Kamis, 23 Februari 2017

PEMBELAAN DIRI TUHAN



Sejak tahun 1844 kemendesakan yang khusus telah terjadi pada mereka yang memahami bahwa Tuhan sedang menunggu sebuah generasi orang-orang yang akan membela Dia dengan cara menuruti “perintah-perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Ada banyak nasehat1 kepada gereja yang menekankan hubungan langsung dengan peker-jaan Kristus di Bilik Maha Suci dan pekerjaanNya di dalam kehidupan para pengikutNya di bumi:

“Sekarang ini Kristus berada di dalam Bait Suci surga. Dan apakah yang dilakukanNya? Membuat penda-maian bagi kita, menyucikan  Bait Suci dari dosa-dosa manusia. Maka, kita harus masuk dengan iman ke dalam Bait Suci bersama-sama dengan Dia, kita harus melaksanakan pekerjaan di dalam Bait Suci jiwa-jiwa kita. Kita harus menyucikan diri kita dari segala kekotoran. Kita harus “membersihkan diri kita dari segala kekotoran dari daging dan roh, menyem-purnakan kekudusan dalam takut akan Tuhan.”—E.G. White, khotbah yang disampaikan tanggal 20 Oktober 1888. Diterbitkan kembali dalam A.V. Olson, Through Crisis to Victory, hlm. 267.

Salah satu pekabaran yang paling mendesak dari ajaran tentang Bait Suci bagi orang Kristen adalah bahwa sejak tahun 1844 sesuatu yang istimewa ditun-tut dari para pengikut Tuhan dalam hal perkembang-an tabiat yang mungkin belum pernah begitu mende-sak dalam perkembangan gereja sebelumnya. Umat Tuhan yang mencapai kualitas tabiat yang ditunggu-tungguNya, dan yang baginya Tuhan telah memberi-kan kepada mereka setiap kuasa ilahi yang dibutuh-kan untuk mencapainya, secara signifikan akan mem-pengaruhi seberapa segera Yesus dapat menyelesai-kan pekerjaanNya di dalam Bilik Maha Suci.2

Kemendesakan yang harus dirasakan oleh umat Tuhan di bumi didasarkan pada kenyataan yang khid-mat bahwa, ketika memasuki Bilik Maha Suci di tahun 1844, Imam Besar kita memulai fase terakhir dari pe-kerjaan pengantaraanNya, yang melibatkan kelayak-an tabiat dari generasi terakhir. Adalah rencana Tuhan untuk menyelesaikan pekerjaan ini berta-hun-tahun yang lalu. Penundaan ini bukan dise-babkan karena ketidakefisienan surga atau peru-bahan dalam rencana-rencanaNya.3 Ia rindu untuk mencurahkan hujan akhir kepada mereka yang te-lah menyucikan “Bait Suci jiwa dari segala keko-toran” (Testimonies, vol. 5, hlm. 214). Ia rindu agar umatNya menjadi tetap tinggal di dalam kebenar-an,4 menjadi nyaman dengan jalan kehidupanNya, sehingga Ia dapat memberikan meterai persetuju-an dan menunjuk kepada mereka tanpa malu di dalam suatu seruan misi sedunia, “Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus” (Wahyu 14:12). Ia rindu untuk mengumumkan akhir dari pertentangan besar itu: “Barangsiapa yang berbu-at jahat, biarlah ia terus berbuat jahat; barangsiapa yang cemar, biarlah ia terus cemar; dan barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran; ba-rangsiapa yang kudus, biarlah ia terus menguduskan dirinya!" (Wahyu 22:11).

Sejak tahun 1844, Yesus telah menunggu suatu umat yang dalam catatan pribadi masing-masing di dalam Bait Suci di surga Ia dapat menuliskan “Telah disuci-kan”; suatu umat yang akan mencerminkan perhatian-Nya akan keselamatan dan kesejahteraan orang lain, melalui mereka seluruh isi surga dapat bekerja de-ngan bebas untuk menyelesaikan perintah Injil.5

Setiap hari pola kehidupan orang Kristen tercermin dalam catatan-catatan tersebut di dalam Bilik Maha Suci. Pertanyaan yang mendesak yang muncul ada-lah: Apakah itu sebuah catatan yang mencerminkan tentang seseorang, yang melalui kasih karunia Tuhan, mengalahkan dosa atau tidak? “Melalui kasih karunia Tuhan dan usaha mereka yang terus menerus mere-ka harus menjadi pemenang-pemenang dalam per-tempuran melawan kejahatan. Sementara pengha-kiman pemeriksaan sedang berlangsung di surga, sementara dosa-dosa dari orang-orang percaya yang penuh penyesalan dibersihkan dari Bait Suci, harus-lah terjadi suatu pekerjaan khusus penyucian, pem-bersihan dosa, di antara umat Tuhan di bumi… Keti-ka pekerjaan ini telah diselesaikan, para pengikut Kristus akan siap menyambut kedatanganNya.”—The Great Controversy, hlm. 425.

Secara umum, upacara dalam Bait Suci telah menjadi sarana pengajaran oleh Tuhan, mengajarkan kepada kita bahwa Ia akan mengampuni pelanggaran-pelang-garan kita, dan memberi kita kuasa untuk menghidup-kan kehidupan dengan ketaatan seperti Kristus.6 Ia akan melakukan penyucian, pemberian kuasa, perta-hanan dari dosa, jikalau kita memilih untuk meng-izinkan Dia untuk bekerja. Pemenang yang telah disu-cikan akan mencerminkan baik tabiat Yesus maupun  kehidupan pelayananNya yang terus menerus.

Secara khusus, pekerjaan Yesus sebagai Imam Be-sar kita di Bilik Maha Suci, memiliki hubungan lang-sung dengan pergerakan di bumi yang bukan saja mengumumkan pekabaran saat penghakiman dalam Wahyu 14:6-14, melainkan juga mengizinkan kasih karunia Tuhan untuk melakukan pekerjaanNya yang mulia untuk mengalahkan dosa. Adakah waktu yang lebih mulia, lebih menyenangkan, lebih memuaskan secara pribadi, daripada saat ini?7

Yang mendasar bagi pemikiran Advent selama lebih dari satu abad adalah konsep kembar tentang pemu-lihan Bait Suci dan satu umat yang siap. Dengan kedua konsep ini, para terpelajar Advent telah ber-urusan erat dengan gagasan-gagasan seperti “peng-hapusan dosa,” “penyegaran,” dan “pakaian pesta perkawinan yaitu pembenaran orang-orang kudus.”

Pada awal sejarah Advent, Joseph Bates mengurai-kan secara terperinci hubungan yang erat antara lam-bang dan kegenapan Bait Suci, khususnya yang ber-kenaan dengan pemulihan Bait Suci pada hari pen-damaian. Setelah mengutip kitab Imamat 16:16, ia menuliskan: “Maukah pembaca membaca 18 kata ini [atau 41 kata dalam Alkitab bahasa Indonesia] kem-bali dan melihat apakah kita tidak mengatakan makna “pendamaian bagi tempat kudus.” Ya! Anda mengata-kan, itu adalah untuk menyucikan umat, seluruh-nya, dari dosa-dosa mereka. Baiklah, jangan melu-pakan hal itu, ketika diterapkan kepada kita dalam Bait Suci kegenapannya.8—Midnight Cry in the Past,” Review and Herald, Desember 1850, hlm. 21.

Stephen N. Haskell, di tahun 1856, juga melihat secara jelas hubungan antara suatu umat yang siap dan penyelesaian perintah Injil: “Sebuah teori ten-tang Pekabaran Malaikat Ketiga tidak pernah, ti-dak akan pernah menyelamatkan kita, tanpa pa-kaian pesta perkawinan, yaitu pembenaran orang-orang kudus. Kita harus menyempurnakan keku-dusan dalam takut akan Tuhan.”—“A Few Thoughts on the Philadelphia and Laodicea Churches,” Review and Herald, 6 November 1856, hlm. 6.

Pada pertemuan General Konferens tahun 1901, Has-kell memberikan serangkaian pelajaran tentang seja-rah ajaran Bait Suci. Dalam ringkasan tentang pemi-kiran dasar Advent tentang topik ini, ia berkata: “Kita telah mempelajari, pertama, bahwa ada suatu wak-tu ketika Kristus akan masuk ke dalam Bait Suci surga; kedua, bahwa waktu itu adalah penghakim-an pemeriksaan; ketiga, bahwa pekerjaan pada periode tersebut adalah penyempurnaan tabiat; dan keempat, bahwa semakin anda memahami tentang pekerjaan di dalam Bait Suci, semakin anda memahami kuasa kebenaran Tuhan yang berhubungan dengan umat Tuhan dan pada masa kini di mana kita sekarang hidup.”9—“Bible Study,” General Conference Bulletin, 7 April 1901, hlm. 100.

Di tahun 1864, serangkaian artikel yang luar biasa terbit dalam Review, ditulis oleh D.T. Bourdeau, yang di dalamnya ia menekankan tanggung jawab khusus yang diemban oleh gereja generasi terakhir: “Sebagi-an orang tidak melihat perlunya menerima kebe-naran-kebenaran yang berlaku bagi masa seka-rang agar mereka dapat disucikan. Mereka meng-anggap  bahwa mereka dapat disucikan melalui kehidupan sebagaimana orang-orang Kristen yang baik lainnya telah hidup. Namun, bagaimana-kah orang-orang Kristen di masa lalu disucikan? Bukankah mereka disucikan melalui kehidupan yang menghidupkan terang yang mereka miliki di zamannya? Dan jikalau kita diberi terang yang lebih banyak daripada mereka, jikalau Tuhan meminta kita melakukan kewajiban yang lainnya, dapatkah kita disucikan semata-mata dengan menghidupkan kehidupan seperti mereka yang hidup di masa lalu? Apakah Tuhan menyebabkan terang yang bersinar dalam perkataanNya sia-sia?... Diperlukan suatu persiapan khusus untuk bertemu dengan Tuhan ketika Dia datang.”—“Sanctification: or Living Holiness,” Review and Herald, 2 Agustus 1864.

Meskipun kita hanya menyebutkan sebagian saja dari para pemikir Advent mula-mula tentang masalah Bait Suci, lebih banyak lagi yang dapat dikutip. Pemaham-an mereka yang umum menunjukkan kesatuan dan kepenuhan yang luar biasa. Mereka lebih awal meli-hat dan menerangkan secara lebih tegas bahwa pe-mulihan Bait Suci di surga berhubungan langsung dengan perkembangan suatu umat di bumi yang suci dan siap. Mereka menyatakan dengan meyakinkan bahwa Tuhan menuntut perkembangan tabiat yang lebih tinggi dari gerejaNya dalam generasi yang ter-akhir yang akan diubahkan daripada dari mereka yang hidup di masa sebelumnya. Persiapan seperti ini akan menjadi pencapaian dengan bantuan ilahi yang tercermin dalam Bait Suci surga melalui “penghapus-an” dosa-dosa yang pernah menjangkiti kehidupan para pemenang itu.

W.W. Prescott khususnya memahami secara jelas hubungan antara pekabaran malaikat ketiga dalam Wahyu 14, penghapusan dosa-dosa, suatu umat yang menang, dan saat Tuhan akan datang kembali. Da-lam khotbah pada pertemuan General Konferens ia berkata: “Ada perbedaan antara Injil yang dikhotbah-kan bagi pengampunan dosa-dosa dan Injil yang di-khotbahkan bagi penghapusan dosa-dosa. Selalu, dan juga sekarang ini, terdapat ketetapan yang ber-limpah bagi pengampunan dosa. Dalam generasi kita terjadi ketetapan bagi penghapusan dosa. Dan peng-hapusan dosa adalah apa yang akan memper-siapkan jalan bagi kedatangan Tuhan kita; dan penghapusan dosa adalah pelayanan Imam Besar kita dalam Bilik Maha Suci di Bait Suci di surga; dan ini membuat perbedaan bagi umat Tuhan saat ini dalam pelayanan mereka, dalam pekabaran mereka, dan dalam pengalaman mereka, apakah mereka mengetahui perubahan pelayanan dari satu bilik ke bilik yang lain, ataukah mereka mengenali dan mengalami kenyataan tentang per-ubahan tersebut…

“Sekarang bahwa pekabaran malaikat ketiga harus di-sampaikan secara nyata; dan dengan itu, tentu saja, akan datang penyampaian pelayanan Injil bagi masa kini, penghapusan dosa-dosa dalam generasi ini, yang mempersiapkan jalan bagi Tuhan…

“Dan ketika kebenaran-kebenaran tersebut diku-mandangkan dalam terang sejarah advent dan nubuatan advent, kebenaran-kebenaran tersebut akan menyelamatkan orang dari dosa dan dari berbuat dosa sekarang. Mereka akan mempersiap-kan suatu umat yang akan berdiri pada jam pen-cobaan yang akan menghadang kita, dan akan mempersiapkan suatu umat untuk bertemu de-ngan Tuhan kita di udara, dan untuk bersama dengan Tuhan selamanya; dan inilah pekabaran yang harus dikumandangkan dalam generasi ini” —“The Gospel Message for Today,” General Confer-ence Bulletin, 2 April 1903, hlm. 53, 54.10

Satu hal yang sangat jelas: Tuhan bukanlah seorang pencatat yang tidak jujur. Ia tidak akan menulis “telah disucikan” pada catatan setiap orang di dalam gene-rasi terakhir ini jika kehidupan orang tersebut belum disucikan dengan kuasa Roh Kudus yang berdiam di dalam orang itu. Meskipun ada sebagian orang yang selama bertahun-tahun mengizinkan kasih karunia Tuhan menyucikan mereka dari segala kekotoran, ada satu tanggung jawab khusus bagi kelompok ter-sebut dalam generasi terakhir di bumi ini yang akan diubahkan. Tentang mereka yang dikatakan, “barangsiapa yang kudus, biarlah ia terus mengu-duskan dirinya!" (Wahyu 22:11), adalah orang-orang yang benar-benar telah disucikan.11

Semua ini membawa kita kembali kepada pokok ba-hasan dalam bab ini: Apakah dosa tidak terelakkan dan tidak dapat dihindarkan karena kita adalah manu-sia yang lemah? Meskipun kita telah mempelajari ba-gaimana dua kebenaran sentral  dari ajaran tentang Bait Suci (“suatu pengorbanan pendamaian dan seo-rang pengantara yang penuh kuasa”) yang berhu-bungan erat dengan apa yang telah dilakukan Yesus bagi kita dengan apa yang ingin dilakukan Yesus di dalam kita, apakah itu dapat benar-benar terjadi? Apakah itu bisa terjadi? Inilah pertanyaan yang masih tergantung dan tertunda di hadapan alam semesta.

Inilah pertanyaan yang dihantamkan oleh Setan ke muka Yesus.  Perjalanan tahun yang lama, dekade demi dekade—tanpa guna—hanya menambah sakit Kalvari dan hati seorang Juruselamat yang robek  yang telah mengikrarkan perkataanNya bahwa kasih karuniaNya telah cukup untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa-dosa mereka (Efesus 3;20; 5:27; Ibrani 4:16; Yudas 24, et al.).

Suatu pemahaman yang jelas tentang ajaran tentang Bait Suci akan mengubah suatu gambaran yang me-nyedihkan namun bukan tanpa pengharapan. Saat ini kita memiliki hak istimewa untuk masuk ke dalam Bait Suci surga “oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni.” (Ibrani 10:19-22).

Kita benar-benar memasuki Bait Suci dan bersekutu dengan Imam Besar kita ketika ada keinginan yang tulus untuk mengutuk dosa dalam daging sebagai-mana Yesus, Saudara Tua kita, melakukannya dalam dagingNya (Roma 8:3, 4). Mengakui nama Yesus tetapi bukan kuasaNya bukan saja adalah suatu hal yang mempermalukan Tuhan, melainkan juga penghalang utama menuju keselamatan. “Jikalau orang-orang yang menyembunyikan dan membuat pembelaan atas kesalahan-kesalahan mereka dapat melihat bagaimana Setan bersukaria atas mereka, betapa ia mengejek Kristus dan para malaikat kudus melalui perbuatan mereka, mereka akan segera me-ngakui dosa-dosa mereka dan meninggalkannya.”—The Great Controversy, hlm. 489.

Maka, dosa-dosa yang terus menerus dari umat Tuhan, dan dosa-dosa dunia secara umum, menjadi unsur yang sangat penting dari apakah pekerjaan yang sedang terjadi dalam Bait Suci di surga itu efektif.

Setan, dalam salah satu kebohongan utamanya, mengatakan bahwa ketaatan itu tidak mungkin, bahwa hukum-hukum dan tuntutan Tuhan itu tidak mungkin dilakukan. Menurutnya, salah satu keku-rangan alam semesta, kata Setan, adalah bahwa Tuhan itu tidak adil dalam menghukum mereka yang menjadi makhluk ciptaanNya yang tidak taat kepadaNya, karena Ia menuntut sesuatu yang tidak mungkin. (lihat The Desire of Ages, hlm. 761-764).

Siapakah yang benar? Tuhan atau Setan? Ketika kita melihat sekeliling kita, kepada kerakusan, kejahatan, kebencian, dan ketidaksetiaan manusia, tampaknya bahwa tuduhan-tuduhan Setan itu adalah benar.  Tampaknya, jika bukan Tuhan itu tidak realistis dalam menuntut kasih dan tidak mementingkan diri sendiri, maka Tuhan itu tidak mampu mengatasi masalah dosa setelah dosa itu muncul.

Masalahnya semata-mata berpusat pada apakah Yesus itu mampu atau tidak; yaitu, apakah Ia adalah seorang Pengantara yang penuh kuasa jikalau Ia tidak dapat “menyucikan” orang berdosa dari dosa-dosanya (1 Yohanes 1:9), apakah daripadaNya “kasih karunia untuk mendapat pertolongan kita pada waktunya” (Ibrani 4:16) tidak cukup untuk memelihara para peng-ikutNya dari jatuh ke dalam dosa, jikalau pengantara-an surgawiNya terdapat kekurangan oleh suatu ke-tidakmampuan untuk “menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak ber-noda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya” (Yudas 24), maka Setan pada akhirnya adalah benar. Maka, pertentangan besar pada akhirnya selesai—Tuhan akan dinyatakan tidak adil, karena menuntut terlalu banyak dari ciptaanNya. Dan Ia akan dipandang tidak kompeten, karena tidak mampu mengatasi pemberontakan.

Terima kasih Tuhan, bukan itu yang terjadi!  Mulia-lah kabar bahwa umat manusia dapat mengatasi pen-cobaan dan menjadi pemenang. Karena, berdiri di pu-sat alam semesta, adalah Seorang Manusia yang telah membuktikan bahwa Setan adalah penipu. Karena alasan ini Yesus harus “disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa” (Ibrani 2:17); “Sebab Imam Besar yang kita punya, bu-kanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:15); “Dan sekalipun Ia adalah Anak, Ia telah belajar menjadi taat dari apa yang telah dideritaNya, dan sesudah Ia mencapai kesempurnaanNya, Ia menjadi pokok keselamatan yang abadi bagi semua orang yang taat kepada-Nya, dan Ia dipanggil menjadi Imam Besar oleh Allah” (Ibrani 5:8-10).

Untuk membuktikan bahwa Setan adalah penipu, Ye-sus membela keadilan Tuhan. Sebagai Imam Besar, yang membela kasus manusia di hadapan alam se-mesta, Ia adalah saksi hidup bahwa manusia yang hi-dup pada sisi Kejatuhan dapat melawan dosa, bahwa Tuhan tidak menuntut sesuatu yang tidak mungkin.12 “Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya. MaksudNya ialah untuk menunjukkan keadilanNya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:25, 26).

Namun kehidupan tanpa dosa yang dihidupkan Yesus hanyalah salah satu fase dalam pembelaan mulia dari tabiat Tuhan. Karya kasih karunia di dalam kehidupan orang-orang Kristen yang telah menang akan menjadi bukti selanjutnya dari kuasa dan kemuliaan Tuhan. “Juruselamat datang untuk memuliakan Bapa dengan mendemonstrasikan ka-sihNya; maka demikianlah Roh Kudus untuk me-muliakan Kristus dengan menyatakan kasih karu-niaNya kepada dunia; Citra Tuhan haruslah dinya-takan kembali di dalam kemanusiaan. Martabat Tuhan, martabat Kristus, terlibat dalam penyem-purnaan tabiat-tabiat umat Tuhan.”The Desire of Ages, hlm. 671.13

Tabiat-tabiat dari orang-orang Kristen di akhir zaman yang menurut kepada perintah-perintah Tuhan dan beriman kepada Yesus” adalah kualitas yang sama yang dimiliki Enokh, Daniel, dan orang-orang di masa lalu yang menjadi pemenang yang disucikan, yang dengan demikian membela hikmat dan kuasa Tuhan. pengalaman Ayub akan terjadi kembali. “Karena Ia tahu jalan hidupku; seandainya Ia menguji aku, aku akan timbul seperti emas” (Ayub 23:10). Maka itu ter-jadi. Melalui daya tahan yang sabar, ia mempertahan-kan tabiatnya sendiri, dan oleh karenanya tabiat dari Dia yang diwakiliNya.” Education, hlm. 156. (Lihat juga Yehezkiel 36:23-28).

Demikianlah pengharapan Tuhan, dan pengharapan para penulis Alkitab khususnya ketika mereka memu-satkan perhatian pada akhir zaman ketika tuaian dari benih Injil harus dikumpulkan. Mengapa saat panen itu ditunda? Itulah pokok pembahasan kita pada bab ber-ikutnya.

------------------
1 “Ini adalah hari pendamaian yang besar itu, dan Pembela kita berdiri di hadapan Bapa, memohon sebagai pengantara kita. Sebagai gantinya pakaian pembenaran diri, kita harus didapati setiap hari merendahkan diri kita di hadapan Tuhan, mengaku dosa-dosa pribadi kita masing-masing, memohon pengampunan dari pelanggaran-pelanggaran kita, dan bekerja sama dengan Kristus dalam pekerjaan mempersiapkan jiwa kita untuk mencerminkan citra ilahi. Kecuali kita masuk ke dalam Bait Suci di dalam, dan bersatu dengan Kristus dalam membe-reskan keselamatan kita sendiri dengan rasa takut dan gemetar, kita akan ditimbang di dalam Bait Suci, dan akan ditemukan kurang.”The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen G. White tentang kitab Ibrani 10:19-21, hlm. 933-934.

2 Pembahasan ini tentang hubungan antara perkem-bangan tabiat dan percepatan atau penundaan Keda-tangan Kedua akan dibahas dalam Bab yang berjudul “Mengapa Waktu Ditunda.”

3 Seandainya orang-orang Advent, setelah kekecewa-an besar di tahun 1844, berpegang teguh pada iman mereka dan bersatu mengikuti dalam pembukaan pemeliharaan Tuhan, menerima pekabaran dari malai-kat ketiga dan dengan kuasa Roh Kudus mengabar-kannya kepada dunia, mereka pasti telah melihat ke-selamatan dari Tuhan, Tuhan tentu telah menempa usaha-usaha mereka dengan kekuatan, pekerjaan ten-tu telah selesai, dan Kristus tentu telah datang untuk menerima umatNya dan memberi upah mereka. Na-mun dalam periode keraguan dan ketidakpastian yang mengikuti kekecewaan itu, banyak orang percaya Ad-vent menyerahkan iman mereka…. Maka pekerjaan menjadi terhalang, dan dunia ditinggalkan dalam kege-lapan. Seandainya tubuh Advent secara keseluruhan bersatu dalam hukum-hukum Tuhan dan iman kepada Yesus, betapa akan berbedanya sejarah kita!
“Bukanlah kehendak Tuhan bahwa kedatangan Kristus harus ditunda. Tuhan tidak merancang bahwa umatNya, yaitu Israel, harus mengembara selama 40 tahun di padang belantara. Ia  berjanji untuk menuntun mereka langsung ke tanah Kanaan, dan menetapkan mereka di sama sebagai suatu umat yang kudus, sehat, dan bahagia. Namun mereka yang mendengar-kan kabar itu pertama kali, tidak dapat masuk karena ketidakpercayaan mereka. Hati mereka dipenuhi oleh keluhan, pemberontakan, dan kebencian, dan Tuhan tidak dapat menggenapi perjanjianNya dengan mereka…
“Dosa-dosa yang sama telah menunda ma-suknya Israel modern ke dalam Kanaan surgawi. Janji-janji Tuhan tidak pernah salah. Adalah keti-dakpercayaan, keduniawian, ketidaksucian, dan pertentangan di antara orang-orang yang mengaku percaya kepada Tuhan, itu semua yang telah me-nahan kita di dunia yang penuh dosa dan penderi-taan ini selama bertahun-tahun.” Evangelism, hlm. 695-696. “Adalah hak istimewa setiap orang Kris-ten, bukan hanya mencari, melainkan juga mem-percepat kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Seandainya kita semua yang mengakui namaNya memberi buah bagi kemuliaanNya, betapa cepat seluruh dunia akan ditabur dengan benih Injil. Segera panenan terakhir akan matang, dan Kristus akan datang untuk mengumpulkan biji-biji yang berharga”—E. G. White, Testimonies, vol. 8, hlm. 22.

4 “Segera setelah umat Tuhan dimeteraikan pada dahi mereka—ini bukan meterai atau tanda yang dapat dilihat, namun berpegang kepada kebenaran, baik secara intelektual maupun rohani, sehingga mereka tidak dapat digoyahkan—segera setelah umat Tuhan dimeteraikan dan dipersiapkan untuk penggoncangan, saa-nya akan tiba.”—The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen G. White tentang Yehezkiel 9:2-4, hlm. 1161.

5  “Kristus menunggu dengan kerinduan akan pernya-taan DiriNya di dalam gerejaNya. Ketika tabiat Kris-tus dihasilkan secara sempurna di dalam umatNya, maka Ia akan datang untuk mengakui  mereka se-bagai milikNya. “Adalah hak istimewa setiap orang Kristen, bukan hanya mencari, melainkan memperce-pat kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Seandai-nya kita semua yang mengakui namaNya memberi buah bagi kemuliaanNya, betapa cepat seluruh dunia akan ditabur dengan benih Injil. Segera panenan tera-khir akan matang, dan Kristus akan datang untuk me-ngumpulkan biji-biji yang berharga.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 69.

6 “Pelajaran lain yang diajarkan oleh Bait Suci, melalui upacara korbannya, adalah pelajaran tentang peng-ampunan, dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat bagi hidup.”—Ellen G. White, Education, hlm. 36.

7  “Peristiwa yang berhubungan dengan Bait Suci di atas harus memberi kesan yang sedemikian kepada pikiran dan hati semua orang sehingga mereka dapat mengesankan kepada orang lain. Semua orang perlu menjadi lebih cerdas dalam hal pekerjaan pendamai-an, yang sedang berlangsung di dalam Bait Suci di atas. Ketika kebenaran yang agung ini dilihat dan dipahami, mereka yang berpegang kepadanya akan bekerja selaras dengan Kristus untuk mempersiap-kan suatu umat untuk berdiri pada hari besar Tuhan, dan usaha-usaha mereka akan berhasil. De-ngan belajar, merenungkan, dan berdoa, umat Tuhan akan  ditinggikan mengatasi pemikiran dan perasaan orang-orang dunia yang umum, dan akan dibawa kepada keselarasan dengan Kristus dan pekerjaan besarnya untuk menyucikan Bait Suci di atas dari dosa-dosa umat. Iman mereka akan berjalan bersama Dia ke dalam Bait Suci, dan para penganutnya di bumi akan berhati-hati mengingat kembali kehidupan mereka dan membandingkan tabiat mereka dengan standar besar pembenaran atau kesalehan. Mereka akan melihat kekurangan-kekurangan mereka; mereka juga akan melihat bahwa mereka memerlukan bantuan dari Roh Tuhan jikalau mereka ingin menjadi layak bagi pekerjaan yang besar dan khidmat pada masa kini yang  dibebankan kepada para dutabesar Tuhan.”—Testimonies, vol. 5, hlm.575.

8 Dalam artikel yang sama, Bates menunjukkan bah-wa “penyucian” umat Tuhan akan terjadi sebelum tujuh bala terakhir.

9 Selanjutnya di tahun 1901, dalam serangkaian artikel dalam Review, Haskell menekankan tema yang sama, bahwa suatu umat yang telah dipersiapkan di bumi se-suai dengan Bait Suci yang telah disucikan di surga: “Pengetahuan yang tidak dimiliki mereka [orang-orang Yahudi] adalah penerapan rohani dari pertanyaan ten-tang Bait Suci, yang berpusatkan pada Kristus. Perta-nyaan tentang Bait Suci haruslah menyatakan tentang Kristus, pekerjaanNya di dalam pengadilan surga, dan demikian juga akan dilaksanakan di dalam hati para pengikutNya. Maka jelaslah bahwa pekerjaan di dalam hati manusia haruslah sesuai dengan pekerjaan Kristus di surga.

“Ada tiga Bait Suci yang disebutkan dalam Alkitab, dan semuanya harus dipadukan dalam satu pelajaran… Pekerjaan Kristus di dalam surga adalah juga ber-langsung di dalam Bait Suci hidup umatNya di bumi; maka sementara ada satu Bait Suci di bumi, dan masih ada satu di surga, yang terpenting dari ketiganya adalah umatNya; karena obyek dari Bait Suci di bumi adalah untuk mengajarkan kepada manusia bagaimana mengetahui dan percaya ke-pada pekerjaan yang sesungguhnya dilakukan bagi mereka di dalam Bait Suci di surga… Seluruh pekerjaan yang dinyatakan melalui Bait Suci yang ada di bumi menjadi bayangan dari pekerjaan sesungguh-nya dari Kristus di surga, yaitu penyucian GerejaNya di bumi, dan sebagai akibatnya, pengabaian akan pe-ngetahuan tentang kebenaran-kebenaran ini akan menyebabkan manusia tidak siap untuk pengha-kiman Tuhan yang akan segera terjadi, sebagaima-na orang-orang Yahudi tidak siap ketika kehancuran terjadi pada mereka.”—“The Sanctuary Question from the Standpoint of The Book of  Hebrews,” Review and Herald, 13 Agustus 1901, hlm. 518.

10 Dalam sebuah artikel sebelumnya di tahun yang sa-ma dalam Review and Herald, Prescott telah menulis: “Pada saat penghapusan dosa dari Bait Suci di surga, harus ada suatu pengalaman khusus tentang kesela-matan dari dosa di antara mereka yang menunggu kedatangan Tuhan.’—“Is This the Message Needed?” Review and Herald, 3 Februari 1903, hlm. 5.

Kita mungkin bertanya, Bagaimana pemulihan Bait Suci di surga dan penghapusan dosa dalam catatan surga berhubungan langsung dengan umat yang disu-cikan di bumi? Dalam sebuah khotbah yang disampai-kan pada Pertemuan Konsul Tahunan  tahun 1974, W. D. Frazee menanggapi pertanyaan ini dengan indah. Ia mengatakan bahwa pekerjaan di Bilik Maha Suci pada suatu hari akan selesai hanya karena “pe-kerjaan sudah tidak ada lagi.” Orang-orang berdosa akan terus berbuat dosa, dan tidak akan meminta pengampunan dari Tuhan; dosa-dosa mereka tidak akan masuk ke dalam Bilik Maha Suci. Orang-orang saleh, pada akhirnya, dengan pertolongan dari Peng-antara mereka yang penuh kuasa, tidak akan berbuat dosa lagi: Tidak diperlukan lagi persembahan peng-ampunan dosa.”

Ia bertanya, “Mengapa Yesus harus berdiri di sana di dalam Bait Suci dengan tangan terangkat dan memba-wa korban DiriNya? Karena tuntutan dosa yang terus menerus… Namun penutupan pintu kasihan akan menunjukkan kenyataan yang indah ini bahwa sa-ma pastinya seperti orang-orang jahat sampai kepada titik ketika mereka tidak dapat kembali lagi, demikianlah orang-orang saleh telah melewati titik di mana mereka tidak dapat kembali.”—“Then Shall the Sanctuary be Cleansed,” Review and Herald, 6 Maret 1975, hlm. 4.

11 “Kristus sedang menyucikan Bait Suci di surga dari dosa-dosa umat, dan kita harus bekerja selaras de-ngan Dia di bumi, menyucikan Bait Suci jiwa dari keko-toran moral.”—Ellen G. White, dalam Review and Herald, 11 Februari 1890.

12Kristus mengilhami manusia dengan atribut-atribut Tuhan. Ia membangun tabiat manusia de-ngan keserupaan tabiat ilahi, dengan fondasi yang saleh dari kekuatan dan keindahan rohani. Maka pembenaran hukum digenapi di dalam orang yang percaya kepada Kristus… Dengan kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadil-an Tuhan tidak menghancurkan belas kasihanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sem-purna. Tuduhan-tuduhan Setan dipatahkan.”—The Desire of Ages, hlm. 762.

13 “Jikalau pernah ada suatu umat yang terus menerus memerlukan terang yang semakin besar dari surga, inilah umat yang, pada masa berbahaya ini, dipanggil oleh Tuhan sebagai penerima hukumNya yang kudus dan untuk mempertahankan tabiatNya di hadapan dunia.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 746.

“Ketika Kristus datang kelak, tubuh kita yang hina ini akan diubahkan, dijadikan seperti tubuhNya yang mulia; namun tabiat yang hina tidak akan menjadi kudus. Pengubahan tabiat harus terjadi sebelum kedatanganNya, kodrat kita harus murni dan kudus; kita harus memiliki pikiran Kristus, sehingga Ia dapat memandang dengan senang citraNya tercermin di dalam jiwa-jiwa kita.”Our High Calling, hlm. 278.

“Kehormatan Kristus harus berdiri lengkap di dalam kesempurnaan tabiat umat pilihanNya.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 25 November 1890.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar