Selasa, 21 Februari 2017

PERAN GANDA SANG PENGANTARA


 Sangatlah sulit bagi orang-orang untuk dapat mema-hami secara utuh atau menyatakan secara memadai tentang kebenaran-kebenaran yang mengagumkan yang tersirat dalam kenyataan bahwa Yesus Sendiri adalah sekaligus “imam dan korban” dalam rencana keselamatan (The Desire of Ages, hlm. 25). Paulus mencatat peranNya sebagai korban ketika ia menulis-kan, “Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menya-takan diri-Nya, pada zaman akhir untuk menghapus-kan dosa oleh korban-Nya” (Ibrani 9:26). Paulus menekankan fungsi Tuhan kita sebagai imam ketika mengatakan, “Sebab Kristus bukan masuk ke dalam tempat kudus buatan tangan manusia yang hanya merupakan gambaran saja dari yang sebenarnya, tetapi ke dalam sorga sendiri untuk menghadap hadirat Allah guna kepentingan kita” (ayat 24).

Sebagai Korban, Ia menyediakan landasan bagi ke-selamatan manusia dan memungkinkan adanya pengampunan; sebagai Imam Besar Ia menyediakan kuasa untuk memungkinkan perbaikan dari dosa. Pengampunan dan kuasa—“penyembuhan ganda.”

Hubungan antara kedua fase dalam keimamatan Tuhan kita inilah sesungguhnya yang ingin dikabur-kan oleh Setan: “Si penipu ulung itu membenci kebe-naran-kebenaran agung yang membawa kepada pan-dangan akan pengorbanan pendamaian dan peng-antara yang penuh kuasa.”—The Great Controversy, hlm. 488. Kesalahpahaman tentang kedua fase vital ini telah menggiring orang-orang Kristen ke dalam ke-salahan-kesalahan yang sedemikian besar dan sa-ngat beragam seperti takdir (predestination) dan universalisme; kesalahpahaman ini telah menyesat-kan jutaan orang dalam jaminan yang palsu dari “sekali selamat, tetap selamat,” dan “kasih karu-nia murahan” yang tak terelakkan yang segera mengikutinya, ketika pembenaran diberi tekanan secara tidak proporsional melebihi pengudusan. Kejelasan diperoleh ketika kita mengingat bahwa pembenaran adalah sebutan kita ke surga dan pengudusan adalah kelayakan kita.

Tanpa kematian Tuhan kita di salib, pendamaian oleh pengorbananNya, tidak akan ada keselamat-an yang tersedia bagi siapa saja (Roma 5:17-21); Kisah 4:12). Apa yang telah Dia lakukan bagi pria dan wanita tidak akan pernah dapat ditandingi oleh apapun yang dapat kita lakukan, berapapun lamanya kita hidup, atau betapapun tulusnya kita mencoba. Namun manfaat dari pendamaian pengorbananNya yang tersedia bagi semua orang (1 Yohanes 2:2; 1 Timotius 2:4) adalah berlaku hanya bagi mereka yang memanfaatkan karuniaNya melalui iman (Yo-hanes 1:12; 3:16), yaitu, dengan menerima undang-anNya yang penuh rahmat untuk menjadi anak-anakNya, dan mendemonstrasikan rasa syukur dengan mempercayai Dia dan menuruti kehendak-Nya.

Secara umum, pendamaian pengorbanan Tuhan kita lebih dipahami oleh gereja Kristen daripada penganta-raanNya sebagai Imam Besar. Sesungguhnya pema-haman yang lebih lengkap tentang pekerjaan Tuhan kita sebagai pengantara (1 Tim. 2:5) adalah posisi teologia yang khas dari Gereja MAHK, khususnya dalam penekanan kita pada penghakiman pemerik-saan, pra-Advent sebagai fase penutup dari peker-jaan pengantaraanNya.1

Setan tidak kecewa jikalau anggota-anggota gereja menekankan pada pendamaian melalui pengorbanan Kristus dalam khotbah-khotbah dan lagu-lagu pujian, jikalau manfaat dari apa yang telah dilakukan oleh Kristus bagi kita tidak dimanfaatkan oleh mereka, untuk memberi pengaruh pada mereka.

Maka, kita harus melihat secara seksama pada peran Tuhan kita sebagai pengantara. KeimamatanNya adalah satu-satunya penghubung bagi hubungan yang hidup antara Tuhan dan manusia, “pengan-tara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus” (1 Timotius 2:5). Ketika Ia masuk ke dalam Bait Suci surga pada kenaikanNya ke surga, Ia “masuk dengan darahNya Sendiri, untuk menumpahkan ke atas para muridNya manfaat dari pendamaianNya” (Early Writings, hlm. 260).

Jelaslah, harus tetap diingat bahwa “pengantaraan Kristus demi manusia di dalam Bait Suci di atas adalah sama mendasarnya bagi rencana kesela-matan sebagaimana kematianNya di salib.”The Great Controversy, hlm. 489. Mengapa kita sangat perlu memahami tujuan dari fungsi Tuhan kita sebagai Imam Besar kita adalah maksud dari pelajaran ini.

Peran pengantaraanNya sebagai Imam Besar kita dibagi atas dua bagian: pertama, melanjutkan dari ke-naikanNya hingga tahun 1844, dan kedua, dari 1844 hingga saat penutupan pintu kasihan. PekerjaanNya sejak 1844, sementara Ia terus menerapkan “manfaat dari pengantaraanNya” (Ibid., hlm. 430) bagi mereka yang berhak, melibatkan juga “tindakan terakhir dari pelayananNya bagi manusia—untuk melaksanakan pekerjaan penghakiman pemeriksaan dan untuk mem-buat pendamaian bagi semua orang yang dinyatakan berhak atas manfaatnya” (Ibid., 480).

Pertanyaannya adalah: Apakah manfaat-manfaat yang telah diterapkanNya sejak peristiwa salib dari kebajik-an pendamaian pengorbananNya? Dan Apakah “tin-dakan terakhir dari pelayanan Kristus” yang melibat-kan “pekerjaan penghakiman pemeriksaan”?

Sebagai pengantara, Yesus memenuhi dua peran khusus: (1) Ia membungkam tuduhan Setan “de-ngan argumentasi yang dilandaskan bukan atas kebajikan kita, melainkan atas kebajikanNya” (Testimonies, vol. 5, hlm. 472). kehidupanNya yang sempurna dalam hal ketaatan, yang dimeteraikan dengan kematian yang mendukakan hati Tuhan dan yang menyatakan kengerian dan akhir yang mengerikan dari dosa, menjadi dasar bagi perda-maian dan pendamaian antara Tuhan dan manusia. Ia memperoleh hak untuk mengampuni kita. (2) Ia bebas untuk memberikan kuasa kasih karunia kepada semua orang yang memilih untuk meng-hidupkan kehidupan yang menang. “Dia adalah Imam Besar gereja, dan Dia memiliki tugas yang harus dilakukan yang tidak dapat dilakukan oleh siapapun selain Dia. Melalui kasih karuniaNya Ia mampu memelihara setiap orang dari pelang-garan.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 14 Februari 1900. Adakah yang dapat diminta sese-orang lebih daripada itu?

Dipandang dari sisi pertentangan kosmis antara kebaikan dan kejahatan, antara tokoh-tokoh uta-ma, Kristus dan Setan, pekerjaan pengantaraan Tuhan kita menjadi sangat penting.2 Ketika Setan berkata bahwa orang-orang berdosa tidak berhak memperoleh pengampunan, bahwa mereka tidak berhak atas kehidupan kekal melebihi dirinya, bahwa Tuhan telah menuntut terlalu banyak dari makhluk ciptaanNya dan oleh karenanya Tuhan itu tidak masuk akal—Yesus berdiri di hadapan dunia-dunia yang sedang menyaksikan sebagai jawaban kekal atas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Apakah yang dilihat oleh para malaikat dan yang lain-nya? Mereka melihat Seorang Manusia yang meng-hadapi Setan di kandangnya sendiri, yang “dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudara-Nya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah” (Ibrani 2:17). Mereka melihat Seorang Manusia yang telah mengalahkan setiap pencobaan untuk melayani DiriNya, yang membuktikan bahwa se-mua pria dan wanita, dengan kuasa yang sama yang tersedia bagi mereka sebagaimana yang dimilikiNya, dapat menghidupkan kehidupan yang penuh kemenangan.  Ketaatan yang sempurna dari Tuhan kita kepada kehendak Tuhan selama tiga puluh tiga tahun dalam memerangi “peperangan yang harus dihadapi oleh setiap anak manusia” (The Desire of Ages, hlm. 49), membungkam setiap tuduhan Setan. Kita memiliki Sahabat di pengadilan yang tidak pernah kalah dalam setiap kasus.

Sebagai tambahan, lengan Kristus yang penuh kuasa menjangkau semua orang yang telah memutuskan untuk menyerahkan pemeliharaan jiwa mereka ke-padaNya. Ia telah memenangkan hak untuk meng-antarai dalam kehidupan para pengikutNya. Ia menerobos kuasa yang digunakan oleh Setan un-tuk membelenggu mereka, mengembangkan di da-lam para pengikutNya yang setia suatu kehendak yang dikuatkan untuk melawan kecenderungan dosa.  Pertahanan yang sama telah digunakanNya Sendiri untuk mengalahkan dosa.

Pengantaraan seperti ini diperlukan oleh setiap orang saat ini, setiap hari, dan hingga Yesus datang kembali. “Setiap orang yang akan keluar dari per-hambaan dan pelayanan kepada Setan, dan akan berdiri di bawah panji-panji darah Pangeran Imma-nuel akan dijaga dengan pengantaraan Kristus. Kristus, sebagai Pengantara kita, di sebelah ka-nan Bapa, selalu memandang kita, karena menja-ga kita dengan pengantaraanNya adalah sama pentingnya dengan penebusan kita oleh darah-Nya. Jikalau Ia melepaskan genggamanNya atas kita untuk sejenak saja, Setan telah siap untuk menghancurkan kita. Mereka yang telah dibeli dengan darahNya, sekarang dipeliharaNya dengan pengantaraanNya.”—The SDA Bible Commentary, Komentar Ellen White tentang Roma 8:34, hlm. 1078.

Di sini, dalam peran kedua sebagai Pengantara (ya-itu menyediakan kasih karunia yang mempertahan-kan untuk menjaga kita agar tidak terus  berdosa) terletak pengharapan dari setiap orang Kristen. Melalui apa yang telah dilakukanNya bagi kita, Yesus akan melakukan bagianNya untuk mem-bungkam tuduhan-tuduhan si penuduh. Namun Ia tidak dapat membungkam tuduhan-tuduhan itu jikalau kita tidak memberikan izin kepadaNya un-tuk melakukan pekerjaanNya di dalam kita. Per-kataan Yohanes adalah sederhana dan penuh pene-kanan: “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengam-puni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9).

Dalam komentarnya tentang ayat ini, Ellen White me-ngatakan, “Darah Yesus Kristus menyucikan kita dari segala dosa… Kita perlu menjaga di hadapan kita khasiat darah Yesus. Darah yang menyucikan kehidupan, mempertahankan kehidupan, dimanfa-atkan oleh iman yang hidup, adalah pengharapan kita. Kita perlu bertumbuh dalam menghargai nilai-nya yang takterhingga, karena ia akan membela kita hanya jikalau melalui iman kita mengakui kebajikannya, menjaga hati nurani tetap bersih dan berdamai dengan Tuhan.”Ibid., tentang 1 Yohanes 1:7, 9, hlm. 948.

Peran ganda Tuhan kita sebagai Pengantara mem-bungkam tuntutan-tuntutan Setan, dan karenanya membuka pintu kepada manfaat dari kehidupanNya yang diberikan kepada pria dan wanita, dan menjamin bahwa kuasa yang cukup telah tersedia bagi setiap orang untuk menjauhkannya dari dosa.

Peran ganda ini berfokuskan pada inti dari rencana penebusan, bahwa tujuan Tuhan adalah mengha-puskan dosa dari alam semesta. Ini tidak dilakukan dengan sekedar membuat pernyataan bahwa dosa dihapuskan, atau dengan menghapus bersih setiap catatan setiap orang dengan sapu kasih karunia yang maha besar. Jikalau demikian, hikmat dan keadilan Tuhan Sendiri akan selamanya dicurigai; tidak ada yang akan diselesaikan dalam pertentangan besar apakah Tuhan itu adil dalam memberikan hukum yang tidak dapat dipelihara oleh siapapun atau apakah Tuhan adalah adil dalam mengeluarkan Setan dan sepertiga malaikat selamanya (lihat Wahyu 12:3, 4).

Satu-satunya jalan untuk menghancurkan dosa, se-mentara mempertahankan orang-orang berdosa dan keadilan Tuhan, adalah dengan cara mengubah si pemberontak menjadi anak yang setia, secara sukarela dan kesetiaan menjadi kebiasaan. Dosa adalah tinju terkepal yang diacungkan oleh si makhluk ciptaan ke hadapan muka Sang Penciptanya; dosa adalah ketidak-percayaan makhluk ciptaan kepada Tuhan, yang memecatNya sebagai Tuhan atas kehi-dupannya. Akibat dari pemberontakan ini adalah me-matikan, sebagaimana dinyatakan oleh sejarah dunia yang membosankan ini.

Hanya orang-orang berdosa yang mengakui dosa-dosanya dan meninggalkannya “akan disayangi” (Ams 28:13). Tuhan tidak tertarik untuk memusnahkan pria dan wanita; tujuan pertamaNya adalah untuk menyelamatkan mereka, menyelamatkan mereka dari mementingkan diri sendiri, memohonkan peni-laian yang lebih baik, dan mengembalikan mereka kepada hubungan kepercayaan yang  sukarela dan bahagia.

Namun satu hal yang tidak dapat diremehkan Tuhan adalah kepura-puraan. Tidak ada yang diselesaikan jikalau anggota gereja mengakui nama Kristus, namun bukan kuasaNya; atau mengakui kuasaNya, namun bukan tabiatNya.3

Karena alasan inilah maka Ellen White menekankan ajaran Alkitab yang fundamental ketika ia menuliskan: “Agama Kristus berarti lebih dari pengampunan dosa; ini berarti menghapuskan dosa-dosa kita, dan mengisi kekosongan itu dengan kasih karunia Roh Kudus.”Christ’s Object Lessons, hlm. 419, 420.4

Pekerjaan pengantaraaan Yesus sebagai “pengantara kita yang penuh kuasa” bukan saja berlaku untuk me-nyediakan bagi orang berdosa pengampunan yang menjadi mungkin karena pengorbanan pendamaian-Nya, melainkan juga menyediakan kuasa melalui Roh Kudus sehingga dosa-dosa itu benar-benar dikikis dari tabiat orang-orang Kristen yang rela dan percaya.5 Pemikiran yang mengejutkan ini tidak pernah diulang-ulang secara memadai, namun jarang terdengar di halaman-halaman sejarah gereja. Inilah kebenaran yang paling ditakuti oleh Setan.6

Tidaklah mengherankan bahwa Setan bergembira ketika kebenaran-kebenaran tentang Bait Suci dijadi-kan misteri, dikaburkan, atau dikesampingkan sebagai pokok bahasan yang membosankan. Tidaklah meng-herankan Ellen White menulis, “Semua orang harus menjadi cerdas sehubungan dengan pekerjaan pendamaian, yang sedang berlangsung di dalam Bait Suci di atas. Ketika kebenaran agung ini dili-hat dan dipahami, mereka yang memegangnya akan bekerja selaras dengan Kristus untuk mem-persiapkan suatu umat yang akan berdiri pada hari besar Tuhan, dan usaha-usaha mereka akan berhasil.”—Testimonies, vol. 5, hlm. 575.

Pekerjaan mempersiapkan “suatu umat yang akan berdiri pada hari besar Tuhan” dapat dipahami se-cara baik dalam kaitannya dengan ajaran tentang Bait Suci. Tugas untuk menjelaskan ini kepada dunia telah dibebankan kepada umat MAHK.

Bab-bab berikut akan meneliti perihal ini secara lebih khusus.

--------------
1At-one-ment” (pendamaian) adalan ungkapan tujuan ilahi untuk menghancurkan dosa yang memecah alam semesta. Pengembalian kepada kesatuan tidaklah diselesaikan di salib. Masalah dosa belum sepenuh-nya dibereskan. Salib adalah tindakan puncak dari Tuhan bagi penebusan manusia. Namun itu hanya-lah salah satu aspek dari pekerjaan Kristus menuju pendamaian akhir. Rekonsiliasi menjadi efektif oleh Kristus yang hidup. Ini bukanlah sesuatu yang telah terjadi dua ribu tahun yang lalu. At-one-ment dialami hanya ketika manusia setiap hari hidup dalam keper-cayaan dan kebergantungan kepada Dia…
“Bisa saja bahwa kegagalan untuk memahami pekerjaan Tuhan kita seutuhnya, baik di salib maupun di Bait Suci surga, menyebabkan manusia memiliki pengetahuan yang kurang lengkap tentang seluruh kebenaran yang dinyatakan dalam Alkitab tentang  makna pendamaian sepenuhnya… Keduanya, baik kemenangan di salib maupun pekerjaan Kristus se-bagai imam di surga, adalah pengharapan dan per-mohonan bagi pembaharuan dan pendamaian ter-akhir.”—Edward Heppenstall, dalam Our High Priest, hlm. 29, 31.

2 Dalam Bait Suci surga segala sesuatunya adalah dinamis, asli, dan berkenaan dengan masalah-masa-lah kekal. Kebenaran tentang Bait Suci memperla-kukan Setan sebagai musuh yang sejati, kekuatan-kekuatan kejahatan sebagai sesuatu yang nyata, yang bertentangan dengan Kristus dalam pepe-rangan yang mempengaruhi setiap makhluk cipta-an di alam semesta. Di sinilah nasib manusia ditentukan untuk kebahagiaan atau kemalangan. Di sinilah realitas kebenaran dan tujuan Tuhan da-pat dilihat secara jelas”—Heppenstall, op,cit,hlm. 19.

3Lucifer mendambakan kuasa Tuhan, namun bu-kan tabiatNya”—Ellen G. White, The Desire of Ages, hlm. 435.

4 “Untuk memperoleh pengampunan sebagaimana Kristus mengampuni, bukan semata-mata diampuni, melainkan diperbaharui dalam roh pikiran kita.”—Ellen G. White, dalam Review and Herald, 19 Agustus 1890.

Kasih karunia Kristus memurnikan ketika meng-ampuni, dan melayakkan manusia bagi surga yang kudus.”—Ellen G. White, That I May Know Him, hlm. 336.

5 “Melalui penurutan yang sempurna dari Anak Allah, melalui kebajikan-kebajikan darahNya, dan kuasa pengantaraanNya, manusia dapat menjadi bagian dari kodrat ilahi.”—Ellen G. White, dalam Signs of the Times, 6 Juli 1888.

6 Ellen White memfokuskan pada isu-isu yang ingin di-kaburkan oleh Setan: “Jikalau mereka yang me-nyembunyikan dan mencari-cari alasan bagi pem-benaran kesalahan-kesalahan mereka dapat meli-hat betapa Setan bersukaria atas mereka, betapa ia mengejek Kristus dan para malaikat kudus melalui perbuatan mereka, mereka akan segera mengakui dosa-dosa mereka dan meninggalkannya. Melalui kekurangan dalam tabiat, Setan bekerja untuk me-nguasai pikiran sepenuhnya, dan ia mengetahui bahwa jikalau kekurangan-kekurangan ini dipeliha-ra, ia akan berhasil. Maka, ia terus menerus beru-saha untuk menipu para pengikut Kristus dengan kelicikannya yang mematikan sehingga orang ti-dak akan mungkin untuk mengalahkannya. Namun Yesus memohon demi mereka dengan tanganNya yang terluka, tubuhNya yang memar; dan Ia meng-umumkan kepada semua orang yang hendak me-ngikut Dia, ‘Kasih karuniaKu adalah cukup bagi-mu.’ Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.’ Maka, janganlah ada orang yang menganggap kekurangan-kekurangan mereka ti-dak dapat disembuhkan. Tuhan akan memberikan iman dan kasih karunia untuk mengalahkannya.”—The Great Controversy, hlm. 489.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar