Sangatlah sulit bagi orang-orang
untuk dapat mema-hami secara utuh atau menyatakan secara memadai tentang
kebenaran-kebenaran yang mengagumkan yang tersirat dalam kenyataan bahwa Yesus
Sendiri adalah sekaligus “imam dan
korban” dalam rencana keselamatan (The
Desire of Ages, hlm. 25). Paulus mencatat peranNya sebagai korban ketika ia
menulis-kan, “Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menya-takan diri-Nya,
pada zaman akhir untuk menghapus-kan dosa oleh korban-Nya” (Ibrani 9:26).
Paulus menekankan fungsi Tuhan kita sebagai imam ketika mengatakan, “Sebab
Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya
merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri
untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita” (ayat 24).
Hubungan antara kedua fase dalam keimamatan Tuhan kita
inilah sesungguhnya yang ingin dikabur-kan oleh Setan: “Si penipu ulung itu
membenci kebe-naran-kebenaran agung yang membawa kepada pan-dangan akan
pengorbanan pendamaian dan peng-antara yang penuh kuasa.”—The Great Controversy, hlm. 488. Kesalahpahaman tentang kedua fase
vital ini telah menggiring orang-orang Kristen ke dalam ke-salahan-kesalahan
yang sedemikian besar dan sa-ngat beragam seperti takdir (predestination)
dan universalisme; kesalahpahaman
ini telah menyesat-kan jutaan orang dalam jaminan
yang palsu dari “sekali selamat, tetap selamat,” dan “kasih karu-nia murahan”
yang tak terelakkan yang segera
mengikutinya, ketika pembenaran
diberi tekanan secara tidak proporsional melebihi pengudusan. Kejelasan diperoleh ketika kita mengingat
bahwa pembenaran adalah sebutan kita
ke surga dan pengudusan adalah kelayakan kita.
Tanpa
kematian Tuhan kita di salib, pendamaian oleh pengorbananNya, tidak akan ada
keselamat-an yang tersedia bagi siapa saja (Roma 5:17-21);
Kisah 4:12). Apa yang telah Dia lakukan bagi pria dan wanita tidak akan pernah dapat ditandingi oleh
apapun yang dapat kita lakukan, berapapun lamanya kita hidup, atau betapapun
tulusnya kita mencoba. Namun manfaat
dari pendamaian pengorbananNya yang tersedia bagi semua orang (1 Yohanes
2:2; 1 Timotius 2:4) adalah berlaku
hanya bagi mereka yang memanfaatkan karuniaNya melalui iman (Yo-hanes 1:12;
3:16), yaitu, dengan menerima undang-anNya
yang penuh rahmat untuk menjadi anak-anakNya, dan mendemonstrasikan rasa syukur dengan mempercayai Dia dan menuruti
kehendak-Nya.
Secara umum, pendamaian pengorbanan Tuhan kita lebih
dipahami oleh gereja Kristen daripada penganta-raanNya sebagai Imam Besar.
Sesungguhnya pema-haman yang lebih lengkap tentang pekerjaan Tuhan kita sebagai
pengantara (1 Tim. 2:5) adalah posisi
teologia yang khas dari Gereja MAHK, khususnya dalam penekanan kita pada
penghakiman pemerik-saan, pra-Advent sebagai fase penutup dari peker-jaan
pengantaraanNya.1
Setan tidak kecewa
jikalau anggota-anggota gereja
menekankan pada pendamaian melalui pengorbanan Kristus dalam khotbah-khotbah dan
lagu-lagu pujian, jikalau manfaat
dari apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi
kita tidak dimanfaatkan oleh mereka, untuk memberi pengaruh pada mereka.
Maka,
kita harus melihat secara seksama pada peran Tuhan kita sebagai pengantara. KeimamatanNya adalah satu-satunya
penghubung bagi hubungan yang hidup antara Tuhan dan manusia, “pengan-tara
antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). Ketika
Ia masuk ke dalam Bait Suci surga pada kenaikanNya ke surga, Ia “masuk dengan
darahNya Sendiri, untuk menumpahkan ke atas para muridNya manfaat dari
pendamaianNya” (Early Writings,
hlm. 260).
Jelaslah,
harus tetap diingat bahwa “pengantaraan
Kristus demi manusia di dalam Bait Suci di atas adalah sama mendasarnya bagi
rencana kesela-matan sebagaimana kematianNya di salib.”—The Great Controversy, hlm. 489. Mengapa
kita sangat perlu memahami tujuan dari fungsi Tuhan kita sebagai Imam Besar
kita adalah maksud dari pelajaran ini.
Peran
pengantaraanNya sebagai Imam Besar kita dibagi atas dua bagian: pertama, melanjutkan dari ke-naikanNya
hingga tahun 1844, dan kedua, dari
1844 hingga saat penutupan pintu kasihan. PekerjaanNya sejak 1844, sementara Ia
terus menerapkan “manfaat dari pengantaraanNya” (Ibid., hlm. 430) bagi mereka yang berhak, melibatkan juga “tindakan
terakhir dari pelayananNya bagi manusia—untuk melaksanakan pekerjaan
penghakiman pemeriksaan dan untuk mem-buat pendamaian bagi semua orang yang
dinyatakan berhak atas manfaatnya” (Ibid.,
480).
Pertanyaannya
adalah: Apakah manfaat-manfaat yang telah diterapkanNya sejak peristiwa salib
dari kebajik-an pendamaian pengorbananNya? Dan Apakah “tin-dakan terakhir dari pelayanan Kristus” yang melibat-kan
“pekerjaan penghakiman pemeriksaan”?
Sebagai pengantara, Yesus memenuhi dua peran khusus: (1) Ia membungkam tuduhan Setan
“de-ngan argumentasi yang dilandaskan bukan atas kebajikan kita, melainkan atas
kebajikanNya” (Testimonies, vol. 5,
hlm. 472). kehidupanNya yang sempurna
dalam hal ketaatan, yang dimeteraikan dengan kematian yang mendukakan hati
Tuhan dan yang menyatakan kengerian dan akhir yang mengerikan dari dosa,
menjadi dasar bagi perda-maian dan pendamaian antara Tuhan dan manusia. Ia memperoleh hak untuk mengampuni kita. (2) Ia bebas untuk memberikan kuasa kasih
karunia kepada semua orang yang memilih untuk meng-hidupkan kehidupan yang
menang. “Dia adalah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki tugas yang harus
dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun selain Dia. Melalui kasih
karuniaNya Ia mampu memelihara setiap orang dari pelang-garan.”—Ellen G.
White, dalam Signs of the Times, 14
Februari 1900. Adakah yang dapat diminta sese-orang lebih daripada itu?
Dipandang dari sisi
pertentangan kosmis antara kebaikan dan kejahatan, antara tokoh-tokoh uta-ma,
Kristus dan Setan, pekerjaan pengantaraan Tuhan kita menjadi sangat penting.2
Ketika Setan berkata bahwa orang-orang
berdosa tidak berhak memperoleh pengampunan, bahwa mereka tidak berhak atas
kehidupan kekal melebihi dirinya, bahwa Tuhan telah menuntut terlalu banyak
dari makhluk ciptaanNya dan oleh karenanya Tuhan itu tidak masuk akal—Yesus berdiri di hadapan dunia-dunia yang sedang menyaksikan
sebagai jawaban kekal atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
Apakah
yang dilihat oleh para malaikat dan yang lain-nya? Mereka melihat Seorang Manusia yang meng-hadapi Setan di kandangnya
sendiri, yang “dalam segala hal Ia harus
disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang
menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah” (Ibrani 2:17). Mereka melihat Seorang Manusia yang telah
mengalahkan setiap pencobaan untuk melayani DiriNya, yang membuktikan bahwa se-mua
pria dan wanita, dengan kuasa yang sama yang tersedia bagi mereka sebagaimana
yang dimilikiNya, dapat menghidupkan kehidupan yang penuh kemenangan. Ketaatan yang sempurna dari Tuhan kita kepada kehendak
Tuhan selama tiga puluh tiga tahun dalam memerangi “peperangan yang harus
dihadapi oleh setiap anak manusia” (The
Desire of Ages, hlm. 49), membungkam
setiap tuduhan Setan. Kita memiliki
Sahabat di pengadilan yang tidak pernah kalah dalam setiap kasus.
Sebagai
tambahan, lengan Kristus yang penuh kuasa menjangkau semua orang yang telah memutuskan untuk menyerahkan pemeliharaan jiwa mereka ke-padaNya. Ia telah
memenangkan hak untuk meng-antarai dalam kehidupan para pengikutNya. Ia
menerobos kuasa yang digunakan oleh Setan un-tuk membelenggu mereka,
mengembangkan di da-lam para pengikutNya yang setia suatu kehendak yang dikuatkan untuk melawan kecenderungan dosa. Pertahanan yang sama telah digunakanNya
Sendiri untuk mengalahkan dosa.
Pengantaraan seperti ini diperlukan oleh setiap orang saat ini, setiap hari, dan hingga
Yesus datang kembali. “Setiap orang yang
akan keluar dari per-hambaan dan pelayanan kepada Setan, dan akan berdiri di
bawah panji-panji darah Pangeran Imma-nuel akan dijaga dengan pengantaraan
Kristus. Kristus, sebagai Pengantara kita, di sebelah ka-nan Bapa, selalu
memandang kita, karena menja-ga kita dengan pengantaraanNya adalah sama
pentingnya dengan penebusan kita oleh darah-Nya. Jikalau Ia melepaskan
genggamanNya atas kita untuk sejenak saja, Setan telah siap untuk menghancurkan
kita. Mereka yang telah dibeli dengan darahNya, sekarang dipeliharaNya dengan
pengantaraanNya.”—The SDA Bible
Commentary, Komentar Ellen White tentang Roma 8:34, hlm. 1078.
Di sini, dalam
peran kedua sebagai Pengantara (ya-itu menyediakan kasih karunia yang
mempertahan-kan untuk menjaga kita agar tidak terus berdosa) terletak pengharapan dari setiap
orang Kristen. Melalui apa yang telah dilakukanNya bagi kita, Yesus akan melakukan bagianNya untuk mem-bungkam
tuduhan-tuduhan si penuduh. Namun
Ia tidak dapat membungkam
tuduhan-tuduhan itu jikalau kita tidak memberikan izin kepadaNya un-tuk melakukan pekerjaanNya di dalam kita. Per-kataan Yohanes adalah sederhana dan penuh pene-kanan:
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia
adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengam-puni segala dosa kita dan
menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).
Dalam
komentarnya tentang ayat ini, Ellen White me-ngatakan, “Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa… Kita perlu
menjaga di hadapan kita khasiat darah Yesus. Darah yang menyucikan kehidupan,
mempertahankan kehidupan, dimanfa-atkan oleh iman yang hidup, adalah
pengharapan kita. Kita perlu bertumbuh dalam menghargai nilai-nya yang
takterhingga, karena ia akan membela kita hanya jikalau melalui iman kita
mengakui kebajikannya, menjaga hati nurani tetap bersih dan berdamai dengan
Tuhan.”—Ibid., tentang 1 Yohanes
1:7, 9, hlm. 948.
Peran
ganda Tuhan kita sebagai Pengantara mem-bungkam tuntutan-tuntutan Setan, dan
karenanya membuka pintu kepada manfaat dari kehidupanNya yang diberikan kepada
pria dan wanita, dan menjamin bahwa kuasa
yang cukup telah tersedia bagi setiap orang untuk menjauhkannya dari dosa.
Peran
ganda ini berfokuskan pada inti dari
rencana penebusan, bahwa tujuan Tuhan adalah mengha-puskan dosa dari alam
semesta. Ini tidak dilakukan dengan sekedar membuat pernyataan bahwa dosa
dihapuskan, atau dengan menghapus bersih setiap catatan setiap orang dengan
sapu kasih karunia yang maha besar. Jikalau demikian, hikmat dan keadilan Tuhan
Sendiri akan selamanya dicurigai; tidak ada yang akan diselesaikan dalam
pertentangan besar apakah Tuhan itu adil dalam memberikan hukum yang tidak
dapat dipelihara oleh siapapun atau apakah Tuhan adalah adil dalam mengeluarkan
Setan dan sepertiga malaikat selamanya (lihat Wahyu 12:3, 4).
Satu-satunya
jalan untuk menghancurkan dosa, se-mentara mempertahankan orang-orang berdosa
dan keadilan Tuhan, adalah dengan cara mengubah
si pemberontak menjadi anak yang setia, secara sukarela dan kesetiaan menjadi kebiasaan.
Dosa adalah tinju terkepal yang diacungkan oleh si makhluk ciptaan ke hadapan
muka Sang Penciptanya; dosa adalah ketidak-percayaan makhluk ciptaan kepada
Tuhan, yang memecatNya sebagai Tuhan atas kehi-dupannya. Akibat dari
pemberontakan ini adalah me-matikan, sebagaimana dinyatakan oleh sejarah dunia
yang membosankan ini.
Hanya
orang-orang berdosa yang mengakui dosa-dosanya dan meninggalkannya “akan
disayangi” (Ams 28:13). Tuhan tidak
tertarik untuk memusnahkan pria dan wanita; tujuan pertamaNya adalah untuk
menyelamatkan mereka, menyelamatkan mereka dari mementingkan diri sendiri, memohonkan peni-laian yang lebih baik, dan
mengembalikan mereka kepada hubungan kepercayaan yang sukarela dan bahagia.
Namun
satu hal yang tidak dapat diremehkan Tuhan adalah kepura-puraan. Tidak ada yang diselesaikan jikalau anggota gereja mengakui nama Kristus, namun bukan kuasaNya; atau mengakui kuasaNya, namun bukan tabiatNya.3
Karena
alasan inilah maka Ellen White menekankan ajaran Alkitab yang fundamental
ketika ia menuliskan: “Agama Kristus
berarti lebih dari pengampunan dosa; ini berarti menghapuskan dosa-dosa kita,
dan mengisi kekosongan itu dengan kasih karunia Roh Kudus.”—Christ’s Object Lessons, hlm. 419, 420.4
Pekerjaan
pengantaraaan Yesus sebagai “pengantara kita yang penuh kuasa” bukan saja
berlaku untuk me-nyediakan bagi orang berdosa pengampunan yang menjadi mungkin
karena pengorbanan pendamaian-Nya, melainkan juga menyediakan kuasa melalui Roh Kudus
sehingga dosa-dosa itu benar-benar
dikikis dari tabiat orang-orang Kristen yang rela dan percaya.5
Pemikiran yang mengejutkan ini tidak pernah diulang-ulang secara memadai, namun
jarang terdengar di halaman-halaman sejarah gereja. Inilah kebenaran yang paling ditakuti oleh Setan.6
Tidaklah
mengherankan bahwa Setan bergembira ketika kebenaran-kebenaran tentang Bait
Suci dijadi-kan misteri, dikaburkan, atau dikesampingkan sebagai pokok bahasan
yang membosankan. Tidaklah meng-herankan Ellen White menulis, “Semua orang harus menjadi cerdas
sehubungan dengan pekerjaan pendamaian, yang sedang berlangsung di dalam Bait
Suci di atas. Ketika kebenaran agung ini dili-hat dan dipahami, mereka yang
memegangnya akan bekerja selaras dengan Kristus untuk mem-persiapkan suatu umat
yang akan berdiri pada hari besar Tuhan, dan usaha-usaha mereka akan
berhasil.”—Testimonies, vol. 5,
hlm. 575.
Pekerjaan
mempersiapkan “suatu umat yang akan berdiri pada hari besar Tuhan” dapat
dipahami se-cara baik dalam kaitannya dengan ajaran tentang Bait Suci. Tugas untuk menjelaskan ini kepada dunia
telah dibebankan kepada umat MAHK.
Bab-bab
berikut akan meneliti perihal ini secara lebih khusus.
--------------
1 “At-one-ment”
(pendamaian) adalan ungkapan tujuan ilahi untuk menghancurkan dosa yang memecah
alam semesta. Pengembalian kepada kesatuan tidaklah diselesaikan di salib.
Masalah dosa belum sepenuh-nya dibereskan. Salib
adalah tindakan puncak dari Tuhan bagi penebusan manusia. Namun itu hanya-lah
salah satu aspek dari pekerjaan Kristus menuju pendamaian akhir. Rekonsiliasi
menjadi efektif oleh Kristus yang hidup. Ini bukanlah sesuatu yang telah
terjadi dua ribu tahun yang lalu. At-one-ment
dialami hanya ketika manusia setiap hari hidup dalam keper-cayaan dan kebergantungan
kepada Dia…
“Bisa saja bahwa kegagalan untuk memahami pekerjaan Tuhan
kita seutuhnya, baik di salib maupun di Bait Suci surga, menyebabkan manusia
memiliki pengetahuan yang kurang lengkap tentang seluruh kebenaran yang
dinyatakan dalam Alkitab tentang makna
pendamaian sepenuhnya… Keduanya, baik kemenangan di salib maupun pekerjaan
Kristus se-bagai imam di surga, adalah pengharapan dan per-mohonan bagi
pembaharuan dan pendamaian ter-akhir.”—Edward Heppenstall, dalam Our High Priest, hlm. 29, 31.
2 Dalam Bait Suci surga segala sesuatunya
adalah dinamis, asli, dan berkenaan dengan masalah-masa-lah kekal. Kebenaran tentang Bait Suci memperla-kukan
Setan sebagai musuh yang sejati, kekuatan-kekuatan kejahatan sebagai sesuatu
yang nyata, yang bertentangan dengan Kristus dalam pepe-rangan yang
mempengaruhi setiap makhluk cipta-an di alam semesta. Di sinilah nasib manusia ditentukan untuk kebahagiaan atau kemalangan.
Di sinilah realitas kebenaran dan tujuan Tuhan da-pat dilihat secara jelas”—Heppenstall,
op,cit,hlm. 19.
3 “Lucifer
mendambakan kuasa Tuhan, namun bu-kan
tabiatNya”—Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 435.
4 “Untuk memperoleh pengampunan sebagaimana
Kristus mengampuni, bukan semata-mata diampuni, melainkan diperbaharui dalam roh pikiran kita.”—Ellen G. White,
dalam Review and Herald, 19 Agustus
1890.
“Kasih karunia Kristus memurnikan ketika
meng-ampuni, dan melayakkan manusia bagi surga yang kudus.”—Ellen G. White,
That I May Know Him, hlm. 336.
5 “Melalui
penurutan yang sempurna dari Anak Allah, melalui kebajikan-kebajikan darahNya,
dan kuasa pengantaraanNya, manusia
dapat menjadi bagian dari kodrat ilahi.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 6 Juli 1888.
6 Ellen White memfokuskan pada isu-isu yang
ingin di-kaburkan oleh Setan: “Jikalau
mereka yang me-nyembunyikan dan mencari-cari alasan bagi pem-benaran kesalahan-kesalahan
mereka dapat meli-hat betapa Setan bersukaria atas mereka, betapa ia mengejek
Kristus dan para malaikat kudus melalui perbuatan mereka, mereka akan segera
mengakui dosa-dosa mereka dan meninggalkannya. Melalui kekurangan dalam tabiat, Setan bekerja untuk me-nguasai pikiran
sepenuhnya, dan ia mengetahui bahwa jikalau kekurangan-kekurangan ini dipeliha-ra,
ia akan berhasil. Maka, ia terus menerus beru-saha untuk menipu para pengikut
Kristus dengan kelicikannya yang mematikan sehingga orang ti-dak akan mungkin
untuk mengalahkannya. Namun Yesus memohon demi mereka dengan tanganNya yang
terluka, tubuhNya yang memar; dan Ia meng-umumkan kepada semua orang yang
hendak me-ngikut Dia, ‘Kasih karuniaKu adalah cukup bagi-mu.’ Pikullah kuk yang
Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan
jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun
ringan.’ Maka, janganlah ada orang yang menganggap kekurangan-kekurangan mereka
ti-dak dapat disembuhkan. Tuhan akan memberikan iman dan kasih karunia untuk
mengalahkannya.”—The Great Controversy, hlm. 489.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar