Untuk dapat memahami secara lebih
baik tujuan yang lebih luas dari gereja Kristen secara umum, dan gerakan Masehi
Advent Hari Ketujuh secara khusus, dan juga sasaran besar dari rencana
keselamatan, kita harus merenungkan
lebih lanjut mengapa Tuhan memberikan Bait Suci di bumi kepada bangsa Israel di
masa Perjanjian Lama.
Pelayanan Bait
Suci di bumi melambangkan, bahkan hampir sejelas kotak pasir bagi
taman kanak-kanak, bagaimana Tuhan
berencana mengatasi masalah dosa sehubungan dengan pribadi, bumi, Setan dan
seluruh alam semesta. Perhatian utama Tuhan adalah makhluk ciptaanNya yang
berakal budi pada suatu hari akan bebas dari ikatan dan kekawatiran dosa, dan
dibersihkan dari segala keraguan tentang kasih dan hikmatNya. Namun Ia mengetahui
bahwa ini akan terjadi, bukan melalui perintah, melainkan melalui pilihan bebas
dari mereka yang berdiam dalam kebenaran tentang Dia dan yang bertindak sesuai
dengan kebenaran itu.
Bagaimanakah Tuhan memperoleh
penyelesaian atas masalah dosa pada pria dan wanita yang memberon-tak dan hanya
berorientasi pada bumi? Menuliskan-nya di awan-awan? Menggemakannya dalam
guntur setiap hari di padang belantara Sinai pada dini hari? Tidak. Mengetahui
bagaimana kita belajar dan me-nyimpan pengetahuan secara paling efektif, Ia
mela-kukan yang terbaik, meskipun kurang spektakuler dan mengagumkan
dibandingkan dengan guntur dan tulis-an di awan. Ia memberikan kita suatu kisah
bergam-bar yang terbungkus dalam drama manusia, suatu pe-lajaran yang dapat dilihat, didengar, dialami, dan dia-cu
berulang-ulang, pun jikalau ingatan menjadi lemah dan kemampuan belajar menjadi
lambat.
Setelah menyatakan kepada bangsa Israel rencana kerjaNya mengenai
kehidupan, kebebasan, dan keba-hagiaan dalam Sepuluh Hukum, yang
dilatarbelakangi dengan guntur dan kilat di Sinai, Ia mengetahui bah-wa hukum
itu hanya akan meliputi orang berdosa. Ia mengetahui bahwa harapanNya hanya
akan menam-bah perasaan ketidakberdayaan dan putus asa manu-sia. Maka, segera
Ia memerintahkan untuk mem-bangun sebuah Bait Suci di bumi untuk mengajarkan
pelajaran ganda yang sebelumnya telah kita bahas dalam buku ini—“pelajaran tentang pengampunan atas dosa,
dan kuasa melalui Juruselamat untuk taat demi hidup” (Education, hlm. 36). Pengampun-an
dan kuasa, aspek dari peran ganda Pengantara kita yang yang penuh kuasa, adalah
apa yang dibutuhkan oleh bangsa Israel dan yang kita butuhkan saat ini!
Dalam pelayanan Bait Suci yang mengagumkan ini “Tuhan
menginginkan agar umatNya membaca tujuan-Nya bagi jiwa manusia. Itu adalah
tujuan yang sama yang telah disampaikan kemudian oleh rasul Paulus, berbicara
mengenai Roh Kudus: “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa
Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membina-sakan bait Allah,
maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah
itu ialah kamu.’”—Ibid.
Bait Suci Yerusalem di masa
Kristus dimaksudkan untuk melanjutkan fungsi yang sama sebagaimana Bait Suci di
bumi: “Bait Suci itu, yang dibangun
karena kepercayaan akan Kehadiran ilahi, diran-cang sebagai pelajaran bagi Israel
dan bagi dunia. Dari zaman kekekalan adalah menjadi tujuan Tuhan bahwa setiap
makhluk ciptaan, dari malai-kat yang terang dan kudus hingga manusia, harus
menjadi Bait Suci bagi kediaman Sang Pencipta. Karena dosa, manusia gagal menjadi Bait Suci bagi
Tuhan… Namun melalui inkarnasi Anak Allah, tujuan Surga digenapi. Tuhan berdiam
di dalam ke-manusiaan, dan melalui kasih karunia yang me-nyelamatkan hati
manusia kembali menjadi Bait Suci Nya. Tuhan merancang bahwa Bait
Suci di Yerusalem haruslah menjadi saksi terus menerus bagi nasib yang agung
yang terbuka bagi setiap jiwa… Dalam penyucian Bait Suci dari pembeli dan
pedagang dunia, Yesus mengumumkan misiNya untuk menyucikan setiap hati dari
kekotoran do-sa—dari keinginan-keinginan duniawi, hasrat yang mementingkan diri
sendiri, kebiasaan-kebiasaan jahat, yang menggerogoti jiwa… Tidak ada seo-rang
manusiapun yang melalui kekuatannya sen-diri dapat mengusir si jahat yang telah
menguasai hatinya. Hanya Kristus yang dapat menyucikan Bait Suci jiwa. Namun Ia
tidak akan memaksa ma-suk. Ia datang tidak ke dalam hati sebagaimana pada Bait
Suci di masa lampau; namun Ia berkata, ‘Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan
mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku
akan masuk mendapat-kannya’ Wahyu 3:20”—The
Desire of Ages, hlm. 161.
Salah satu
tujuan inkarnasi Tuhan kita adalah untuk memberikan kita pelajaran tambahan,
kali ini dalam daging dan darah: untuk
mendemonstrasikan ba-gaimana Tuhan ingin memiliki hubungan dengan pria dan
wanita, dan apa yang diharapkan
Tuhan dari mereka. Dengan demikian, Ia menggenapi tuju-an yang dilambangkan
oleh Bait Suci (Ibid.)1
Apa yang diajarkan dalam pelayanan Bait Suci melalui
lambang, itulah yang diteladankan oleh Yesus. Apa yang diteladankan oleh Yesus,
harus-lah dicerminkan oleh para pengikutNya.2
Dalam
segala hal, melalui kehidupan dan kematian-Nya, Yesus memenuhi tuntutan
keadilan dan me-mungkinkan Tuhan “untuk menunjukkan keadilanNya pada masa kini,
supaya nyata bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada
Yesus” (Roma 3:26).3 Yesus
membukakan kebo-hongan-kebohongan Setan dengan cara mende-monstrasikan bahwa
Tuhan tidak mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin ketika Ia menuntut ketaatan
dari ciptaanNya; kehidupan Yesus mem-buktikan bahwa manusia dapat hidup dalam
kehi-dupan yang taat dan menang.4
Apa
yang telah dilakukan oleh Yesus bagi kita dalam kehidupan dan kematian
pengorbananNya dinyatakan dalam upacara-upacara dalam kemah suci di padang belantara dan Bait
Suci selanjutnya di Yerusalem. Pe-lajaran-pelajaran ini haruslah kita renungkan
dengan khidmat dan terima dengan rasa syukur. Apa yang ingin dilakukanNya di
dalam kita hanyalah menunggu kerja sama kita untuk mengizinkan Dia untuk
menyele-saikan pekerjaanNya untuk menyucikan Bait Suci jiwa kita. Aspek ganda
dari peran Tuhan kita sebagai Penebus dinyatakan lebih jelas lagi ketika kita
mempelajari bagaimana upacara-upacara Bait Suci di bumi juga melambangkan
gereja Kristen.
Pada
pergantian abad, Ellen White menggariskan suatu hubungan yang menarik antara
upacara-upaca-ra Bait Suci di bumi dan gereja Kristen. Dia menulis-kan, “Bait Suci Yahudi adalah sebuah tipe (lam-bang)
dari gereja Kristen… Gereja di bumi,
yang terdiri atas orang-orang yang setia dan patuh kepada Tuhan, adalah ‘Bait
Suci yang sesung-guhnya,’ di mana Sang Penebus adalah pelayan-nya. Tuhan, dan
bukan manusia, membangun Bait Suci ini di atas sebuah landasan yang diangkat
tinggi. Bait Suci ini adalah tubuh Kristus, dan dari utara, selatan, timur dan
barat, Ia mengumpulkan mereka yang akan membantu membangunnya.
“Melalui Kristus,
orang-orang percaya yang sejati dinyatakan sebagai yang dibangun bersama-sama
untuk suatu kediaman Tuhan melalui Roh Kudus. Paulus menulis: “Tetapi Allah
yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasihNya yang besar, yang dilimpahkanNya
kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun
kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita—oleh kasih karunia kamu
diselamatkan—dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan
memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga, supaya pada masa yang akan
datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karu-nia-Nya yang
melimpah-limpah sesuai dengan ke-baikanNya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pem-berian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri. Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus
Yesus un-tuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia
mau, supaya kita hidup di dalamnya. Karena itu ingatlah, bahwa dahulu kamu –sebagai
orang-orang bukan Yahudi menurut daging, yang disebut orang-orang tak bersunat
oleh mereka yang menamakan dirinya "sunat", yaitu sunat lahiriah yang
dikerjakan oleh tangan manusia,--bahwa waktu itu kamu tanpa Kristus, tidak
termasuk kewargaan Israel dan tidak men-dapat bagian dalam ketentuan-ketentuan
yang dijanjikan, tanpa pengharapan dan tanpa Allah di dalam dunia. Tetapi
sekarang di dalam Kristus Yesus kamu, yang dahulu "jauh", sudah
menjadi "dekat" oleh darah Kristus. Karena Dialah damai sejahtera
kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok
pemi-sah, yaitu perseteruan, sebab dengan matiNya sebagai manusia Ia telah
membatalkan hukum Taurat dengan segala perintah dan ketentuannya, untuk
menciptakan keduanya menjadi satu manu-sia baru di dalam diriNya, dan dengan
itu menga-dakan damai sejahtera, dan untuk memperdamai-kan keduanya, di dalam
satu tubuh, dengan Allah oleh salib, dengan melenyapkan perseteruan pada salib
itu. Ia datang dan memberitakan damai sejah-tera kepada kamu yang
"jauh" dan damai sejahtera kepada mereka yang "dekat",
karena oleh Dia kita kedua pihak dalam satu Roh beroleh jalan masuk kepada
Bapa. Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan
sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang
dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai
batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapi tersusun, menjadi bait
Allah yang kudus, di dalam Tuhan. Di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan
menjadi tempat kediaman Allah, di dalam Roh” (Efesus 2:4-22).
“Meskipun rencana
keselamatan dilaksanakan menurut rencana yang ditentukan sejak sebelum dunia
ini diciptakan, namun baik pria maupun wanita tidak akan diselamatkan kecuali
mereka sendiri mengalami iman, dan membangun di atas landangan yang benar,
kecuali mereka mengizin-kan Tuhan untuk menciptakan mereka kembali melalui Roh
Kudus. Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen manusia yang bekerja sama dengan
dia melalui pikiran untuk membantu membangun bangunan Tuhan. sebuah Bait Suci yang
kudus dibangun atas mereka yang menerima Kristus sebagai Juruselamat pribadi
mereka… Dengan menerima Kristus dan menurut kepada kehendak-Nya, manusia menuju
kepada kesempurnaan. Pembentukan tabiat-tabiat pribadi ini, yang diper-baharui,
membangun sebuah bangunan yang lebih mulia daripada pekerjaan manusia fana
manapun. Maka pekerjaan besar Tuhan maju dari satu titik ke titik selanjutnya.
Mereka yang menginginkan sebu-ah tempat di dalam gerejaNya menunjukkan ini
melalui kemauan mereka untuk begitu menurut ke-pada kehendakNya sehingga mereka
dapat diper-cayakan atas kasih karunia untuk membagi-kannya kepada orang lain…
“Kristus adalah Pelayan dari Bait Suci yang sejati, Imam Besar bagi
semua orang yang percaya kepadaNya sebagai Juruselamat pribadi mereka; dan
jabatanNya tidak dapat diambil alih oleh siapa-pun. Dialah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki
pekerjaan yang harus dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun.
Melalui kasih karuniaNya Ia mampu untuk menjaga setiap manusia dari
pelanggaran. Para duta-besarNya, yaitu mereka
yang menerima Dia, dilahirkan kembali, dan oleh karenanya menjadi layak untuk
menjadi wakilNya [Ibrani 7:26-28].”—God’s Care for His
Church.” Signs of the Times, 14
Februari 1900.
Kata-kata
ini menekankan beberapa aspek penting dari rencana keselamatan, khususnya
dipandang dari perlambangan upacara-upacara Bait Suci . Tanpa me-ngurangi
apapun dari kenyataan bahwa Yesus adalah pelayan dalam “’Bait Suci yang sejati”
di surga, yang Bait Suci di bumi adalah gambarannya,’ atau bahwa “Bait Suci yang sejati’ di surga adalah Bait
Suci perjanjian baru” (The Great
Controversy, hlm. 417), Ellen White membuat penerapan berikutnya dari
peranNya sebagai pelayan dari Bait Suci yang sejati. “Bait Suci sejati” dalam
penerapannya pada gereja di bumi,
terdiri atas orang-orang yang mengizin-kan kasih karunia-Nya untuk menjaga
mereka dari pelanggaran, orang-orang yang benar-benar dila-hirkan kembali yang
menjadi layak untuk menjadi wakilNya.
Dari
sejak peresmian Bait Suci di padang belantara hingga Bait Suci-Bait Suci di
Yerusalem, para pengikut Tuhan mengetahui bahwa rencana keselamatan yang
dilambangkan dalam upacara-upacara Bait
Suci berhubungan dengan manusia, bukan binatang, tirai kain, kayu ataupun
air. Aspek-aspek harafiah dari ajaran
tentang Bait Suci mengajarkan kebenaran-kebenaran yang harafiah tentang
bagaimana Tuhan berurusan dengan manusia. Ia tidak mem-bersihkan dan memulihkan peralatan, melainkan orang-orang. Kebenaran-kebenaran yang
mulia yang dilambangkan di dalam Bait Suci di bumi mengacu kepada
tindakan-tindakan, peristiwa-peristiwa, dan hu-bungan-hubungan yang sangat
harafiah yang ada antara Tuhan dan umat-Nya.5
Sementara Yesus berada dalam satu tempat yang sangat
nyata, melaksanakan fungsi-fungsi yang sa-ngat nyata untuk menyelesaikan
pertentangan besar itu, salah satu dari perhatian utamaNya yang ber-hubungan
dengan puncak dari pertentangan besar adalah pembangunan gerejaNya di bumi. Bait Suci di bumi
adalah bayangan (Ibrani 8:5) dari kebenaran-kebenaran agung ini, yang tampak
dalam terang siang Perjanjian Baru, dan selanjutnya diperjelas dalam
tulisan-tulisan Ellen G. White. Untuk dapat melihat kebenaran-kebenaran ini
dalam terangnya yang ter-jelas, kita tidak perlu mengurusi terlalu rinci
tentang Bait Suci di bumi; kita harus melanjutkan kepada pe-nerangan-penerangan
selanjutnya yang menafsirkan dan menjelaskan tentang bayangan itu.
Ellen
White dan yang lainnya telah menunjukkan bah-wa Tuhan terutama berurusan dengan
orang-orang; bahwa semua sarana pengajaranNya mewakili baik perananNya maupun
peranan manusia dalam perten-tangan besar itu.6 Tujuan dari keselamatan adalah memiliki suatu umat yang ditebus dan
suci. Tujuan dari ajaran-ajaran dan
upacara-upacara Bait Suci adalah untuk menjelaskan sasaran yang indah ini dan
memberikan suatu penjelasan yang jelas tentang bagaimana pria dan wanita yang
jujur dapat mencapai sasaran tersebut.
Tuhan berurusan
dengan penghapusan dosa dari alam semesta. Bukti hidup bahwa dosa itu tidak
diperlukan, dan bahwa manusia dapat mengalah-kan segala kecenderungan untuk
berdosa, bahwa Tuhan itu adil ketika mengharapkan ketaatan seba-gai ujian iman,
telah didemonstrasikan di dalam kehidupan Yesus. Ini dijamin akan berganda di
dalam kehidupan para pengikutNya, khususnya dalam generasi yang mendengar
pengumuman bahwa “barangsiapa yang benar, biarlah ia terus berbuat kebenaran”
(Wahyu 22:11) sesaat sebelum penutupan pintu kasihan.
Dalam
artikel di tahun 1900 yang sebelumnya telah dikutip di sini, Ellen White
semata-mata menekankan kembali sebuah prinsip yang agung yang sering diung-kapkannya—bahwa
bangsa Israel (dan sejak itu orang Kristen) harus membaca “tujuan Tuhan bagi
jiwa ma-nusia” dalam pembangunan Bait Suci di padang be-lantara atau dalam Bait Suci yang besar di
Yerusalem” (Education, hlm. 36).
Tujuan yang sama, kata Ellen White, disampaikan oleh Paulus ketika ia
menuliskan, “Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh
Allah diam di dalam kamu?” (1 Korintus 3:16).
Sama seperti umat
Tuhan harus bekerja sama dengan Dia dan dengan satu sama lain dalam pembangunan
Bait Suci di bumi, demikianlah juga mereka harus bekerja sama dengan Dia dalam
perkembangan “Bait Suci di dalam jiwa” (Ibid., hlm. 37). Sama seperti Tuhan berdiam di
dalam Bait Suci di bumi, demikianlah Ia menginginkan untuk menjadikan jiwa
manusia sebagai tempat yang layak untuk kediaman Roh Kudus.
Kerja
sama antara Tuhan dan manusia inilah satu-satunya jalan keselamatan yang
pertama-tama datang kepada manusia melalui pembenaran dan satu-satu-nya jalan
pemeliharaannya adalah melalui pengudus-an. “Tuhan bekerja di dalam dan melalui agen ma-nusia yang bekerja sama
dengan Dia dengan me-milih untuk menolong dalam pendirian bangunan Tuhan.
sebuah Bait Suci yang kudus dibangun dari mereka yang menerima Kristus sebagai
Juru-selamat pribadi mereka.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900.
Namun
apakah proses pembangunan ini adalah suatu konsentrasi orang-orang, pemolesan
kesalehan ang-gota-anggota gereja sementara banyak orang mati tanpa mendapatkan
peringatan? Tidak demikian! Tidak sekejappun! Mereka yang ingin
menggenapi tujuan Tuhan bagi mereka, yang berurusan dengan bagaimana cara
terbaik untuk bekerja sama dengan Tuhan dalam menciptakan kembali tabiat mereka
sesuai dengan Polanya, adalah orang-orang yang dengan mereka Tuhan
benar-benar dapat bekerja di dalam dan melalui mereka demi penyelesaian perintah
Injil. Sebagaimana yang ditulis Nyonya
White dalam artikel di majalah Signs tahun
1900: “Mereka yang menginginkan sebuah
tempat di dalam gerejaNya menunjukkan keinginan ini melalui kerelaan mere-ka
untuk menjadi begitu selaras dengan kehendak-Nya sehingga mereka dapat
dipercayakan atas kasih karunia untuk dibagikan kepada orang-orang lain.”
Tuhan sedang ada dalam proses mempersiapkan sarana-sarana manusia yang menginginkan tabiat-Nya, serta kuasaNya. Ketika mereka telah me-ngembangkan tabiat seperti itu, Ia akan dapat mempercayakan kepada mereka sebagai pameran dari kasih karuniaNya. Hanya setelah itulah, tanpa ragu dan tanya, umatNya akan menyatakan kebe-naran tentang apa yang dapat dilakukan Tuhan bagi orang-orang yang berdosa yang telah sesat.7
Penyelesaian
yang sukses dari perintah Injil dalam Matius 24:14 sebagian besar bergantung kepada
orang-orang Kristen yang, pada hari
kekuasaanNya, Tuhan tidak akan malu
untuk mengakui mereka. Menjadi pria dan wanita yang dapat dipercayakan oleh Tuhan atas kuasaNya bukan saja
mempersiap-kan mereka agar menjadi layak untuk hidup di dalam kerajaanNya
melainkan juga membuka ajang atau panggung bagi Tuhan untuk memberikan pekabaran
peringatan yang terakhir kepada Planet Bumi ini. Orang-orang Kristen yang dewasa adalah seperti Kristus. Mereka adalah
orang-orang yang menang yang menanggapi pekabaran Laodikea (Wahyu 3:14-21)—orang-orang
di bumi yang secara konsisten tergerak, dan secara spontan tertahan, untuk
mengu-mandangkan Injil dalam kepenuhannya kepada sesa-ma manusia.
Bab
selanjutnya akan membahas kemendesakan atau urgensinya pada orang-orang Advent
karena kebenar-an-kebenaran ini.
------------
1 “Dengan datang untuk berdiam bersama kita, Yesus hendak menyatakan Tuhan baik kepada
manusia maupun kepada malaikat. Ia adalah Firman Tuhan,--pemikiran Tuhan yang
menjadi bisa didengar…Maka Kristus membangun Bait SuciNya di tengah-tengah
perkemahan kemanusiaan kita. Ia mematok kemah-Nya di sebelah kemah manusia,
sehingga Ia dapat berdiam di tengah-tengah kita, dan membuat kita me-ngenal tabiat dan kehidupan ilahiNya.”—The Desire of Ages, hlm. 19-23.
2 “Sebagai salah satu dari kita, Ia harus menjadi tela-dan tentang ketaatan. Untuk itu, Ia mengambil bagi
DiriNya kodrat kita, dan mengalami
pengalaman-pengalaman kita. “Dalam segala hal Ia harus disama-kan dengan
saudara-saudara-Nya” (Ibrani 2:17). Jika-lau
kita harus menanggung sesuatu yang tidak
pernah ditanggung oleh Yesus, maka pada titik ini, Setan akan menyatakan bahwa
kuasa Tuhan adalah tidak cukup bagi kita. Itulah sebabnya, Yesus, “sama dengan kita, Ia telah dicobai,
hanya tidak berbuat dosa” (Ibrani 4:17). Ia menanggungkan setiap pencobaan yang
kita alami. Dan Ia tidak meng-gunakan bagi DiriNya sendiri kuasa yang tidak
diberi-kan kepada kita. Sebagai manusia, Ia menghadapi pencobaan, dan
mengalahkannya dengan kekuatan yang diberikan kepadaNya dari Tuhan. Ia berkata,
“Aku suka melakukan kehendak-Mu, ya Allahku; Tau-rat-Mu ada dalam dadaku"
(Mazmur 40:9). Sementara Ia melakukan kebaikan, dan menyembuhkan
semua orang yang diganggu oleh Setan, Ia menjadikan jelas kepada manusia
tentang sifat hukum Tuhan dan sifat pelayananNya. KehidupanNya menjadi saksi bahwa adalah mungkin juga bagi kita untuk
taat kepada hukum Tuhan.
“Melalui
kemanusiaanNya, Kristus menyentuh ma-nusia; melalui keilahianNya, Ia memegang
tahta Tuhan. sebagai Anak Manusia, Ia memberi kita teladan tentang ketaatan;
sebagai Anak Allah, Ia memberi kita kuasa untuk taat.”—Ibid., hlm. 24.
3 Kehidupan Tuhan kita yang tidak berdosa di dalam segala keadaan yang biasa
pada manusia yang ber-dosa tidak pernah boleh dipisahkan dari perhatian kita
kepada kematianNya. KematianNya akan
menjadi relatif tidak penting tanpa ketaatanNya yang sempurna se-bagai makhluk
manusia yang sejati. kematianNya bagi kita, cukup untuk mengeringkan tetes
terakhir rasa syukur setiap manusia yang jujur, adalah titik yang teramat penting dari rencana penebusan karena yang telah
mati itu adalah benar-benar Yesus yang adalah manusia yang taat secara sem-purna.
“Setan, yang mengaku bahwa dunia adalah wilayah kekuasaannya yang sah, berusaha
melalui se-gala cara untuk memerasnya dari setiap genggaman Sang Penebus; namun
melalui kehidupan dan kemati-anNya yang hina, Kristus menggenggamnya dengan
erat.”—Ellen G. White, dalam Signs of the
Times, 14 Februari 1900. “Melalui Yesus, kasih kemurahan Tuhan dinyatakan
kepada manusia; namun kasih ke-murahan tidak meniadakan keadilan. Hukum menyata-kan
ciri tabiat Tuhan, dan tidak setitikpun daripadanya dapat diubah untuk menemui
manusia dalam keada-annya yang telah jatuh…
“Hukum
menuntut pembenaran; sebuah kehidupan yang dibenarkan, sebuah tabiat yang sempurna; dan ini tidak dimiliki oleh manusia. Ia tidak dapat memenuhi tuntutan
hukum Tuhan yang kudus. Namun Kristus,
yang datang ke bumi sebagai manusia, meng-hidupkan kehidupan yang kudus, dan
mengembang-kan tabiat yang sempurna. Inilah yang ditawarkanNya sebagai
pemberian cuma-cuma kepada semua orang
yang mau menerimanya. KehidupanNya
mewakili kehidupan manusia. Maka mereka memperoleh pengampunan dosa di masa
lalu, melalui kesabaran Tuhan…. Melalui
kehidupan dan kematianNya, Kristus membuktikan bahwa keadilan Tuhan tidak
menghancurkan kasih kemurahanNya, namun bahwa dosa dapat diampuni, dan bahwa
hukum adalah adil, dan dapat ditaati secara sempurna.”—The Desire of Ages, hlm. 762. “Melalui
kehidupan-Nya yang tanpa cacat, ketaatanNya, kematianNya di salib Kalvari,
Kristus mengantarai umat manusia yang telah sesat.”—Ellen G. White, Christ’s Object Lessons, hlm. 156. “Ia [Allah Bapa] puas dengan pendamaian
yang telah dilakukan. Ia dipermulia-kan melalui inkarnasi, kehidupan, kematian dan
pengantaraan AnakNya.”—Ellen G. White, Testimon-ies, vol. 6, hlm. 364.
4 “Setan
telah menuduh bahwa tidaklah mungkin bagi manusia untuk menaati hukum Tuhan;
dan dalam kekuatan kita sendiri adalah benar bahwa kita tidak dapat menaatinya.
Namun Kristus datang dalam rupa kemanusiaan, dan melalui ketaatanNya yang
sempurna, Ia membuktikan bahwa kemanu-siaan
dan keilahian yang bergabung dapat menaati setiap perintah Tuhan.”-- Christ’s Object Lessons, hlm. 314. “Setelah kejatuhan manusia, Setan meng-umumkan
bahwa manusia telah terbukti tidak mampu untuk memelihara hukum Tuhan, dan ia
berusaha untuk membawa alam semesta bersama dia dalam keyakinan ini. Perkataan Setan
tampak-nya benar, dan Kristus datang untuk membuka kedok penipu ini. Yang Maha Mulia di surga meng-ambil masalah
manusia, dan dengan fasilitas yang sama yang dapat diperoleh manusia, bertahan
dari pencobaan Setan sebagaimana manusia harus bertahan daripadanya. Inilah
satu-satunya cara di mana manusia yang telah jatuh mengambil bagian dalam
kodrat keilahian. Dalam mengambil kodrat manusia, Kristus disiapkan untuk memahami pen-cobaan dan
kesedihan manusia dan segala pen-cobaan yang mengepung manusia… Ia merasakan
kekuatan dari pencobaan ini; Ia menghadapinya demi kita, dan mengalahkannya. Dan
Ia mengguna-kan hanya senjata yang sah untuk digunakan oleh manusia—perkataan
dari Dia yang perkasa dalam nasehat —‘Sebab ada tertulis.’… Kemanusiaan Yesus
akan mendemonstrasikan bagi abad-abad yang kekal ten-tang pertanyaan yang
mengatasi pertentangan itu”—Ellen G. White, Selected Messag-es 1, hlm. 251-255.
5 “Bait Suci surgawi, tempat berdiam Raja
segala raja, di mana “seribu kali beribu-ribu melayani Dia, dan se-laksa kali
berlaksa-laksa berdiri di hadapan-Nya” (Daniel 7:10), Bait Suci itu dipenuhi
oleh kemuliaan dari takhta yang kekal, di mana serafim, penjaga yang bersinar
itu, menutup wajah mereka dalam penyem-bahan—tidak ada struktur dunia yang
menandingi keluasan dan kemuliaannya. Namun kebenaran-kebe-naran yang penting
tentang Bait Suci surga dan peker-jaan besar yang dilakukan bagi penebusan
manusia haruslah diajarkan melalui Bait Suci di bumi dan
upacara-upacaranya.”—Ellen G. White, Patriarchs
and Prophets, hlm. 357.
6 Arthur Spalding, penulis Origin and History of Seventh-day Adventists,
menuliskan”: “Kita tentu saja tidak dapat menganggap bahwa Bait Suci di surga
adalah seperti bangunan Bait Suci di
bumi. Bait Suci di surga adalah sangat jauh lebih mulia, ilahi, meng-atasi jangkauan
pemikiran manusia…
“Di sini adalah lambang, bayangan dari yang nyata; apa
yang kita sebut kegenapannya (antitype)
adalah kenyataannya. Bait Suci secara keseluruhan menyatakan hubungan antara
Tuhan dengan manusia dalam pekerjaan penebusan. Upacara-upacara di da-lam bilik
yang pertama, yaitu Bilik Suci, adalah peng-antaraan Kristus bagi umatNya dalam
segala genera-si; upacara Hari Pendamaian dalam bilik yang kedua, yaitu Bilik
Maha Suci, adalah pekerjaan penutup da-lam pelayanan Kristus dalam persiapan
bagi pengha-pusan dosa terakhir pada penghakiman pelaksanaan hukuman….
“Kita berbicara tentang semua ini dalam bahasa manusia;
karena hanya dengan demikianlah, melalui lambang dan perkataan, Tuhan dapat
menyatakan gagasan kepada manusia tentang pekerjaan penda-maian dan penghakiman
yang besar itu. Pikiran manu-sia tidak dapat menjangkau kenyataan-kenyataan
tentang peristiwa penghakiman di surga; buku-buku Tuhan, tidak seperti buku-buku atau catatan-catatan kita, adalah
tanpa salah dan lengkap; darah yang simbolis—bukan darah yang sesungguhnya
melainkan kehidupan yang dilambangkan oleh darah; Bilik Suci dan Bilik Maha Suci
adalah kediaman Tuhan yang agung dan roh-roh yang melayaniNya, yang terlalu
suci untuk dikatakan; hari pendamaian bukanlah hari yang harafiah, namun sebuah
periode yang panjang-nya hanya Tuhan yang tahu. Dan demikian juga semua lambang
dan upacara-upacaranya.”—Volume 1, hlm. 108-111.
Heppenstall berkomentar, “Sifat dan makna Bait Suci di
surga tidak dapat ditetapkan dengan data-data ilmiah. Pengetahuan yang terinci
tentang bahan dan ukuran dari Bait Suci di
bumi tidak dapat menggam-barkan secara memadai tentang hal-hal yang surgawi
atau menghasilkan ulang pekerjaan Tuhan di takhta-Nya. Kita melihat dalam Bait
Suci di bumi pernyataan yang kurang lengkap dan pasti tentang Imam Besar agung
kita di surga. Kristus tidak berurusan dengan lampu-lampu kilat, membalikkan
roti, atau mengayun-kan dupa ukupan. Kenyataan-kenyataan ini tidak beru-rusan
dengan tempat, bahan, atau rancangan arsitek-tur, namun kegiatan-kegiatan ilahi
yang dipusatkan pada pertentangan besar itu sendiri.”—Our High Priest, hlm. 20.
7
Seringkali, dalam perkataan yang serupa,
Gereja Advent telah ditantang: “Dengan menyatakan tabiat Kristus di dalam
kehidupan kita sendiri, kita bekerja sama dengan Dia dalam pekerjaan
penyelamatan jiwa-jiwa. Hanya melalui
pernyataan tabiatNya di dalam kehidupan kita sajalah maka kita dapat bekerja
sama dengan Dia… Ketika mereka yang mengaku melayani Tuhan mengikuti
teladan Kristus, mempraktekkan prinsip-prinsip hukumNya di dalam kehidupan
mereka sehari-hari; ketika setiap tindakan menjadi saksi bahwa mereka mengasihi
Tuhan meng-atasi apapun dan mengasihi
sesama mereka seperti mengasihi diri sendiri, maka gereja akan memiliki kuasa
untuk menggerakkan dunia.”—Christ’s
Object Lessons, hlm. 340.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar