarkan peringatan sebagai berkat yang telah diberikan oleh Tuhan. Berapa banyak orang yang akan hilang karena mereka kehi-langan berkat-berkat rohani yang mungkin dapat mereka peroleh me-lalui perpindahan tempat.
          Saya mengetahui melalui pengalaman bahwa memasuki pro-ses pemutusan diri dari sistem-sistem dunia ini tidaklah mudah. Se-sungguhnya, proses ini menguji kesabaran dan iman anda. Jangan-lah putus asa! Tuhan akan menolong anda. “Seperti Kristus menghi-dupkan hukum Tuhan dalam kemanusiaanNya, demikianlah kita da-pat melakukannya jikalau kita memegang erat Yang Maha Kuat demi memperoleh kekuatan. Akan tetapi kita tidak boleh meletakkan tang-gung jawab kewajiban kita kepada orang lain, dan menunggu mereka untuk mengatakan kepada kita apa yang harus dilakukan. Kita tidak boleh bergantung kepada nasihat manusia. Tuhan akan mengajar kita tentang kewajiban kita sama seperti Ia dengan sukarela menga-jar orang lain. Jikalau kita datang kepadaNya dalam iman, Ia akan menyatakan rahasia-rahasiaNya kepada kita secara pribadi. Hati kita akan seringkali terbakar  ketika Dia mendekat untuk  bersekutu de-ngan kita sebagaimana yang dilakukanNya dengan Henokh. Orang-orang yang memutuskan untuk tidak melakukan apa-apa dalam per-kara apapun yang akan mengecewakan Tuhan, setelah mengajukan perkara mereka di hadapan Tuhan, akan mengetahui apa jalan yang harus ditempuh. Dan mereka akan menerima bukan saja hikmat, me-lainkan juga kekuatan. Kuasa untuk menurut, untuk melayani, akan dikaruniakan kepada mereka, seperti yang telah dijanjikan oleh Kris-tus.” Desire of Ages, hlm. 668. inilah janji kecil yang telah amat ber-arti bagi saya: “Para orangtua dapat memperoleh rumah-rumah kecil di pedesaan, dengan tanah untuk diolah, di mana mereka dapat me-miliki kebun untuk menanam sayur mayur dan buah-buahan untuk menggantikan daging, karena daging telah begitu merusak darah ke-hidupan yang melalui pembuluh-pembuluh darah. Di tempat-tempat seperti ini anak-anak tidak akan dikelilingi oleh pengaruh kota-kota yang merusak. Tuhan akan menolong umatNya untuk menemukan rumah-rumah seperti itu di luar kota-kota.” Medical Ministry, hlm. 310, (1902).

Semoga Tuhan memberkati anda dalam pencarian anda.



(Penerjemah: Ni Ketut Mirahayuni)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar