Sejak
tahun 1844 kemendesakan yang khusus telah terjadi pada mereka yang memahami
bahwa Tuhan sedang menunggu sebuah
generasi orang-orang yang akan membela Dia dengan cara menuruti “perintah-perintah
Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Ada banyak nasehat1 kepada gereja yang menekankan hubungan langsung dengan
peker-jaan Kristus di Bilik Maha Suci dan pekerjaanNya di dalam kehidupan para
pengikutNya di bumi:
“Sekarang ini Kristus berada di dalam Bait Suci surga. Dan apakah yang
dilakukanNya? Membuat penda-maian bagi kita, menyucikan Bait Suci dari dosa-dosa manusia. Maka, kita harus masuk dengan iman ke
dalam Bait Suci bersama-sama dengan Dia, kita harus melaksanakan pekerjaan di
dalam Bait Suci jiwa-jiwa kita. Kita harus menyucikan diri kita dari segala
kekotoran. Kita harus “membersihkan diri kita dari segala kekotoran dari daging
dan roh, menyem-purnakan kekudusan dalam takut akan Tuhan.”—E.G. White, khotbah
yang disampaikan tanggal 20 Oktober 1888. Diterbitkan kembali
dalam A.V. Olson, Through Crisis to
Victory, hlm. 267.
Salah satu
pekabaran yang paling mendesak dari ajaran tentang Bait Suci bagi orang Kristen
adalah bahwa sejak tahun 1844 sesuatu yang istimewa ditun-tut dari para
pengikut Tuhan dalam hal perkembang-an
tabiat yang mungkin belum pernah begitu mende-sak dalam perkembangan gereja
sebelumnya. Umat Tuhan yang mencapai kualitas tabiat yang ditunggu-tungguNya,
dan yang baginya Tuhan telah memberi-kan kepada mereka setiap kuasa ilahi yang
dibutuh-kan untuk mencapainya, secara signifikan akan mem-pengaruhi seberapa
segera Yesus dapat menyelesai-kan pekerjaanNya di dalam Bilik Maha Suci.2
Kemendesakan
yang harus dirasakan oleh umat Tuhan di bumi didasarkan pada kenyataan yang
khid-mat bahwa, ketika memasuki Bilik Maha Suci di tahun 1844, Imam Besar kita
memulai fase terakhir dari pe-kerjaan pengantaraanNya, yang melibatkan kelayak-an tabiat dari generasi terakhir.
Adalah rencana Tuhan untuk menyelesaikan
pekerjaan ini berta-hun-tahun yang lalu. Penundaan ini bukan dise-babkan karena
ketidakefisienan surga atau peru-bahan dalam rencana-rencanaNya.3
Ia rindu untuk mencurahkan hujan akhir kepada
mereka yang te-lah menyucikan “Bait Suci jiwa dari segala keko-toran” (Testimonies, vol. 5, hlm. 214). Ia rindu agar umatNya menjadi tetap tinggal
di dalam kebenar-an,4 menjadi nyaman dengan jalan kehidupanNya,
sehingga Ia dapat memberikan meterai persetuju-an dan menunjuk kepada mereka
tanpa malu di dalam suatu seruan misi sedunia, “Yang penting di sini ialah
ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus”
(Wahyu 14:12). Ia rindu untuk mengumumkan akhir dari pertentangan besar itu: “Barangsiapa
yang berbu-at jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar,
biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat
kebenaran; ba-rangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!"
(Wahyu 22:11).
Sejak
tahun 1844, Yesus telah menunggu suatu umat yang dalam catatan pribadi
masing-masing di dalam Bait Suci di surga Ia dapat menuliskan “Telah disuci-kan”;
suatu umat yang akan mencerminkan perhatian-Nya akan keselamatan dan
kesejahteraan orang lain, melalui mereka seluruh isi surga dapat bekerja de-ngan
bebas untuk menyelesaikan perintah Injil.5
Setiap
hari pola kehidupan orang Kristen tercermin dalam catatan-catatan tersebut di dalam
Bilik Maha Suci. Pertanyaan yang mendesak yang muncul ada-lah: Apakah itu
sebuah catatan yang mencerminkan tentang seseorang, yang melalui kasih karunia
Tuhan, mengalahkan dosa atau tidak? “Melalui kasih karunia Tuhan dan usaha
mereka yang terus menerus mere-ka harus menjadi pemenang-pemenang dalam per-tempuran
melawan kejahatan. Sementara pengha-kiman pemeriksaan sedang berlangsung di
surga, sementara dosa-dosa dari orang-orang percaya yang penuh penyesalan
dibersihkan dari Bait Suci, harus-lah terjadi suatu pekerjaan khusus penyucian,
pem-bersihan dosa, di antara umat Tuhan di bumi… Keti-ka pekerjaan ini telah diselesaikan, para pengikut Kristus akan siap menyambut kedatanganNya.”—The Great Controversy, hlm. 425.
Secara
umum, upacara dalam Bait Suci telah menjadi sarana pengajaran oleh Tuhan,
mengajarkan kepada kita bahwa Ia akan mengampuni pelanggaran-pelang-garan kita,
dan memberi kita kuasa untuk menghidup-kan kehidupan dengan ketaatan seperti
Kristus.6 Ia akan melakukan penyucian, pemberian kuasa, perta-hanan
dari dosa, jikalau kita memilih
untuk meng-izinkan Dia untuk bekerja. Pemenang yang telah disu-cikan akan
mencerminkan baik tabiat Yesus maupun kehidupan pelayananNya yang terus menerus.
Secara
khusus, pekerjaan Yesus sebagai Imam Be-sar kita di Bilik Maha Suci, memiliki
hubungan lang-sung dengan pergerakan di bumi yang bukan saja mengumumkan
pekabaran saat penghakiman dalam Wahyu 14:6-14, melainkan juga mengizinkan kasih karunia Tuhan untuk
melakukan pekerjaanNya yang mulia untuk mengalahkan dosa. Adakah waktu yang
lebih mulia, lebih menyenangkan, lebih memuaskan secara pribadi, daripada saat
ini?7
Yang mendasar
bagi pemikiran Advent selama lebih dari satu abad adalah konsep kembar tentang
pemu-lihan Bait Suci dan satu umat yang siap. Dengan kedua konsep ini, para
terpelajar Advent telah ber-urusan erat dengan gagasan-gagasan seperti “peng-hapusan
dosa,” “penyegaran,” dan “pakaian pesta perkawinan yaitu pembenaran orang-orang
kudus.”
Pada awal
sejarah Advent, Joseph Bates
mengurai-kan secara terperinci hubungan yang erat antara lam-bang dan kegenapan
Bait Suci, khususnya yang ber-kenaan dengan pemulihan Bait Suci pada hari pen-damaian.
Setelah mengutip kitab Imamat 16:16, ia menuliskan: “Maukah pembaca membaca 18
kata ini [atau 41 kata dalam Alkitab bahasa Indonesia] kem-bali dan melihat
apakah kita tidak mengatakan makna “pendamaian
bagi tempat kudus.” Ya! Anda mengata-kan, itu adalah untuk menyucikan umat, seluruh-nya, dari dosa-dosa mereka. Baiklah, jangan melu-pakan hal itu, ketika diterapkan kepada kita dalam Bait
Suci kegenapannya.”8—Midnight Cry in the Past,” Review and Herald, Desember 1850, hlm.
21.
Stephen N. Haskell, di tahun
1856, juga melihat secara jelas hubungan antara suatu umat yang siap dan
penyelesaian perintah Injil: “Sebuah
teori ten-tang Pekabaran Malaikat Ketiga tidak pernah, ti-dak akan pernah
menyelamatkan kita, tanpa pa-kaian pesta perkawinan, yaitu pembenaran
orang-orang kudus. Kita harus menyempurnakan
keku-dusan dalam takut akan Tuhan.”—“A Few Thoughts on the Philadelphia
and Laodicea Churches ,” Review and Herald, 6 November 1856, hlm. 6.
Pada
pertemuan General Konferens tahun 1901, Has-kell memberikan serangkaian
pelajaran tentang seja-rah ajaran Bait Suci. Dalam ringkasan tentang pemi-kiran
dasar Advent tentang topik ini, ia berkata: “Kita telah mempelajari, pertama, bahwa ada suatu wak-tu ketika Kristus
akan masuk ke dalam Bait Suci surga; kedua, bahwa waktu itu adalah penghakim-an
pemeriksaan; ketiga, bahwa pekerjaan pada periode tersebut adalah penyempurnaan
tabiat; dan keempat, bahwa semakin anda memahami tentang pekerjaan di dalam Bait
Suci, semakin anda memahami kuasa kebenaran Tuhan yang berhubungan dengan umat
Tuhan dan pada masa kini di mana kita sekarang hidup.”9—“Bible
Study,” General Conference Bulletin,
7 April 1901, hlm. 100.
Di tahun
1864, serangkaian artikel yang luar biasa terbit dalam Review, ditulis oleh D.T.
Bourdeau, yang di dalamnya ia menekankan tanggung jawab khusus yang diemban
oleh gereja generasi terakhir: “Sebagi-an
orang tidak melihat perlunya menerima kebe-naran-kebenaran yang berlaku bagi
masa seka-rang agar mereka dapat disucikan. Mereka meng-anggap bahwa mereka dapat disucikan melalui
kehidupan sebagaimana orang-orang Kristen yang baik lainnya telah hidup. Namun,
bagaimana-kah orang-orang Kristen di masa lalu disucikan? Bukankah mereka
disucikan melalui kehidupan yang menghidupkan terang yang mereka miliki di
zamannya? Dan jikalau kita diberi terang yang lebih banyak daripada mereka,
jikalau Tuhan meminta kita melakukan
kewajiban yang lainnya, dapatkah kita disucikan semata-mata dengan menghidupkan
kehidupan seperti mereka yang hidup di masa lalu? Apakah Tuhan menyebabkan
terang yang bersinar dalam perkataanNya sia-sia?... Diperlukan suatu persiapan
khusus untuk bertemu dengan Tuhan ketika Dia datang.”—“Sanctification: or
Living Holiness,” Review and Herald,
2 Agustus 1864.
Meskipun
kita hanya menyebutkan sebagian saja dari para pemikir Advent mula-mula tentang
masalah Bait Suci, lebih banyak lagi yang dapat dikutip. Pemaham-an mereka yang
umum menunjukkan kesatuan dan kepenuhan yang luar biasa. Mereka lebih awal meli-hat
dan menerangkan secara lebih tegas bahwa pe-mulihan Bait Suci di surga
berhubungan langsung dengan perkembangan suatu umat di bumi yang suci dan siap.
Mereka menyatakan dengan meyakinkan bahwa Tuhan menuntut perkembangan tabiat
yang lebih tinggi dari gerejaNya dalam generasi yang ter-akhir yang akan diubahkan
daripada dari mereka yang hidup di masa sebelumnya. Persiapan seperti ini akan
menjadi pencapaian dengan bantuan ilahi yang tercermin dalam Bait Suci surga
melalui “penghapus-an” dosa-dosa yang pernah menjangkiti kehidupan para
pemenang itu.
W.W. Prescott khususnya memahami
secara jelas hubungan antara pekabaran malaikat ketiga dalam Wahyu 14,
penghapusan dosa-dosa, suatu umat yang menang, dan saat Tuhan akan datang
kembali. Da-lam khotbah pada pertemuan General Konferens ia berkata: “Ada perbedaan antara Injil
yang dikhotbah-kan bagi pengampunan
dosa-dosa dan Injil yang di-khotbahkan bagi penghapusan dosa-dosa. Selalu, dan juga sekarang ini, terdapat
ketetapan yang ber-limpah bagi pengampunan dosa. Dalam generasi kita terjadi
ketetapan bagi penghapusan dosa. Dan peng-hapusan
dosa adalah apa yang akan memper-siapkan jalan bagi kedatangan Tuhan kita; dan
penghapusan dosa adalah pelayanan Imam Besar kita dalam Bilik Maha Suci di Bait
Suci di surga; dan ini membuat perbedaan bagi umat Tuhan saat ini dalam
pelayanan mereka, dalam pekabaran mereka, dan dalam pengalaman mereka, apakah
mereka mengetahui perubahan pelayanan dari satu bilik ke bilik yang lain,
ataukah mereka mengenali dan mengalami kenyataan tentang per-ubahan tersebut…
“Sekarang
bahwa pekabaran malaikat ketiga harus di-sampaikan secara nyata; dan dengan
itu, tentu saja, akan datang penyampaian pelayanan Injil bagi masa kini,
penghapusan dosa-dosa dalam generasi ini, yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan…
“Dan ketika kebenaran-kebenaran tersebut diku-mandangkan
dalam terang sejarah advent dan nubuatan advent, kebenaran-kebenaran tersebut
akan menyelamatkan orang dari dosa dan dari berbuat dosa sekarang. Mereka akan
mempersiap-kan suatu umat yang akan berdiri pada jam pen-cobaan yang akan
menghadang kita, dan akan mempersiapkan suatu umat untuk bertemu de-ngan Tuhan
kita di udara, dan untuk bersama dengan Tuhan selamanya; dan inilah pekabaran
yang harus dikumandangkan dalam generasi ini” —“The Gospel Message
for Today,” General Confer-ence Bulletin,
2 April 1903, hlm. 53, 54.10
Satu
hal yang sangat jelas: Tuhan bukanlah seorang pencatat yang tidak jujur. Ia
tidak akan menulis “telah disucikan” pada catatan setiap orang di dalam gene-rasi
terakhir ini jika kehidupan orang tersebut belum disucikan dengan kuasa Roh
Kudus yang berdiam di dalam orang itu. Meskipun ada sebagian orang yang selama
bertahun-tahun mengizinkan kasih karunia Tuhan menyucikan mereka dari segala
kekotoran, ada satu tanggung jawab
khusus bagi kelompok ter-sebut dalam generasi terakhir di bumi ini yang akan
diubahkan. Tentang mereka yang dikatakan, “barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus
mengu-duskan dirinya!" (Wahyu
22:11), adalah orang-orang yang benar-benar telah disucikan.11
Semua
ini membawa kita kembali kepada pokok ba-hasan dalam bab ini: Apakah dosa tidak
terelakkan dan tidak dapat dihindarkan karena kita adalah manu-sia yang lemah?
Meskipun kita telah mempelajari ba-gaimana dua kebenaran sentral dari ajaran tentang Bait Suci (“suatu
pengorbanan pendamaian dan seo-rang pengantara yang penuh kuasa”) yang berhu-bungan
erat dengan apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dengan apa yang ingin dilakukan Yesus di dalam kita, apakah itu dapat benar-benar
terjadi? Apakah itu bisa terjadi? Inilah pertanyaan yang masih tergantung dan tertunda
di hadapan alam semesta.
Inilah
pertanyaan yang dihantamkan oleh Setan ke muka Yesus. Perjalanan tahun yang lama, dekade demi
dekade—tanpa guna—hanya menambah sakit Kalvari dan hati seorang Juruselamat
yang robek yang telah mengikrarkan perkataanNya
bahwa kasih karuniaNya telah cukup untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa
mereka (Efesus 3;20; 5:27; Ibrani 4:16; Yudas 24, et al.).
Suatu
pemahaman yang jelas tentang ajaran tentang Bait Suci akan mengubah suatu
gambaran yang me-nyedihkan namun bukan tanpa pengharapan. Saat ini kita
memiliki hak istimewa untuk masuk ke dalam Bait Suci surga “oleh darah Yesus
kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia
telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu
diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah
Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas
dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari
hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.”
(Ibrani 10:19-22).
Kita
benar-benar memasuki Bait Suci dan bersekutu dengan Imam Besar kita ketika ada
keinginan yang tulus untuk mengutuk dosa dalam daging sebagai-mana Yesus,
Saudara Tua kita, melakukannya dalam dagingNya (Roma 8:3, 4). Mengakui nama Yesus tetapi bukan kuasaNya
bukan saja adalah suatu hal yang mempermalukan Tuhan, melainkan juga penghalang
utama menuju keselamatan. “Jikalau orang-orang yang menyembunyikan dan membuat
pembelaan atas kesalahan-kesalahan mereka dapat melihat bagaimana Setan
bersukaria atas mereka, betapa ia mengejek Kristus dan para malaikat kudus melalui
perbuatan mereka, mereka akan segera me-ngakui dosa-dosa mereka dan
meninggalkannya.”—The Great Controversy,
hlm. 489.
Maka,
dosa-dosa yang terus menerus dari umat Tuhan, dan dosa-dosa dunia secara umum,
menjadi unsur yang sangat penting dari apakah pekerjaan yang sedang terjadi
dalam Bait Suci di surga itu efektif.
Setan, dalam salah
satu kebohongan utamanya, mengatakan bahwa ketaatan itu tidak mungkin, bahwa
hukum-hukum dan tuntutan Tuhan itu tidak mungkin dilakukan. Menurutnya, salah satu keku-rangan alam
semesta, kata Setan, adalah bahwa Tuhan itu tidak adil dalam menghukum mereka
yang menjadi makhluk ciptaanNya yang tidak taat kepadaNya, karena Ia menuntut sesuatu yang tidak mungkin. (lihat The Desire of Ages, hlm. 761-764).
Siapakah
yang benar? Tuhan atau Setan? Ketika kita melihat sekeliling kita, kepada
kerakusan, kejahatan, kebencian, dan ketidaksetiaan manusia, tampaknya bahwa
tuduhan-tuduhan Setan itu adalah benar. Tampaknya, jika bukan Tuhan itu tidak
realistis dalam menuntut kasih dan tidak mementingkan diri sendiri, maka Tuhan
itu tidak mampu mengatasi masalah dosa setelah dosa itu muncul.
Masalahnya
semata-mata berpusat pada apakah Yesus itu mampu atau tidak; yaitu, apakah Ia
adalah seorang Pengantara yang penuh kuasa jikalau Ia tidak dapat “menyucikan”
orang berdosa dari dosa-dosanya (1 Yohanes 1:9), apakah daripadaNya “kasih
karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16) tidak
cukup untuk memelihara para peng-ikutNya dari jatuh ke dalam dosa, jikalau
pengantara-an surgawiNya terdapat kekurangan oleh suatu ke-tidakmampuan untuk “menjaga
supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak ber-noda dan
penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya” (Yudas 24), maka Setan pada
akhirnya adalah benar. Maka, pertentangan besar pada akhirnya selesai—Tuhan
akan dinyatakan tidak adil, karena menuntut terlalu banyak dari ciptaanNya. Dan Ia akan dipandang tidak kompeten, karena tidak mampu mengatasi
pemberontakan.
Terima kasih Tuhan, bukan itu yang terjadi! Mulia-lah kabar bahwa umat manusia dapat
mengatasi pen-cobaan dan menjadi pemenang. Karena, berdiri di pu-sat alam semesta,
adalah Seorang Manusia yang telah
membuktikan bahwa Setan adalah penipu. Karena alasan ini Yesus harus “disamakan
dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas
kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”
(Ibrani 2:17); “Sebab Imam Besar yang kita punya, bu-kanlah imam besar yang
tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan
kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15); “Dan sekalipun
Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, dan
sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi
bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh
Allah” (Ibrani 5:8-10).
Untuk membuktikan bahwa Setan adalah penipu, Ye-sus
membela keadilan Tuhan. Sebagai Imam Besar, yang membela kasus manusia di
hadapan alam se-mesta, Ia adalah saksi hidup bahwa manusia yang hi-dup pada
sisi Kejatuhan dapat melawan dosa, bahwa Tuhan tidak menuntut sesuatu yang
tidak mungkin.12 “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan
pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan
keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu
pada masa kesabaranNya. MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa
ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya
kepada Yesus” (Roma 3:25, 26).
Namun kehidupan tanpa
dosa yang dihidupkan Yesus hanyalah salah satu fase dalam pembelaan mulia dari
tabiat Tuhan. Karya kasih karunia di dalam kehidupan orang-orang Kristen yang
telah menang akan menjadi bukti selanjutnya dari kuasa dan kemuliaan Tuhan. “Juruselamat datang untuk memuliakan Bapa
dengan mendemonstrasikan ka-sihNya; maka demikianlah Roh Kudus untuk me-muliakan
Kristus dengan menyatakan kasih karu-niaNya kepada dunia; Citra Tuhan haruslah
dinya-takan kembali di dalam kemanusiaan. Martabat Tuhan, martabat Kristus,
terlibat dalam penyem-purnaan tabiat-tabiat umat Tuhan.”—The Desire of Ages, hlm. 671.13
Tabiat-tabiat dari
orang-orang Kristen di akhir zaman yang menurut kepada perintah-perintah Tuhan
dan beriman kepada Yesus” adalah kualitas yang sama yang dimiliki Enokh,
Daniel, dan orang-orang di masa lalu yang menjadi pemenang yang disucikan, yang
dengan demikian membela hikmat dan kuasa Tuhan. pengalaman Ayub akan terjadi kembali.
“Karena Ia
tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas”
(Ayub 23:10). Maka itu ter-jadi. Melalui daya tahan yang sabar, ia mempertahan-kan
tabiatnya sendiri, dan oleh karenanya tabiat dari Dia yang diwakiliNya.” Education, hlm. 156. (Lihat juga
Yehezkiel 36:23-28).
Demikianlah
pengharapan Tuhan, dan pengharapan para penulis Alkitab khususnya ketika mereka
memu-satkan perhatian pada akhir zaman ketika tuaian dari benih Injil harus
dikumpulkan. Mengapa saat panen itu ditunda? Itulah pokok pembahasan kita pada
bab ber-ikutnya.
------------------
1 “Ini
adalah hari pendamaian yang besar itu, dan Pembela kita berdiri di hadapan
Bapa, memohon sebagai pengantara kita. Sebagai
gantinya pakaian pembenaran diri, kita harus didapati setiap hari merendahkan
diri kita di hadapan Tuhan, mengaku dosa-dosa pribadi kita masing-masing,
memohon pengampunan dari pelanggaran-pelanggaran kita, dan bekerja sama dengan
Kristus dalam pekerjaan mempersiapkan jiwa kita untuk mencerminkan citra ilahi.
Kecuali kita masuk ke dalam Bait Suci di dalam, dan bersatu dengan Kristus
dalam membe-reskan keselamatan kita sendiri dengan rasa takut dan gemetar, kita
akan ditimbang di dalam Bait Suci, dan akan ditemukan kurang.”—The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen
G. White tentang kitab Ibrani 10:19-21, hlm. 933-934.
2 Pembahasan ini tentang hubungan antara
perkem-bangan tabiat dan percepatan atau penundaan Keda-tangan Kedua akan
dibahas dalam Bab yang berjudul “Mengapa Waktu Ditunda.”
3 Seandainya orang-orang Advent, setelah
kekecewa-an besar di tahun 1844, berpegang teguh pada iman mereka dan bersatu
mengikuti dalam pembukaan pemeliharaan Tuhan, menerima pekabaran dari malai-kat
ketiga dan dengan kuasa Roh Kudus mengabar-kannya kepada dunia, mereka pasti
telah melihat ke-selamatan dari Tuhan, Tuhan tentu telah menempa usaha-usaha mereka
dengan kekuatan, pekerjaan ten-tu telah selesai, dan Kristus tentu telah datang
untuk menerima umatNya dan memberi upah mereka. Na-mun dalam periode keraguan
dan ketidakpastian yang mengikuti kekecewaan itu, banyak orang percaya Ad-vent
menyerahkan iman mereka…. Maka pekerjaan
menjadi terhalang, dan dunia ditinggalkan dalam kege-lapan. Seandainya
tubuh Advent secara keseluruhan bersatu dalam hukum-hukum Tuhan dan iman kepada
Yesus, betapa akan berbedanya sejarah kita!
“Bukanlah kehendak Tuhan bahwa kedatangan Kristus harus
ditunda. Tuhan tidak merancang bahwa umatNya, yaitu Israel ,
harus mengembara selama 40 tahun di padang
belantara. Ia berjanji untuk menuntun
mereka langsung ke tanah Kanaan, dan menetapkan mereka di sama sebagai suatu
umat yang kudus, sehat, dan bahagia. Namun mereka
yang mendengar-kan kabar itu pertama kali, tidak dapat masuk karena ketidakpercayaan mereka. Hati mereka
dipenuhi oleh keluhan, pemberontakan, dan kebencian, dan Tuhan tidak dapat
menggenapi perjanjianNya dengan mereka…
“Dosa-dosa yang sama telah menunda ma-suknya Israel modern ke dalam Kanaan
surgawi. Janji-janji Tuhan
tidak pernah salah. Adalah keti-dakpercayaan, keduniawian, ketidaksucian, dan
pertentangan di antara orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, itu semua
yang telah me-nahan kita di dunia yang penuh dosa dan penderi-taan ini selama
bertahun-tahun.” Evangelism,
hlm. 695-696. “Adalah hak istimewa
setiap orang Kris-ten, bukan hanya mencari, melainkan juga mem-percepat
kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Seandainya kita semua yang mengakui
namaNya memberi buah bagi kemuliaanNya, betapa cepat seluruh dunia akan ditabur
dengan benih Injil. Segera panenan terakhir akan matang, dan Kristus akan datang untuk
mengumpulkan biji-biji yang berharga”—E. G. White, Testimonies,
vol. 8, hlm. 22.
4 “Segera setelah umat Tuhan dimeteraikan pada dahi mereka—ini bukan meterai atau tanda yang dapat dilihat, namun berpegang kepada
kebenaran, baik secara intelektual maupun rohani, sehingga mereka tidak dapat
digoyahkan—segera setelah umat Tuhan dimeteraikan dan dipersiapkan untuk penggoncangan, saa-nya akan tiba.”—The
SDA Bible Commentary, Komentar Ellen G. White tentang Yehezkiel 9:2-4, hlm.
1161.
5 “Kristus menunggu dengan
kerinduan akan pernya-taan DiriNya di dalam gerejaNya. Ketika tabiat Kris-tus dihasilkan secara sempurna
di dalam umatNya, maka Ia akan datang untuk mengakui mereka se-bagai milikNya. “Adalah hak
istimewa setiap orang Kristen, bukan hanya mencari, melainkan memperce-pat kedatangan Tuhan kita Yesus
Kristus. Seandai-nya kita semua yang mengakui namaNya memberi buah bagi
kemuliaanNya, betapa cepat seluruh dunia akan ditabur dengan benih Injil.
Segera panenan tera-khir akan matang, dan Kristus akan datang untuk me-ngumpulkan
biji-biji yang berharga.”—Christ’s Object
Lessons, hlm. 69.
6 “Pelajaran lain yang diajarkan oleh Bait Suci, melalui upacara
korbannya, adalah pelajaran tentang peng-ampunan, dan kuasa melalui Juruselamat
untuk taat bagi hidup.”—Ellen G. White, Education,
hlm. 36.
7 “Peristiwa yang berhubungan
dengan Bait Suci di atas harus memberi kesan yang sedemikian kepada pikiran dan
hati semua orang sehingga mereka dapat mengesankan kepada orang lain. Semua
orang perlu menjadi lebih cerdas dalam hal pekerjaan pendamai-an, yang sedang
berlangsung di dalam Bait Suci di atas. Ketika kebenaran yang agung ini dilihat dan dipahami, mereka yang berpegang
kepadanya akan bekerja selaras
dengan Kristus untuk mempersiap-kan suatu umat untuk berdiri pada hari besar
Tuhan, dan usaha-usaha mereka akan berhasil. De-ngan belajar, merenungkan,
dan berdoa, umat Tuhan akan ditinggikan
mengatasi pemikiran dan perasaan orang-orang dunia yang umum, dan akan dibawa
kepada keselarasan dengan Kristus dan pekerjaan besarnya untuk menyucikan Bait
Suci di atas dari dosa-dosa umat. Iman mereka akan berjalan bersama Dia ke dalam
Bait Suci, dan para penganutnya di bumi akan berhati-hati mengingat kembali
kehidupan mereka dan membandingkan tabiat mereka dengan standar besar
pembenaran atau kesalehan. Mereka akan melihat kekurangan-kekurangan mereka;
mereka juga akan melihat bahwa mereka memerlukan bantuan dari Roh Tuhan jikalau
mereka ingin menjadi layak bagi pekerjaan yang besar dan khidmat pada masa kini
yang dibebankan kepada para dutabesar
Tuhan.”—Testimonies, vol. 5, hlm.575.
8 Dalam artikel yang sama, Bates
menunjukkan bah-wa “penyucian” umat Tuhan akan terjadi sebelum tujuh bala
terakhir.
9 Selanjutnya di tahun 1901, dalam serangkaian artikel dalam Review, Haskell menekankan tema yang sama,
bahwa suatu umat yang telah dipersiapkan di bumi se-suai dengan Bait Suci yang
telah disucikan di surga: “Pengetahuan yang tidak dimiliki mereka [orang-orang
Yahudi] adalah penerapan rohani dari pertanyaan ten-tang Bait Suci, yang
berpusatkan pada Kristus. Perta-nyaan tentang Bait Suci haruslah menyatakan
tentang Kristus, pekerjaanNya di dalam pengadilan surga, dan demikian juga akan
dilaksanakan di dalam hati para pengikutNya. Maka jelaslah bahwa pekerjaan di
dalam hati manusia haruslah sesuai dengan pekerjaan Kristus di surga.
“Ada tiga Bait Suci yang disebutkan dalam Alkitab, dan
semuanya harus dipadukan dalam satu pelajaran… Pekerjaan Kristus di dalam surga adalah juga ber-langsung di dalam Bait
Suci hidup umatNya di bumi; maka sementara ada satu Bait Suci di bumi, dan
masih ada satu di surga, yang terpenting dari ketiganya adalah umatNya; karena
obyek dari Bait Suci di bumi adalah untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana
mengetahui dan percaya ke-pada pekerjaan yang sesungguhnya dilakukan bagi
mereka di dalam Bait Suci di surga… Seluruh pekerjaan yang dinyatakan
melalui Bait Suci yang ada di bumi menjadi bayangan dari pekerjaan sesungguh-nya
dari Kristus di surga, yaitu penyucian GerejaNya di bumi, dan sebagai
akibatnya, pengabaian akan pe-ngetahuan
tentang kebenaran-kebenaran ini akan menyebabkan manusia tidak siap untuk
pengha-kiman Tuhan yang akan segera terjadi, sebagaima-na orang-orang
Yahudi tidak siap ketika kehancuran terjadi pada mereka.”—“The Sanctuary
Question from the Standpoint of The Book of
Hebrews,” Review and Herald,
13 Agustus 1901, hlm. 518.
10 Dalam sebuah artikel sebelumnya di tahun yang
sa-ma dalam Review and Herald, Prescott
telah menulis: “Pada saat penghapusan dosa dari Bait Suci di surga, harus ada
suatu pengalaman khusus tentang kesela-matan dari dosa di antara mereka yang
menunggu kedatangan Tuhan.’—“Is This the Message Needed?” Review and Herald, 3 Februari 1903, hlm. 5.
Kita
mungkin bertanya, Bagaimana pemulihan Bait Suci di surga dan penghapusan dosa
dalam catatan surga berhubungan langsung dengan umat yang disu-cikan di bumi?
Dalam sebuah khotbah yang disampai-kan pada Pertemuan Konsul Tahunan tahun 1974, W. D. Frazee menanggapi
pertanyaan ini dengan indah. Ia mengatakan bahwa pekerjaan di Bilik Maha Suci
pada suatu hari akan selesai hanya karena “pe-kerjaan sudah tidak ada lagi.”
Orang-orang berdosa akan terus berbuat dosa, dan tidak akan meminta pengampunan
dari Tuhan; dosa-dosa mereka tidak akan masuk ke dalam Bilik Maha Suci.
Orang-orang saleh, pada akhirnya, dengan pertolongan dari Peng-antara mereka
yang penuh kuasa, tidak akan berbuat dosa lagi: Tidak diperlukan lagi persembahan
peng-ampunan dosa.”
Ia
bertanya, “Mengapa Yesus harus berdiri di sana
di dalam Bait Suci dengan tangan terangkat dan memba-wa korban DiriNya? Karena
tuntutan dosa yang terus menerus… Namun
penutupan pintu kasihan akan menunjukkan kenyataan yang indah ini bahwa sa-ma
pastinya seperti orang-orang jahat sampai kepada titik ketika mereka tidak
dapat kembali lagi, demikianlah orang-orang saleh telah melewati titik di mana
mereka tidak dapat kembali.”—“Then Shall the Sanctuary be Cleansed,” Review and Herald, 6 Maret 1975, hlm. 4.
11 “Kristus sedang menyucikan Bait Suci di
surga dari dosa-dosa umat, dan kita harus bekerja selaras de-ngan Dia di bumi,
menyucikan Bait Suci jiwa dari keko-toran moral.”—Ellen G. White, dalam Review and Herald, 11 Februari 1890.
12 “Kristus
mengilhami manusia dengan atribut-atribut Tuhan. Ia membangun tabiat manusia de-ngan keserupaan tabiat ilahi, dengan fondasi yang saleh dari kekuatan dan
keindahan rohani. Maka pembenaran hukum digenapi di dalam orang yang percaya
kepada Kristus… Dengan kehidupan dan
kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadil-an Tuhan tidak menghancurkan
belas kasihanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil,
dan dapat ditaati secara sem-purna. Tuduhan-tuduhan Setan dipatahkan.”—The Desire of Ages, hlm. 762.
13 “Jikalau pernah ada suatu umat yang terus
menerus memerlukan terang yang semakin besar dari surga, inilah umat yang, pada
masa berbahaya ini, dipanggil oleh
Tuhan sebagai penerima hukumNya yang kudus dan untuk mempertahankan tabiatNya di hadapan dunia.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 746.
“Ketika Kristus
datang kelak, tubuh kita yang hina ini akan diubahkan, dijadikan seperti
tubuhNya yang mulia; namun
tabiat yang hina tidak akan menjadi kudus. Pengubahan tabiat harus terjadi sebelum kedatanganNya, kodrat kita
harus murni dan kudus; kita harus memiliki pikiran Kristus, sehingga Ia dapat
memandang dengan senang citraNya tercermin di dalam jiwa-jiwa kita.”—Our High Calling, hlm. 278.
“Kehormatan
Kristus harus berdiri lengkap di dalam kesempurnaan tabiat umat
pilihanNya.”—Ellen G. White, dalam Signs
of the Times, 25 November 1890.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar