Rabu, 22 Februari 2017

TUJUAN TUHAN MELALUI SATU LAMBANG


Untuk dapat memahami secara lebih baik tujuan yang lebih luas dari gereja Kristen secara umum, dan gerakan Masehi Advent Hari Ketujuh secara khusus, dan juga sasaran besar dari rencana keselamatan, kita harus merenungkan lebih lanjut mengapa Tuhan memberikan Bait Suci di bumi kepada bangsa Israel di masa Perjanjian Lama.

Pelayanan Bait Suci di bumi melambangkan, bahkan hampir sejelas kotak pasir bagi taman kanak-kanak, bagaimana Tuhan berencana mengatasi masalah dosa sehubungan dengan pribadi, bumi, Setan dan seluruh alam semesta. Perhatian utama Tuhan adalah makhluk ciptaanNya yang berakal budi pada suatu hari akan bebas dari ikatan dan kekawatiran dosa, dan dibersihkan dari segala keraguan tentang kasih dan hikmatNya. Namun Ia mengetahui bahwa ini akan terjadi, bukan melalui perintah, melainkan melalui pilihan bebas dari mereka yang berdiam dalam kebenaran tentang Dia dan yang bertindak sesuai dengan kebenaran itu.

Bagaimanakah Tuhan memperoleh penyelesaian atas masalah dosa pada pria dan wanita yang memberon-tak dan hanya berorientasi pada bumi? Menuliskan-nya di awan-awan? Menggemakannya dalam guntur setiap hari di padang belantara Sinai pada dini hari? Tidak. Mengetahui bagaimana kita belajar dan me-nyimpan pengetahuan secara paling efektif, Ia mela-kukan yang terbaik, meskipun kurang spektakuler dan mengagumkan dibandingkan dengan guntur dan tulis-an di awan. Ia memberikan kita suatu kisah bergam-bar yang terbungkus dalam drama manusia, suatu pe-lajaran  yang dapat dilihat, didengar, dialami, dan dia-cu berulang-ulang, pun jikalau ingatan menjadi lemah dan kemampuan belajar menjadi lambat.

Setelah menyatakan kepada bangsa Israel rencana kerjaNya mengenai kehidupan, kebebasan, dan keba-hagiaan dalam Sepuluh Hukum, yang dilatarbelakangi dengan guntur dan kilat di Sinai, Ia mengetahui bah-wa hukum itu hanya akan meliputi orang berdosa. Ia mengetahui bahwa harapanNya hanya akan menam-bah perasaan ketidakberdayaan dan putus asa manu-sia. Maka, segera Ia memerintahkan untuk mem-bangun sebuah Bait Suci di bumi untuk mengajarkan pelajaran ganda yang sebelumnya telah kita bahas dalam buku ini—“pelajaran tentang pengampunan atas dosa, dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat demi hidup” (Education, hlm. 36). Pengampun-an dan kuasa, aspek dari peran ganda Pengantara kita yang yang penuh kuasa, adalah apa yang dibutuhkan oleh bangsa Israel dan yang kita butuhkan saat ini!

Dalam pelayanan Bait Suci yang mengagumkan ini “Tuhan menginginkan agar umatNya membaca tujuan-Nya bagi jiwa manusia. Itu adalah tujuan yang sama yang telah disampaikan kemudian oleh rasul Paulus, berbicara mengenai Roh Kudus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membina-sakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.’”—Ibid.

Bait Suci Yerusalem di masa Kristus dimaksudkan untuk melanjutkan fungsi yang sama sebagaimana Bait Suci di bumi: “Bait Suci itu, yang dibangun karena kepercayaan akan Kehadiran ilahi, diran-cang sebagai pelajaran bagi Israel dan bagi dunia. Dari zaman kekekalan adalah menjadi tujuan Tuhan bahwa setiap makhluk ciptaan, dari malai-kat yang terang dan kudus hingga manusia, harus menjadi Bait Suci bagi kediaman Sang Pencipta. Karena dosa, manusia gagal menjadi Bait Suci bagi Tuhan… Namun melalui inkarnasi Anak Allah, tujuan Surga digenapi. Tuhan berdiam di dalam ke-manusiaan, dan melalui kasih karunia yang me-nyelamatkan hati manusia kembali menjadi Bait Suci Nya. Tuhan merancang  bahwa  Bait Suci di Yerusalem haruslah menjadi saksi terus menerus bagi nasib yang agung yang terbuka bagi setiap jiwa… Dalam penyucian Bait Suci dari pembeli dan pedagang dunia, Yesus mengumumkan misiNya untuk menyucikan setiap hati dari kekotoran do-sa—dari keinginan-keinginan duniawi, hasrat yang mementingkan diri sendiri, kebiasaan-kebiasaan jahat, yang menggerogoti jiwa… Tidak ada seo-rang manusiapun yang melalui kekuatannya sen-diri dapat mengusir si jahat yang telah menguasai hatinya. Hanya Kristus yang dapat menyucikan Bait Suci jiwa. Namun Ia tidak akan memaksa ma-suk. Ia datang tidak ke dalam hati sebagaimana pada Bait Suci di masa lampau; namun Ia berkata, ‘Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapat-kannya’ Wahyu 3:20”The Desire of Ages, hlm. 161.

Salah satu tujuan inkarnasi Tuhan kita adalah untuk memberikan kita pelajaran tambahan, kali ini dalam daging dan darah: untuk mendemonstrasikan ba-gaimana Tuhan ingin memiliki hubungan dengan pria dan wanita, dan apa yang diharapkan Tuhan dari mereka. Dengan demikian, Ia menggenapi tuju-an yang dilambangkan oleh Bait Suci (Ibid.)1

Apa yang diajarkan dalam pelayanan Bait Suci melalui lambang, itulah yang diteladankan oleh Yesus. Apa yang diteladankan oleh Yesus, harus-lah dicerminkan oleh para pengikutNya.2

Dalam segala hal, melalui kehidupan dan kematian-Nya, Yesus memenuhi tuntutan keadilan dan me-mungkinkan Tuhan “untuk menunjukkan keadilanNya pada masa kini, supaya nyata bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:26).3 Yesus membukakan kebo-hongan-kebohongan Setan dengan cara mende-monstrasikan bahwa Tuhan tidak mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin ketika Ia menuntut ketaatan dari ciptaanNya; kehidupan Yesus mem-buktikan bahwa manusia dapat hidup dalam kehi-dupan yang taat dan menang.4

Apa yang telah dilakukan oleh Yesus bagi kita dalam kehidupan dan kematian pengorbananNya dinyatakan dalam upacara-upacara dalam kemah suci di padang belantara dan Bait Suci selanjutnya di Yerusalem. Pe-lajaran-pelajaran ini haruslah kita renungkan dengan khidmat dan terima dengan rasa syukur. Apa yang ingin dilakukanNya di dalam kita hanyalah menunggu kerja sama kita untuk mengizinkan Dia untuk menyele-saikan pekerjaanNya untuk menyucikan Bait Suci jiwa kita. Aspek ganda dari peran Tuhan kita sebagai Penebus dinyatakan lebih jelas lagi ketika kita mempelajari bagaimana upacara-upacara Bait Suci di bumi juga melambangkan gereja Kristen.

Pada pergantian abad, Ellen White menggariskan suatu hubungan yang menarik antara upacara-upaca-ra Bait Suci di bumi dan gereja Kristen. Dia menulis-kan, “Bait Suci Yahudi adalah sebuah tipe (lam-bang) dari gereja Kristen… Gereja di  bumi, yang terdiri atas orang-orang yang setia dan patuh kepada Tuhan, adalah ‘Bait Suci yang sesung-guhnya,’ di mana Sang Penebus adalah pelayan-nya. Tuhan, dan bukan manusia, membangun Bait Suci ini di atas sebuah landasan yang diangkat tinggi. Bait Suci ini adalah tubuh Kristus, dan dari utara, selatan, timur dan barat, Ia mengumpulkan mereka yang akan membantu membangunnya.

“Melalui Kristus, orang-orang percaya yang sejati dinyatakan sebagai yang dibangun bersama-sama untuk suatu kediaman Tuhan melalui Roh Kudus. Paulus menulis: “Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu diselamatkan—dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karu-nia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan ke-baikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus. Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pem-berian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus un-tuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu –sebagai orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang dikerjakan oleh tangan manusia,--bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak termasuk kewargaan Israel dan tidak men-dapat bagian dalam ketentuan-ketentuan yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemi-sah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk menciptakan keduanya menjadi satu manu-sia baru di dalam diriNya, dan dengan itu menga-dakan damai sejahtera, dan untuk memperdamai-kan keduanya, di dalam satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib itu. Ia datang dan memberitakan damai sejah-tera kepada kamu yang "jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat", karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:4-22).

“Meskipun rencana keselamatan dilaksanakan menurut rencana yang ditentukan sejak sebelum dunia ini diciptakan, namun baik pria maupun wanita tidak akan diselamatkan kecuali mereka sendiri mengalami iman, dan membangun di atas landangan yang benar, kecuali mereka mengizin-kan Tuhan untuk menciptakan mereka kembali melalui Roh Kudus. Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen manusia yang bekerja sama dengan dia melalui pikiran untuk membantu membangun bangunan Tuhan. sebuah Bait Suci yang kudus dibangun atas mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi mereka… Dengan menerima Kristus dan menurut kepada kehendak-Nya, manusia menuju kepada kesempurnaan. Pembentukan tabiat-tabiat pribadi ini, yang diper-baharui, membangun sebuah bangunan yang lebih mulia daripada pekerjaan manusia fana manapun. Maka pekerjaan besar Tuhan maju dari satu titik ke titik selanjutnya. Mereka yang menginginkan sebu-ah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan ini melalui kemauan mereka untuk begitu menurut ke-pada kehendakNya sehingga mereka dapat diper-cayakan atas kasih karunia untuk membagi-kannya kepada orang lain…

“Kristus adalah Pelayan dari Bait Suci yang sejati, Imam Besar bagi semua orang yang percaya kepadaNya sebagai Juruselamat pribadi mereka; dan jabatanNya tidak dapat diambil alih oleh siapa-pun. Dialah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun. Melalui kasih karuniaNya Ia mampu untuk menjaga setiap manusia dari pelanggaran. Para duta-besarNya, yaitu mereka yang menerima Dia, dilahirkan kembali, dan oleh karenanya menjadi layak untuk menjadi wakilNya [Ibrani 7:26-28].”—God’s Care for His Church.” Signs of the Times, 14 Februari 1900.

Kata-kata ini menekankan beberapa aspek penting dari rencana keselamatan, khususnya dipandang dari perlambangan upacara-upacara Bait Suci . Tanpa me-ngurangi apapun dari kenyataan bahwa Yesus adalah pelayan dalam “’Bait Suci yang sejati” di surga, yang Bait Suci di bumi adalah gambarannya,’ atau bahwa “Bait Suci yang sejati’ di surga adalah Bait Suci perjanjian baru” (The Great Controversy, hlm. 417), Ellen White membuat penerapan berikutnya dari peranNya sebagai pelayan dari Bait Suci yang sejati. “Bait Suci sejati” dalam penerapannya pada gereja di  bumi, terdiri atas orang-orang yang mengizin-kan kasih karunia-Nya untuk menjaga mereka dari pelanggaran, orang-orang yang benar-benar dila-hirkan kembali yang menjadi layak untuk menjadi wakilNya.

Dari sejak peresmian Bait Suci di padang belantara hingga Bait Suci-Bait Suci di Yerusalem, para pengikut Tuhan mengetahui bahwa rencana keselamatan yang dilambangkan dalam upacara-upacara Bait Suci berhubungan dengan manusia, bukan binatang, tirai kain, kayu ataupun air. Aspek-aspek harafiah dari ajaran tentang Bait Suci mengajarkan kebenaran-kebenaran yang harafiah tentang bagaimana Tuhan berurusan dengan manusia. Ia tidak mem-bersihkan dan memulihkan peralatan, melainkan orang-orang. Kebenaran-kebenaran yang mulia yang dilambangkan di dalam Bait Suci di bumi mengacu kepada tindakan-tindakan, peristiwa-peristiwa, dan hu-bungan-hubungan yang sangat harafiah yang ada antara Tuhan dan umat-Nya.5

Sementara Yesus berada dalam satu tempat yang sangat nyata, melaksanakan fungsi-fungsi yang sa-ngat nyata untuk menyelesaikan pertentangan besar itu, salah satu dari perhatian utamaNya yang ber-hubungan dengan puncak dari pertentangan besar adalah pembangunan gerejaNya di bumi. Bait Suci di bumi adalah bayangan (Ibrani 8:5) dari kebenaran-kebenaran agung ini, yang tampak dalam terang siang Perjanjian Baru, dan selanjutnya diperjelas dalam tulisan-tulisan Ellen G. White. Untuk dapat melihat kebenaran-kebenaran ini dalam terangnya yang ter-jelas, kita tidak perlu mengurusi terlalu rinci tentang Bait Suci di bumi; kita harus melanjutkan kepada pe-nerangan-penerangan selanjutnya yang menafsirkan dan menjelaskan tentang bayangan itu.

Ellen White dan yang lainnya telah menunjukkan bah-wa Tuhan terutama berurusan dengan orang-orang; bahwa semua sarana pengajaranNya mewakili baik perananNya maupun peranan manusia dalam perten-tangan besar itu.6 Tujuan dari keselamatan adalah memiliki suatu umat yang ditebus dan suci. Tujuan dari ajaran-ajaran dan upacara-upacara Bait Suci adalah untuk menjelaskan sasaran yang indah ini dan memberikan suatu penjelasan yang jelas tentang bagaimana pria dan wanita yang jujur dapat mencapai sasaran tersebut.

Tuhan berurusan dengan penghapusan dosa dari alam semesta. Bukti hidup bahwa dosa itu tidak diperlukan, dan bahwa manusia dapat mengalah-kan segala kecenderungan untuk berdosa, bahwa Tuhan itu adil ketika mengharapkan ketaatan seba-gai ujian iman, telah didemonstrasikan di dalam kehidupan Yesus. Ini dijamin akan berganda di dalam kehidupan para pengikutNya, khususnya dalam generasi yang mendengar pengumuman bahwa “barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran” (Wahyu 22:11) sesaat sebelum penutupan pintu kasihan.

Dalam artikel di tahun 1900 yang sebelumnya telah dikutip di sini, Ellen White semata-mata menekankan kembali sebuah prinsip yang agung yang sering diung-kapkannya—bahwa bangsa Israel (dan sejak itu orang Kristen) harus membaca “tujuan Tuhan bagi jiwa ma-nusia” dalam pembangunan Bait Suci di padang  be-lantara atau dalam Bait Suci yang besar di Yerusalem” (Education, hlm. 36). Tujuan yang sama, kata Ellen White, disampaikan oleh Paulus ketika ia menuliskan, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16).

Sama seperti umat Tuhan harus bekerja sama dengan Dia dan dengan satu sama lain dalam pembangunan Bait Suci di bumi, demikianlah juga mereka harus bekerja sama dengan Dia dalam perkembangan “Bait Suci di dalam jiwa” (Ibid., hlm. 37). Sama seperti  Tuhan berdiam di dalam Bait Suci di bumi, demikianlah Ia menginginkan untuk menjadikan jiwa manusia sebagai tempat yang layak untuk kediaman Roh Kudus.

Kerja sama antara Tuhan dan manusia inilah satu-satunya jalan keselamatan yang pertama-tama datang kepada manusia melalui pembenaran dan satu-satu-nya jalan pemeliharaannya adalah melalui pengudus-an. “Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen ma-nusia yang bekerja sama dengan Dia dengan me-milih untuk menolong dalam pendirian bangunan Tuhan. sebuah Bait Suci yang kudus dibangun dari mereka yang menerima Kristus sebagai Juru-selamat pribadi mereka.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900.

Namun apakah proses pembangunan ini adalah suatu konsentrasi orang-orang, pemolesan kesalehan ang-gota-anggota gereja sementara banyak orang mati tanpa mendapatkan peringatan? Tidak demikian! Tidak sekejappun! Mereka yang ingin menggenapi tujuan Tuhan bagi mereka, yang berurusan dengan bagaimana cara terbaik untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam menciptakan kembali tabiat mereka sesuai dengan Polanya, adalah orang-orang yang dengan mereka Tuhan benar-benar dapat bekerja di dalam dan melalui mereka demi penyelesaian perintah Injil. Sebagaimana yang ditulis  Nyonya White dalam artikel di majalah Signs tahun 1900: “Mereka yang menginginkan sebuah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan keinginan ini melalui kerelaan mere-ka untuk menjadi begitu selaras dengan kehendak-Nya sehingga mereka dapat dipercayakan atas kasih karunia untuk dibagikan kepada orang-orang lain.”

Tuhan sedang ada dalam proses mempersiapkan sarana-sarana manusia yang menginginkan tabiat-Nya, serta kuasaNya. Ketika mereka telah me-ngembangkan tabiat seperti itu, Ia akan dapat mempercayakan kepada mereka sebagai pameran dari kasih karuniaNya. Hanya setelah itulah, tanpa ragu dan tanya, umatNya akan menyatakan kebe-naran tentang apa yang dapat dilakukan Tuhan bagi orang-orang yang berdosa yang telah sesat.7

Penyelesaian yang sukses dari perintah Injil dalam Matius 24:14 sebagian besar bergantung kepada orang-orang Kristen yang,  pada hari kekuasaanNya, Tuhan tidak akan malu untuk mengakui mereka. Menjadi pria dan wanita yang dapat dipercayakan oleh Tuhan atas kuasaNya bukan saja mempersiap-kan mereka agar menjadi layak untuk hidup di dalam kerajaanNya melainkan juga membuka ajang atau panggung bagi Tuhan untuk memberikan pekabaran peringatan yang terakhir kepada Planet Bumi ini. Orang-orang Kristen yang dewasa adalah seperti Kristus. Mereka adalah orang-orang yang menang yang menanggapi pekabaran Laodikea (Wahyu 3:14-21)—orang-orang di bumi yang secara konsisten tergerak, dan secara spontan tertahan, untuk mengu-mandangkan Injil dalam kepenuhannya kepada sesa-ma manusia.

Bab selanjutnya akan membahas kemendesakan atau urgensinya pada orang-orang Advent karena kebenar-an-kebenaran ini.
------------
1 “Dengan datang untuk berdiam bersama kita, Yesus hendak menyatakan Tuhan  baik kepada manusia maupun kepada malaikat. Ia adalah Firman Tuhan,--pemikiran Tuhan yang menjadi bisa didengar…Maka Kristus membangun Bait SuciNya di tengah-tengah perkemahan kemanusiaan kita. Ia mematok kemah-Nya di sebelah kemah manusia, sehingga Ia dapat berdiam di tengah-tengah kita, dan membuat kita me-ngenal tabiat dan kehidupan ilahiNya.”—The Desire of Ages, hlm. 19-23.

2 “Sebagai salah satu dari kita, Ia harus menjadi tela-dan tentang ketaatan. Untuk itu, Ia mengambil bagi DiriNya  kodrat kita, dan mengalami pengalaman-pengalaman kita. “Dalam segala hal Ia harus disama-kan dengan saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2:17). Jika-lau kita harus menanggung sesuatu yang tidak pernah ditanggung oleh Yesus, maka pada titik ini, Setan akan menyatakan bahwa kuasa Tuhan adalah tidak cukup bagi kita. Itulah sebabnya, Yesus, “sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:17). Ia menanggungkan setiap pencobaan yang kita alami. Dan Ia tidak meng-gunakan bagi DiriNya sendiri kuasa yang tidak diberi-kan kepada kita. Sebagai manusia, Ia menghadapi pencobaan, dan mengalahkannya dengan kekuatan yang diberikan kepadaNya dari Tuhan. Ia berkata, “Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Tau-rat-Mu ada dalam dadaku" (Mazmur 40:9). Sementara Ia melakukan kebaikan, dan menyembuhkan semua orang yang diganggu oleh Setan, Ia menjadikan jelas kepada manusia tentang sifat hukum Tuhan dan sifat pelayananNya. KehidupanNya menjadi saksi bahwa adalah mungkin juga bagi kita untuk taat kepada hukum Tuhan.

“Melalui kemanusiaanNya, Kristus menyentuh ma-nusia; melalui keilahianNya, Ia memegang tahta Tuhan. sebagai Anak Manusia, Ia memberi kita teladan tentang ketaatan; sebagai Anak Allah, Ia memberi kita kuasa untuk taat.”Ibid., hlm. 24.

3 Kehidupan Tuhan kita yang tidak  berdosa di dalam segala keadaan yang biasa pada manusia yang ber-dosa tidak pernah boleh dipisahkan dari perhatian kita kepada kematianNya. KematianNya akan menjadi relatif tidak penting tanpa ketaatanNya yang sempurna se-bagai makhluk manusia yang sejati. kematianNya bagi kita, cukup untuk mengeringkan tetes terakhir rasa syukur setiap manusia yang jujur, adalah titik yang teramat penting dari rencana penebusan karena yang telah mati itu adalah benar-benar Yesus yang adalah manusia yang taat secara sem-purna. “Setan, yang mengaku bahwa dunia adalah wilayah kekuasaannya yang sah, berusaha melalui se-gala cara untuk memerasnya dari setiap genggaman Sang Penebus; namun melalui kehidupan dan kemati-anNya yang hina, Kristus menggenggamnya dengan erat.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900. “Melalui Yesus, kasih kemurahan Tuhan dinyatakan kepada manusia; namun kasih ke-murahan tidak meniadakan keadilan. Hukum menyata-kan ciri tabiat Tuhan, dan tidak setitikpun daripadanya dapat diubah untuk menemui manusia dalam keada-annya yang telah jatuh…

“Hukum menuntut pembenaran; sebuah kehidupan yang dibenarkan, sebuah tabiat yang sempurna; dan ini tidak dimiliki oleh  manusia. Ia tidak dapat memenuhi tuntutan hukum Tuhan yang kudus. Namun Kristus, yang datang ke bumi sebagai manusia, meng-hidupkan kehidupan yang kudus, dan mengembang-kan tabiat yang sempurna. Inilah yang ditawarkanNya sebagai pemberian cuma-cuma  kepada semua orang yang mau menerimanya. KehidupanNya mewakili kehidupan manusia. Maka mereka memperoleh pengampunan dosa di masa lalu, melalui kesabaran Tuhan…. Melalui kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Tuhan tidak menghancurkan kasih kemurahanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sempurna.”—The Desire of Ages, hlm. 762. “Melalui kehidupan-Nya yang tanpa cacat, ketaatanNya, kematianNya di salib Kalvari, Kristus mengantarai umat manusia yang telah sesat.”—Ellen G. White, Christ’s Object Lessons, hlm. 156. “Ia [Allah Bapa] puas dengan pendamaian yang telah dilakukan. Ia dipermulia-kan melalui inkarnasi, kehidupan, kematian dan pengantaraan AnakNya.”—Ellen G. White, Testimon-ies, vol. 6, hlm. 364.

4 “Setan telah menuduh bahwa tidaklah mungkin bagi manusia untuk menaati hukum Tuhan; dan dalam kekuatan kita sendiri adalah benar bahwa kita tidak dapat menaatinya. Namun Kristus datang dalam rupa kemanusiaan, dan melalui ketaatanNya yang sempurna, Ia membuktikan  bahwa kemanu-siaan dan keilahian yang bergabung dapat menaati setiap perintah Tuhan.”-- Christ’s Object Lessons, hlm. 314. “Setelah kejatuhan manusia, Setan meng-umumkan bahwa manusia telah terbukti tidak mampu untuk memelihara hukum Tuhan, dan ia berusaha untuk membawa alam semesta bersama dia dalam keyakinan ini. Perkataan Setan tampak-nya benar, dan Kristus datang untuk membuka kedok penipu ini.  Yang Maha Mulia di surga meng-ambil masalah manusia, dan dengan fasilitas yang sama yang dapat diperoleh manusia, bertahan dari pencobaan Setan sebagaimana manusia harus bertahan daripadanya. Inilah satu-satunya cara di mana manusia yang telah jatuh mengambil bagian dalam kodrat keilahian. Dalam mengambil kodrat manusia, Kristus  disiapkan untuk memahami pen-cobaan dan kesedihan manusia dan segala pen-cobaan yang mengepung manusia… Ia merasakan kekuatan dari pencobaan ini; Ia menghadapinya demi kita, dan mengalahkannya. Dan Ia mengguna-kan hanya senjata yang sah untuk digunakan oleh manusia—perkataan dari Dia yang perkasa dalam nasehat —‘Sebab ada tertulis.’… Kemanusiaan Yesus akan mendemonstrasikan bagi abad-abad yang kekal ten-tang pertanyaan yang mengatasi pertentangan itu”—Ellen G. White, Selected Messag-es 1, hlm. 251-255.

5 “Bait Suci surgawi, tempat berdiam Raja segala raja, di mana “seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan se-laksa kali berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya” (Daniel 7:10), Bait Suci itu dipenuhi oleh kemuliaan dari takhta yang kekal, di mana serafim, penjaga yang bersinar itu, menutup wajah mereka dalam penyem-bahan—tidak ada struktur dunia yang menandingi keluasan dan kemuliaannya. Namun kebenaran-kebe-naran yang penting tentang Bait Suci surga dan peker-jaan besar yang dilakukan bagi penebusan manusia haruslah diajarkan melalui Bait Suci di bumi dan upacara-upacaranya.”—Ellen G. White, Patriarchs and Prophets, hlm. 357.

6 Arthur Spalding, penulis Origin and History of Seventh-day Adventists, menuliskan”: “Kita tentu saja tidak dapat menganggap bahwa Bait Suci di surga adalah seperti  bangunan Bait Suci di bumi. Bait Suci di surga adalah sangat jauh lebih mulia, ilahi, meng-atasi jangkauan pemikiran manusia…
“Di sini adalah lambang, bayangan dari yang nyata; apa yang kita sebut kegenapannya (antitype) adalah kenyataannya. Bait Suci secara keseluruhan menyatakan hubungan antara Tuhan dengan manusia dalam pekerjaan penebusan. Upacara-upacara di da-lam bilik yang pertama, yaitu Bilik Suci, adalah peng-antaraan Kristus bagi umatNya dalam segala genera-si; upacara Hari Pendamaian dalam bilik yang kedua, yaitu Bilik Maha Suci, adalah pekerjaan penutup da-lam pelayanan Kristus dalam persiapan bagi pengha-pusan dosa terakhir pada penghakiman pelaksanaan hukuman….
“Kita berbicara tentang semua ini dalam bahasa manusia; karena hanya dengan demikianlah, melalui lambang dan perkataan, Tuhan dapat menyatakan gagasan kepada manusia tentang pekerjaan penda-maian dan penghakiman yang besar itu. Pikiran manu-sia tidak dapat menjangkau kenyataan-kenyataan tentang peristiwa penghakiman di surga; buku-buku Tuhan, tidak seperti  buku-buku atau catatan-catatan kita, adalah tanpa salah dan lengkap; darah yang simbolis—bukan darah yang sesungguhnya melainkan kehidupan yang dilambangkan oleh darah; Bilik Suci dan Bilik Maha Suci adalah kediaman Tuhan yang agung dan roh-roh yang melayaniNya, yang terlalu suci untuk dikatakan; hari pendamaian bukanlah hari yang harafiah, namun sebuah periode yang panjang-nya hanya Tuhan yang tahu. Dan demikian juga semua lambang dan upacara-upacaranya.”—Volume 1, hlm. 108-111.
Heppenstall berkomentar, “Sifat dan makna Bait Suci di surga tidak dapat ditetapkan dengan data-data ilmiah. Pengetahuan yang terinci tentang  bahan dan ukuran dari Bait Suci di bumi tidak dapat menggam-barkan secara memadai tentang hal-hal yang surgawi atau menghasilkan ulang pekerjaan Tuhan di takhta-Nya. Kita melihat dalam Bait Suci di bumi pernyataan yang kurang lengkap dan pasti tentang Imam Besar agung kita di surga. Kristus tidak berurusan dengan lampu-lampu kilat, membalikkan roti, atau mengayun-kan dupa ukupan. Kenyataan-kenyataan ini tidak beru-rusan dengan tempat, bahan, atau rancangan arsitek-tur, namun kegiatan-kegiatan ilahi yang dipusatkan pada pertentangan besar itu sendiri.”—Our High Priest, hlm. 20.


7         Seringkali, dalam perkataan yang serupa, Gereja Advent telah ditantang: “Dengan menyatakan tabiat Kristus di dalam kehidupan kita sendiri, kita bekerja sama dengan Dia dalam pekerjaan penyelamatan jiwa-jiwa. Hanya melalui pernyataan tabiatNya di dalam kehidupan kita sajalah maka kita dapat bekerja sama dengan Dia… Ketika mereka yang mengaku melayani Tuhan mengikuti teladan Kristus, mempraktekkan prinsip-prinsip hukumNya di dalam kehidupan mereka sehari-hari; ketika setiap tindakan menjadi saksi bahwa mereka mengasihi Tuhan  meng-atasi apapun dan mengasihi sesama mereka seperti mengasihi diri sendiri, maka gereja akan memiliki kuasa untuk menggerakkan dunia.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 340.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar